Anda di halaman 1dari 6

Kerangka Acuan Kerja

Penawaran Terbuka Lembaga Riset


untuk Pembuatan Indeks Keselamatan Jurnalis
Oktober 2023 – Januari 2024

Latar belakang

Salah satu pilar demokrasi adalah kebebasan pers. Adapun ujung tombak dari pers dan
pemberitaan adalah jurnalis yang melakukan kegiatan jurnalistiknya. Namun, sejumlah tindakan
represif masih saja dialami jurnalis. Setiap tahun, selalu ada jurnalis di Indonesia mengalami
kekerasan. Kekerasan yang dialami tidak hanya kekerasan fisik, namun juga dialami jurnalis di
ranah digital. Sepanjang 2022 ada 61 kasus kekerasan terhadap jurnalis. Angka tersebut naik dari
tahun sebelumnya yang mencapai 43 kasus. Korban berjumlah 97 orang berasal dari jurnalis,
pekerja media, dan 14 organisasi media.

Di tengah masih rentannya jurnalis dalam menjalankan tugas, dari kekerasan, kehidupan jurnalis
dari sisi upah layak masih jauh dari harapan. Dalam Peluncuran Survei Upah Layak Jurnalis 2023
oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, pada April 2023 lalu, Ketua Divisi Advokasi dan
Ketenagakerjaan AJI Jakarta Irsyan Hasyim mengatakan, di tahun 2022, hitungan upah layak untuk
jurnalis di Jakarta dan sekitarnya diperkirakan Rp 8,090 juta. Di tahun 2023 naik di kisaran Rp
8.299.229. Namun kenyataannya, gaji yang diterima jurnalis di Jakarta berkisar dari paling rendah
Rp 2 juta hingga paling tinggi sekitar Rp 8 juta/bulan. Survei ini melibatkan 97 responden jurnalis
pemula dari 51 perusahaan media (terbanyak media daring) dengan masa kerja 0-3 tahun di area
kerja Jabodetabek pada Februari 2023.

Dari jumlah itu, ada 43 responden jurnalis dengan gaji di bawah upah minimum provinsi (UMP)
DKI Jakarta tahun 2023. Bahkan, ada satu jurnalis di media daring menjawab upah dibayar sesuai
page view. Lalu bagaimana dengan wilayah yang lain? Jam kerja jurnalis yang lebih panjang, tetapi
tidak berbanding lurus dengan upah yang diterima. Dalam kondisi kesejahteraan yang tak
memadai, produk-produk jurnalistik yang berkualitas akan sulit dihasilkan dan independensi
jurnalis jadi taruhannya.

Di sisi lain, perkembangan teknologi digital yang membuat media shifting dari analog ke digital
yang kemudian berdampak pada kehidupan jurnalis. Mulai dari harus adaptasi teknologi, hingga
gulung tikar media massa cetak akibat dari digitalisasi media. Dengan demikian, profesi jurnalis
ini rentan dari segala bidang. Mulai dari rentan terhadap kekerasan hingga sosial ekonomi.

Oleh sebab itu, Jurnalisme Aman melihat bahwa penting untuk ditelaah dan dipetakan lebih
dalam lagi kebutuhan jurnalis secara holistik yang mencakup setiap orang (baik laki atau
perempuan) yang bekerja sesuai kaidah jurnalistik termasuk pers mahasiswa, dan independensi
media di tengah masalah yang dihadapi oleh mereka. Dengan demikian, dibutuhkan Indeks untuk
mengukur tingkat kselamatan/ketangguhan Jurnalis sebagai acuan untuk pencegahan dan
mitigasi persoalan kekerasan terhadap jurnalis dan kondisi di lingkungan kerja seperti upah layak
dan manajemen perlindungan agar jurnalis dapat bekerja dengan bebas tanpa tekanan dan
menghasilkan produk jurnalistik yang bermutu. Indeks ini tidak hanya dilakukan di tahun 2023
saja, melainkan 2024 dan 2025 untuk melihat perkembangan dan perubahan selama program
Jurnalisme Aman berlangsung.

Indeks Keselamatan Jurnalis akan disusun berdasarkan data kuantitatf yang dikumpulkan melalui
survey terhadap jurnalis kemudian dilengkapi lagi dengan data kualitatif melalui kajian literatur,
wawancara dan FGD untuk verifikasi data survey.

Sampel dalam survey diharapkan mencakup seluruh kawasan di Indonesia (nasional) dan masing-
masing kawasan (barat, tengah dan timur) memiliki keterwakilan sebagai sampel.

Indeks akan terdiri dari beberapa aspek yang masing-masing aspek akan terdiri dari sejumlah
indikator. Cakupan aspek serta indikator yang akan menjadi komponen penyusun indeks
dimatangkan melalui FGD bersama stakeholder terkait. Namun secara umum, berikut sejumlah
aspek dan indikator yang dapat digunakan:

1. Organisasi Media/Institusi Media:


• Kondisi Kerja (berdasarkan survey mengenai upah, hak-hak kerja (misalnya asuransi), dan
kepuasan dalam lingkungan kerja)
• Kemandirian Redaksi & Kebebasan Berpendapat (berdasarkan persepsi jurnalis terhadap
independensi redaksi dan kebebasan editorial)
• Kesetaraan Gender (berdasarkan data tentang persentase jurnalis perempuan dan
persepsi terkait kesetaraan gender dalam organisasi media)
• SOP perlindungan jurnalis Perempuan dan panduan gender di organisasi media
• Akses Informasi dan kesetaraan akses layanan bagi kelompok rentan dan penyandang
disabilitas (berdasarkan tingkat akses jurnalis terhadap informasi melalui survey)
2. Jurnalis:
• Pengetahuan/pemahaman jurnalis terkait Keamanan Fisik dan Perlindungan Keselamatan
(berdasarkan survey mengenai serangan fisik, intimidasi, ancaman, dan dukungan
keamanan yang diterima oleh jurnalis)
• Literasi Digital dan Keamanan Digital (berdasarkan pemahaman jurnalis tentang ancaman
dan kekerasan online yang diukur dari survey, serta inisiatif edukasi dan pelatihan
keamanan siber)
• Keamanan Digital (berdasarkan data dari survey tentang serangan siber yang dialami dan
tingkat adopsi alat keamanan digital oleh jurnalis)
• Akses ke Sumber Perlindungan (berdasarkan survey mengenai ketersediaan dan
dukungan sumber perlindungan bagi jurnalis)
• Kapasitas dan pemahaman soal regulasi terkait Kebebasan Pers dan Kebebasan
Berekspresi
3. Ekosistem Pendukung Media (Lembaga Negara dan CSO):
• Perlindungan Hukum (berdasarkan data dari survey mengenai efektivitas mekanisme
pengaduan dan penanangan di ranah hukum, tindakan hukum yang diambil, dan persepsi
wartawan terkait perlindungan hukum)
• Self-Censorship (berdasarkan data dari survey mengenai insiden penyensoran diri, tingkat
kepercayaan jurnalis, dan persepsi perusahaan media terkait dampak ketakutan)
• Regulasi dan aturan terkait kebebasan berekspresi dan kebebasan pers (pandangan
jurnalis atas regulasi yang ada saat ini)
• Mekanisme pemulihan dari negara dan swasta (psikososial, medis dan ekonomi)
• Dukungan/ kolaborasi dari CSO dan negara terkait peningkatan kapasitas yang
dibutuhkan bagi jurnalis.

Indeks dilakukan selama 3 tahun program Jurnalis Aman (Y2 2023, Y3 2024, Y4 2025) oleh
Lembaga Riset yang sama agar ada indeks tetap berkesinambungan.

Tujuan Pembuatan Indeks

1. Mendapatkan gambaran tentang tingkat risiko dan area yang perlu diperbaiki demi
meningkatkan keamanan dan kesejahteraan jurnalis.
2. Meningkatkan kesadaran dan menjadi bahan rekomendasi kepada organisasi media
untuk mengurangi risiko ancaman dan serangan kekerasanan serta mendorong upaya
perlindungan dan dukungan yang lebih holistik kepada jurnalis dan pers mahasiswa.
3. Menjadi bahan advokasi kepada pemerintah dan lembaga negara agar meningkatkan
efektivitas penanganan kasus kekerasan terhadap jurnalis dan kebijakan terkait
keselamatan jurnalis
4. Sebagai bahan pendidikan publik agar mengetahui soal situasi, peran dan tingkat
risiko yang dihadapi oleh jurnalis di Indonesia sebagai aktor penting dalam
melindungi kebebasan pers dan menyampaikan informasi secara transparan dan
objektif kepada masyarakat.

Pemilihan Lembaga Riset:

Proses rekrutmen Lembaga Riset untuk pembuatan Indeks Keselamatan Jurnalis dilakukan melalui
lelang terbuka yang diadakan oleh Yayasan Tifa. Dalam proses ini, Yayasan Tifa akan mengundang
berbagai calon lembaga riset yang memiliki keahlian dan pengalaman yang relevan dalam bidang
jurnalisme, analisis risiko, dan survei untuk mengikuti tahap lelang. Proses lelang akan
dipertimbangkan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pengalaman dan Kualifikasi: Lembaga Riset diharapkan memiliki pengalaman dan kualifikasi
yang relevan dalam mengelola proyek-proyek serupa dan memiliki pemahaman mendalam
tentang isu jurnalisme serta konteks media di Indonesia. Pengalaman dan kualifikasi ini akan
dinilai untuk memastikan konsultan memiliki kapabilitas yang memadai untuk melakukan tugas
yang diamanatkan.

2. Keahlian dalam Riset dan Analisis: Lembaga Riset harus memiliki keahlian yang kuat dalam riset
terutama di bidang sosial dan analisis data. Lembaga Riset bertanggung jawab untuk merancang
metode riset, rekomendasi FGD stakeholder yang valid dan relevan untuk mendapatkan data yang
diperlukan dalam pembuatan Indeks Keselamatan Jurnalis. Selain itu, kemampuan analisis yang
baik juga diperlukan untuk menyusun laporan dan rekomendasi berdasarkan temuan dari survei.
3. Keterlibatan dengan Pihak Terkait: Lembaga Riset wajib melibatkan salah satu pemangku
kepentingan terkait, seperti AJI Indonesia (diutamakan), Dewan Pers, LBH Pers, Komnas HAM,
organisasi pers, dan media sebagai independent consultant dalam proses pembuatan indeks.
Keterlibatan salah satu stakeholders ini akan memperkuat pengumpulan data dan memperoleh
pandangan yang komprehensif mengenai keselamatan/ketangguhan jurnalis.

4. Penyusunan Metodologi Survei: Lembaga Riset harus mampu menyusun metodologi survei
yang sesuai dan efektif untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber yang relevan.
Metodologi ini harus mengakomodasi berbagai aspek yang ingin diukur dalam Indeks
Keselataman Jurnalis.

Tugas dan Tanggung Jawab Lembaga Riset dalam membuat Indeks Keselamatan Jurnalis:

1. Merancang Metodologi Survei: Lembaga Riset akan merancang metode riset dan survei yang
komprehensif untuk mengumpulkan data yang relevan dan akurat mengenai masalah yang
dihadapi jurnalis di berbagai aspek.

2. Mengumpulkan data dan melaksanakan Survei: Lembaga Riset akan mengelola proses
pelaksanaan survei, termasuk mengumpulkan data dari para responden, baik melalui wawancara
langsung, kuesioner, atau sumber data lainnya.

3. Analisis Data: Lembaga Riset akan menganalisis data yang diperoleh dari survei dengan
menggunakan teknik statistik dan analisis kualitatif untuk mengidentifikasi pola dan tren terkait
keselamatan jurnalis.

4. Menyusun Indeks Keselamatan Jurnalis: Berdasarkan analisis data, Lembaga Riset akan
menyusun Indeks Kerselamatan Jurnalis yang mencakup berbagai indikator yang relevan dan
terukur untuk menggambarkan tingkat keselamatan jurnalis di Indonesia.

5. Penulisan Laporan dan Rekomendasi: Lembaga Riset akan menyusun laporan utuh, ringkasan
eksekutif dan yang menyajikan temuan dan hasil analisis data dengan jelas dan informatif seperti
bentuk infografis. Selain itu, konsultan akan menyusun rekomendasi yang konstruktif untuk
mengatasi masalah kerentanan jurnalis dan meningkatkan kebebasan pers di Indonesia.

6. Berkoordinasi dengan Stakeholders: Lembaga Riset berkomunikasi secara aktif dengan para
pemangku kepentingan terkait, termasuk AJI Indonesia sebagai konsultan independen, Dewan
Pers, LBH Pers, Komnas HAM, organisasi pers, dan media, untuk memastikan bahwa temuan dan
rekomendasi diakomodasi dengan baik dalam konteks perlindungan jurnalis.

7. Memonitor Perkembangan: Lembaga Riset terus memantau perkembangan selama tiga tahun
pelaksanaan Program Jurnalisme Aman (Y2 2023, Y3 2024, Y4 2025) untuk melihat perubahan dan
kemajuan dalam mitigasi kekerasan jurnalis dan kesejahteraan jurnalis. Adapun riset 2023
dilakukan selama 3 bulan dan publikasi indeks dilakukan pada Januari/Februari 2024
Keluaran
1. ”Indeks Keselematan/ Ketangguhan Jurnalis” (2023, 2024, dan 2025).
2. Publikasi Indeks termasuk materi komunikasi publik yang ringkas dan informatif
(ringkasan eksekutif, infografis) yang ditujukan ke organisasi media, jurnalis dan
stakeholders Jurnalisme Aman.

Rencana anggaran
Kisaran anggaran yang tersedia untuk seluruh Laporan Indeks dan Publikasi Indeks adalah Rp
250.000.000 – Rp270.000.000.- untuk 1 (satu) indeks

Timeline Indeks

29 Sept-10 Okt Penjaringan aplikasi dan proposal


11-16 Okt Seleksi aplikasi dan proposal
18 Okt Pengumuman Lembaga Riset Terpilih
19 – 20 Okt • Penandatanganan kontrak
• Penajaman rencana Indeks bersama Konsutan Independen Terpilih
23 Oktober-23 Pengerjaan Indeks :
Jan 2024 • Diskusi dengan Tifa dan Konsultan Independen tiap bulan untuk
mengabarkan perkembangan indeks
24-26 Jan 2024 • Penyerahan Draft 1
• Penyerahan laporan hasil pelaksanaan diskusi 1-3 ke Tifa
• Rapat koordinasi berkala dengan Tifa
29-31 Jan 2024 Revisi 1
1-6 Feb 2024 Hasil akhir and finalisasi
8 Feb 2024 • Launching hasil Indeks Keselamatan/Ketangguhan Jurnalis 2023 ke
umum, (dibuat seminar dan mengundang wartawan, lembaga negara,
CSO, akademisi).
• KPI peliputan ada di Lembaga Riset.

Timeline Pembayaran

Lembaga Riset memberikan invoice kepada Yayasan Tifa

1. 30% Pembayaran setelah penandatanganan kontrak


2. 60% setelah penyerahan draft 1 indeks
3. 10% setelah hasil akhir dan finalisasi indeks
Prosedur Pengajuan
a. Aplikasi diajukan oleh LEMBAGA RISET yang telah berpengalaman
menyelenggarakan riset dan pembuatan indeks khususnya terkait media dan
jurnalistik serta kuat di RISET SOSIAL dan POLITIK.
b. Surat pernyataan minat (letter of interest) beserta proposal rencana
penyelenggaraan rangkaian diskusi, rancangan anggaran biaya, linimasa kerja, resume
konsultan, daftar kegiatan diskusi yang pernah diselenggarakan oleh Lembaga Riset,
daftar klien dan kontak referensi terkait pekerjaannya diajukan melalui email ke
recruitment@tifafoundation.id paling lambat 10 Oktober 2023 dengan subjek
Lembaga Riset Jurnalisme Aman .
c. Apabila Anda memiliki pertanyaan, silahkan kirimkan pertanyaan ke
JA@tifafoundation.id dengan subject Tanya – Lembaga Riset JA selambatnya pada
6 Oktober 2023.

Anda mungkin juga menyukai