Kel.1 MKT Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
Kel.1 MKT Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
MANAJEMEN
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Perkembangan Pemikiran Mengenai
Kualitas”.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
B. DIMENSI KUALITAS.................................................................................................4
D. SUMBER KUALITAS.............................................................................................. 11
H. PENGUKURAN KUALITAS................................................................................... 22
BAB III................................................................................................................................... 35
PENUTUP.............................................................................................................................. 35
A. KESIMPULAN.......................................................................................................... 35
ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 38
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
David Garvin (dalam Lovelock, 1994, hlm. 98-99; Ross, 1994 hlm. 97-98)
Menunjukkan adanya lima alternatif perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu:
1. Transcendental Approach (Pendekatan Transendental Kualitas)
Dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui tetapi sulit
didefinisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam
musik seni, drama, seni tari, dan seni rupa. Selain itu perusahaan dapat
mendukung produknya dengan pernyataan-pernyataan seperti tempat berbelanja
yang menyenangkan (supermarket), elegan (mobil), kecantikan wajah (kosmetik),
kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), dan lain-lain. Dengan demikian
fungsi perencanaan, produksi, dan pelayanan suatu perusahaan sulit sekali
menggunakan definisi seperti ini sebagai dasar manajemen kualitas.
2. Product-based Approach (Pendekatan Berbasis Produk)
Yaitu menganggap kualitas sebagai faktor atau atribut yang dapat
dikuantifikasikan dan dapat dinilai. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan
perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk.
Karena pandangan ini sangat objektif, maka tidak menjelaskan definisi dalam
selera, kebutuhan, dan preferensi individu.
3. User-based Approach (Pendekatan Berbasis Pengguna)
Pendekatan ini berdasarkan pemikiran bahwa kualitas tergantung pada
orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan seseorang
(misalnya perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.
Perspektif yang subjektif dan berorientasi pada permintaan ini juga menyatakan
bahwa pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda
pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan yang
dirasakannya.
4. Manufacturing-based Approach (Pendekatan Berbasis Manufaktur)
3
Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-
praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai
sama dengan persyaratannya (kesesuaian dengan persyaratan).
Pengurangan biaya
B. DIMENSI KUALITAS
4
1. Kinerja (kinerja) yang merupakan operasi pokok dari produk inti.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (fitur), yaitu karakteristik sekunder atau
pelengkap.
3. Kehandalan (keandalan), kemungkinan kecil akan meng-kerusakan atau gagal
dipakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana
standar desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus
digunakan.
6. Kemudahan servis, termasuk kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan
direparasi; penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
8. Kualitas yang dipersepsikan (persepsi kualitas), yaitu citra dan reputasi produk
serta tanggung jawab perusahaan terhadap- 3. nya.
5
C. SEJARAH SINGKAT MENGENAI KUALITAS
Dalam buku “Managing Quality”, Garvin (dalam Bounds, et al., 1994, pp. 46-
84; Lovelock, 1994, pp. 101-107) mengungkapkan bahwa kualitas sebagai suatu
konsep sudah lama dikenal, tetapi kemunculannya sebagai fungsi manajemen baru
terjadi akhir-akhir ini. Ia membagi pendekatan modern terhadap kualitas ke dalam 4
era, yaitu inspeksi, pengendalian kualitas statistikal, jaminan kualitas dan manajemen
kualitas strategik.
1. Inspeksi
6
Dua rekan Shewhart mengembangkan teknik statistik untuk melakukan
sampling sejumlah item yang terbatas di setiap kelompok produksi.
Sasarannya adalah untuk melakukan trade-off antara biaya tinggi akibat
inspeksi 100% dengan risiko dari salah satu keadaan berikut :
3. Jaminan Kualitas
Dalam era ini terdapat pengembangan empat konsep baru yang penting
yaitu biaya kualitas, pengendalian kualitas terpadu (total quality control),
reliability engineering dan Zero defect.
a. Biaya Kualitas
7
Menurut Armand Feigenbaum (1956), bahwa pengendalian
harus dimulai dari perancangan produk dan berakhir hanya jika produk
telah sampai ke tangan pelanggan yang puas. Ia juga mengatakan
bahwa kegiatan kualitas dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori,
yaitu pengendalian rancangan baru, pengendalian bahan baku yang baru
datang, dan pengendalian product/shoop floor. Sistem kualitas saat ini
juga memasukkan pengembangan produk baru, seleksi pemasok dan
pelayanan pelanggan.
c. Reliability Engineering
d. Zero defect
- Kurangnya pengetahuan
- Kurangnya fasilitas yang tepat
- Kurangnya perhatian, kesadaran dan motivasi karyawan
Menurut konsep zero defect, kesalahan yang disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dapat diatasi dengan menggunakan teknik-
teknik pelatihan modern. Kesalahan karena kurangnya fasilitas yang
memadai dapat diatasi dengan survei pabrik dan peralatan secara
8
periodik. Sedangkan kesalahan yang disebabkan kurangnya perhatian
merupakan kesalahan yang paling sulit dideteksi. Oleh karena itu perlu
diatasi dengan program zero effect.
9
Company-wide quality control merupakan perluasan dari ide
TQC (Total Quality Control) yang dikemukakan oleh Feigenbaum.
Komponen-komponennya adalah sebagai berikut:
10
sempurna mencakup dua hal yaitu tepat secara teknis dan layak secara
ekonomi.
D. SUMBER KUALITAS
11
1. Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen
puncak
2. Sistem informasi yang menekankan ketepatan baik pada waktu maupun detail
3. Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk
sebelum dilepas ke pasar
4. Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang
terpelihara baik, pekerja yang terlatih baik dan penemuan penyimpangan secara
cepat
5. Manajemen vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama
Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena
kualitas yang buruk. Jadi, biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan
penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan.
12
semua kelompok
fungsional untuk
mencegah
kegagalan
kualitas
Metode Penaksiran Alat dan teknik Program dan Perencanaa
dan statistik sistem n strategik,
pengukuran perencanaa
n tujuan
dan
pengerahan
organisasi
Peranan Inspeksi, Mencari dan Pengukuran Penetapan
profesional penyortiran, memecahkan kualitas, tujuan,
kualitas perhitungan masalah dan perencanaan pendidikan
dan penerapan metode kualitas dan dan
penggolonga statistik perancangan pelatihan,
n program kerja sama
antar
departemen
dan
perancanga
n program
Yang Departemen Departemen Semua Setiap
bertanggung inspeksi pemanufakturan & departemen orang
jawan atas perekayasaan dalam
kualitas organisasi
dengan
kepemimpi
nan yang
kuat dari
manajemen
puncak
13
Orientasi Kualitas Kualitas yang Kualitas builds in Kualitas
dan inspects in controls in manage in
pendekatan
Biaya Pencegahan
Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan
produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang berhubungan dengan
perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan sistem kualitas.
Ada beberapa macam biaya yang termasuk dalam kelompok biaya
pencegahan, yaitu :
1. Teknik dan Perencanaan Kualitas
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan patokan rencana kualitas produk yang dihasilkan, rencana
tentang keandalan, rencana pemeriksaan, sistem data, dan rencana khusus
dari jaminan kualitas.
2. Tinjauan Produk Baru
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyiapan usulan tawaran,
penilaian rancangan baru dari segi kualitas, penyiapan program percobaan
dan pengujian untuk menilai penampilan produk baru dan aktivitas-aktivitas
kualitas lainnya selama tahap pengembangan dan pra-produksi dari
rancangan produk baru.
3. Rancangan Proses atau Produk
Biaya-biaya yang dikeluarkan pada waktu perancangan produk atau
pemilihan proses produksi yang dimaksudkan untuk meningkatkan
keseluruhan kualitas produk tersebut.
4. Pengendalian Proses
14
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk teknik pengendalian proses,
seperti grafik pengendalian yang memantau proses pembuatan dalam usaha
mencapai kualitas produksi yang dikehendaki.
5. Pelatihan
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan, penyiapan,
pelaksanaan, penyelenggaraan, dan pemeliharaan program latihan formal
masalah kualitas.
6. Audit Kualitas
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi tindakan yang
telah dilakukan terhadap rencana kualitas keseluruhan.
Biaya Deteksi/Penilaian
15
Biaya ini meliputi biaya untuk melaksanakan pemeriksaan
kualitas produk dalam proses maupun produk jadi.
4. Evaluasi persediaan
2. Pengerjaan ulang
16
Biaya ini merupakan biaya yang berhubungan dengan waktu yang
digunakan oleh para ahli produk atau produksi yang terlibat dalam masalah-
masalah produksi yang menyangkut kualitas. Misalnya, bila komponen atau
bahan baku suatu produk tidak memenuhi spesifikasi kualitas, maka ahli
produk atau produksi akan diminta untuk menilai kelayakan perubahan
spesifikasi produk.
Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk atau
jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk
tersebut dikirimkan kepada pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang
membahayakan karena dapat menyebabkan reputasi yang buruk, kehilangan
pelanggan dan penurunan pangsa pasar.
4. Product liability
17
Biaya ini merupakan biaya yang timbul sehubungan dengan jaminan
atau pertanggungjawaban atas kegagalan memenuhi standar kualitas
(quality failures).
Biaya ini timbul karena adanya penarikan kembali suatu produk atau
komponen produk tertentu.
Biaya kegagalan internal dan eksternal tidak perlu terjadi bila tidak ada
kerusakan. Contoh laporan biaya kualitas tersaji pada Tabel 2-3
18
7. Penentuan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba.
8. Mengidentifikasi masalah-masalah kualitas.
9. Dijadikan sebagai salah satu alat analisis Pareto untuk mengalokasikan
antara vital few & trivial many.
10. Dijadikan sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.
19
kualitas total yang dianggarkan tidak lebih dari 2,5% dari penjualan. Agar standar
tersebut tercapai, maka perusahaan harus dapat mengidentifikasi perilaku setiap
elemen biaya kualitas secara individual. Sebagian biaya kualitas bervariasi dengan
penjualan, namun sebagian lainnya tidak. Agar laporan kinerja kualitas dapat
bermanfaat, maka:
1. Biaya kualitas harus digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap
dihubungkan dengan penjualan.
2. Untuk biaya variabel, penyempurnaan kualitas dicerminkan oleh pengurangan
rasio biaya variabel. Pengukuran kinerja dapat menggunakan salah satu dari dua
cara sebagai berikut:
3. Rasio biaya variabel pada awal dan akhir periode tertentu dapat digunakan
untuk menghitung penghematan biaya sesungguhnya, atau kenaikan biaya
sesungguhnya.
4. Rasio biaya yang dianggarkan dan rasio sesungguhnya dapat juga digunakan
untuk mengukur kemajuan kearah pencapaian sasaran periodik.
5. Untuk biaya tetap, penyempurnaan biaya kualitas dicerminkan oleh perubahan
absolut jumlah biaya tetap.
Menurut Juran, struktur biaya kualitas sangat dipengaruhi oleh interaksi antara
keempat jenis biaya kualitas, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya
kerusakan internal, dan biaya kerusakan eksternal. Biaya pengendalian (pencegahan
dan penilaian) meningkat seiring dengan peningkatan kualitas, sedangkan biaya
kegagalan (internal dan eksternal) menurun seiring peningkatan kualitas. Hubungan
ini apabila digambarkan akan menjadi kurva biaya kualitas total yang berbentuk huruf
U. Juran menyarankan agar manajemen dapat menemukan level atau tingkat kualitas
(jumlah defect) yang tepat sehingga akan meminimumkan biaya kualitas total.
Gambar 2-1 Pandangan Tradisional Gambar 2-2 Pandangan Tradisional versus TQM
Secara konseptual dan praktikal tidak diketahui alasan mengapa posisi biaya
total minimum pada model ini bukannya pencapaian kualitas 100% (lihat gambar 2-1).
Pada gambar tersebut terlihat bahwa setelah titik optimum apabila kita akan
meningkatkan kualitas, biaya yang terjadi akan semakin meningkat. Paradigma yang
diungkapkan oleh Juran tersebut disebut sebagai paradigma tradisional. Hal ini
dikarenakan paradigma tersebut beranggapan bahwa kesalahan tidak dapat dihindari
dan oleh karena itu sangatlah mahal biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki
semua defect. Sebaliknya TQM berpendapat bahwa zero defect seharusnya menjadi
sasaran perusahaan. Perusahaan seharusnya menganalisismpenyebab semua kesalahan
dan mengambil tindakan untuk memperbaikinya.
21
Gambar 2-2 memperlihatkan perbedaan pandangan terhadap jumlah defect
optimum antara paradigma tradisional dan TQM. Berdasarkan pendekatan tradisional
biaya terendah dicapai pada level non zero defect. Pendukung pandangan ini
berpendapat bahwa biaya untuk mengatasi kesalahan meningkat dengan semakin
banyaknya kesalahan yang terdeteksi dan berkurang apabila ada sedikit kesalahan
yang dibiarkan.
Sebaliknya TQM berpendapat bahwa biaya terendah dicapai pada level zero
defect. Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa meskipun kesalahan yang ada
itu jumlahnya besar, tetapi hal ini tidak memerlukan lebih banyak biaya untuk
memperbaiki kesalahan yang terakhir tersebut dibandingkan dengan mengoreksi
kesalahan yang pertama. Oleh karena itu biaya total menurun terus sampai kesalahan
terakhir diatasi. Dalam hal ini TQM berpendapat bahwa quality is free.
H. PENGUKURAN KUALITAS
Selain melalui perhitungan biaya, kualitas juga dapat diukur melalui penelitian
konsumen mengenai persepsi pelanggan terhadap kualitas suatu produk atau
perusahaan. Penelitian konsumen tersebut menggunakan berbagai macam metode,
misalnya sistem keluhan dan saran, ghost shopping, lost customer analysis, maupun
dengan survei pelanggan.
1. Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen. Manajemen tidak selalu
dapat merasakan apa yang diinginkan para pelanggan secara tepat.
2. Gap antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa. Mungkin
manajemen mampu merasakan secara tepat apa yang diinginkan oleh para
22
pelanggan, tetapi pihak manajemen tersebut tidak menyusun suatu standar
kinerja tertentu.
3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. Karyawan
perusahaan mungkin kurang dilatih atau bekerja melampaui batas dan tidak
dapat atau tidak mau memenuhi standar. Atau mereka mungkin dihadapkan
pada standar yang bertentangan.
4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. Harapan konsumen
dipengaruhi oleh pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh wakil dan iklan
perusahaan.
5. Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan. Ini terjadi bila
konsumen mengukur kinerja atau prestasi perusahaan dengan cara yang
berlainan dan salah dalam memersepsikan kualitas jasa tersebut.
1. W. Edward Deming
23
Siklus Deming (Deming Cycle)
24
3) Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam membentuk mutu
produk. Bentuklah mutu sejak awal.
4) Hentikan praktik menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang
rendah.
5) Perbaiki secara konstan dan terus-menerus sistem produksi dan
jasa untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas, yang pada
gilirannya secara konstan menurunkan.
6) Lembagakan on the job training.
7) Lembagakan kepemimpinan tujuan dari kepemimpinan haruslah
untuk membantu orang dan teknologi dapat bekerja dengan
lebih baik.
8) Hapuskan rasa takut sehingga setiap orang dapat bekerja secara
efektif.
9) Hilangkan Dinding Pemisah antar Departemen sehingga orang
dapat bekerja sebagai suatu tim.
10) Hilangkan slogan, desakan, dan target bagi tenaga kerja. Hal-hal
tersebut dapat menciptakan permusuhan.
11) Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran. Gantikan
dengan kepemimpinan.
12) Hilangkan penghalang yang dapat merampok kebanggaan
karyawan atas keahliannya.
13) Giatkan program pendidikan dan self improvement.
14) Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap
orang untuk mengerjakannya.
25
mempertahankan perusahaan dalam bisnis dan menyediakan
lapangan kerja.
2) Penekanan pada laba jangka pendek: pemikiran jangka pendek
yang didorong oleh ketakutan akan usaha-usaha mengambil-alih
dan tekanan dari bankir dan pemilik saham untuk menghasilkan
dividen.
3) Sistem pemeriksaan personal bagi para manajer dan manajemen
berdasarkan sasaran tanpa menyediakan metode-metode atau
sumber daya untuk mencapai sasaran tersebut. evaluasi prestasi,
merit ratings, dan penilaian tahunan merupakan bagian dari
penyakit ini.
4) Job hopping oleh para manajer.
5) Hanya menggunakan data dan informasi yang tampak dalam
pengembalian keputusan hanya memberikan sedikit
pertimbangan atau bahkan tidak sama sekali terhadap apa yang
tidak diketahui atau tidak dapat diketahui.
6) Biaya medis yang terlalu berlebihan.
7) Biaya hutang yang berlebihan, yang dikarenakan para pengacara
yang bekerja berdasarkan tarif kontingensi.
2. Joseph M. Juran
Juran yang memiliki dua gelar kesarjanaan ( teknik dan hukum) ini
merupakan pendiri dari jurusan Institut, Inc. di Wilton, connecticut. ini
bergerak dalam bidang pelatihan penelitian, dan konsultasi manajemen
kualitas.
26
Jepang dan membina persahabatan antara Jepang dan Amerika
Serikat. kontribusi juran yang paling terkenal antara lain juran’s three basic
steps to progress, juran’s ten steps to qualify improvement, the pareto
principle, dan the juran trilogy. Selain itu juran juga mengembangkan konsep
managing bisnis proses quality, yang merupakan suatu teknik untuk
melaksanakan penyempurnaan kualitas secara fungsional silang.
27
9) Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai.
10) Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam
sistem reguler perusahaan.
28
1) Menilai kinerja kualitas aktual
2) Membandingkan kinerja dengan tujuan
3) Bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan
3. Philip B. Crosby
29
Dulu kualitas diterjemahkan sebagai tingkat Kebagusan atau
kebaikan. Definisi ini memiliki kelemahan, yaitu tidak menerangkan secara
spesifik baik atau bagus itu bagaimana. Misalnya sandi menginginkan
sepeda motor yang bagus. Ini sangatlah subjektif bagus itu seperti apa
Apakah kriterianya? bagaimana kecepatannya? modelnya yang Sportif?
hemat BBM? suku cadang yang mudah didapatkan? yang tidak cepat rusak?
semuanya ini tidak jelas.
Dalam suatu proses pasti ada input dan output. di dalam proses
kerja internal sendiri ada 4 kendali input dimana proses pencegahan
dapat dilakukan, yaitu:
30
3. Prosedur pedoman atau manual operasi standar, dan pedoman
standar kualitas.
4. Standar kinerja atau prestasi.
1. Integritas
31
(chief operating officer) Arif memiliki pemikiran bahwa
kualitas di atas segalanya.
2. Sistem
3. Komunikasi
4. Operasi
5. Kebijakan
32
Crosby’s Fourteen Steps To Quality Improvement
33
1. Inspeksi bukanlah jawaban atau kunci untuk melaksanakan
perbaikan kualitas.
2. Keterlibatan dan kepemimpinan manajemen puncak sangat
penting dan esensial dalam menciptakan komitmen dan budaya
kualitas.
3. Program kualitas membutuhkan usaha dari seluruh bagian atau
pihak dalam organisasi dan merupakan komitmen jangka
panjang. untuk itu dibutuhkan pula Pendidikan dan Pelatihan.
4. Kualitas merupakan faktor primer, sementara scheduling
merupakan faktor sekunder.
34
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
David Garvin (dalam Lovelock, 1994, hlm. 97-98) Menunjukkan adanya lima
alternatif perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu: Sudut pandang ini biasanya
diterapkan dalam musik seni, drama, seni tari, dan seni rupa. Selain itu perusahaan
dapat mendukung produknya dengan pernyataan-pernyataan seperti tempat berbelanja
yang menyenangkan (supermarket), elegan (mobil), kecantikan wajah (kosmetik),
kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), dan lain-lain. Yaitu menganggap
kualitas sebagai faktor atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat dinilai.
Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur
atau atribut yang dimiliki produk. Pendekatan ini berdasarkan pemikiran bahwa
kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling
memuaskan seseorang (misalnya perceived quality) merupakan produk yang
berkualitas paling tinggi. Perspektif yang subjektif dan berorientasi pada permintaan
ini juga menyatakan bahwa pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan
keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah sama dengan
kepuasan yang dirasakannya.
35
tidak hanya bekerja baik saat pertama kali, tetapi juga diserahkan tepat waktu.
Kesalahan karena kurangnya fasilitas yang memadai dapat diatasi dengan survey
pabrik dan peralatan secara periodik. Sedangkan kesalahan yang disebabkan
kurangnya perhatian merupakan kesalahan yang paling sulit dideteksi. Company-wide
quality control merupakan perluasan dari ide TQC (Total Quality Control) yang
dikemukakan oleh Feigenbaum. (QFD) merupakan serangkaian aktivitas perencanaan
dan komunikasi yang digunakan pertama kali di galangan kapal Mitsubishi di Kobe.
QFD berfokus pada pengembangan keterampilan untuk merancang, menciptakan dan
memasarkan produk yang dibutuhkan yang disebut House of Quality. Pengukuran
kinerja dapat menggunakan salah satu dari dua cara sebagai berikut: Biaya kualitas
dievaluasi dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya yang
dianggarkan. Sedangkan biaya kualitas variabel dapat dibandingkan dengan
menggunakan presentase dari penjualan, atau jumlah rupiah biaya, atau kedua-duanya.
Apabila para manajer terbiasa berhadapan dengan jumlah absolut atau jumlah rupiah,
maka pendekatan yang terbaik adalah dengan membandingkan jumlah rupiah dengan
dilengkapi ukuran presentase.
Menurut Juran, struktur biaya kualitas sangat dipengaruhi oleh interaksi antara
keempat jenis biaya kualitas, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya
kerusakan internal, dan biaya kerusakan eksternal. Hubungan ini apabila digambarkan
akan menjadi kurva biaya kualitas total yang berbentuk huruf U. Paradigma yang
diungkapkan oleh Juran tersebut disebut sebagai paradigma tradisisonal. Berdasarkan
pendekatan tradisional biaya terendah dicapai pada level non zero defect. Pendukung
pandangan ini berpendapat bahwa biaya untuk mengatasi kesalahan meningkat
dengan semakin banyaknya kesalahan yang terdeteksi dan berkurang apabila ada
sedikit kesalahan yang dibiarkan. Sebaliknya TQM berpendapat bahwa biaya terendah
dicapai pada level zero defect. dimensi yang dikemukakan David Garvin untuk
kualitas produk dan dimensi dari Parasuraman dan kawan-kawan untuk kualitas jasa.
Crosby Quality Vaccine terdiri atas 3 unsur ku determinasi kan, kanpendidikan, dan
pelaksanaan. Determinasi adalah suatu sikap dari manajemen untuk tidak menerima
proses produk atau jasa yang tidak memenuhi persyaratan seperti reject, scrap, lead
delivery, wrong shipment, dan lain-lain. Menurut crosby, setiap perusahaan harus
divaksinisasi agar memiliki antibodi untuk melawan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan. CEO harus dapat menjamin bahwa pelanggan menerima apa yang telah
36
dijanjikan, seperti kualitas produk atau jasa, kualitas penyampaian, keamanan, dan
lain-lain. Sistem adalah serangkaian prosedur dan kegiatan individu di dalam tim
untuk menjamin kualitas, untuk itu diperlukan pendidikan kualitas yang merupakan
proses untuk membantu karyawan agar memiliki bahasa yang sama dalam kualitas
dan mengerti peran mereka dalam upaya peningkatan kualitas. Setelah memiliki
bahasa yang sama maka komunikasi akan lebih mudah terjalin.
37
DAFTAR PUSTAKA
Tjiptono, F., & Diana, A. (2003). Total Quality Management Edisi Revisi. Yogyakarta:Andi.
Garvin dalam Boundns, G., et al. (1994), Beyond Total Quality Management:Toward the
Emerging Paradigm, New York: McGraw-Hill, Inc.,p.47.
38