Anda di halaman 1dari 83

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT BERBASIS MASJID

( PADA MASJID RAYA HUBBUL WATHAN ISLAMIC CENTER NTB )

Oleh:

MUKHLIS ISNAINI PUTRA


NIM. 152145313

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2020
ii

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT BERBASIS MASJID


(PADA MASJID RAYA HUBBUL WATHAN ISLAMIC CENTER NTB)

Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi
persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
Mukhlis Isnaini Putra
NIM. 152145313

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2020
ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Mukhlis Isnaini Putra NIM: 152145313 dengan judul,


“Pemberdayaan Ekonomi Ummat Berbasis Masjid (Pada Masjid Raya Hubbul
Wathan Islamic Center NTB)” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: 28 Juli 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muhammad Yusup, M.Si. Dahlia Bonang, M.Si.


NIP. 197807012009011013 NIP. 198505172011012010
iii

NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram, 28 Juli 2020

Hal: Ujian Skripsi

Yang Terhormat
Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
di Mataram

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi, kami


berpendapat bahwa skripsi saudara

Nama Mahasiswa : Mukhlis Isnaini Putra


NIM : 152145313
Jurusan/Prodi : Ekonomi Syariah
Judul : Pemberdayaan Ekonomi Ummat Berbasis Masjid
(Pada Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center
NTB

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam siding munaqasyah skripsi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mataram. Oleh karena itu, kami
berharap agar skripsi ini dapat segera di-munaqasyah-kan.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muhammad Yusup, M.Si. Dahlia Bonang,M.Si.


NIP. 197807012009011013 NIP. 198505172011012010
v
vi

MOTTO

“Tugas Pokok intelektual adalah mempertahankan


kebebasan berpikir, bukan membunuh kebebasan
berpikir.”
Gus Dur
vii

PERSEMBAHAN

“Skripsi ini saya persembahkan untuk Almamater saya,


Ibu saya Hj.Munawarah,
Bapak saya Drs. H. Adam Azhar, M.M,
Istri saya Lia Handayani,
Anak saya Purwasasangka Rahmat Pratama,
Kakak saya dr. Muhyidin,
Adik saya Nurul Istiqomah.”
viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan menyebut nama

Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan penulis

kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam

semoga tetap tercurahkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW

yang telah menunjukan jalan yang lurus untuk semua umat manusia.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati penulis

menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Mutawali, M. Ag., selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu.
2. Bapak Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri Mataram.
3. Bapak H. Bahrur Rosyid, M.M., Selaku ketua jurusan Ekonomi Syariah
Universitas Islam Negeri Mataram.
4. Bapak Dr. H. M. Zaidi Abdad, M.A., Selaku wali kelas I Ekonomi Syariah
angkatan 2014 yang selalu mendidik dan membimbing kami selama
melakukan studi di Universitas Islam Negeri Mataram.
5. Bapak Dr. Muhammad Yusup, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing 1 dan Ibu
Dahlia Bonang, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktu dan memberikan banyak saran, bimbingan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas
Islam Negeri Mataram.
7. Kedua orang tua saya Bapak Drs. H. Adam Azhar, M.M. dan Ibu Hj.
Munawarah yang tidak hentinya menyemangati dan memotivasi saya akan
8.
ix
x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i


HALAMAN JUDUL ................................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING .............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................. v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ..................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi
ABSTRAK...............................................................................................................xii
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 8
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian .................................................. 9
E. Telaah Pustaka ................................................................................... 10
F. Kerangka Teoritik .............................................................................. 14
G. Metode Penelitian ............................................................................... 32
H. Sistematika Pembahasan.................................................................... 39

BAB II : PAPARAN DATA DAN TEMUAN ...................................................... 41


A. Gambaran Umum Profil Islamic Center NTB .................................... 41
B. Potensi yang Dimiliki Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center
dalam Hal Pemberdayaan Ekonomi Ummat. ...................................... 51
C. Pemberdayaan Ekonomi Ummat yang Dilakukan Masjid Raya
Hubbul Wathan Islamic Center untuk Kesejahteraan Jamaah dan
Masyarakat Sekitar Masjid ................................................................. 52

BAB III : PEMBAHASAN ................................................................................... 59


A. Potensi yang Dimiliki Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center
dalam Hal Pemberdayaan Ekonomi Ummat ........................................ 59
B. Pemberdayaan Ekonomi Ummat yang Dilakukan Masjid Raya
Hubbul Wathan Islamic Center untuk Kesejahteraan Jamaah dan
Masyarakat Sekitar Masjid ................................................................ 62
BAB IV : PENUTUP ............................................................................................. 68
A. Kesimpulan ....................................................................................... 68
B. Saran ................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 71


xi

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT BERBASIS MASJID


(PADA MASJID RAYA HUBBUL WATHAN ISLAMIC CENTER NTB)
OLEH:
Mukhlis Isnani Putra
152145313

ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan tentang pemberdayaan ekonomi ummat
berbasis masjid. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui potensi
apa yang dimiliki oleh Masjid tersebut dalam pemberdayaan ekonomi umat
dan juga untuk mengetahui pemberdayaan ekonomi umat yang di lakukan
pada masjid tersebut untuk kesejahteraan jamaah dan masyarakat sekitar
masjid.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan
teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara deskriptif analisis
yaitu dengan memaparkan data yang didapat dari hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi kemudian menganalisisnya dengan pedoman
pada sumber tertulis.
Dari hasil penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa ada
beberapa Potensi yang dimiliki Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center
NTB yaitu Sumber Daya Manusia yang mumpuni, Masjid Raya Hubbul
Wathan sebagai Icon Wisata. Kemudian dari segi Pemberdayaannya Masjid
Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB memberikan modal bagi
Masyarakat Lemah melalui Program Koperasi Syariah, Pemberian
pelatihan kepada masyarakat sekitar Islamic Center dan Penyaluran Zakat,
Infak dan Shadaqah menjadi kegiatan rutin bagi pengurus masjid Hubbul
Wathan Islamic Center setiap tahunnya.
Kata Kunci: Pemberdayaan Ekonomi Ummat , Masjid.
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat shalat,dan

tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat Islam

dianjurkan mengunjungi Masjid guna melaksanakan shalat berjamaah.

Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama

Allah melalui adzan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar dan ucapan lain

yang dianjurkan dibaca di masjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan

dengan pengagungan asma Allah. 1

Masjid juga merupakan pranata keagamaan yang tidak terpisahkan

dari kehidupan spiritual, sosial dan kultur umat Islam. Dimana ada umat

Islam, maka disana tentunya ada Masjid. Islam menempatkan Masjid dalam

posisi yang strategis. Secara umum Masjid mempunyai banyak fungsi antara

lain bidang sosial pendidikan dan pemersatu umat.

Memahami Masjid secara universal berarti juga memahaminya

sebagai sebuah instrumen sosial masyarakat Islam yang tidak dapat

dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan Masjid pada

umumnya merupakan salah satu perwujudan aspirasi umat Islam sebagai

tempat ibadah yang menduduki fungsi sentral. Mengingat fungsi yang

1
Moh. E. Ayub, dkk, “Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis bagi Para
Pengurus”,(Jakarta : Gema Insani Press, 2007), hlm. 7-8.
2

strategis, maka perlu dibina sebaik-baiknya, baik segi fisik bangunan

maupun segi kegiatan pemakmurannya. 2

Pada masa Rasulullah SAW masalah sosial tentu tidak sedikit

karena itu banyak sekali sahabat Rasul yang memerlukan bantuan sosial

sebagasi resiko dari keimanan yang mereka hadapi dan sebagai konsekuensi

dari perjuangan. Disamping itu, masalah-masalah sosial lainnya seperti

kemiskinan yang memang selalu ada sepanjang zaman. Untuk mengatasi

masalah sosial itu Rasulullah SAW dan para sahabatnya menjadikan Masjid

sebagai tempat kegiatan sosial, misalnya dengan mengumpulkan zakat,

infaq, dan shadaqah melalui Masjid lalu menyalurkannya kepada para

sahabat yang membutuhkannya. Oleh karena itu, keberadaan Masjid sangat

besar fungsinya pada masa Rasulullah dan hal itu dirasakan betul oleh

masyarakat secara luas sehingga masyarakat menjadi cinta pada Masjid.3

Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang juga sebagai

Wakil Presiden Indonesia, M. Jusuf Kalla menyebut jumlah Masjid dan

Mushala di kota-kota besar di Indonesia terus mengalami perkembangan.

Hingga Tahun 2018, ungkap Jusuf Kallas, Indonesia memiliki 800 ribu

Masjid dan Mushala. 4

Secara kultural, Masjid dipandang sebagai lembaga yang baik,

bermoral, dan terpercaya karena kesan keagamaan yang lekat padanya. Hal

2
A. Bachrun Rifa’I dan Mech. Fakhruroji, Manajemen Masjid, (Bandung: Benang Merah
Press, 2005), hlm.14
3
Dr. H. Ahmad Yani. “Menuju Masjid Ideal”. (Jakarta: LP2SI Haramain, cet 1 2001),
hlm. 14
4
https://republika.co.id. “JK: Tugas pokok DMI Memakmurkan dan Dimakmurkan
Masjid”. Di akses pada tanggal 21 Desember 2018.
3

ini merupakan modal tersendiri bagi Masjid yang mungkin modal ini tidak

dimiliki oleh lembaga-lembaga lain. Modal khas ini hendaknya dapat

dimanfaatkan oleh para pengurus Masjid untuk memaksimalkan peran

Masjid dalam menanggulangi problem serius yang bernama pengangguran

dan kemiskinan.

Menurut Ahmad Sutarmadi, Masjid bukan sekedar memiliki peran

dan fungsi sebagai sarana peribadatan saja bagi jamaahnya. Masjid memiliki

misi yang lebih luas mencakup bidang pendidikan agama dan pengetahuan,

bidang peningkatan hubungan sosial kemasyarakatan bagi para anggota

jamaah, dan peningkatan ekonomi jamaah, sesuai dengan potensi lokal yang

tersedia. 5

Masjid bukan hanya sebatas pusat kegiatan ibadah bagi para

jamaahnya, tetapi Masjid diharapkan dapat menjadi pusat aktivitas sosial

dan ekonomi bagi para jamaahnya. Konsep Pemberdayaan menjadi penting

karena dapat memberikan perspektif positif terhadap pemanfaatan sumber

daya manusia melalui pemberdayaan Masjid untuk kesejahteraan Umat

Islam.

Komunitas Umat Islam yang diberdayakan tidak dipandang

sebagai komunitas yang menjadi objek pasif penerima pelayanan, melainkan

sebuah komunitas yang memiliki beragam potensi dan kemampuan yang

dapat diberdayakan. Kegiatan pemberdayaan Umat Islam (mustahik) dapat

dilakukan melalui pendampingan dengan memberikan motivasi,

5
Ahmad Sutarmadi, Visi, Misi, dan langkah strategis; Pengurus Dewan Masjid
Indonesia dan Pengelola Masjid. (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 2002), hlm. 19
4

meningkatkan kesadaran, membina aspek pengetahuan dan sikap

meningkatkan kemampuan, memobilisasi sumber produktif dan

mengembangkan jaringan.6

Pengembangan sumber daya manusia melalui pemberdayaan

ekonomi jamaahnya merupakan sebuah cita-cita besar tentang revitalisasi

fungsi Masjid sebagai wadah pemberdayaan untuk kesejahteraan umat

Islam. Cita-cita besar ini merupakan sesuatu yang sangat historis dan sesuai

dengan konteksnya karena dalam Islam Idealnya Masjid adalah pilar utama

dalam pembinaan para jamaah dan tokoh-tokoh Islam, disamping pilar-pilar

penting lainnya seperti pesantren menjadi tempat untuk pengkaderan ulama

dan kyai, perguruan tinggi Islam untuk membina para Intelektual dan

cendikiawan muslim, serta pengusaha yang menjadi pilar dalam

membangun wirausahawan yang akan menopang bagi kebangkitan umat

Islam di Indonesia khususnya dan dunia Islam pada umumnya. Namun,

terpenting bagi pembentukan masyarakat Islam. Karena masyarakat muslim

tidak akan terbentuk secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya

komitmen terhadap sistem, akidah dan tatanan Islam. Hal ini tidak akan

dapat dimunculkan kecuali di masjid.

Peran Masjid dengan baitul malnya sebagaimana dicontohkan para

sahabat Rasulullah dalam mengelola zakat, dapat dijadikan sebagai acuan

dalam mengelola dana yang berasal dari zakat, infaq dan shadaqah dari

masyarakat demi kesejahteraan masyarakat. Zakat merupakan instrumen

6
http://www.yadmi.or.idmasjid-sebagai-pusat-pemberdayaan-ekonomi-untuk-
kesejahteraan-umat-islam-indonesia: artikel ini diakses pada 20 Desember 2018.
5

yang paling efektif dan paling esensial dan tidak terdapat dalam sistem

kapitalis maupun sosialis. Secara ekonomi zakat berfungsi distributif, yaitu

pendistribusian kembali (redistribusi) pendapatan dari kaum berlebih kepada

yang memerlukan,zakat memungkinkan adanya alokasi konsumsi dan

investasi.7

Untuk menjawab problema umat yang semakin meningkat, umat

Islam perlu kembali ke Masjid. Masjid dapat menjadi sentral kekuatan umat.

Dimasa lalu, pada masa Nabi, Masjid dapat diperankan secara maksimal

sebagai sentral umat Islam untuk berbagai kegiatan, seperti ibadah,

pendidikan, militer, sosial dan ekonomi.

Optimalisasi fungsi Masjid dalam kehidupan umat, tidak

ditentukan oleh kemegahan bangunan Masjid semata. Banyak ditemukan

Masjid yang besar, namun sepi jamaah dan minim kegiatan. Namun patut

bersyukur sejak beberapa decade terakhir cukup banyak yang aktif dengan

berbagai kegiatan, seperti pengajian rutin, konsultasi agama dan keluarga,

pelayanan perpustakaan , pelayanan poliklinik, pemberdayaan ekonomi

umat dan lain-lain. Untuk itu yang diperlukan seharusnya adalah

mensinkronkan pemberdayaan potensi Masjid dengan pemberdayaan

potensi zakat, wakaf, dan lainnya untuk kepentingan umat.

Salah satu Masjid yang sangat berpotensi dan dinilai melakukan

pemberdayaan ekonomi umat adalah Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic

Center NTB. Masjid yang terletak di pusat Ibukota Provinsi NTB ini

7
Euis Amalia. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. (Jakarta: RajaGrafindo Persada.
2009), hlm. 373-474
6

merupakan Masjid yang berpotensi melakukan program pemberdayaan umat

khususnya dibidang ekonomi, karena Masjid ini terletak di jantung kota

Mataram.

Sebagai kota yang tengah berkembang, keberadaan suatu icon

sangat dibutuhkan. Ini sangat disadari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Provinsi NTB. Maka Nusa Tenggara barat juga mempunyai icon tersendiri

yaitu Islamic Center (IC). Keindahan Islamic Center sendiri memang lekat

akan identitas “ Lombok Pulau Seribu Masjid”. Dinilai cocok dengan kultur

masyarakat.8

Berdasarkan observasi awal peneliti dengan (wakil Sekertaris

Takmir Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB) pada tanggal 10

september 2019. peneliti mendapatkan informasi bahwa Masjid Raya

Hubbul Wathan ini mempunyai banyak sekali program, seperti Kajian Rutin

ba’da shalat Fardhu, Tablig akbar, perayaan hari besar Islam, Pemberdayaan

Ekonomi Ummat. Pada pemberdayaan Ekonomi Ummat ini Masjid Raya

Hubbul Wathan Sudah membentuk Koperasi Syariah , yang

pengoperasiannya semua berdasarkan Hukum Islam. Koperasi Syariah ini

terbentuk/berdiri pada tahun 2017 dimana Koperasi ini bertujuan sebagai

salah satu usaha untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat. Sejauh ini koperasi

syariah sudah menerapkan layanan simpan pinjam sesuai dengan konsep

hukum Islam, pemberian modal usaha dan ada 2 gerai toko, kedua gerai

toko tersebut masih disewakan kepada pihak lain , rencana tahun ini akan

8
https://kicknews.today/2017/11/popularitas-Islamic-Center-ntb-akan-samai-monas-di-
jakarta-2/. Diakses pada tanggal 21 Desember 2018.
7

dikelola sendiri oleh Koperasi Syariah Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic

Center NTB.9

Salah satu penerima pembiayaan modal usaha adalah bapak Ratip

yang dimana usahanya mendapatkan Pinjaman Modal dari Koperasi syariah

Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center.

Pemberian modal usaha dari koperasi syariah Masjid Raya Hubbul

Wathan IC, sangat membantu saya dalam mengembangkan usaha Penjualan

Ikan segar yang saya punya . awalnya saya terdesak oleh pesanan Pelanggan

yang meningkat sedangkan modal yang saya punya tidak cukup untuk

memenuhi permintaan Pelanggan saya . Alhamdulillah dari Bantuan

pinjaman modal usaha koperasi syariah Masjid Raya Hubbul Wathan dapat

membuat saya bisa memenuhi permintaan Pelanggan saya . Modal usaha

yang diberikan Koperasi Syariah Masjid Raya Hubbul Wathan sebesar 1

juta Rupiah.10

Mengingat Islamic Center (IC) merupakan “icon” bagi Nusa

Tenggara Barat, yang biasa mendapatkan wisatawan sehingga bisa

menopang perekonomian Umat. Oleh karena itu, sudah seharusnya Islamic

Center (IC) lebih memperhatikan Pemberdayaan Ekonomi Umat melalui

Koperasi yang di bawah naungan Dinas Koperasi dan UKM provinsi NTB

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti

ini, lalu peneliti mengambil judul “PEMBERDAYAAN EKONOMI

9
Observasi, Mataram, 10 September 2019
10
Observasi, Mataram, 10 September 2019
8

UMAT BERBASIS MASJID” (Studi pada Masjid Raya Hubbul

Wathan Islamic Center Nusa Tenggara Barat).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Apa potensi yang dimiliki Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center

dalam hal pemberdayaan ekonomi ummat ?

2. Bagaimana pemberdayaan ekonomi umat yang di lakukan Masjid Raya

Hubbul Wathan Islamic Center untuk kesejahteraan jamaah dan

masyarakat sekitar Masjid ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian.

a. Untuk mengetahui potensi apa yang dimiliki oleh Masjid Raya

Hubbul Wathan Islamic Center dalam hal pemberdayaan ekonomi

umat.

b. Mengetahui pemberdayaan ekonomi umat yang di lakukan Masjid

Raya Hubbul Wathan Islamic Center untuk kesejahteraan jamaah dan

masyarakat sekitar Masjid.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat berguna, baik secara

teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian yang dimaksud

adalah:
9

a. Manfaat secara Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan

masukan dan juga bisa menjadi ilmu pengetahuan khususnya yang

berkaitan dengan Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid

pada Masjid Raya Hubbul Wathan Islaimic Center NTB.

b. Manfaat secara praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi

pengurus/ pengelola Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center

NTB dalam Pemberdayaan Ekonomi umat dan menjadi pedoman

untuk pengurus Koperasi Syariah dalam menerapkannnya sesuai

dengan konsep Ekonomi Islam.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Ketika berbicara ruang lingkup dan setting penelitian, sangat erat

kaitannya dengan batasan-batasan penelitian, tempat lokasi dimana peneliti

bisa mendapatkan informasi yang dijadikan objek penelitiannya

1. Batasan Masalah

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah tentang

“Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid ” (Studi pada Masjid

Raya Hubbul Wathan Islamic Center Nusa Tenggara Barat).

2. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Islamic Center Nusa Tenggara

Barat. Adapun beberapa alasan peneliti melakukan penelitian di Islamic

Center adalah sebagai berikut:


10

a. Peneliti memilih Islamic Center karena Masjid Hubbul Wathan

Islamic Center yang fungsinya bukan hanya sebagai pusat keagamaan

umat Islam, tetapi juga menjadi pusat perekonomian di Kota Mataram

khususnya dan NTB pada umumnya.

b. Peneliti memilih Islamic Center karena Masjid Hubbul Wathan

Islamic Center menjadi “icon” bagi Nusa Tenggara Barat, yang bisa

menopang perekonomian masyarakat di Kota Mataram khususnya dan

NTB umumnya.

E. Telaah Pustaka

Berdasarkan hasil telaah pustaka, peneliti menemukaan hasil

penelitian yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan, namun

mempunyai perbedaan dari subtansinya. untuk menghindari duplikasi,

plagiasi, dan repetisi, serta menjamin keaslian dan keabsahan penelitian

yang dilakukan sekaligus sebagai pedoman penelitian yang sedang

dilakukan dari penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian yang dilakukan

adalah:.

1. Muhyil Qoyyim pernah melakukan penelitian pada tahun 2009, sifat

penelitiannya kualitatif dan kuantitatif yaitu : Efektifitas Model

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat berbasis Masjid (Studi Pada

Program Pemberantasan Kemiskinan Berbasis Masjid), beliau

menyimpulkan program ini berdampak pada kondisi Ekonomi, Program

ini juga membawa dampak politik secara sosial bagi peserta program.

Dampak tersebut adalah peningkatan partisipasi dalam kegiatan


11

peribadatan yang dilaksanakan di Masjid, peningkatan ukhuwah antar

peserta program dan peningkatan partisipasi peserta program dalam

penyelesaian permasalahan sosial yang terjadi dilingkungan. 11

Menelaah penelitian yang pernah dilakukan oleh Muhyil Qayim yang

berjudul : Efektifitas Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

berbasis Masjid (Studi Pada Program Pemberantasan Kemiskinan

Berbasis Masjid), terdapat perbedaan yang mendasar dengan yang akan

penelitian yang akan peneliti yaitu dalam penelitian Muhyil Qoyyin

membahas tentang efektivitas model pemberayaan ekonomi berbasis

masjid. Sedangkan dalam penelitian yang peneliti teliti membahas

pemberdayaan ekonomi ummat berbasis masjid (pada masjid raya hubbul

wathan Islamic center NTB).

2. Hardi Hidayat pernah melakukan penelitian pada tahun 2010, sifat

penelitian kualitatif, yaitu: Dampak Program KUM3 BMM dalam

Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid (studi Komparasi di Tiga

Masjid Binaan ) dengan kesimpulan bahwa perbandingan sebelum dan

sesudah penerapan KUM3 pada sebuah Masjid sangat terasa

perbedaannya mengingat program tersebut selain dari sisi ekonomi,

bahkan dari sisi keagamaan memperoleh perhatian dari pendamping dan

nada rasa persaudaraan serta tali silaturrahmi dapat terjaga antara peserta

program KUM3. Dan juga pemberdayaan ekonomi berbasis Masjid lebih

cocok diterapkan atau diaplikasikan pada Masjid-Masjid pertengahan

11
Muhyil Qoyyim,”Efektifitas Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis
Masjid: Studi Pada Program Pemberantasan Kemiskinan Berbasis Masjid” ,(Skripsi, Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009).
12

antara Kota dan Desa karena melihat dari beberapa perbandingan ketiga

Masjid yang diteliti. 12

Menelaah penelitian yang pernah dilakukan oleh Hardi Hidayat tentang

Dampak Program KUM3 BMM dalam Pemberdayaan Ekonomi Berbasis

Masjid (studi Komparasi di Tiga Masjid Binaan ) memiliki perbedaan

yang mendasar dengan penelitian yang akan peneliti teliti yaitu dalam

penelitian yang dilakukan oleh Hardi Hidayat membahas tentang

Dampak Program KUM3 BMM dalam Pemberdayaan Ekonomi Berbasis

Masjid (studi Komparasi di Tiga Masjid Binaan ) sedangkan dalam

penelitian yang peneliti teliti hanya membahas tentang pemberdayaan

ekonomi ummat berbasis masjid (pada masjid raya hubbul wathan

Islamic center NTB).

3. Muhammad Muhib Alwi melakukan penelitian bersifat kualitatif pada

Jurnal yang ditulisnya tahun 2015 tentang Optimalisasi Fungsi Masjid

dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Dengan kesimpulan peran

Masjid dalam pemberdayaan ekonomi jamaahnya telah ada contoh dalam

sejarah dan tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW dan sahabat,

yaitu dengan dibentuknya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Kondisi riil

fungsi Masjid saat sekarang ini masih jauh dari contoh zaman nabi.

Kondisi sekarang diperparah dengan pemahaman masyarakat yang belum

bisa menerima pemungsian Masjid dalam banyak hal termasuk

pemberdayaan ekonomi masyarakat. Meskipun demikian pemberdayaan

12
Hidayat Hardi, “Dampak Program KUM3 BMM Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Brbasi Masjid : Studi Komparasi ditiga Masjid Binaan”,(Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Jakarta, Jakarta, 2010).
13

ekonomi masyarakat berbasis Masjid memiliki prospek yang cukup cerah

karena didukung oleh masyarakat yang terus mengalami transformasi

kearah modernitas. Tinggal bagaimana menyiapkan tenaga dibidang

manajemen yang ahli, jujur, dan ikhlas. 13

Menelaah penelitian yang pernah dilakukan oleh Muhammad Muhib

Alwi terdapat perbedaan yang mendasar dengan penelitian yang peneliti

teliti yaitu dalam penelitian Muhammad Muhib Alwi membahas tentang

Optimalisasi Fungsi Masjid dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.

Sedangkan dalam penelitian ini hanya membahas pemberdayaan

ekonomi ummat berbasis masjid (pada masjid raya hubbul wathan

Islamic center NTB).

4. Robiatul Auliyah pernah melakukan penelitian yang dituliskan disebuah

jurnal Studi Manajemen, vol.8, No 1 pada tahun 2014 sifat penelitiannya

kualitatif yaitu Studi Fenomenologi Peranan Manajemen Masjid At-

Takwa Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Bangkalan . Dengan

kesimpulan bahwa Pengurus Masjid At-Takwa hanya memberdayakan

masyarakat miskin melalui pemberian bantuan modal yang dananya

berasal dari dana zakat, infak, dan shadaqah. Program dana bergulir Yang

diberikan kepada pengusaha kecil menjadi suatu keunggulan Masjid At-

Takwa dalam Pemberdayaan ekonomi masyarakat. Jumlah maksimal

13
Muhammad Muhib, “ Optimalisasi Fungsi Masjid dalam Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat”,(Jurnal, Fakultas Dakwah IAIN Jember, Jember, 2015).
14

modal usaha yang diberikan LAZISMUH kepada para pedagang kecil

adalah Rp. 300.000.14

Menelaah penelitian yang dilakukan oleh Robiatul Auliyah terdapat

perbedaan yang mendasar dengan penelitian yang peneliti teliti yaitu

dalam penelitian yang yang dilakukan oleh Robiatul Auliyah membahas

tentang Studi Fenomenologi Peranan Manajemen Masjid At-Takwa

Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Bangkalan. Sedangkan

dalam penelitian ini hanya membahas permberdayaan ekonomi ummat

berbasis masjid (pada masjid raya hubbul wathan Islamic center NTB).

F. Kerangka Teori

1. Pemberdayaan Ekonomi Ummat

a. Pemberdayaan

Terdapat banyak definisi pemberdayaan ekonomi ummat di

banyak literatur yang dikemukakan oleh para ahli. Para ahli

menggunakan kata “masyarakat” untuk menunjuk makna “ummat”.

Dari segi kebahasaan, pemberdayaan merupakan terjemahan dari

empowerment, sedang memberdayakan adalah terjemahan dari

empower, menurut Oxford English Dictionary, kata empower

memiliki dua arti, yaitu: (1). to give power atau autority to atau

memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan

14
Robiatul Auliyah, “Studi Fenomenologi Pernanan Masjid At-Takwa dalam
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Bangkalan”(Jurnal : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Trunojoyo Madura, 2014).
15

otoritas ke pihak lain; (2) to give ability to atau anable atau usaha

untuk memberi kemampuan atau keperdayaan.15

Sedangkan dari segi istilah (terminologi), banyak ahli yang

menawarkan definisi pemberdayaan. Variasi definisi mengenai

pemberdayaan bisa dijumpai di banyak literatur.

Hutomo menyatakan bahwa pemberdayaan ekonomi adalah

penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan

distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan

gaji/upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk

memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus

dilakukan dengan multiaspek, baik dari masyarakat sendiri, maupun

aspek kebijakannya.16

Sumodiningrat menyatakan bahwa pembedayaan ekonomi

adalah usaha untuk menjadikan perekonomian yang kuat, besar,

modern, dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang besar.

Karena kendala pengembangan ekonomi rakyat adalah kendala

struktural, maka pemberdayaan ekonomi rakyat harus dilakukan

melalui perubahan struktural. Pemberdayaan ekonomi ummat adalah

semua kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

perekonomian ummat baik secara langsung (misalnya: pemberian

15
Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam; Dari
Ideologi, Strategi Sampai Tradisi (Bandung: ROSDA, 2001), hlm. 30
16
Mardi Yatmo Hutomo, Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi: Tinjauan
Teoritik dan Implementasi. Http//www.bappenas.go.id./artikel/, diakses pada 15 Agustus 2019,
pukul 20.15.
16

modal usaha, pendidikan ketrampilan ekonomi, pemberian dana

konsumsi), maupun secara tidak langsung (misalnya: pendidikan

ketrampilan ekonomi, perlindungan dan dukungan terhadap kaum

dengan kondisi ekonomi lemah, dan lain-lain). Beberapa literatur

menyebutkan bahwa konsep pemberdayaan lahir sejak revolusi

industri atau ada juga yang menyebutkan bahwa konsep

pemberdayaan ada sejak lahirnya Eropa modern pada abad 18 atau

renaissance, ketika banyak pihak mulai mempertanyakan determinasi

gereja. Jika kemunculan ide pemberdayaan mulai muncul pada abad

pertengahan barangkali benar.

Di Eropa, wacana pemberdayaan muncul ketika industrialisasi

menciptakan masyarakat penguasa faktor produksi dan masyarakat

pekerja yang dikuasai. Pada saat itu, Karl Marx mendefinisikan

pemberdayaan sebagai perjuangan kaum powerless untuk memperoleh

surplus value sebagai hak normatif yang harus diterima masyarakat

pekerja. Perjuangan untuk mendapatkan surplus value tersebut

dilakukan melalui distribusi penguasaan factor-faktor produksi. Dan

perjuangan untuk mendistribusikan factor-faktor produksi tersebut

harus dilakukan melalui perjuangan politik. 17

Indonesia merupakan bagian dari Negara besar di dunia yang

struktur ekonominya sangat timpang. Hal ini terjadi karena basis

17
Sumodiningrat Gunawan, “Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman
Sosial”(Jakarta: Gramedia, 2002), hlm. 15
17

ekonomi yang strategis yang dimonopoli oleh segelintir orang, yaitu

kalangan feudal-tradisional dan masyarakat modern-kapitalis dengan

konsep ekonomi “ribawi”.18

Istilah pemberdayaan masyarakat mengacu pada kata

empowerment yang berarti penguatan. Yaitu sebagai upaya

mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh

masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya

adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri

sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka. Maka

pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diharapkan adalah yang

dapat memposisikan individu sebagai subjek bukan sebagai objek. 19

Menurut soeharto dalam pemberdayaan merujuk pada

kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga

mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi

kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom)

dalam arti bukan saja mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari

kelaparan, bebas dari kebodohan dan bebas dari kesakitan(b)

menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka

dapat meningkatkan pendapatnya dan memperoleh barang-barang dan

jasa-jasa yang mereka perlukan(c) berpartisipasi dalam proses

pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi

18
Achmad Djunaidi dan Thobicb Al-Ashar, “Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah
Upaya Progresif untuk Kesejahteraan Umat”(Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006), hlm. 6-7
19
Setiana L. “tekhnik penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat”(Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga Press, 2007), hlm. 79
18

keputusan mereka. 20 Para ahli mengemukakan bahwa bahasan

mengenai pemberdayaan hendaknya ditinjau dari tujuan, proses, dan

cara-cara pemberdayaan yang dilakukan yang meliputi.21

1) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan pihak-

pihak yang lemah atau kurang beruntung.

2) Pemberdayaan adalah sebuah proses yang dengannya suatu pihak

akan menjadi kuat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam

memperbaiki keadaan.

3) Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali

kekuasaan melalui pengubahan struktur ekonomi yang ada di

tengah masyarakat.

4) Pemberdayaan adalah suatu cara agar masyarakat, organisasi, dan

komunitas mampu menguasai (berkuasa atas) kehidupannya.

Dengan demikian, pemberdayaan ekonomi adalah proses

sekaligus tujuan. sebagai proses, pemberdayaan ekonomi adalah

serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan

kelompok lemah (kondisi ekonominya) dalam masyarakat. Sebagai

tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang

ingin dicapai, dan konsep mengenai tujuan pemberdayaan ini

seringkali digunakan sebagai indicator keberhasilan pemberdayaan

sebagai sebuah proses. Bila konsep pemberdayaan diatas dilekatkan

20
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung: PT. refika
Aditama , 2005), hlm. 58
21
Ibid., hlm. 58-59.
19

mendahului konsep ekonomi, maka didapati konsep baru yang lebih

sempit dan spesifik. Pemberdayaan ekonomi merupakan kegiatan

memberi kekuasaan pada pihak ke-dua (sasaran pemberdayaan) agar

menjadi mampu dalam bidang ekonomi.

Masjid dapat menjadi sentral kekuatan umat. Di masa lalu, pada

masa Nabi, Masjid dapat diperankan secara maksimal sebagai sentral

umat Islam untuk berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan ekonomi

yang dimiliki oleh Masjid yang mungkin dapat dipraktekan dan

dijadikan contoh sebagai basis pemberdayaan umat, khususnya

dibidang ekonomi dan pengentasan kemiskinan adalah pembentukan

BMT (Baitul Maal wat Tamwil) berbasis Masjid. Masjid dengan

aktifitas kegiatan ekonomi yang dimotori oleh BMT yang

didirikannya akan sanggup menjadi basis pemberdayaan ekonomi para

jamaahnya, maupun umat Islam disekitarnya secara luas. Dan juga

sekarang sudah mulai di Indonesia Masjid-Masjid memberdayakan

umatnya dalam bidang ekonomi melalui koperasi syariah . artinya

sekarang sangat luas sekali fungsi dari Masjid terutama dalama

pemberdayaan ekonomi umat .

b. Cakupan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Ummat

Michael Sheraden mengatakan pemberdayaan ekonomi

masyarakat setidaknya mencakup tiga bidang pemberdayaan yaitu: 22

22
Ismet Firdaus dan Ahmad Zaki, “upaya meningkatkan Equity Perempuan Dhuafa Desa
Bojang Indah, Parung” (Jakarta : Dakwah Press, 2008) hlm. 226
20

Pertama, asset manusia (human asset) berkaitan erat pada

pemberdayaan kualitas sumber daya manusianyan. Humman capital

ini termasuk pada golongan asset tidak nyata. Humman asset secara

umum meliputi intelegensia, latar belakang pendidikan, pengalaman,

pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Usaha - usaha untuk

meningkatkan Humman asset ini biasanya dilakukan dengan berbagai

program yang bersifat kualitatif seperti program pelatihan dan

keterampilan dalam bentuk kursus-kursus, penyuluhan, yang

semuanya bertujuan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan yang pada akhirnya menghasilkan output pada

peningkatan kualitas SDM.

Kedua, Pemberdayaan asset modal keuangan (finansial asset),

meliputi modal produksi yang terdiri dari tanah, bangunan, mesin

produksi dan komponen produksi lainnya. Salah satu permasalahan

klasik yang dihadapi para pelaku perekonomian adalah sulitnya

mendapatkan modal untuk kredit usaha. Ketidak mampuan dan

ketidak pastian mereka dalam memenuhi setiap persyaratan yang

diajukan oleh lembaga keuangan formal seperti bank menjadikan

sulitnya dana usaha terealisasikan. Para pengusaha kecil pada

umumnya tidak memiliki asset yang cukup untuk menjaminkan

kepada pihak bank.

Ketiga, pemberdayaan asset sosial (sosial asset). Asset sosial

meliputi keluarga, teman, koneksi atau jaringan sosial dalan bentuk


21

dukungan emosional, informasi dan akses yang lebih mudah pada

pekerjaan, kredit dan tipe asset lainnya.

c. Indikator pemberdayaan ekonomi masyarakat

1) kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi keluar

rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti kepasar, tempat

hiburan, dan lain-lain. Tingkat mobilitas ini tinggi jika individu

mampu pergi sendirian.

2) kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk

membeli barang-barang kebutuhan individu maupun keluarga

sehari-hari. Seorang dianggap mampu melakukan kegiatan ini

terutama jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta

izin pasangannya, terlebih jika ia dapat membeli dengan uangnya

sendiri.

3) kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu

membeli komoditas atau barang-barang sekunder atau tersier,

seperti TV, berlangganan Koran, dan lain-lain.

4) terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga:

mampu membuat keputusan secara sendiri maupun bersama

pasangan mengenai keputusan-keputusan keluarga.

5) Kebebasan relatif dari dominasi keluarga

6) kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang

anggota DPRD setempat, mengetahui pentingnya memiliki akta

nikah.
22

7) keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes yang berkaitan

dengan permasalahan masyarakat.

8) jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga, memiliki

rumah, tanah, asset produktif. 23

d. Karakteristik Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Konsep ini meliputi ciri atau karakter pemberdayaan yang

berdasarkan tiga hal utama yang bersifat adaptif terhadap masyarakat,

yaitu.24

1) Berbasis Masyarakat, artinya Masyarakat bertindak sebagai

pelaku/subjek dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program

pemberdayaan ekonomi. Masyarakat memiliki kewenangan untuk

mengambil keputusan tentang kegiatan yang diperlukan serta

pelaksanaannya. Keputusan yang diambil merupakan keputusan

bersama.

2) berbasis sumber daya setempat, artinya program ini didasarkan

pada sumber-sumber yang tersedia pada daerah tersebut.

3) berbasis kelanjutan, artinya program yang dirancang harus dapat

berfungsi sebagai motor penggerak awal, tidak berhenti pada akhir

suatu program. Agar hal tersebut dapat tercapai diperlukan strategi,

perencanaan dan pelaksanaan yang tepat guna.

23
Ibid., hlm. 64-66
24
Ibid., hlm. 227.
23

e. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Tujuan Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah untuk

mendukung keterjaminan, kesempatan, dan keberdayaan melalui 25:

1) Pengembangan kualitas dan kuantitas pelayanann sosial

2) Penguatan akuntabilitas dan inklusifitas kelompok-kelompok

masyarakat

3) Peningkatan partisipasi berbasis luas

4) Perluasan akses masyarakat terhadap informasi dan jaringan sosial

5) Penyempurnaan pemerintah, lembaga dan kebijakan pada skala

lokal dan nasioanal sehingga responsive terhadap kebutuhan

masyarakat lokal.

Adapun target pengembangan masyarakat/peningkatan

kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan atau

empowerment agar anggota masyarakat terlibat dalam proses

produktif yang didasarkan pada kesetaraan atau equity, keterjamaan

dan security, keberlangsungan atau sustainability, dan kerjasama atau

cooperation, bila pemberdayaan atau kesetaraan, keterjaminan,

keberlangsungan dan kerjasama dapat berjalan secara simultan maka

sasaran kesejahteraan dapat tercapai. 26

Jadi inti pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah mengarah

dan mendorong perubahan struktural yaitu dengan memperkuat

25
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”.( Bandung: PT. refika
Aditama , 2005), hlm. 25
26
Asep Usman Ismail Dkk, “Pengembangan Komunitas Muslim; Pemberdayaan
Mayarakat kampong Badak Putih dan Kampung Satu Duit”, (Jakarta: Dakwah Press, 2007),
hlm.54.
24

kedudukan dan peran ekonomi masyarakat dalam perekonomian

nasional. Dengan demikian, pelaku ekonomi masyarakat mampu

menikmati yang dihasilkannya dan seterusnya mampu menghasilkan

dan bermanfaat serta berkelanjutan.

f. Ekonomi Umat

Ekonomi umat itu hampir identik dengan ekonomi pribumi

Indonesia. Sementara itu umat Islam sendiri merupakan 87% dari total

penduduk. Konsekuensi dari pengertian ini adalah bahwa jika

dilakukan pembangunan nasional yang merata secara vertikal maupun

horizontal, maka hal ini berarti juga pembangunan ke perekonomian

umat Islam.

Yang dimaksud perekonomian umat itu adalah sektor-sektor

yang dikuasai muslim-santri. Batasan ini mempunyai masalah

tersendiri, karena sulit membedakan mana yang Islam dan mana pula

yang abangan. Ekonomi umat juga diartikan badan-badan yang

dibentuk dan dikelola oleh gerakan Islam. Indikator ini mengacu

kepada perusahaan-perusahaan yang dikembangkan oleh gerakan

nasrani yang telah berhasil membangun diri sebagai konglomerasi dan

bergerak di bidang-bidang seperti perbankan, perkebunan,

perdagangan ekspor-impor, perhotelan, penerbitan, percetakan dan

industri lainnya. Jadi dapat dikerucutkan bahwa pemberdayaan

ekonomi umat, berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat

lapisan masyarakat Islam dari kondisi tidak mampu, serta melepaskan


25

diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi. Dengan

kata lain, sebagai upaya membangun kemandirian umat di bidang

ekonomi. 27

Operasionalisasi ekonomi umat ini akan menarik jika pada

ujungnya nanti, yang diharapkan terjadi nanti adalah :

1) Timbulnya hubungan saling menguntungkan antar golongan umat

Islam dan hubungan ini mengarah pada hal yang konstruktif, tidak

destruktif.

2) Munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi baru yang dapat menjadi

kekuatan ekonomi kerakyatan baru, dimana kegiatan ekonomi

komunitas akan terbentuk dengan tidak mengandalkan supply yang

selama ini ada. Umat (Islam) bukan hanya menjadi konsumen, tapi

bertindak juga sebagai pengelola dan pemilik dari kegiatan-

kegiatan ekonomi yang terjadi. Hal ini kemudian diharapkan dapat

menjadi inspirasi bahwasannya pembangunan ekonomi umat tidak

sebatas untuk membangun ekonomi semata melainkan juga untuk

memperkuat persaudaraan diantara umat (Islam).

Beberapa kegiatan ekonomi yang telah dihasilkan dalam

rangka mengoprasionalkan ekonomi umat ini diantaranya kegiatan

usaha yang telah dihasilkan diantaranya meliputi pengembangan

usaha SPBU mini, retail, sengin, tembakau, kacang, karet, domba,

27
Nur Mahmudi Isma’il, “Strategi Pemberdayaan Umat dan Pencetakan SDM Unggul”.
(Bandung: ISTECS, 2001).hlm. 22-25
26

Desa Makmur Peduli Api (DMPA), serta penguatan sumber daya


28
manusia dibidang otomotif.

2. Masjid

a. Pengertian Masjid

1) Secara Bahasa (etimologis)

Masjid Berarti tempat beribadah . akar kata dari Masjid

adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Kata

Masjid sendiri berakar dari Bahasa Arab. diketahui pula bahwa,

kata masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad

ke-5 sebelum masehi yang berarti “tiang suci” atau “tempat

sembahan”. Dalam Bahasa Inggris, kata Masjid disebut mosque

yang berasal dari kata mezquita dalam Bahasa Spanyol. Sebelum

itu, Masjid juga disebut “moseak”. “muskey”, “moscey”. Kata –

kata tersebut diduga mengandung nada yang melecehkan.

Contohnya pada kata mezquita yang berasal dari kata mosque

menjadi populer dan dipakai dalam Bahasa Inggris secara luas. 29

Menurut Yulianto Sumalyo menyebutkan bahwa kata

Masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali dalam al-Qur’an,

kata tersebut berasal dari kata sajada-sujud yang berarti patuh, taat

serta tunduk dengan hormat dan takzim. Oleh karena itu , pada

28
Agustanto Imam, “Ekonomi Umat, Kebijakan Strategis atau Taktis?”, dalam
http//www.kompasiana.com/agustanto.imam52/ekonomi-umat-kebijakan-strategis-atas-taktis,
diakses tanggal 20 februari 2020, pukul 17.30 wita.
29
Aisyah Nur Handryant,” Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat”,(UIN-
MALIKI:2010) hlm.51.
27

umumnya bangunan yang dibuat khusus untuk shalat disebut

Masjid yang berarti tempat untuk sujud. 30

2) Secara Istilah (terminologis)

Berdasarkan akar katanya mengandung arti tunduk dan

patuh, maka hakikat dari Masjid adalah tempat melakukan segala

aktivitas berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah semata. Oleh

karena itu, Masjid dapat diartikan lebih jauh, bukan hanya tempat

shalat dan bertayamum (berwudlu), namun juga sebagai tempat

melaksanakan segala aktifitas kaum muslimin berkaitan dengan

kepatuhan kepada Allah swt.

Masjid dapat diartikan sebagai tempat dimana saja untuk

bersembahyang orang muslim, seperti sabda Nabi Muhammad saw.

Sebagai berikut:

“seluruh bumi adalah Masjid, kecuali kuburan dan tempat

pemandian” (HR. Tirmidzi. No. 317).31

Berdasarkan sejarah Masjid Nabawi di Madinah yang

didirikan oleh Rasulullsh saw., dapat dijabarkan fungsi dan peranan

Masjid pada masa itu, yaitu bahwa tercatat tidak kurang dari

sepuluh peranan dan fungsi Masjid Nabawi di antaranya sebagai

30
Sumalyo, “Arsitektur Masjid”, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 1
31
Drs. Muhammad Zuhri, “Kelengkapan Hadits Qudsi”,(Semarang: PT. Karya Toha
Putra:1982), hlm. 227.
28

tempat ibadah (shalat, zikir), konsultasi dan komunikasi berbagai

masalah termasuk ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, santunan

sosial, latiha militer dan persiapan peralatannya, pengobatan korban

perang, perdamaian dan pengadilan sengketa menerima tamu (di

aula), menawan tahanan dan pusat penerangan dan pembelaan

agama. 32

Sumber daya yang menjadi potensi Masjid meliputi sumber

daya insani, sumber daya yang bersifat fisik (tangible), sumber daya

yang bersifat non-fisik (intangible).

Sumber daya insani Masjid merupakan elemen utama,

sebab manusia merupakan pengendali sumber daya yang lainnya. 33

Oleh karena itu, sumber daya manusia adalah keseluruhan penentu

pelaksanaan berbagai aktivitas, policy, dan program yang bertujuan

untuk mendapatkan tenaga kerja, pengembangan dan pemeliharaan

dalam usaha meningkatkan dukungannya terhadap peningkatan

efektivitas organisasi Masjid yang dapat dipertanggungjawabkan

secara etis dan sosial. 34

Disamping sumber daya insani, Masjid memiliki potensi

ekonomi berupa sumber daya yang bersifat fisik, yaitu : 1) tanah dan

bangunan Masjid yang rata-rata merupakan harta wakaf dari kaum

32
Aisyah Nur Handryant, “Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat”,(UIN-
MALIKI:2010) hlm.52.
33
Marihot Tua Efendi Hariandja, “Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007) hlm. 1
34
Ibid., hlm. 3.
29

muslimin, 2) dana Masjid yang cukup besar, dimana dana tersebut

terhimpun dari berbagai sumber dengan jenis dananya meliputi dana

zakat, infaq, sedekah, dan wakaf.

Sumber daya Intangible Masjid adalah sumber daya yang

tidak melihat dalam neraca keuangan organisasi, misalnya teknologi,

inovasi, dan reputasi. Masjid memiliki sumber daya yang bersifat

non-fisik seperti potensi sosial, potensi spiritual, dan potensi

intelektual.

Potensi sosial Masjid sebenarnya terlihat include dengan

kegiatan ritual di Masjid, yaitu kewajiban shalat berjamaah bagi

kaum muslimin, disamping terdapat berbagai kegiatan sosial Masjid

dalam arti fungsi sosial Masjid. Salah satu yang memperkuat

persaudaraan antara kaum muslimin adalah Masjid. Karena dalam

sehari saja kaum muslimin dapat bertemu sebanyak 5 kali.

Mengenai hal ini Rasulullah SAW memerintahkan umatnya

untuk mengikuti shalat berjamaah di Masjid. Bahkan setelah selesai

shalat Rasulullah SAW senantiasa memperhatikan para sahabatnya

sebagai jamaah shalat. Unsur penting modal sosial mengandung

dimensi tanggung jawab atas kewajiban, harapan, dan kepercayaan

terhadap persoalan-persoalan dalam struktur sosial. 35 Dengan

demikian Masjid mempunyai posisi yang sangat strategis dalam

35
Khirjan Nahdi, “Dinamika Pesantren Nahdlatul Wathan Dalam Perspektif Pendidikan,
Sosial, dan Moral” dalam Islamiat, Vol. 7, No. 2,(Surabaya : UIN Sunan Ampel, 2013), hlm. 381-
405.
30

memberikan solusi bagi permasalahan-permasalahan yang muncul

dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, jika Masjid difungsikan

dengan sebenar-benarnya. 36

Potensi spiritual merupakan potensi atau kekuatan yang

tidak berakar pada sesuatu yang bersifat material, intelektual, atau

bidang sosial, tapi berakar pada kekuatan dan pengaruh yang

dihasilkan dari hubungan seseorang dengan tuhannya. Sebagaimana

disebutkan terdahulu bahwa Masjid berfungsi sebagai tempat ibadah

ritual. Bersamaan dengan itu, Masjid memiliki potensi spiritual

hanya dapat dibangun dari Masjid. “Hanya yang memakmurkan

Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah

dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat

dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka

merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-

orang yang mendapat petunjuk”. (QS. At-Taubah : 18). Berdasarkan

petunjuk Al- Quran maupun hadits secara normatif bahwa Masjid

memiliki potensi spiritual yang sangat luar biasa yang akan melekat

pada orang-orang yang memakmurkan Masjid tersebut.

Masjid dalam fungsinya sebagai lembaga pendidikan dan

dakwah merupakan lembaga sosial yang memiliki potensi intelektual

yang sangat strategis. Karena Masjid memiliki kelompok-kelompok

kajian keislaman sekaligus sebagai sarana dakwah Islam. Kelompok-

36
Teukeu Aminudin, “Masjid Dalam Pembangunan”, (Yogyakarta : UII, 2008 ), hlm.52.
31

kelompok kajian tersebut berupa kelompok pengajian orang tua,

pemuda dan remaja, serta anak-anak.

Dari beberapa sudut pandang tersebut di atas maka dapat

dirangkum bahwa Masjid dibangun untuk memenuhi keperluan

ibadah umat Muslim, fungsi dan perannya ditentukan oleh

lingkungan, tempat dan jamaah di mana masjid didirikan. Secara

prinsip Masjid adalah tempat membina umat. Untuk itu Masjid harus

dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan waktu dan tempat Masjid

dibangun. berbagai elemen Masjid seperti bentuk, bahan dan

ornamennya berkembang bervariasi menurut zaman dan budaya

masyarakat di mana Masjid didirikan. Dalam Masjid tradisional asli

misalnya di Jawa, tidak selalu ada minaret, tetapi fungsinya

digantikan oleh bedug. 37

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau metode yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Metode penelitian data pada

dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu.38

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Studi

Kasus. Studi kasus atau penelitian kasus adalah (case study), adalah

37
Ibid., hlm. 54.
38
Sugiono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Da R&D”, (Bandung: Alfabeta,
2013), hlm. 2.
32

penelitian tentang status objek penelitian yang berkenaan dengan suatu

fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian

dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Peneliti

ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi

lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek.39

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Di

mana metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan

data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil kualitatif lebih menekankan makna daripada

generalisasi. 40

3. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di lapangan merupakan keharusan dalam kegiatan

penelitian agar informasi yang didapatkan benar-benar sesuai dengan

keadaan yang terjadi atau keadaan yang ada di lapangan, karena peneliti

lebih banyak berhubungan atau berintraksi dengan informan sekaligus

pengamat partisipasi. 41 Kehadiran peneliti di lapangan atau lokasi

penelitian merupakan kegiatan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya

39
Moh. Nazir,” Metode Penelitian”, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 57.
40
Ibid., hlm. 9.
41
Ibid., hlm. 164.
33

dengan menggunakan berbagai metode seperti observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

4. Sumber Data dan Jenis Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen yaitu data lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini

jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data

tertulis, foto, dan statistik.42

Menurut sumbernya ada tiga jenis klasifikasi sumber data, yaitu

person (orang) seperti masyarakat atau stakeholder dan pengelola yang

ada di Islamic Center (IC), place (tempat) seperti lokasi Islamic Center

Mataram NTB, dan paper (kertas/simbol) berupa dokumen-dokumen

tertulis berisi informasi Islamic Center dan mading atau papan

pengumuman Islamic Center. Dengan demikian yang menjadi sumber

data dan informasi dalam penelitian ini diproleh dari masyarakat atau

stakeholder serta pengurus Masjid Raya Hubbul Wathan dan pengelola

Islamic Center NTB.

Adapun jenis-jenis data adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data. Maka data primer ini didapatkan secara

langsung di Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB.

42
Lexy, J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi”, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 157.
34

Adapun sumber data primer berupa hasil observasi dan wawancara

terhadap Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid. Sedangkan

yang menjadi informan adalah anggota koperasi syariah Masjid Raya

Hubbul Wathan Islamic Center NTB.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dengan

dilakukan menggunakan studi kepustakaan yaitu dari buku-buku atau

literatur yang terkait dengan fokus penelitian. 43 Data sekunder berupa

bukti , catatan atau laporan Historis yang telah tersusun dalam arsip

(data dokumenter) yang dipublikasikan maupun yang tidak

dipublikasikan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang benar-benar objektif, peneliti

menggunakan beberapa metode sehingga diharapkan obyektifitas data

menjadi signifikan dan sesuai dengan harapan peneliti. Adapun metode

yang digunakan peneliti dalam teknik pengumpulan data yaitu metode

wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk lebih jelasnya peneliti

menguraikan sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Metode observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai

ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu

43
Jonathan Sarwono, “Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif”, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006), hlm. 17.
35

berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada

orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan. 44

Metode observasi menuntut adanya pengamatan dari seorang

peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek

yang akan diteliti dengan menggunakan instrument berupa pedoman

penelitian dalam bentuk lembar pengamatan atau lainnya. Teknik

pengumpulan dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan

dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat

dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta)

yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang

diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

Kemudian non participant observation, yaitu peneliti tidak terlibat

dan hanya sebagai pengamat independen.45 Pada observasi ini

penelitian menggunakan non participant observastion.

b. Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan studi

44
Ibid.,hlm. 145.
45
Ibid, hlm.146
36

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan juga

jumlah respondennya sedikit/kecil. 46

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara bebas, yaitu tanya jawab secara lisan antara peneliti

dengan responden terkait dengan beberapa pertanyaan yang diajukan

oleh peneliti secara bebas tetapi tidak menyimpang dari pedoman

wawancara yang sudah di tetapkan.

Peneliti akan mewawancarai Pengurus Masjid Raya Hubbul

Wathan IC 2 orang dan Pengurus Koperasi Syariah Masjid Raya

Hubbul Wathan 2 orang. Peneliti juga akan mewawancarai 3 orang

jamaah Masjid Raya Hubbul Wathan yang merasakan langsung

Pemberdayaan yang dilakukan oleh Pengurus Masjid Raya Hubbul

Wathan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen yang berasal dari

bahasa latin yaitu docere, yang berarti mengajar. Secara bebas dapat

diterjemahkan bahwa dokumen merupakan rekaman kejadian masa

lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan anecdotal, surat,

buku harian, dan dokumen-dokumen.47

Metode dokumentasi ini digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data berupa data-data tertulis yang mengandung


46
Ibid., hlm.137.
47
Djam’an Satori dan Aan Komariah, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung :
Alfabeta, 2014), hlm. 147.
37

keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang

masih terpercaya dan sesuai dengan masalah penelitian.

6. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi,

dokumentasi, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti

tentang kasus yang diteliti. 48

Setelah data-data yang dibutuhkan sudah terkumpul, maka kegiatan

penelitian yang dilakukan adalah menganalisa data. Dengan analisis data

tersebut, peneliti mendapatkan gambaran tentang fokus penelitian yang

dilakukan.

Adapun yang dilakukan peneliti adalah menganalisa apa saja yang

dilakukan oleh Pengelola Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center

NTB pada kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Umat melalui Masjid Raya

Hubbul Wathan Islamic Center NTB berdasarkan potensi dan fungsi

Masjid.

7. Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian bertujuan untuk memberikan

apakah data yang diperoleh di lapangan betul-betul valid atau tidak,

dengan memadukan landasan teori yang menjadi landasan penelitian.

Untuk mendapatkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.

Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria itu

48
Ibid., hlm. 248.
38

sendiri atas dasar kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, ketergantungan,

dan kepastian. Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik-

teknik pemeriksaan sendiri. 49

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan suatu yang lain. Di luar data yang diperlukan untuk

pengecekan atau pembanding terhadap data lain. Teknik triangulasi yang

paling banyak digunakan adalah pemeriksaan sumber lainnya. 50

H. Sistematika Penulisan

Bab satu, bab ini menguraikan tentang Pendahuluan, membahas

konteks penelitian atau latar belakang, Rumusan masalah, tujuan dan

manfaat, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka

teoritik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab dua, bab ini menguraikan tentang paparan data dan temuan data,

menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, struktur organisasi

dan pengurus. Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid di Masjid

Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB..

Bab tiga, bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil analisis,

jawaban atas pertanyaan yang disebut dalam fokus penelitian, pembahasan

dari data-data yang telah ditemukan di lapangan.

Bab empat, bab ini berisi tentang uraian kesimpulan berdasarkan hasil

analisis data penelitian. Pada bab ini penulis juga akan menyampaikan

keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian serta memberikan

49
Ibid., hlm.11.
50
Sugiono, “Metode Penelitian, Kuantitatif”, (Bandung: Cv Alfabeta, 2011), hlm. 330.
39

beberapa saran sebagai masukan kepada lembaga terkait yaitu Masjid Raya

Hubbul Wathan Islamic Center NTB.


40

BAB II

PAPARAN DAN TEMUAN DATA

A. Gambaran Umum Profil Islamic Center NTB

Masyarakat Nusa Tenggara Barat sebagian besar beragama Islam

yang telah menyatu di dalam budaya dan pola kehidupan baik di pulau

Lombok maupun di pulau Sumbawa. Masjid merupakan titik sentral

persatuan dan kesatuan kehidupan di masyarakat untuk kegiatan yang bersifat

keagamaan maupun kegiatan sehari-hari.

Masyarakat NTB gemar membangun Masjid, sehingga pada setiap

wilayah terdapat bangunan Masjid yang dibangun secara mandiri. Pada setiap

perjalanan , tak lebih dari 2 kilometer akan ditemukan Masjid yang bentuk

bangunannya relative lebih baik dibandingkan bangunan sekitarnya. Jumlah

Masjid di NTB ± 1000 - 6.000 unit belum termasuk Mushala, sehingga

masyarkat Indonesia memberikan julukan pada Provinsi NTB sebagai Pulau

1000 Masjid.

Pembangunan Islamic Center NTB bertujuan untuk menyatukan Visi

Syiar Islam, sebagai Pusat Ibadah Icon NTB. Pusat Pengkajian dan Peradaban

Islam, Wisata Religius, Lambang Perdamaian dan sekaligus sebagai identitas

dari Pulau 1.000 Masjid. 51

51
Unit Pegelola Islamic Center, Brosur Resmi Islamic Center Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Mataram, 24 November 2019.
41

1. Sejarah Islamic Center Nusa Tenggara Barat

Ide rencana pembangunan Islamic Center NTB sudah dimulai

oleh pemerintah Provinsi NTB beserta masyarakat sejak era pemerintahan

Gubernur Drs. H. Lalu Serinata pada tahun 2004. Bentuk komitmen dari

rencana tersebut

Pada tahun 2004 mulai dilakukan persiapan dengan melakukan rapat-rapat

koordinasi dan studi banding keluar daerah yang pembiayaannya

dibebankan pada APBD Provinsi NTB tahun anggaran 2004, atas beban

belanja langsung kegiatan persiapan Pembangunan Masjid Islamic Center

yang terdapat pada Sub. Bidang Agama dan Pendidikan BAPPEDA

Provinsi NTB. 52

Bagaikan gayung bersambut, pemerintahan boleh berganti namun

rencana pembangunan Islamic Center Provinsi NTB terus berlanjut.

Naiknya Dr. TGKH. M. Zainul Majdi, MA. Sebagai Gubernur NTB yang

dilantik pada tanggal 8 September 2008 adalah merupakan titik awal

dimulainya pembangunan Islamic Center Provinsi NTB.

Pembangunan Islamic Center Provinsi NTB secara konkrit

dimulai dengan sayembara dan pembuatan Detail Engineer Desain (DED)

pada tahun 2009 yang dilaksanakan oleh PT. Penta Rekayasa dari

Bandung dari hasil sayembara dan DED tersebut Pembangunan Islamic

Center Provinsi NTB terdiri dari beberapa bangunan utama meliputi :

52
Unit Pegelola Islamic Center, Brosur Resmi Islamic Center Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Mataram, 24 November 2019.
42

- Bangunan Masjid

- Minaret Utama Masjid

- Gedung Pertemuan/Gedung Serbaguna

- Sekolah Model Islam Terpadu (TK – SD – SMP –SMA)

- Pusat Kajian Agama Islam

- Perpustakaan Dan Museum Islam. 53

2. Lahan Islamic Center NTB

Kompleks Pembangunan Islamic Center Provinsi NTB

menempati area seluas 74.749 m2 / 7.75 Ha yang merupakan eks lahan

bangunan Gedung SPP/SPMA, SMP 6 Mataram, Gedung KONI, Masjid

Raya At-Taqwa Mataram, dan Kantor Dinas Perkebunan serta

Disnakertrans.

3. Pemancangan Perdana

Pemancangan Perdana Pembangunan Kompleks Islamic Center NTB

dilaksanakan pada tahun 2010. Pemancangan pertama ini dilakukan oleh

Gubernur NTB Dr. TGKH. M. Zainul Majdi, MA. Yang dihadiri oleh

Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Helmy Faishal Zaini, Wakil

Gubernur NTB Ir. H. Badrul Munir, MM. pimpinan DPRD Provinsi NTB

beserta Muspida NTB lainnya, pejabat lingkup pemerintahan Provinsi

NTB, Tokoh Agama, dan Tokoh Agama.

Pemancangan tiang perdana Masjid Hubbul Wathan Islamic Center

Provinsi NTB pada Jum’at 19 Maret 2010.

53
Unit Pegelola Islamic Center, Brosur Resmi Islamic Center Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Mataram, 24 November 2019.
43

Sejak pemancangan perdana pada tahun 2010 maka secara bertahap dan

terus menerus berlangsung pekerjaan konstruksi pembangunan, mulai dari

pembangunan gedung pendidikan, gedung Masjid Islamic Center Provinsi

NTB dan fasilitas umum lainnya. 54

4. Peresmian

Gubernur NTB, Dr. TGKH. M. Zainul Majdi, MA. Meresmikan

penggunaan Masjid Hubbul Wathan Islamic Center (IC) yang ditandai dengan

penandatanganan prasasti dan pemukulan beduk usai pelaksanaan Shalat Hari

Raya Idul Adha 1437 Hijriyah, (Senin, 12 September 2016).

5. Profil Masjid

a) Nama Masjid : Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic

bgfigdskgfdsgfgdgjd kbgjsCenter NTB

b) Tipologi Masjid : Masjid Raya

c) Alamat : Jln Langko Mataram, Kelurahan Dasan

bgfigdskgfdsgfgdgjdkkg hAgung, Kec. Selaparang Kota Mataram

lnkkkkkkkkkkkk kkkkkklllNTB

d) Tahun Berdiri : Tahun 2016

e) Luas Tanah : 74,749 m2 / 7,75 Ha

f) Bangunan Masjid Utama : 32.300 m2

g) Gedung Pendidikan : 15.400 m2

54
Unit Pegelola Islamic Center, Brosur Resmi Islamic Center Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Mataram, 24 November 2019.
44

h) Gedung Pengkajian : 8.298 m2

i) Areal Komersial : 15.819 m2

6. Tipologi Masjid

Tipologi Masjid Hubbul Wathan Islamic Center (IC) Nusa Tenggara

Barat adalah Masjid Raya. Masjid Raya adalah Masjid yang berada di Ibu

Kota Provinsi, ditetapkan oleh Gubernur atas rekomendasi Kepala Kantor

Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTB, sebagai Masjid Raya dan

menjadi pusat keagamaan tingkat Pemerintahan Provinsi, dengan salah satu

kriterianya adalah dibiayai oleh Pemerintah Provinsi melalui APBD dan dana

masyarakat.55

7. Kepengurusan

Dalam rangka terwujudnya pengelolaan Masjid Hubbul Wathan

Islamic Center NTB yang baik dan berkelanjutan telah dibentuk Dewan

Pengurus Masjid dengan Keputusan Gubernur NTB Nomor: 451.7- 91 tahun

2017 tentang Pembentukan Dewan Pengurus Masjid Hubbul Wathan Islamic

Center NTB periode 2017-2022.

Susunan organisasi kepengurusan organisasi terdiri dari 1) Dewan

Pembina berjumlah 17 orang yang di dalamnya antara lain adalah Anggota

Muspida Provinsi NTB ; 2) Dewan Penasehat berjumlah 14 orang yang

diketuai oleh Gubernur NTB. ; 3) Dewan Pengurus berjumlah 13 orang, yang

55
Unit Pegelola Islamic Center, Brosur Resmi Islamic Center Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Mataram, 24 November 2019.
45

duduk sebagai Ketua Umum adalah Sekda Provinsi NTB dan ketua harian

TGH. Mahally Fikri; dan 4) Bidang-bidang yang terdiri dari 15 orang.

8. Fasilitas

Bangunan Utama Masjid seluas 32.384 m2, dihiasi dengan satu

menara Asmaul Husna setinggi 114m diikuti 4 buah menara pada empat

pojok masjid setinggi 66 M. Bangunan utama meliputi bangunan basement,

bangunan serbaguna serta ruang rapat pada lantai dasar, ruang shalat utama

pada lantai satu dan dua dengan uraian sebagai berikut:

a) Ruang Shalat: 6.804 m2, yang dapat menampung 15.000 jamaah

b) Pedestrian Beratap dan Menara : 3.302 m2 terdiri dari selasar tertutup dan

Menara= 2.030 m2, dan Viewing Deck Menara= 1.272 m2

c) Fasilitas pendukung dan Menara : 2.097 m2, yang terdiri dari Cat Walk

1.640 m2 dan Menara 456,8 m2

d) Minaret 99 (Asmaul Husna) dengan tinggi 114 m

e) Ruang Rapat/Pertemuan 4 ruangan yang memiliki kapasitas daya tamping

100-150 orang

f) Gedung Pendidikan seluas 15.352 m2 yang terdiri dari:

- Lantai Dasar = 4.530 m2

- Lantai 1 = 3.816 m2

- Lantai 2 = 3.503 m2

- Lantai 3 = 3.503 m2
46

g) Gedung Serbaguna dengan luas lantai dasar 5.795 m2 dan kapasitas daya

tampung sebanyak 3.000 orang.

h) Tempat Wudhu di lantai 1 dan lantai 2 sebanyak 8 tempat dengan jumlah

keran sebanyak 242 keran, serta di halaman masjid sebanyak 8 buah

keran tempat wudu.

i) Kamar Mandi/WC di lantai dasar, lantai 1 dan lantai 2 masjid sebanyak

32 unit Toilet, dan 12 unit urinal yang menyebar di berbagai tempat

dengan jumlah kamar mandi atau WC pada setiap unit nya bervariasi 1-5

kamar

j) Tempat penitipan sepatu atau sandal di tempatkan pada setiap sudut

depan dan belakang Masjid

k) Taman halaman dan pelataran Masjid

l) Tempat parkir di halaman Masjid pada berbagai sisi

m) Plaza Terbuka: Peralatan/Teras = 6.140 m2 (Belum Terbangun)

n) Parkir dalam Bangunan dan Utilitas Semi Basement= 7.795,5 m2

menampung 600 unit Mobil dan Sepeda Motor sebanyak 2.000 unit.

(Pekerjaan Belum Rampung 100%).56

9. Kegiatan Masjid

a) Menyelenggarakan Peribadatan Sholat Fardu Lima Waktu, Sholat Jum’at,

Sholat Terawih, dan Sholat Sunnah yang Insidentil seperti Shalat Gerhana

56
Unit Pegelola Islamic Center, Brosur Resmi Islamic Center Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Mataram, 31 Mei 2018.
47

b) Menyelenggarakan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha yang dihadiri oleh

Gubernur, Wakil Gubernur, Pejabat Provinsi, dan Masyarakat.

c) Menyelenggarakan kegiatan Da’wah/ Tablig Akbar pada Peringatan Hari

Besar Islam (PHBI) seperti Peringatan Maulid, Isra’ Mi’raj, Tahun Baru

Islam.

d) Menyelenggarakan kajian Islam meliputi Akidah, Tafsir, Hadis,

Ubudiyah Akhlak, Khalaqah dan lain-lain;

a) Ba’da Sholat Jum’at

b) Ba’da Sholat Maghrib

c) Ba’da Sholat Subuh

d) Ba’da Sholat Ashar

e) Menyelenggarakan kegiatan Sosial dan Ekonomi antara lain Lembaga

Zakat, Baitul Mall Wat Tamwil (BMWT)

f) Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti

santunan.57

10. Layanan

a) Penggunaan ruang utama Masjid Hubbul Wathan Islamic Center (IC)

NTB sebagai tempat Akad Nikah, Setiap hari pada pukul 08.00-10.00

Wita.

57
Unit Pegelola Islamic Center, Brosur Resmi Islamic Center Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Mataram, 24 November 2019.
48

b) Penggunaan Gedung Serbaguna dan Ruang Rapat/Pertemuan dalam

rangka Resepsi Pernikahan, Workshop, Seminar, Manasiq Haji, Rapat

Koordinasi, dan lain-lain, ketentuan dan syarat berlaku.

c) Wisata Religi anak-anak sekolah dari semua tingkatan, wisata religi

masyarakat baik dari dalam daerah, luar daerah maupun mancanegara,

kunjungan studi banding, dan lain-lain.

d) Tour Minaret 99 Islamic Center yaitu melayani masyarakat untuk naik ke

Menara Asmaul Husna Islamic Center NTB yang tingginya 114 m.


49

11. Nama Pegawai Negeri Sipil UPTB Islamic Center (IC) Provinsi Nusa Tenggara
Barat Bulan januari 2019

KEPALA UPT Islamic Center NTB


Sulaiman Jamsuri, S.Ag,M.AP

Kasi. PPUB Kasi. Sarpras Bendahara


Hj Gustini Widijaningsih, Kassubag. TU
Arjunawan Mardjun,
S.os, MMPd Rizqi Hermawan, SE
SSTP

Pengadministrasian Pengolah Data TU


Pengolah Data Sarpras Lalu Fahrudi Azwar, S.Sos Bendahara Penerimaan
Seksi PPUB
Yudo Lahmudin, S.Sos Bahrudin
Hairunnisah
Hariawan Saputra, S.Sos

Pengadministrasian
Pengadministrasian Umum TU Bendahara Pengeluaran
Seksi Sarpras Lalu Malik Firmansyah Siti Sofianah Bidanti,SH
Mahdan
Juhur

Pembantu Bendahara Pengeluaran


Pengurus Barang Istiqomah
Luk Luk Il Marjan Dwi Yuni Budi Kusriyati, SH
Syarifuddin Asmaya, A.Md
50

B. Potensi Yang Dimiliki Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center Dalam
Hal Pemberdayaan Ekonomi Ummat

Islamic Center selain difungsikan sebagai tempat rumah ibadah, IC juga

memiliki program pemberdayaan ummat melalui pendirian koperasi syariah yang

dibangun pada tahun 2017, Lembaga Zakat, Baitul Mall Wat Tamwil (BMWT) .

Adapun program dari koperasi syariah adalah pembiayaan yang berbentuk

pemberian modal. Selain itu, Islamic Center yang berlokasi strategis di jantung

kota Mataram dapat menstimulus para wisatawan untuk berkunjung. Kehadiran

wisatawan lokal hingga wisatawan asing memberikan dampak positif bagi

masyarakat di sekitar wilayah Islamic Center. Dampak positif bagi masyarakat di

sekitar wilayah Islamic Center yaitu terbukanya mata pencaharian masyarakat

sekitar, seperti lahirnya para pedagang.

Penyaluran zakat diperuntukan kepada masyarakat yang tergolong lemah

secara perekonomian. Adapun daerah yang menjadi sasaran program penyaluran

zakat adalah daerah Lingkar Masjid seperti Dasan Agung, Gomong, Karang

Kelok dan lain-lain. Adapun layanan atau program yang ada di Islamic Center

adalah:

1. Penggunaan ruang utama Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB

sebagai tempat Akad Nikah, Setiap hari pada pukul 08.00-10.00 Wita.

2. Penggunaan Gedung Serbaguna dan Ruang Rapat/Pertemuan dalam rangka

Resepsi Pernikahan, Workshop, Seminar, Manasiq Haji, Rapat Koordinasi,

dan lain-lain, ketentuan dan syarat berlaku.


51

3. Wisata Religi anak-anak sekolah dari semua tingkatan, wisata religi

masyarakat baik dari dalam daerah, luar daerah maupun mancanegara,

kunjungan studi banding, dan lain-lain.

4. Tour Minaret 99 Islamic Center yaitu melayani masyarakat untuk naik ke

Menara Asmaul Husna Islamic Center NTB yang tingginya 114 m.58

C. Pemberdayaan Ekonomi Ummat Yang Di Lakukan Masjid Raya Hubbul


Wathan Islamic Center Untuk Kesejahteraan Jamaah dan Masyarakat
Sekitar Masjid

Pemberdayaan ekonomi ummat merupakan salah satu program yang

dilaksanakan oleh pengurus Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center, yaitu

melalui diberdirikannya koperasi syariah dan program rutin Zakat Infak dan

Shadaqoh yang disalurkan bagi masyarakat lemah secara perekonomian. Adapun

sasaran penyaluran ZIS ini adalah masyarakat yang ada di seputaran Islamic

Center.

Secara rinci pemberdayaan ekonomi ummat yang dilakukan oleh

pengurus Masjid Hubbul Wathan Islamic Center adalah sebagai berikut:

1. Didirikannya Koperasi Syariah

Koperasi syariah yang dibangun pada tahun 2017 oleh pengurus Masjid

Hubbul Wathan Islamic, didasarkan pada adanya keinginan untuk

mengembangkan usaha syariah dalam rangka mensejahterakan pengurus

58
Ibid.
52

Masjid dan masyarakat pada umumnya. Berdasarkan hasil RAT pada tahun

2019 tertuang ada tiga bidang menjadi inti rencana kerja pengurus, yaitu :

a. Bidang Organisasi

1) Melaksanakan tata kerja sesuai dengan AD/ART Koperasi Syariah

Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center serta keputusan Rapat

pengurus dan Rapat Anggota Tahunan Koperasi Syariah.

2) Melaksanakan tata tertib administrasi dan menyempurnakan pengisisn

buku wajib organisasi Koperasi Syariah

3) Melaksanakan rapat pengurus dan pengawas secara intensif minimal satu

kali dalam sebulan dan melaksanakan RAT setiap tahun tepat pada

waktunya.

4) Meningkatkan keterampilan pengelola atau karyawan secara tekhnis

yang mengelola bidang usaha/jasa melalui pendidikan dan pelatihan.

b. Bidang Usaha

1) Meningkatkan pelayanan anggota untuk melayani kebutuhan sembako.

2) Meningkatkan jaringan usaha dan kemitraan dengan koperasi syariah

yang lain.

3) Mencari peluang dan terobosan usaha yang lebih memungkinkan untuk

dikembangkan oleh Koperasi Syariah.


53

c. Bidang Permodalan

1) Menambah modal usaha yang bersumber dari peningkatan aktifitas dan

kreatifitas penarikan simpanan pokok dan simpanan wajib dari anggota

maupun calon anggota.

2) Mengusahakan penambahan modal dari pihak ke tiga dengan tidak

mengikat dan syar’i.

3) Menambah jumlah anggota dari simpanan pokok dan simapanan wajib

dari 106 anggota dan bertambah 44 anggota di tahun 2019. Modal dari

penyimpanan pokok dan simapanan wajib, penyertaan sebesar

Rp57.740.000 menjadi Rp100.000.000,-

4) SHU di tahun buku 31 Desember 2018 sebesar Rp7.368.017,- menjadi

14.736.034,- (meningkat 100%) di tahun 2019.59

Adapun program yang sudah dijalankan dalam rangka melakukan

pemberdayaan ummat adalah pemberian modal baik kepada pengurus kepada

masyarakat lemah dalam mengembangkan usahanya. Sebagian besar

masyarakat yang menjadi penerima bantuan ini adalah masyarakat pedagang

yang ada di area Islamic Center. Program pemberian modal ini dirasa sangat

membantu masyarakat dalam meningkatkan perekonomiannya.

2. Pengelolaan Zakat Infak Shadaqoh (ZIS)

Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang

mampu menunaikannya (muzakki) dan diperuntukkan bagi mereka yang

59
H. Ilham, Dokumentasi Laporan RAT AD/ART, (Mataram, 2018).
54

berhak menerimanya (mustahik), dengan pengelolaan yang baik, zakat akan

menjadi sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan

umum bagi seluruh masyarakat. Semangat yang dibawa bersama perintah zakat

adalah adanya perubahan kondisi seseorang dari mustahik menjadi muzakki,

sehingga dengan bertambahnya jumlah muzakki akan mengurangi beban

kemiskinan yang ada di masyarakat.

Takmir Masjid Raya Hubbul Wathan sebagai pengelola zakat akan

merancang program secara terencana dan terukur. Parameter keberhasilan

program yang digunakan adalah menitik beratkan pada efek pemberdayaan

masyarakat. Tugas Takmir Masjid yang mengelola zakat tidak cukup hanya

pada pemberian santunan dana, tapi bagaiman upaya-upaya pemberdayaan

degan cara memandirikan mustahik agar terbebas dari jerat kemiskinan hingga

terbiasa dan bangga menjadi mustahik selamanya. Pada prinsipnya, dana zakat

itu adalah milik mustahik yang jumlahnya ada delapan kelompok sebagaimana

dikemukakan dalam surat al-Baqarah ayat 60, yaitu fakir, miskin, amil zakat,

muallaf, budak, orang yang mempunyai hutang, fii sabilillah dan ibnu sabil.

Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengelolaan zakat, infak dan

sodaqoh yang dilakukan oleh Takmir Masjid dilihat dari sisi pemanfaatannya

dapat digolongkan kepada dua model. Pertama, model distribusi konsumtif

yaitu pendistribusian zakat, infak dan sodaqah yang pemanfaatannya langsung

digunakan oleh mustahik, model ini dibagi menjadi dua model yaitu model

distribusi konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif. Kedua, model distribusi


55

produktif yaitu pendistribusian zakat, infak dan sodaqah yang tidak langsung

habis serta pendayagunaanya menimbulkan pengaruh secara ekonomi dan

pemberdayaan mustahik. Model ini hanya berupa model distribusi produktif

kreatif

a. Model distribusi konsumtif tradisional berupa program peduli pangan,

program peduli kesehatan masyarakat islam, program dakwah Islamiyah,

program kematian dan program peduli bencana.

b. Model distribusi konsumtif kreatif berupa program peduli pendidikan yang

merupakan program gerakan sadar pendidikan untuk anak terlantar, anak

jalanan dan yatim piatu. program ini berbentuk beasiswa pendidikan, selain

itu juga upaya-upaya pemberdayaan memandirikan penerima beasiswa agar

terbebas dari jerat kemiskinan.

c. Model distribusi produktif kreatif berupa kegiatan pendampingan dengan

menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR) dan

pemberian sumbangan peningkatan dana usaha produktif bagi mustahiq

dengan sistem Qordul Hasan, yaitu pinjaman modal usaha tanpa bunga.

Realisasinya, model distribusi produktif kreatif dalam bentuk kegiatan

pendampingan dengan pendekatan Participatory Action Research (RAR)

belum dapat direalisasikan, akan tetapi pemberian pinjaman modal usaha

tanpa bunga kepada mustahik yang dapat direalisasikan. Kegiatan tersebut

diarahkan pada sektor-sektor pengembangan ekonomi, dengan harapan

hasilnya dapat mengangkat tarap kesejahteraan mustahik.


56

Model pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengelola zakat,

infak dan shodaqah yang dilakukan oleh Takmir Masjid Raya Hubbul Wathan

senada dengan Amirul Inoed, yang menyebutkan bahwa pemanfaatan zakat

dapat digolongkan dalam empat bentuk yaitu bersifat konsumtif tradisional,

konsumtif kreatif, produktif tradisional dan produktif kreatif. 60

Program penyaluran Zakat Infak dan Shadaqoh adalah program rutin

yang dijalankan setiap tahunnya, khususnya pada hari raya kurban. Sumber

dana dari ZIS ini adalah pengurus Masjid dan masyarakat umum. Sasaran dari

penyaluran Zakat Infak dan Shadaqoh adalah masyarakat yang tinggal di area

seputaran Islamic Center seperti kelurahan Karang Kelok, Dasan Agung, dan

Gomong. Adapun bentuk yang diberikan dari ZIS ini adalah barang dan uang

tunai. Seperti yang kesaksian yang telah diungkapkan oleh bapak Haris salah

seorang warga kelurahan karang kelok mengatakan bahwa:

“saya sering mendapatkan sembako dari pengurus masjid Islamic center

biasanya kita dikasih pada waktu-waktu tertentu misalnya pada hari

raya idul fitri, hari raya kurban juga biasanya pada pertengahan puasa.

Masyarakat di sini juga banyak yang dapat tapi tidak semuanya, hanya

yang tidak mampu saja”61

Strategi penyaluran ZIS ini adalah dengan bekerjasama dengan kepala

lingkungan, dan ketua RT melalui penyaringan dan rekomendasi yang

60
Amiruddin Inoed. “Anatomi Fiqh Zakat” (Potret & Pemahaman Badan Amil Zakat
Sumatera Selatan). hlm.13.
61
Haris (warga), wawancara, tanggal 11 Mei 2019 pukul 10.15 WITA.
57

diberikan oleh kepala lingkungan. Adapun prioritas penerima ZIS ini adalah

anak yatim, lansia dan masyarakat pengangguran. Seperti yang telah dijelaskan

oleh H. Maksum selaku kepala lingkungan Muhajirin menyatakan bahwa:

“pengurus masjid Islamic center memang sering berkordinasi kepada

kami saat akan menyalurkan zakat. Kami yang mendata siapa saja

masyarakat yang akan mendapatkan zakat dari masjid Islamic center

tersebut, karena pihak masjid tidak punya data warga makanya mereka

berkordinasi denga kami”62

selain itu pengurus masjid juga menyalurkan infaq dan sodakoh dengan

cara membagikan makanan kepada jamaah pada saat selesai shalat jum’at. Hal

ini dilakukan dengan mengambil sebagian infaq dan sodakoh yang telah

terkumpul kemudian dipakai untuk membeli makanan yang akan dibagikan

pada jama’ah yang solat jum’at di sana. Seperti yang telah diterangkan oleh H.

Rusdi selaku pengurus Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center

menyatakan bahwa:

“pada setiap hari jum’at kami dari pengurus Masjid selalu menyediakan

makanan untuk jama’ah yang shalat jum’at di Masjid ini. Jadi setiap

selesai shalat jum’at jama’ah bisa sekalian makan siang di sini.

Makanan tersebut dibeli dengan uang yang terkumpul dari infaq dan

sodakoh yang dikeluarkan oleh masyarakat atau jama’ah yang

mengeluarkan infaq dan sodakoh. Ini juga termasuk dalam

62
H. Maksum (kepala lingkungan), wawancara, tanggal 13 Mei 2019 pukul 11.23 WITA.
58

pendistribusian infaq dan sodakoh yang telah terkumpul supaya jama’ah

terbantu dan tetap sejahtera”63

63
H. Rusdi (pengurus masjid), wawancara, tanggal 13 Mei 2019 pukul 12.15 WITA.
59

BAB III

PEMBAHASAN

A. Potensi yang dimiliki Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center dalam hal
Pemberdayaan Ekonomi Ummat

1. Kekuatan SDM yang Mumpuni

Kedudukan sumber daya manusia dalam melakukan suatu pemberdayaan

merupakan salah satu modal vital. Sehingga pengembangan sumber daya

manusia dalam menciptakan perubahan yang konstruktif dan reformatif adalah

salah satu langkah strategis. Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center

memiliki sumber daya manusia yang mumpuni dalam ikut serta berperan

menciptakan suatu pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat.

Mengingat pentingnya SDM dalam suatu pemberdayaan masyarakat.

Masjid Raya Hubbul Wathan IC memiliki pengurus yang berpendidikan tinggi

dan berkarismastik di lingkungan tempat tinggal mereka. Terdapat 80% dari

kalangan S2, 10 % dari kalangan S1, dan 10% dari kalangan guru besar di

salah satu perguruan tinggi di pulau Lombok. Kekuatan SDM yang dimiliki

oleh Masjid Raya Hubbul Wathan IC ini menjadi potensi besar untuk dapat

mengembangkan pemberdayaan ummat.64

64
Ibid.
60

Sumber daya insani Masjid yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

orang-orang yang terlibat dan memiliki kepentingan dalam pengembangan

fungsi dan potensi Masjid. Oleh karena itu, sumber daya insani Masjid dalam

hal ini terdiri dari pengurus Masjid dan jamaah Masjid. Pertama, Potensi

pengurus Masjid. 1) segi kuantitas kepengurusan dewan kemakmuran Masjid,

sebanyak 98% cukup memiliki potensi untuk pengembangan fungsi dan

potensi ekonomi Masjid, minimal kepengurusan Masjid tertata pada job-job

tertentu. 2) aspek aktivitas pengurus 90% aktif dalam kegiatan Masjid. 3)

aspek produktivitas kerja dilihat dari usia produktif pengurus Masjid sebanyak

90% berusia antara 17 – 60 tahun, sedangkan sisanya sebanyak 10% berusia di

atas 60 tahun.

Kedua, Potensi jamaah Masjid. 1) kuantitas jamaah tetap Masjid,

sebanyak sekitar 300 orang. Dari jumlah ini aspek latar belakang pendidikan

jamaah, sebanyak 6% lulusan D3, 60% lulusan S1, dan 20% lulusan S2, 10%

lulusan S3.65

Di Masjid terdapat tokoh karismatik yang dipercaya oleh jamaah

sehingga berpotensi dapat menjadi motivator yang paling berpengaruh di

lingkungan masyarakat dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

Sebagian besar pengurus Masjid Hubbul Wathan IC adalah orang

berpendidikan tinggi dan menjadi tokoh di masyarakat tempat tinggal serta

menjadi pejabat tinggi di lingkungan pemerintah.

65
H. Ilham, wawancara, tanggal 15 Mei 2019 pukul 09.15 WITA
61

2. Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center Menjadi Icon Wisata

Lombok dijuluki sebagai pulau seribu Masjid, julukan ini berpengaruh

signifikan bagi wisatawan asing untuk berkunjung di pulau seribu Masjid ini.

Masjid sebagai lembaga keagamaan merupakan tempat perjumpaan dan

berkumpulnya umat secara rutin dengan hati dan pikiran yang lebih jernih

ketimbang mereka bertemu di tempat-tempat lain. Ketika mereka berada di

Masjid maka akan lebih terbuka dan lebih jernih pikiran dan hatinya, karena di

Masjid umat akan lebih dekat kepada Allah SWT. Pada satu sisi Masjid adalah

tempat untuk bermunajat kepada Allah SWT, dan pada sisi lain merupakan

ruang publik untuk bersama-sama membahas berbagai persoalan keumatan

yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu, jamaah Masjid adalah basis-basis

komunitas yang sangat kokoh.

Lokasi Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center berada di tengah-

tengah jantung Kota Mataram. Letak strategis pembangunan IC disertai dengan

bangunan yang megah menjadi daya tarik wisatawan lokal, nasional hingga

internasional untuk berkunjung ke Lombok. Selain itu, lokasi IC yang

berdampingan dengan wisata udayana sebagai lokasi liburan bagi wisatawan

lokal menambah daya tarik tersendiri. Sehingga Masjid ini keliatan tetap ramai

pengunjungnya.

Perkembangan jumlah Masjid dan Mushalla di Indonesia, berdasarkan

data Bimas Islam Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2014 adalah

sebanyak 731.095 yang terdiri dari 292.439 Masjid dan 438.656 Mushalla.
62

Dengan jumlah Masjid yang besar tersebut, seharusnya Masjid memiliki peran

yang signifikan dalam upaya membantu mengatasi permasalahan ekonomi

khususnya persoalan kemiskinan, karena Masjid memiliki ikatan yang kuat dan

solid dengan masyarakat.

B. Pemberdayaan Ekonomi Ummat yang Dilakukan Masjid Raya Hubbul


Wathan Islamic Center untuk Kesejahteraan Jamaah dan Masyarakat
Sekitar Masjid

Pada kenyataannya fungsi Masjid di pulau Lombok yang ada dewasa ini

sebagian besarnya hanya terbatas sebagai tempat ibadah ritual saja. Hal ini berbeda

dengan fungsi Masjid pada zaman Rasulullah SAW. Pada masa Rasulullah SAW

fungsi Masjid di samping sebagai tempat ibadah ritual juga memiliki fungsi

penunjang seperti fungsi pendidikan, informasi, kesehatan, ekonomi, bahkan juga

digunakan untuk mengatur Negara dan strategi perang. Ada beberapa keuntungan

jika potensi ekonomi Masjid dapat dikembangkan, yaitu : 1) dapat membantu

pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan, 2) dapat mengurangi

ketergantungan pemerintah kepada pinjaman luar negeri untuk program

pengentasan kemiskinan, dan 3) dapat dipergunakan untuk membangun

kemandirian ekonomi umat.66

Adapun bentuk-bentuk pemberdayaan yang terdapat di Masjid Raya Hubbul

Wathan Islamic Center adalah sebagai berikut

1. Pemberian modal bagi masyarakat lemah melalui program koperasi syariah

66
Muhtadi, “Pemberdayaan Masjid Untuk Pengentasan Kemiskinan”, Republika, 27
September 2006, hlm.1.
63

Kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat harus mencakup beberapa

hal, yaitu : a) peningkatan akses masyarakat terhadap modal usaha; b)

peningkatan akses masyarakat terhadap pengembangan SDM; dan c)

peningkatan akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana yang mendukung

secara langsung terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal. 67

Komponen-komponen Pemberdayaan Ekonomi Pertama, Lembaga atau

organisasi pemberdayaan Lembaga atau organisasi pemberdayaan adalah

wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai sebuah organisasi dalam

melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemberdayaan

masyarakat. Kedua, Partisipasi individu dalam bentuk kelompok pemberdayaan

Pemberdayaan merupakan the missing ingredient untuk mewujudkan partisipasi

masyarakat yang aktif dan kreatif. Karena pemberdayaan mengacu pada

kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan akses dan

kontrol atas sumber-sumber hidup yang penting.68

Dengan dasar inilah sehingga menjadi salah satu alasan dibentuknya

Koperasi Syariah di Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center sebagai

wadah untuk melakukan pemberdayaan ekonomi ummat. Adapun sasaran

masyarakat yang menjadi penerima bantuan modal adalah masyarakat yang

memiliki mata pencaharian. Pemberian modal ini dimaksudkan sebagai upaya


67
Mardi Yatmo Hutomo, “Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi : Tinjauan
Teoritik dan Implementasi”, Paper dipresentasikan dalam acara Seminar Sehari Pemberdayaan
Masyarakat yang diselenggarakan Bappenas di Jakarta, (Jakarta : Bappenas, 2000), hlm. 6.
68
Vidhyandika Moeljarto, “Pemberdayaan Kelompok Miskin Melalui Program IDT”, dalam
Onny S. Prijono dan A.M.W. Pranaka, Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan, dan Implementasi, (Jakarta
: Centre for Strategic and International Studies (CSIS), 1996), hlm. 134.
64

pengembangan usaha kecil masyarakat agar dapat mengembangkan usahanya

secara lancar. Kisaran atau volume modal yang diberikan adalah mulai dari 500

ribu hingga 1 Juta Rupiah.69

Strategi dalam penentuan bagi masyarakat yang layak menerima

bantuan modal adalah dengan melakukan koordinasi dengan kepala lingkungan

sekitar area Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center. Langkah ini

dilakukan oleh pengurus Koperasi Syariah yang bernaung pada Masjid Hubbul

Wathan IC agar sasaran pemberian modal lebih efektif dan efisien.

Sebagaimana wawancara yang telah dilakukan bahwasannya Masjid

Hubbul Wathan ini mempunyai unit-unit yang menangani program-program

Masjid. Contohnya dalam hal mpemberdayaan Ekonomi umat Masjid ini telah

membentuk dan mendirikan sebuah Koperasi Syariah . sebagaimana

pernyataan dari Wakil sekertaris Takmir Masjid Raya Hubbul Wathan.

“untuk pemberdayaan Ekonomi umat kita sudah punya unit unit yang

menangani itu , seperti Koperasi syariah jadi semua diurusi oleh Koperasi

syariah , dan kita membentuk panitia kecil dalam pengelolaan ZIS (Zakat,

Infak, Sedekah)”70

Masjid dapat menjadi Central kekuatan umat . di masa lalu . pada masa

nabi . Masjid dapat diperankan secara maksimal sebagai central umat Islam

untuk berbagai kegiatan . salah satunya untuk pemberdayaan umat khususnya

69
Husni, wawancara, tanggal 16 Mei 2019 pukul 10.00 WITA
70
H.Ilham, wawancara, tanggal 16 Mei 2019 pukul 10.00 WITA
65

di bidang ekonomi dan pengentasan kemiskinan . melalui koperasi syariah dan

ZIS . akan sanggup menjadi basis pemberdayaan ekonomi bagi jamaah dan

umat Islam sekitarnya secara luas .

2. Pemberian pelatihan kepada masyarakat sekitar Islamic Center Lombok

Pelatihan yang diselenggarakan oleh pengurus Masjid Hubbul Wathan IC

bertujuan untuk membangun kekuatan SDM dalam melakukan pemberdayaan

masyarakat. Pelatihan ini sebagai langkah awal dalam memahami langkah-

langkah sistematis dan efektif dalam menjalankan pemberdayaan. Program

pelatihan ini menjadi program rutin yang diselenggarakan setiap tahun. Lokasi

penyelenggaraan langsung di laksanakan di Masjid Raya Hubbul Wathan IC. 71

Adapun narasumber yang digunakan dalam pelatihan ini adalah pegawai

atau pejabat di lingkungan instansi koperasi. Melalui pelatihan ini diharapkan

para pengurus dapat mengimplementasikan pengetahuan yang diserap dalam

melakukan pemberdayaan masyarakat.

3. Penyaluran Zakat, Infak dan Shadaqah menjadi kegiatan rutin bagi pengurus

Masjid Rays Hubbul Wathan IC setiap tahunnya.

Kegiatan penyaluran ZIS di Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center

adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya. Adapun penerima ZIS

ini adalah masyarakat yang ada di seputaran area Islamic Center. Seperti

masyarakat di lingkungan Dasan Agung, Muhajirin, Karang Kelok dan

sebagian di Gomong Mataram. Strategi dalam penentuan masyarakat yang

71
Jaohari, wawancara, tanggal 4 mei 2020 pukul 09.30 WITA
66

layak menerima ZIS ini adalah dengan bekerjasama dengan kepala

lingkungan.72

Suatu proses yang dilakukan oleh Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic

Center dalam Pemberdayaan yaitu dengan mengelola dana zakat, infak dan

sedekah dalam bentuk pemberian pembiayaan modal usaha kepada jamaah

yang kurang mampu secara ekonomi disertai dengan kegiatan lain seperti

pemberian pelatihan, pembinaan, dan pendampingan untuk memberikan power

dalam bentuk kemampuan kewirausahaan kepada jamaah Masjid penerima

manfaat melalui kegiatan pemberdayaan ekonomi. Melalui kegiatan seminar,

workshop dan pertemuan klasikal lainnya para pengurus dalam meningkatkan

pengetahuan kewirausahaan. Pengetahuan tersebut akan ditransformasikan

kepada para pengurus dan jamaah Masjid.

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya tentang instrument dan

pemberdayaan yang dimiliki oleh Masjid Hubbul Wathan , hanya beberapa

bagian saja yang akan diuraikan dengan pertimbangan analisa potensi yang

dimiliki masing” instrumen yang dapat menunjang optimalisasi dalam

pemberdayaan ekonomi jamaah, masyarakat sekitar atau ummat.

72
Jaohari, wawancara, tanggal 4 mei 2020 pukul 09.30 WITA
67

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan terkait

pemberdayaan ekonomi ummat yang dilakukan oleh pengurus Masjid Raya

Hubbul Wathan Islamic Center, yaitu:

1. Potensi yang dimiliki Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center

Terdapat beberapa potensi yang dimiliki oleh Masjid Raya Hubbul

Wathan sebagai peluang strategis untuk menciptakan pemberdayaan ekonomi

ummat, yaitu:

a. Sumber Daya Manusia yang Mumpuni

Sebagian besar pengurus Masjid Raya Hubbul Wathan secara

pendidikan adalah berpendidikan tinggi dan memiliki posisi jabatan, baik di

perkantoran maupun di tempat perguruan tinggi. Potensi ini dimanfaatkan

oleh para pengurus Masjid Raya Hubbul Wathan IC untuk menciptkan

kesejahteraan ummat melalui koperasi syariah yang didirikan pada tahun

2017.

b. Masjid Raya Hubbul Wathan IC sebagai Icon Wisata

Keberadaan Masjid Raya Hubbul Wathan di tengah jantung kota

Mataram, dan kemegahan bangunan Masjid ini menjadi daya tarik bagi

wisatawan lokal, nasional bahkan internasional untuk berkunjung ke IC


68

NTB. Kemegahan struktur bangunan menjadi salah satu daya tarik baik bagi

wisatawan lokal, nasional hingga internasional.

2. Pemberdayaan ekonomi umat yang di lakukan Masjid Raya Hubbul Wathan

Islamic Center untuk kesejahteraan jamaah dan masyarakat sekitar Masjid.

a. Pemberian modal bagi masyarakat lemah melalui program koperasi

syariah.

b. Pemberian pelatihan kepada masyarakat sekitar Islamic Center NTB.

c. Penyaluran Zakat, Infak dan Shadaqah menjadi kegiatan rutin bagi

pengurus Masjid Raya Hubbul Wathan IC NTB setiap tahunnya.

B. Saran

1. Pengurus Masjid Raya Hubbul Wathan

Sebagian besar pengurus Masjid Raya Hubbul Wathan adalah

berpendidikan tinggi, dan menempati posisi jabatan baik di perkantoran

maupun di institusi pendidikan, seperti sekolah hingga perguruan tinggi.

Potensi seperti ini dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menciptakan

model-model pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat.

2. Masyarakat

Keberadaan Masjid Raya Hubbul Wathan di tengah kota Mataram dan

kemegahan bangunan Masjid, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan

lokal hingga internasional. Kesempatan baik seperti ini dapat dimanfaatkan

secara maksimal oleh masyarakat untuk mengembangkan dunia usaha. Seperti

usaha berdagang dan usaha lainnya, terlebih usaha seperti ini mendapat
69

dukungan penuh oleh pengurus Masjid Raya Hubbul Wathan IC dan disertai

dengan dukungan modal usaha, kesempatan seperti ini adalah kesempatan baik

untuk dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di seputaran IC.


70

DAFTAR PUSTAKA

A. Bachrun Rifa’I dan Mech. Fakhruroji, Manajemen Masjid (Bandung, Benang


Merah Press : 2005)

Achmad Djunaidi dan Thobicb Al-Ashar, Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah
Upaya Progresif untuk Kesejahteraan Umat. (Jakarta, Mitra Abadi Press :
2006.)

Agustanto Imam, “Ekonomi Umat, Kebijakan Strategis atau Taktis?”, dalam


http//www.kompasiana.com/agustanto.imam52/ekonomi-umat-kebijakan-
strategis-atas-taktis, Diakses pada tanggal 20 februari 2020, pukul 17.30
wita.

Ahmad Sutarmadi, Visi, Misi, dan langkah strategis; Pengurus Dewan Masjid
Indonesia dan Pengelola Masjid. (Jakarta, Logos Wacana Ilmu : 2002)

Aisyah Nur Handryant, Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat, (UIN-


MALIKI: 2010)

Amiruddin Inoed. Anatomi Fiqh Zakat (Potret & Pemahaman Badan Amil Zakat
Sumatera Selatan.

Asep Usman Ismail Dkk, Pengembangan Komunitas Muslim; Pemberdayaan


Mayarakat kampong Badak Putih dan Kampung Satu Duit. (Jakarta,
Dakwah Press : 2007)

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung,


Alfabeta : 2014)

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. (Bandung, PT.


refika Aditama : 2005)

I. Ilham, Dokumentasi Laporan RAT AD/ART, Mataram, 20


J.
Ismet Firdaus dan Ahmad Zaki, Upaya Meningkatkan Equity Perempuan Dhuafa
Desa Bojang Indah, Parung (Jakarta, Dakwah Press : 2008)

Jonathan Sarwono, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta,


Graha Ilmu : 2006)
71

Khirjan Nahdi, Dinamika Pesantren Nahdlatul Wathan Dalam Perspektif


Pendidikan, Sosial, dan Moral, dalam Islamiat, Vol. 7, No. 2,(Surabaya,
UIN Sunan Ampel : 2013)

Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung, PT


Remaja Rosdakarya : 2017)

Mardi Yatmo Hutomo, Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi:


Tinjauan Teoritik dan Implementasi. Makalah Seminar Sehari
Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan Bappenas, tanggal 06
Maret 2000 di Jakarta, dalam www.bappenas.go.id. Tanggal 15 Agustus
2019

Marihot Tua Efendi Hariandja, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta,


Gramedia Widiasarana Indonesia : 2007)

Moh. E. Ayub, dkk, Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis bagi Para Pengurus.
(Jakarta, Gema Insani Press : 2007)

Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor, Ghalia Indonesia : 2011)

Muhtadi, Pemberdayaan Masjid Untuk Pengentasan Kemiskinan, (Republika, 27


September : 2006)

Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam;


Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi (Bandung, Rosda Karya : 2001)

Nur Mahmudi Isma’il, Strategi Pemberdayaan Umat dan Pencetakan SDM


Unggul (Bandung, ISTECS : 2001)

Setiana L. Tekhnik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta, UIN


Sunan Kalijaga Press : 2007).

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Da R&D (Bandung, Alfabeta :


2013)

Sugiono, Metode Penelitian, Kuantitatif. (Bandung, Cv Alfabeta : 2011)

Sumodiningrat Gunawan, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman


Sosial. (Jakarta, Gramedia : 2002)

Teukeu Aminudin, Masjid Dalam Pembangunan, (Yogyakarta, UII : 2008 )


72

Unit Pegelola Islamic Center, Brosur Resmi Islamic Center Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Mataram, 24 November 2019.

Vidhyandika Moeljarto, Pemberdayaan Kelompok Miskin Melalui Program IDT,


dalam Onny S. Prijono dan A.M.W. Pranaka, Pemberdayaan : Konsep,
Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta : Centre for Strategic and
International Studies (CSIS), 1996.

Zae Nandang, Masjid dan Perwakafan. (Bandung: Tafakur, 2017)

Anda mungkin juga menyukai