PROPOSAL SKRIPSI
NIM: 3190017
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 PAI
STIT PEMALANG
ii
KATA PENGANTAR
iii
5. Bapak Subandi dan Ibu Rochyatun selaku orang tua, serta kakak, adik dan
saudara tercinta yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam
proses perkuliahan sampai sekarang.
6. Bapak Ustadz M Nur Ikhsan dan Ibu Munati selaku guru dan pembimbing
penulis yang telah memberikan dukungan dan fasilitasnya untuk
keberlangsungan proposal skripsi ini.
7. Pengurus Daerah Al-Khidmah Kabupaten Pemalang dan Pengurus
Kecamatan Al-Khidmah Pemalang yang telah memberikan izin, dukungan dan
arahan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
8. Kepada sahabati Husna Dianti Putri dan sahabat-sahabati lainnya yang
tergabung di PMII Ki Patih Sampun STIT Pemalang yang telah memberikan
semangat, dukungan dan bantuannya, sehingga proposal skripsi ini dapat
terselesaikan.
9. Kepada teman-teman yang tergabung di organisasi Dewan Eksekutif
Mahasiswa (DEMA) STIT Pemalang periode 2022-2023 yang telah
memberikan semangat dan dukungan dalam penyusunan proposal skripsi ini.
10. Kepada sahabat perjuangan tiga pejuang aktivis (M Adi Saputra, Santo
Pranowo dan M Ade Sulaiman) yang telah bersama-sama berjuang dalam
penyusunan dan support secara penuh yang tidak pernah putus.
11. Almamaterku STIT Pemalang.
Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna, maka itu penulis mengharap adanya saran dan
kritik untuk membangun lebih baik lagi. Semoga proposal yang telah dibuat oleh
penulis ini, dapat memberikan manfaat dan keberkahan untuk kita semua. Amiin.
iv
DAFTAR ISI
v
2. Penyajian Data (Data Display) ..................................................................45
3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi (Conclusion drawing/veritication) ....45
F. Pemeriksaan Keabsahan Data.......................................................................46
1. Kredibilitas (credibility). ............................................................................46
2. Transferabilitas (Transferability) ...............................................................47
3. Dependabilitas (dependability) ..................................................................47
4. Konfirmabilitas (confirmability). ...............................................................48
G. Sistematika Penulisan ...................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................51
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1 Khadziq, Islam dan Budaya Lokal: Belajar Memahami Realita Agama dalam Masyarakat,
Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009,hlm., 126
2 Anita Kusumawati, Peran Majlis Dzikir Al-Khidmah Dalam Membentuk Akhlak Dan
Ukhuwah Islamiah Masyarakat Desa Trisono Babadan Ponorogo . Diss. IAIN Ponorogo, 2021,
hlm. 1-2.
3
orang tua. Kegiatan yang dimaksud yaitu kegiatan haflah Majelis dzikir yang
dilaksanakan di Desa Bojongbata, tidak semua hadir menjadi jama’ah. Dari
jama’ah yang mengikuti kegiatan tersebut, didominasi dari kalangan orang tua
dan sebagian berdomisili diluar desa Bojongbata. Dari pernyataan tersebut,
tentunya menjadi sebuah catatan bahwa pengaruh lingkungan dan
kecanggihan teknologi sangat berdampak pada kebiasaan masyarakat yang
seharusnya mengikuti kegiatan keagamaan. Namun yang menjadi menarik dan
nilai positif dalam pelaksanaan Majelis dzikir yang bertempat di desa
Bojongbata yaitu dari sekian banyaknya jama’ah yang berasal dari masing-
masing daerah, berkumpul dalam satu tempat untuk melakukan doa dan dzikir
bersama. Hal tersebut mencerminkan sebuah keharmonisan dan kerukunan
yang terpancar dalam majelis dzikir yang dilaksanakan. Budaya spiritual ini
perlu dipertahankan, dengan adanya pembinaan yang sesuai pada kebutuhan
masyarakat dalam mengikuti kegiatan.
Berdasarkan uraian masalah dan dampak dari penyelenggaraan kegiatan
di atas berdasarkan data dan fakta, dilihat dari substansinya, sebuah penelitian
hendaklah berupa masalah yang pemecahannya memberikan kontribusi
ataupun sumbangan kepada bangunan pengetahua dibidang keagamaan.
Seorang peneliti hendaklah dapat menunjukkan bahwa hasil penelitian
memiliki tempat untuk membangun sebuah pengetahuan keagamaan dalam
rangka mengisi kekosongan, memantapkan, melengkapi atau mengevaluasi
penelitian sebelumnya. Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan memiliki
kontribusi dan relevansi bagi pengembangan ilmu, sehingga tujuan penulisan
yang hendak dicapai pun, menjadi jelas. Yaitu untuk menemukan dan
mengetahui peran majelis dzikir Al-Khidmah dalam pembinaan kerukunan
dan moralitas masyarakat di Desa Bojongbata Kecamatan Pemalang, serta
menelaah sebuah dampak dari majelis dzikir Al-Khidmah dalam pembinaan
kerukunan dan moralitas masyarakat di Desa Bojongbata Kecamatan
Pemalang.
Perkembangan jama’ah Al-Khidmah sangat pesat sampai ke penjuru
dunia, hal itu dibuktikan dengan pelaksanaan majelis-majelis dzikir diberbagai
4
dengan membaca tasbih, tahlil, tahmid, taqdis, takbir, hauqalah, habalah dan
membaca doa-doa yang ma’tsur, yaitu doa yang diterima dari Nabi SAW. 5
5 M Hasbi ash-Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Doa, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2010, hlm. 2.
6 Mushaf Masjidil Aqsha, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Cahaya Qur’an, 2011, hlm.
423.
7 Imam Al-Ghazali, Membangkitkan Energi Qolbu, Surabaya: Mitrapress, 2008, hlm. 31.
6
fikir dan tindakan seseorang selalu dalam lingkaran kebaikan, baik sosial
maupun individu.
Kerukunan diartikan sebagai hidup bersama dalam masyarakat dengan
“sehati” dan “kesepakatan” untuk tidak memancing pertengkaran dan
perkelahian. Kerukunan adalah istilah yang sarat makna baik dan damai. Pada
dasarnya, hidup bersama dalam masyarakat dengan "satu hati" dan "setuju",
bukan untuk memancing pertengkaran dan pertengkaran. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa kerukunan berarti hidup tentram dan damai, saling
toleransi antar pemeluk agama yang sama atau berbeda, kesediaan mereka
untuk menerima perbedaan keyakinan dengan orang atau kelompok lain, dan
membiarkan orang lain mengamalkan ajaran-ajaran keyakinan dari masing-
masing komunitas, dan kemampuan untuk menerima perbedaan. Harmoni
berarti menyepakati perbedaan-perbedaan yang ada dan menjadikannya
sebagai titik tolak untuk memajukan kehidupan sosial yang saling memahami
dan menerima dengan tulus dan sepenuh hati. Harmoni mencerminkan
hubungan timbal balik yang ditandai dengan saling percaya, saling
menghormati dan menghargai, serta sikap saling memahami. 8
Pembinaan masyarakat untuk menciptakan kerukunan yang baik, tentu
harus terus dilakukan secara intens, karena akan berdampak pada kesenjangan
di lingkungan masyarakat. Walaupun masyarakat dalam konteks kemanusiaan,
dibentuk dan membentuk dengan sendirinya, akan tetapi harus dapat
diselaraskan dengan tujuan untuk saling menguatkan, saling menolong, dan
saling menyempurnakan.9 Konsep dzikir bersama, yang dimulai untuk
memberikan suasana kebersamaan antar individu dengan yang lainnya.
Menurut Ibnu Taimiyah berkata dalam Al-Fatwa: “Berkumpul untuk
membaca Al-Qur’an, untuk berdzikir dan berdoa adalah baik dan disukai, asal
jangan dijadikan adat kebiasaan, sehingga dipandang suatu suruhan dan
8 Ibnu Rusydi dan Siti Zolehah, Makna Kerukunan Antar Umat Beragama dalam konteks
Keislaman dan Keindonesiaan, Al-Afkar Jurnal for Islamic Studies. Vol. 1 No. 1, Januari 2018,
hlm. 172.
9 Nanih Machendrawaty dan agus Ahmad S, Pengembangan masyarakat Islam: Dari
jangan disertai bid’ah. Dan sekiranya imam dan makmum berdoa pada satu-
satu tempo sesudah shalat karena ada keperluan, tiadalah yang demikian
dipandang menyalahi sunnah, asal saja jangan dikekalkan. 10 Artinya bahwa
sangatlah disukai apabila kita mengadakan halaqah-halaqah (tempat-tempat)
yang ditentukan untuk berdzikir dan membiasakan berdzikir di tempat-tempat
itu. Nabi SAW, bersabda:
ُُ ََاَ ُسو
َ َََّٰللا َويَت
ِ َّ َابَ ون ِكت َ ُّٰللا يَتْل
ِ َّ ت ِ ت ِم ْن بُيُو ٍ اجت َ َم َع قَ ْو ٌم فِي بَ ْي ْ َو َما
الر ْح َمةُ َو َحفَّتْ ُه ُم
َّ ت َعلَ ْي ِه ُم ال َّس ِكينَةُ َو َغ ِش َيتْ ُه ُمْ ََب ْينَ ُه ْم ِإ ََّّل ََزَ ل
ُ َّ ْال َم ًَلئِ َكةُ َوذَ َك َرهُ ُم
ّٰللا فِي َم ْن ِع ْن ََ ُه
Artinya: “.....Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari
rumah–rumah Allah (masjid), membaca kitabullah, saling mengajarkan
diantara mereka, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi
oleh rahmat dan dinaungi oleh para malaikat serta Allah akan menyebut-
nyebut mereka di hadapan makhluk yang berada di sisiNya....” (HR.
Muslim)11
Allah SWT. Dalam konteks Majelis dzikir juga masih selaras dengan tempat
yang mulia, yaitu sesuai dengan apa yang dilakukan di dalamnya.
Melalui istiqomah mengikuti kegiatan majelis dzikir yang
diselenggarakan, tentunya akan memberikan pengaruh yang baik pula,
terutama dalam perilaku masyarakat dan pola berfikir individu. Hubungan
antara individu dengan yang lain, tentunya memberikan timbal balik yang
berbeda. Akan tetapi dengan melalui tempat dan tujuan yang sama, akan
menjadi media untuk persatuan umat. Setiap orang mempunyai pengaruh pada
masyarakatnya walaupun tidak terlihat jelas oleh mata kita, jika rambut-
rambut yang lain dikumpulkan menjadi satu, maka bayangan itu semakin
nampak jelas. Dampak seseorang pada masyarakatnya sangat variatif
tergantung perbedaan tingkatannya dalam hal kebaikan atau keburukan, maju
dan merosotnya suatu masyarakat adalah ukuran perilaku setiap individunya. 13
Manusia telah lama memahami makna persaudaraan universal, maka
hubungan antar bangsa semakin erat dan banyak memberikan manfaat, kerja
sama yang diadakan semakin meluas dalam segala bidang seperti kesepakatan
bidang pos, telegram dan kereta api. Hal tersebut adalah gambaran keadaan
masyarakat sosial yang setiap individunya merupakan bagian dari masyarakat
dan tidak seorang pun yang dapat terlepas dari masyarakat luas, setiap
individu adalah anggota dalam keluarga, di kota atau desa, sebuah bangsa dan
dunia seluruhnya.14 Artinya bahwa masyarakat dalam berbangsa dan
beragama, tidak terlepas dari kehidupan simbiosis mutualisme, yaitu saling
membutuhkan satu sama lain.
Moralitas merupakan watak atau sifat khusus seseorang dalam berperilaku
santun dan menghormati orang lain, yang tercermin dalam perilaku dan
kehidupannya. Pada dasarnya moralitas didasarkan pada suara hati nurani
seseorang. Meskipun sifat suara hati nurani manusia bersifat universal, sulit
untuk mengatakannya dengan pasti. Suara hati nurani seseorang hanya dapat
dikenali dari manifestasinya, baik dalam bentuk tingkah laku maupun dalam
13 Ahmad Amin, Kitab Akhlak Wasiat Terakhir Gus Dur, Surabaya: QUNTUM Media, 2012,
hlm. 72.
14 Ibid., hlm. 74.
9
perkataan yang diucapkannya. Oleh karena itu, menangkap suara hati nurani
harus dilakukan dengan usaha yang cermat dan telaten.15
Maka dari itu upaya dalam pembinaan moralitas harus terus dilaksanakan,
yaitu dengan setiap masyarakat ikut serta dalam kegiatan religiusitas, demi
terbentuknya pribadi muslim yang bertakwa dan berbudi luhur. Hal ini
dikarenakan pembinaan moral merupakan hal yang sangat krusial dalam
kehidupan bermasyarakat, dikarenakan pelatihan moral ini artinya bagian
berasal pelatihan umum pada lembaga manapun yang bersifat fundamental
serta menyeluruh, sebagai akibatnya mencapai sasaran yang diperlukan yaitu
terbentuknya pribadi manusia yang (manusia kamil) memiliki karakteristik
yang seimbang antara aspek duniawi maupun ukhrawi (tawazun). Dan yang
menjadi dasar pembinaan moral adalah kebaikan moral itu sendiri. 16
Dalam hal pembinaan moral setiap manusia, satu-satunya Nabi yang dapat
mengimplementasikan akhlak dengan luhur yaitu Rasulullah SAW yang
memberikan Rahmat ke seluruh alam. Hal tersebut dalam Al-Qur’an
dijelaskan di surah Al-Ahzab ayat 21:
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa sosok Rasulullah SAW merupakan
barometer dalam kehidupan dan sebagai suri tauladan bagi manusia. Sebagai
pembawa pesan Allah SWT Beliau sukses menghidupkan pesan tersebut
dalam diri suri tauladannya dan bagi orang sekitarnya, baik sifat, sikap dan
peminum tuak di Kelurahan Suli Kecamatan Suli Kabupaten Luwu)." Aqidah-Ta: Jurnal Ilmu
Aqidah 3.1, 2017, hlm. 59-72.
17 Mushaf Masjidil Aqsha, Op.Cit, hlm. 420.
10
18 Fitrah Sugiarto, dan Indana Ilma Ansharah. "Penafsiran Quraish Shihab Tentang
Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 21 Pada Tafsir Al-Misbah." Al Furqan:
Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir 4.2, 2021, hlm. 95-105.
19 Nanih Machendrawaty dan agus Ahmad S, Pengembangan Masyarakat Islam: Dari
Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001, hlm. 178.
11
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan fokus dari penelitian ini, dilihat dari identifikasi masalah di
atas, maka peneliti dalam hal ini lebih memfokuskan penelitian pada Peran
Majelis Dzikir Al-Khidmah dalam Pembinaan Kerukunan dan Moralitas
Masyarakat di Desa Bojongbata Kecamatan Pemalang.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan yang dikemukakan dari latar belakang di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peran Majelis Dzikir Al-Khidmah dalam pembinaan
kerukunan dan moralitas masyarakat di Desa Bojongbata Kecamatan
Pemalang?
2. Apa dampak adanya Majelis Dzikir Al-Khidmah dalam pembinaan
kerukunan dan moralitas masyarakat di Desa Bojongbata Kecamatan
Pemalang?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sesebagai
berikut:
13
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Manfaat menurut peneliti secara teori ataupun literasi, yaitu untuk
menambah dalam penguasaan wacana dan literasi berfikir bagi pembaca,
sebagai sarana penerapan ilmu yang bersifat teori atau tertulis yang sudah
di pelajari dan diharapkan dapat menjadi sumber literasi tambahan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan di sosial masyarakat.
2. Secara Praktis
Manfaat selanjutnya, yaitu secara praktis bagi Majelis Dzikir Al-Khidmah
Kecamatan Pemalang, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukkan dan acuan yang dapat memberikan manfaat dan mengandung
tingkat relevansi terhadap pengembangan kegiatan keagamaan dalam
rangka pendampingan serta pembinaan kerukunan dan moralitas
masyarakat Desa Bojongbata Kecamatan Pemalang dimasa mendatang.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Konseptual Fokus Penelitian
1. Konsep Majelis Dzikir
a. Pengertian Majelis Dzikir
Secara etimologi kata “Majelis” berasal dari kosa kata Bahasa
Arab, berasal dari kata “jalasa” yang berarti duduk. Kata tersebut
menempati isim makan yang menjadi “Majlis” dan memiliki arti
tempat duduk atau tempat pertemuan.20
Sedangkan secara terminologi, Majelis adalah pertemuan atau
kumpulan orang banyak yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu.
Majelis juga dapat berupa lembaga masyarakat non pemerintah yang
terdiri atas para ulama’ islam, antara lain yang bertugas memberikan
fatwa dan ada juga yang berupa lembaga pemerintah yang terdiri atas
Majelis-Majelis perwakilan rakyat dan sebagainya.
Sementara dzikir adalah segala gerak-gerik dan aktivitas yang
berobsesi pada kedekatan atau taqarrub kepada Allah. Mengucapkan
kata-kata tertentu yang mengandung unsur ingat kepada Allah juga
termasuk dzikir.21 Yaitu dengan membaca tasbih, tahlil, tahmid, taqdis,
takbir, hauqalah, hasbalah dan membaca doa-doa yang ma’tsur.22
Dzikir merupakan bentuk komitmen dan kontinuitas untuk
menginggalkan kondisi lupa kepada Allah SWT dan meninggalkan
wilayah musyahadah (persaksian), dan untuk mengalahkan rasa takut
bersamaan dengan rasa kecintaan yang mendalam, serta seorang
menjadi tenang dan tentram dalam menjalankan hidup.
20 Anita Kusumawati, Peran Majlis Dzikir Al-Khidmah Dalam Membentuk Akhlak dan
Ukhuwah Islamiah Masyarakat Desa Trisono Babadan Ponorogo , PhD Thesis, IAIN Ponorogo,
2021, hlm., 15.
21 Fadila Rohmania, Peran Majlis Dzikir Al-Khidmah Dalam Meningkatkan Religiusitas
Remaja Desa Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan , Diss. IAIN Kudus, 2019, hlm., 15.
22 M Hasbi ash-Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Doa, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2010, hlm., 2.
14
15
ّٰللاِ ت َْط َم ِٕى ُّن الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْوا َوت َْط َم ِٕى ُّن قُلُ ْوبُ ُه ْم ِب ِذ ْك ِر ه
ّٰللاِ ا َ ََّل ِب ِذ ْك ِر ه
﴾٤٢﴿ ب ُ ْالقُلُ ْو
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tenteram. (Q.S Ar-Ra’d/28)23
ّٰللا ت َْط َم ِٕى ُّن الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْوا َوت َْط َم ِٕى ُّن قُلُ ْوبُ ُه ْم ِب ِذ ْك ِر ه
ِ ّٰللاِ ا َ ََّل ِب ِذ ْك ِر ه
﴾٤٢﴿ ب ُ ْالقُلُ ْو
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (Q.S Ar-
Ra’d/28)
f) Doa
Dari rangkaian amaliah-amaliah dalam Majelis tersebut,
merupakan program dari organisasi Al-Khidmah yang disajikan
dalam pelaksanaan haflah majelis dzikir dan maulidurrasul SAW.
Adapun klasifikasi dzikir dalam arti khusus ini terbagi dua,
yakni dzikir jahr dan dzikir khafi:
1) Dzikir jahr
Dzikir jahr yaitu dzikir yang dikeraskan, baik melalui suara
maupun gerakan. Dengan membaca kalimat toyibah yakni
“Lailaha illAllah” secara lisan dengan suara keras dan dengan
cara-cara tertentu. Pada kalimat ini, terdapat hal yang
menafikkan yang lain daripada Allah dan mengitsbatkan Allah.
Meski pun dzikir ini makanan utama lisan, tapi harus
diresapkan pengakuan di dalam hati, tidak ada Tuhan
melainkan Allah.29
2) Dzikir khafi
Dzikir Khafi merupakan mengingat Allah dengan diam-diam
mengingat nama "Allah" secara sirr di dalam hatinya. Orang
yang mengamalkan dzikir khafi atau dzikir hati merasakan
kehadiran Tuhan. Ketika mereka ingin melakukan suatu
tindakan atau perbuatan, mereka percaya dalam hati bahwa
Tuhan selalu bersama mereka. Dzikir ini adalah makanan
utama hati, karena ia bergerak-gerak Allah, Allah dalam hati.
Dzikir “khafi” dapat disebut dzikir “ismu dzat” karena ia
langsung berdzikir dengan menyebut nama Dzat. 30
2. Konsep Kerukunan
a. Pengertian Kerukunan
Kerukunan merupakan budaya Indonesia yang telah tertanam dan
berurat-berakar dalam tradisi dan hubungan antar sesama masyarakat
29 M. Zainul Abdullah, Dzikir dan Tasawwuf, Surakarta: Qaula, 2007, hlm. 96.
30 Ibid., hlm. 97.
20
Kerukunan berasal dari kata dasar “rukun”, yang berarti “baik dan
damai atau tidak bertengkar”. Dalam konteks kerukunan umat
beragama kata “kerukunan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
menunjuk kepada rukun yang berarti baik, damai dan tidak
bertentangan, misalnya “kita hendaknya hidup rukun dengan
tetangga;” serta bersatu hati, bersepakat misalnya “penduduk kampung
rukun sekali.”32
Jamak dari kata rukun adalah “arkan” yang artinya suatu bangunan
sederhana yang kokoh, terdiri dari berbagai unsur. Dari kata “arkan”
diperoleh pengertian, bahwa kerukunan merupakan satu kesatuan yang
terdiri dari berbagai unsur yang berlainan saling menguatkan satu sama
lain. Kesatuan yang dimaksud tidak akan terwujud jika ada diantara
unsur tersebut yang tidak berfungsi.33 Dari pengertian tersebut,
menunjukan bahwa peran manusia sebagai makhluk sosial sangat
nampak dan jelas. Dilihat dari sifat dan perilaku manusia dalam
berinteraksi satu sama lain, yaitu dalam menjalin hubungan dengan
orang lain dengan membawa kerukunan dan kedamaian, baik dalam
bermasyarakat maupun beragama.
Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Kementrian Agama
mendefinisikan Kerukunan Hidup Umat Beragama berarti perihal
hidup rukun yaitu hidup dalam suasana baik dan damai, tidak
34 Rudi Harisyah Alam dan Daniel Rabitha, Panduan Bina Desa Model Kerukunan, Jakarta:
35 Fil Isnaeni, Mempererat Kerukunan Beragama Melui Sikap Toleransi, Pamulang: Prosiding
Seminar Nasional, Harmonisasi Keberagaman dan Kebangsaan Bagi Generasi Milenial, Lembaga
Kajian Keagamaan, 2019, hlm, 29.
36 Ibid., hlm. 30.
37 A. Sulaeman Rahmadi, Peran Kaum Muslimin Dalam Pembinaan Kerukunan Hidup
Antarumat Beragama Di Kota Surakarta (Studi Di Fkub Kota Surakarta) , Surakarta: Diss.
Universitas Muhammadiyah, 2012, hlm., 5.
23
ّٰللا لَعَلَّ ُك ْم ْ َ اََِّ َما ْال ُمؤْ ِمنُ ْو َن اِ ْخ َوة ٌ فَا
َ ص ِل ُح ْوا بَ ْي َن اَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا ه
ࣖ
﴾٤١﴿ ت ُ ْر َح ُم ْو َن
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Karena
itu, damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih),
dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapatkan
rahmat.”38
ٰ ٰٓيا َ ُّي َها الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْوا ََّل َي ْسخ َْر قَ ْو ٌم ِم ْن قَ ْو ٍم َع ٰ ٰٓسى ا َ ْن َّي ُك ْوَُ ْوا
َخ ْي ًرا ِم ْن ُه ْم َو ََّل َِ َس ۤا ٌء ِم ْن َِ َس ۤاءٍ َع ٰ ٰٓسى ا َ ْن يَّ ُك َّن َخ ْي ًرا ِم ْن ُه َّن
َ َْو ََّل ت َْل ِم ُز ْٰٓوا ا َ َْفُ َس ُك ْم َو ََّل تَنَابَ ُز ْوا بِ ْاَّلَ ْلقَابِ بِئ
س ا َِّل ْس ُم
ول ِٕى َك هُ ُم ه ٰۤ ُ ُ َّ
الظ ِل ُم ْو َن ب فَا ْ ان َو َم ْن ل ْم يَت ِ ْ ََْالفُ ُس ْو ُق بَ ْع
ِ اَّل ْي َم
﴾٤٤﴿
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka
(yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan
(mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi
perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
38 Mushaf Masjidil Aqsha, Op.Cit, hlm. 516.
24
39 Afidiah Nur Ainun, dkk, Mengenal Aqidah Dan Akhlak Islami, Lampung: CV. IQRO,
2018, hlm., 291.
40 Ibid., hlm. 192.
41 Sarbaini, Apa Yang Sebaiknya Dilakukan? Pendidikan Moral Dan Karakter
42 Suyatno, Nilai, Norma, Moral, Etika Dan Pandangan Hidup Perlu Dipahami Oleh Setiap
Warga Negara Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Berneg ara, PKn Progresif, Vol. 7 No. 1 Juni
2012, hlm, 41.
43 Akrim dan Gunawan, Integrasi Etika Dan Moral Spirit dan Kedudukannya dalam
45 Ibid., hlm. 11
28
b) HR. Bukhari
53 Rubini, Pendidikan Moral dalam Perspektif Islam, Jurnal Komunikasi dan Pendidikan
c. Misi
1) Mewujudkan keluarga yang shalih-shalihah sejahtera lahir batin,
yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manaqib
serta kirim doa kepada orang tua.
2) Mewujudkan masyarakat yang shalih-shalihah sejahtera lahir
bathin, yang senang berkumpul dalam Majelis dzikir, maulid dan
manaqib serta kirim doa kepada orang tua.
3) Mewujudkan pejabat yang shalih-shalihah sejahtera lahir bathin,
yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manaqib
serta kirim doa kepada orang tua.
4) Mewujudkan pengurus Al-khidmah yang mampu memfasilitasi
terselenggaranya majelis dzikir, maulid dan manaqib serta kirim
doa kepada orang tua.
5) Mewujudkan Al-Khidmah diseluruh tanah air dan dibeberapa
negara tetangga.
6) Mewujudkan usaha-usaha yang dapat mewujudkan kesejahteraan
masyarakat, sehingga lebih istiqomah beribadah.
7) Kegiatan
Peran utama kegiatan Al-Khidmah adalah menjadi semacam event
organizer (EO) yang menyelenggarakan pertemuan dzikir, pertemuan
khotmil Quran, Maulid dan Manaqib serta mengirimkan doa kepada orang
tua, leluhur dan guru. Acara lain yang diadakan jamaah Al-Khidmah
antara lain sholat malam, pertemuan kelas, tingkepan dan lain-lain.
35
55 Anitia Kusumawati, Peran Majlis Dzikir Al-Khidmah dalam Membentuk Akhlak dan
Ukhuwah Islamiah Masyarakat Desa Trisono Babadan Ponorogo, Ponorogo: IAIN Ponorogo,
2021, hlm. 48.
36
56 Anitia Kusumawati, Peran Majlis Dzikir Al-Khidmah dalam Membentuk Akhlak dan
Ukhuwah Islamiah Masyarakat Desa Trisono Babadan Ponorogo, Ponorogo: IAIN Ponorogo,
2021.
37
57 Iqbal Maulana Putera, Peran Majelis Dzikir Al-Khidmah dalam Meningkatkan Perilaku
Keagamaan pemuda di Desa Gemenggeng Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk , Kediri: IAIN
Kediri, 2022.
58 Fadila Rohmania, Peran Majlis Dzikir “Al-Khidmah” dalam Meningkatkan Religiusitas
Remaja di Desa Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan., Kudus: IAIN Kudus, 2019.
38
39
40
61 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2018, hlm. 36.
62 Abdul Qodir, Op.Cit, hlm. 54
41
1. Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan pengamatan untuk memperoleh data pada objek
yang diteliti, baik secara partisipasi maupun non partisipasi.65 Peranan
yang paling penting dalam menggunakan metode observasi adalah
pengamat. Pengamat harus jeli dalam mengamati adalah menatap kejadian,
2. Interview (wawancara)
Interview merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan atau meminta komentar pada narasumber atau informan.
Wawancara dibedakan menjadi dua, pertama wawancara terstruktur dan
wawancara tak terstruktur. Dalam melakukan interview, peneliti harus
memperhatikan sikap pada waktu datang, sikap duduk, kecerahan wajah,
tutur kata, keramahan, kesabaran serta keseluruhan penampilan, akan
sangat berpengaruh terhadap isi jawaban responden yang diterima oleh
peneliti. Maka itu, perlu adanya latihan yang intensif bagi calon
interviewer.66
Berdasarkan jenis-jenis wawancara di atas, proses yang dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur. Yaitu suatu
pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai
check-list. Alasan dalam penggunaan jenis wawancara terstruktur yaitu
karena responden terdiri atas yang terpilih saja. Responden dalam
penelitian ini adalah ketua Al-Khidmah Kecamatan Pemalang, Imam
Majelis Dzikir dan jama’ah Majelis Dzikir yang kurang lebih ada 60 laki-
66 Sandu Sitoyo dan M Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Literasi Media
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dengan metode
dokumentasi yang diamati bukan benda hidup, akan tetapi benda mati.
Seperti telah dijelaskan dalam menggunakan metode dokumentasi ini
peneliti memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah
ditentukan.67 Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan di Majelis
Dzikir Al-Khidmah yang bertempat di Masjid Al-Amin Desa Bojongbata
Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang.
E. Prosedur Analisis Data
Teknik Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data
kualitatif. Analisis data kualitatif dimulai dari fakta empiris, terjun ke
lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan
dari fenomena yang ada di lapangan.68 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan suatu keadaan atau peristiwa. Setelah data terkumpul,
kemudian disusun, dijelaskan dan dianalisis untuk sampai pada suatu
kesimpulan data berupa catatan wawancara. Metode ini juga disebut sebagai
prosedur yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
subjek atau objek penelitian pada saat tertentu berdasarkan fakta-fakta yang
terjadi.
69 Hardani, dkk, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020,
hlm. 162.
70 Ibid., hlm. 164.
45
73 Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Citapustaka Media, 2007,
hlm. 191.
47
c. Melakukan Tringulasi
Langkah tringulasi dilaksanak dengan menggunakan cross ceck baik
terhadap sumber data, data secara teknik pengumpulan data. Sumber
data dicek dengan menggunakan snow ball dalam pemilihan informan.
Selanjutnya informan yang terpilih diminta untuk menunjuk dua
informan lain, yang dapat memberikan informasi yang serupa kepada
peneliti. Sedangkan kebenaran data dicek dengan membandingkan data
yang telah diperoleh dengan data yang diungkapkan informan
berikutnya.
4. Konfirmabilitas (confirmability).
Konfirmabilitas atau objektivitas merujuk pada tingkat kemampuan,
data penemuan yang dikonfirmasi oleh orang lain. Maka berdasarkan dari
pengertian tersebut, memberikan sejumlah strategi untuk meningkatkan
konfirmabilitas. Kemudian peneliti dapat mendokumentasikan prosedur
atau teknik untuk mengecek kembali seluruh data penelitian yang
diperoleh di lapangan, serta peneliti dapat mendeskripsikan contoh-contoh
negatif yang bertentangan dengan pengamatan sebelumnya.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan setiap bab dirinci dalam beberapa sub bab sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini, meliputi:
a. Deskripsi konseptual fokus penelitian, yaitu landasan teori
yang berisi tentang pembahasan pengertian konsep Majelis
dzikir, kerukunan, moralitas dan Majelis Dzikir Al-Khidmah.
b. Hasil penelitian relevan, yang berisi tentang hasil-hasil
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti mengemukakan metode penelitian yang
digunakan dalam proses penelitiannya. Agar tersusun secara
sistematis, bab metode penelitian ini terdiri dari:
a. Jenis penelitian, dalam hal ini peneliti menjelaskan jenis
penelitian, pendekatan dan metode apa yang digunakan dalam
penelitian.
b. Tempat dan waktu penelitian. Peneliti menjelaskan dimana dan
kapan peneliti melakukan penelitiannya.
49