Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL INOVASI PELAYANAN PUBLIK

Kategori : Pelayanan Publik

Judul Inovasi : RANTAI BUMIL (BERANTAS ANEMIA PADA IBU HAMIL)

RINGKASAN KUISIONER KEJELASAN INFORMASI (300 kata)

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN lainnya. Penyebab utama kematian ibu secara langsung adalah perdarahan 28%, eklampsia
24%, dan infeksi 11%, dan penyebab tidak langsung adalah anemia 51%. Anemia merupakan
komplikasi dalam kehamilan yang paling sering ditemukan. Hal ini disebabkan karena dalam kehamilan
keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan
sumsum tulang. WHO memperkirakan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di negara maju
sebesar 14% dan di negara berkembang sebesar 51%. Sekitar 75% anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi gizi. Sering kali defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi yang
disertai infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter. Namun, penyebab mendasar anemia nutrisional
meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang dan
kebutuhan yang berlebihan. Faktor nutrisi utama yang mempengaruhi terjadinya anemia adalah zat
besi, asam folat dan vitamin B121,2.

Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) darah kurang dari normal. Kadar Hb
normal berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin : pada balita 11 g %, anak usia sekolah
12 g %, wanita dewasa 12 g %, laki-laki dewasa 13 g %, ibu hamil 11 g %, dan ibu menyusui 12 g %.
Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar Hb di bawah 11 g/dL atau hematokrit kurang dari 33%.
Komplikasi anemia dalam kehamilan dapat berdampak pada masa kehamilan, persalinan, nifas,
maupun pada janin. Anemia pada ibu hamil diketahui akan berdampak buruk baik bagi kesehatan ibu
maupun bayinya. Anemia merupakan penyebab penting yang melatarbelakangi kejadian morbiditas
dan mortalitas, yaitu kematian ibu pada waktu hamil dan pada waktu melahirkan atau nifas sebagai
akibat dari komplikasi kehamilan. Selain itu, ibu hamil yang menderita anemia juga beresiko terjadinya
perdarahan saat melahirkan. Di samping pengaruhnya kepada kematian dan perdarahan, anemia pada
saat hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah, dan peningkatan kematian
perinatal1,6.

Anemia yang sering ditemukan dalam kehamilan adalah anemia defisiensi besi dan anemia
megaloblastik. Anemia defisiensi besi terjadi karena kurangnya zat besi dalam makanan untuk
memenuhi kebutuhan zat besi ibu yang hamil, kebutuhan zat besi untuk janin dan plasenta, dan
pendarahan post partum. Jadi, cadangan zat besi yang dibutuhkan ibu hamil minimal lebih dari 500 mg.
Perubahan diet dengan konsumsi makanan yang kaya zat besi dan penambahan suplemen zat besi
dianjurkan pada ibu hamil. Anemia megaloblastik terjadi karena kerusakan sintesis DNA yang
disebabkan oleh defisiensi nutrisi asam folat atau vitamin B12. Diet yang ekstrem atau malabsorpsi
menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik. Oleh karena itu, sebagian besar wanita mengonsumsi
suplemen folat sebagai langkah pencegahan defek tuba neural pada janin dan kebanyakan dari
suplemen tersebut merupakan kombinasi dari zat besi dan asam folat. Kedua anemia ini dapat
mengakibatkan berkurangnya produksi heme. Jadi, pengobatan yang diberikan bertujuan untuk
meningkatkan produksi sel darah merah7,8.
Beberapa faktor penyebab tingginya kejadian anemia pada kehamilan di wilayah kerja Puskesmas
Pampang yaitu :
a. Status sosial ekonomi menengah ke bawah, sehingga konsumsi makanan yang kaya zat besi
dan vitamin B sulit diupayakan
b. Kurangnya kepedulian ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet zat besi
c. Kurangnya pemahaman ibu hamil mengenai manfaat tablet zat besi
Maka diharapkan pelaksanaan kegiatan Berantas Anemia pada Ibu Hamil (Rantai Bumil) Puskesmas
Pampang sudah mampu menurunkan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Pampang.
Agar program inovasi ini dapat berjalan dengan optimal maka perlu dilakukan beberapa strategi di
antaranya :
a. Perencanaan yang matang
Sebelum melakukan sosialisasi program inovasi Rantai Bumil, maka perlu dilakukan beberapa
perancanaan yang tentunya harus matang sehingga diharapkan pelaksanaannya nanti sudah
tidak ditemukan kendala.
Beberapa hal yang harus direncanakan dengan matang yaitu :
1) Petugas yang bertanggung jawab
Penetapan akan siapa petugas yang bertanggung jawab dalam mengkoordinir telaksananya
program ini harus jelas ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Puskesmas. Mengingat
program ini merupakan pemberian sertifikat imunisasi, maka ditetapkanlah petugas yang
paling memenuhi syarat untuk bertanggung jawab adalah dr.Aulia Recitra Kasim
Penanggung jawab bertugas untuk mengkoordinir kegiatan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasi program ini yang tentunya tetap di bawah
arahan Kepala Puskesmas.
Untuk memaksimalkan pelaksanaan inovasi Rantai Bumil maka dibentuklah susunan
pengurus Rantai Bumil Puskesmas Pampang terdiri dari petugas Puskesmas. Susunan
kepengurusan Rantai Bumil Puskesmas Pampang adalah sebagai berikut:

Kepengurusan Nama Jabatan


Pembina dr.Hj.Sugiarti Buhani,DPDK Kepala Puskesmas Pampang
Ketua Pelaksana dr. Aulia Recitra Kasim Dokter Umum
Wakil ketua Sukriah Safitri,Amd.Keb Bidan
Sekretaris Marlinawati,Amd.Keb Bidan
Anggota Murniaty,SKM Promkes
Suriani,SKM Nutrisionis
Hasriani,Amd.Keb Bidan
Tabel 1. Kepengurusan Rantai Bumil Puskesmas Pampang

2) Pedoman eksternal
Pedoman eksternal dalam hal ini Undang-Undang, Peraturan Menteri Kesehatan,
Keputusan Menteri Kesehatan, dan Peraturan Pemerintah setempat harus disiapkan
sebagai acuan dasar dalam melaksanakan kegiatan. Segala hal yang dilakukan dalam
menjalankan program ini tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang telah
ditetapkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Beberapa pedoman eksternal yang terkait dengan imunisasi yakni:
a) Nasution R. Hubungan tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTDK Puskesmas Desa Baru tahun
2011.c2011.[online].[cited on 2013 September 15 th].Available from:
http://rustonnasution.files.wordpress.com/2012/03/bab-i-v-final.pdf.
b) Wijanti RE, Rahmaningtyas I, Widari D. Hubungan pola makan ibu hamil trimester
III dengan kejadian anemia. Dalam: Tunas-tunas riset kesehatan. Volume kedua,
Nomor 2. Mei 2012.[online].[cited on 2013 September 15th].Available from:
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22128590_2089-4686.pdf.
c) Sutkin G, Isada NB, Stewart M, Powell S. Hematologic complications. In: Evans
A.T, Seigafuse S, Shaw R. et al, eds. Manual of Obstetrics. 7th ed. Texas: Lippincott
Williams & Wilkins, 2007; p. 328, 330-1.
d) Muthalib A. Kelainan hematologik. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin A.B,
Rachimhadhi T, editor. Ilmu kebidanan. Edisi keempat. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011; p. 775-80.
3) Pedoman Internal
Segala pedoman eksternal baik itu aturan pemerintah pusat maupun pemerintah
setempat disimpulkan menjadi suatu pedoman internal yang disesuaikan dengan kondisi
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pampang. Pedoman internal ini disahkan dalam
bentuk Surat Keputusan Kepala Puskesmas Pampang. Di dalam pedoman internal
terdapat aturan dasar dalam pelaksanaan program.
Pedoman / panduan adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah langkah-
langkah yang harus dilakukan. Pedoman merupakan dasar untuk menentukan dan
melaksanakan kegiatan.
4) Kerangka Acuan Kegiatan
Kerangka acuan disusun untuk program atau kegiatan yang akan dilakukan. Pada
kerangka acuan inilah dijelaskan tujuan, cara melaksanakan kegiatan, sasaran, jadwal,
serta monitoring dan evaluasi kegiatan.
5) Standar Operasional Prosedur
Standar Operasional Prosedur adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan
mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas. SOP bermanfaat agar proses
kerja terlaksana dengan efisien, efektif, konsisten/seragam dan aman, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku.
6) Sumber Dana
Agar program ini terlaksana secara berkesinambungan, maka harus ditetapkan sumber
dana dalam penyelenggaraan program ini. Perencanaan diawali dengan suatu Rencana
Usulan Kegiatan hingga menjadi Rencana Pelaksanaan Kegiatan dan Plan Of Action.
Sumber dana program ini adalah Bantuan Operasional Kesehatan termasuk dalam hal
penyediaan kertas sertifikat serta kegiatan-kegiatan lain yang terkait sosialisasi,
monitoring, dan evaluasi program ini.
b. Sosialisasi yang Optimal
Setelah dilakukan perencanaan yang matang, maka selanjutnya dilakukan sosialisasi yang
optimal. Optimal dalam hal ini adalah sosialisasi yang menjangkau semua pihak, baik tokoh-tokoh
masyarakat seperti Camat, Lurah, Ketua RT/RW maupun warga masyarakat termasuk kader
kesehatan.
Tentu hal ini tidaklah mudah mengingat :
1. Lokakarya mini lintas sektor hanya diselenggarakan empat kali setahun dan tidak semua
tokoh masyarakat yang diundang dapat hadir mengingat kesibukan lain yang tidak kalah
pentingnya.
2. Ruangan pertemuan yang kurang memadai bila mengundang lebih dari 40 orang.
3. Diperlukan biaya yang lebih besar bila peserta rapat yang hadir lebih banyak.
4. Sosialisasi di RW dalam bentuk kegiatan Posyandu tidak dihadiri oleh seluruh warga di
wilayah RW tersebut, sehingga yang mengetahui adanya program ini hanya yang hadir saja.
Namun sudah diupayakan agar kader kesehatan dapat menjadi perpanjangan tangan dalam
melakukan sosialisasi pada tetangga-tetangga mereka bila bertemu dalam kesempatan lain.
5. Sosialsiasi dengan memanfaatkan media sosial baik berupa akun Facebook maupun website
belum bisa berjalan karena belum didapatkannya penanggung jawab penuh yang bisa
mengelola media sosial tersebut.
c. Pelaksanaan Sesuai Prosedur dan Berkesinambungan
Setelah disosialisasikan, Penanggung jawab melaksanakan kegiatan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan. Jumlah balita yang kemungkinan akan lengkap imunisasinya (sasaran)
harus terhitung dengan baik sehingga jumlah sertifikat yang harus disiapkan pun mencukupi
untuk seluruh sasaran. Hal ini tentu masuk dalam hal perencanaan pada sumber dana.
d. Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan kegiatan harus dimonitoring, yakni dilakukan pencatatan dengan baik dan benar,
baik dalam hal pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan jadwal dan sasaran, maupun kendala-
kendala yang dihadapi di lapangan. Dengan dilakukannya monitoring dengan baik maka dapat
dilakukan evaluasi dalam bentuk analisis masalah sehingga tindak lanjut yang sesuai dapat
terlaksana. Hal ini tentu berdampak pada capaian kinerja yang meningkat.
A. ANALISIS MASALAH (5%)
Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakannya inisiatif ini ? (500 kata)
Anemia yang sering ditemukan dalam kehamilan adalah anemia defisiensi besi dan anemia
megaloblastik. Anemia defisiensi besi terjadi karena kurangnya zat besi dalam makanan untuk
memenuhi kebutuhan zat besi ibu yang hamil, kebutuhan zat besi untuk janin dan plasenta, dan
pendarahan post partum. Jadi, cadangan zat besi yang dibutuhkan ibu hamil minimal lebih dari 500 mg.
Perubahan diet dengan konsumsi makanan yang kaya zat besi dan penambahan suplemen zat besi
dianjurkan pada ibu hamil. Anemia megaloblastik terjadi karena kerusakan sintesis DNA yang
disebabkan oleh defisiensi nutrisi asam folat atau vitamin B12. Diet yang ekstrem atau malabsorpsi
menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik. Oleh karena itu, sebagian besar wanita mengonsumsi
suplemen folat sebagai langkah pencegahan defek tuba neural pada janin dan kebanyakan dari
suplemen tersebut merupakan kombinasi dari zat besi dan asam folat. Kedua anemia ini dapat
mengakibatkan berkurangnya produksi heme. Jadi, pengobatan yang diberikan bertujuan untuk
meningkatkan produksi sel darah merah7,8.
Inovasi pelayanan publik dalam hal ini Rantai Bumil bersifat unik, karena Puskesmas Pampang
merupakan Puskesmas yang pertama (dari seluruh Indonesia) melakukan program ini.
Beberapa faktor penyebab tingginya kejadian anemia pada kehamilan di wilayah kerja Puskesmas
Pampang yaitu :
a. Status sosial ekonomi menengah ke bawah, sehingga konsumsi makanan yang kaya zat besi
dan vitamin B sulit diupayakan
b. Kurangnya kepedulian ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet zat besi
c. Kurangnya pemahaman ibu hamil mengenai manfaat tablet zat besi
Ketiga hal inilah yang menjadi salah satu pertimbangan melakukan inovasi ini, yaitu Rantai Bumil
sehingga diharapkan pelaksanaan kegiatan Berantas Anemia pada Ibu Hamil (Rantai Bumil)
Puskesmas Pampang sudah mampu menurunkan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Pampang.
A. Pendekatan Strategis (25%)
Siapa saja yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana inisiatif ini telah memecahkan
masalah tersebut ? (600 kata)
Atas permasalahan capaian kinerja yang telah dipaparkan sebelumnya, beberapa pihak telah
mengusulkan pemecahan masalah terkait program tersebut. Dalam kokarya mini bulanan,
dilakukan monitoring capaian kinerja per bulan, pemaparan masalah yang dihadapi saat di
lapangan, sehingga tiba pada analisis penyebab masalah dan tindak lanjut/ jalan keluar atas
masalah tersebut. Secara umum, memang diperlukan kerja sama lintas program dan lintas sektor
untuk menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi aktif dalam pelayanan. Wakil Manajemen
Mutu Puskesmas Pampang bernama dr. Aulia Recitra Kasim pun mengeluarkan pendapat atau
ide untuk membuat kuisioner ini sehingga dapat dilihat keberhasilan penyampaian informasi saat
pertemuan.

Data mengenai jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan darah hingga presentase ibu
hamil yang mengalami anemia diperoleh dari register harian petugas KIA yang dilaporkan
setiap bulan secara rutin kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar.
Adapun data ibu hamil yang melakukan pemeriksaan darah adalah sebagai berikut :

JUMLAH IBU HAMIL YANG DIPERIKSA HB


TAHUN 2019
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pampang Panaikang Karampuang

Gambar 8 : Distribusi jumlah ibu hamil yang diperiksa kadar hemoglobinnya selama tahun 2019 berdasarkan
Kelurahan di Puskesmas Pampang

Dari gambar di atas terlihat bahwa partisipasi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pampang
sudah cukup baik dalam memeriksakan kesehatan, karena semua K1 sudah bersedia untuk
dilakukan pemeriksaan darah, termasuk Hemoglobin.
Adapun dari seluruh data tersebut, yang terdeteksi mengalami anemia yaitu sebagai berikut :
JUMLAH IBU HAMIL YANG ANEMIA TAHUN 2019
12
8
4
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pampang Panaikang Karampuang

Gambar 8 : Distribusi jumlah ibu hamil yang mengalami anemia tahun 2019
berdasarkan Kelurahan di Puskesmas Pampang (diambil dari kepustakaan 17)

Dari data di atas terlihat bahwa Kelurahan Pampang merupakan kelurahan yang paling tinggi
didapatkan kejadian anemia pada kehamilan, mengalami peningkatan pesat pada bulan
November dan April 2019. Hal ini sangat wajar karena jumlah penduduk di Kelurahan
Pampang 2x lipat lebih banyak dibandingkan dengan di Kelurahan Panaikang dan
Karampuang.

Persentase Anemia Ibu Hamil Tahun 2019


35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pampang Panaikang Karampuang

Gambar 8 : Presentase jumlah ibu hamil yang mengalami anemia tahun 2019
berdasarkan Kelurahan di Puskesmas Pampang (diambil dari kepustakaan 17)

Sebagaimana data sebelumnya terlihat peningkatan kejadian anemia pada ibu hamil di bulan
November hingga 32% (melewati standar Nasional 28%).
Dalam hal apa inisiatif ini kreatif dan inovatif ? (200 kata)

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, Beberapa faktor penyebab tingginya kejadian anemia pada
kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Pampang yaitu :
a. Status sosial ekonomi menengah ke bawah, sehingga konsumsi makanan yang kaya zat besi
dan vitamin B sulit diupayakan
b. Kurangnya kepedulian ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet zat besi
c. Kurangnya pemahaman ibu hamil mengenai manfaat tablet zat besi
Ketiga hal inilah yang menjadi salah satu pertimbangan melakukan inovasi ini, yaitu Rantai Bumil
sehingga diharapkan pelaksanaan kegiatan Berantas Anemia pada Ibu Hamil (Rantai Bumil)
Puskesmas Pampang sudah mampu menurunkan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Pampang.
Selain itu, program ini merupakan program yang kreatif karena masih sangat minimnya instansi yang
menerapkan inovasi sejenis ini. Puskesmas Pampang masih merupakan satu-satunya Puskesmas
yang menerapkan program ini dalam lingkup Pemerintah Kota Makassar. Adapun Unit Pelaksana
Teknis lain dalam naungan Pemerintah Kota Makassar, belum diperoleh data real mengenai ada
tidaknya inisiatif ini dalam pelaksanaan program mereka.

B. Pelaksanaan dan Penerapan (30%)


- Bagaimana strategi ini dilaksanakan? (600 kata)

Unsur-unsur rencana aksi yang telah dikembangkan untuk melaksanakan inovasi pelayanan publik ini,
termasuk perkembangan dan langkah-langkah kuncinya yaitu :
1. 27 Desember 2018, membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan untuk tahun 2019 mengenai
program Rantai Bumil dan sumber dananya berdasarkan persetujuan Kepala Puskesmas
2. 27 Desember 2018, uji coba inovasi dilakukan
3. 31 Januari 2019, telah dinyatakan lulus uji coba dan implementasi inovasi dimulai
4. 3 Februari 2019, mengumpulkan pedoman eksternal dan pembuatan pedoman internal terkait
program ini
5. 5 Februari 2019, pembuatan kerangka acuan kegiatan dan Standar Operasional Prosedur
6. 15 Februari 2019, lokakarya mini tribulanan yang dihadiri oleh tokoh lintas sektor / tokoh
masayarakat dan kader kesehatan untuk dilakukan sosialisasi mengenai program ini. Sebagai
bahan untuk memudahkan pemahaman, dibagikan kerangka acuan kegiatan kepada seluruh
peserta rapat
7. 1 Maret 2019, Pedoman Internal, Kerangka Acuan Kegiatan, dan Standar Operasional Prosedur
disahkan oleh Kepala Puskesmas.
8. 8 Maret 2019, dilakukan sosialisasi di ruang tunggu mengenai program pemberian sertifikat
imunisasi kepada pengunjung Puskesmas.
9. Mulai Maret 2019 sudah dilakukan pembagian sertfikat imunisasi bagi balita yang lengkap
imunisasi dasar dan lanjutannya.
10. Setiap jadwal Posyandu dilakukan sosialisasi dengan metode ceramah mengenai program inovasi
ini.
11. Setiap akhir bulan dilakukan rekapitulasi jumlah balita yang lengkap imunisasi dasar dan
lanjutannya, serta dituliskan kendala-kendala yang muncul dalam penyelenggaraan kegiatan.
12. Setiap enam bulan dilakukan evaluasi oleh Tim Audit Internal di bawah pengawasan Wakil
Manajemen Mutu mengenai penyelenggaraan kegiatan, hambatan, dan tindak lanjut yang harus
dilakukan.

-Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan ? (300 kata)
Pelaksanaan strategi kebijakan program ini melibatkan beberapa pihak sebagai pemangku
kepentingan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Koordinasi pelaksanaan strategi
kebijakan Program Berantas Anemia pada Ibu Hamil (RANTAI BUMIL) diselenggarakan dalam
kerangka tata kelola pelayanan.
Adapun pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan program ini yaitu :
1. Kepala Puskesmas Pampang
2. Dinas Kesehatan Kota Makassar
3. Lurah Panaikang
4. Lurah Pampang
5. Lurah Karampuang
6. Camat Panakkukang

Di tingkat Puskesmas Tim Administrasi dan Manajemen Puskesmas Pampang melakukan


rekapitulasi hasil kuisioner yang dibagikan setiap selesai pertemuan. Hasil ini nantinya akan
dievaluasi oleh Tim Audit Internal Puskesmas Pampang dengan tembusan kepada Wakil
Manajemen Mutu dan Kepala Puskesmas.

-Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inisiatif ini dan bagaimana sumber daya itu dimobilisasi ?
(500 kata)
Pelaksanaan program Rantai Bumil dilakukan melalui komitmen bersama seluruh karyawan
Puskesmas Pampang untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kualitas kinerja. Selain itu, telah
dilakukan pula penggalangan komitmen lintas sektor yang terdiri atas seluruh pihak terkait yang
dibutuhkan perannya dalam peningkatan mutu pelayanan Puskesmas Pampang.
Seluruh karyawan Puskesmas Pampang dan tokoh lintas sektor iniliah yang diharapkan dapat
berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program inovasi ini.
Adapun bentuk partisipasi aktif untuk karyawan Pampang dapat berupa :
a. Membantu menyediakan bahan pre dan post test
b. Membantu menyediakan lembar jawaban untuk pre dan post test
c. Membantu memberikan edukasi terkait Anemia pada ibu hamil

Bentuk partisipasi aktif pihak lintas sektor :


a. Melakukan sosialisasi terkait inovasi Puskesmas Pampang
b. Membantu menggerakan masyarakat untuk waspada terhadap kejadian anemia pada ibu hamil

ALUR PELAKSANAAN PROGRAM

Petugas menyiapkan lembar


soal dan lembar jawaban Pelaksanaan pre test Pemberian edukasi
serta materi edukasi

Evaluasi keberhasilan edukasi


Monitoring evaluasi inovasi terhadap nilai pre dan post test Pelaksanaan post test
terhadap kejadian anemia
ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Pampang

- Apa saja keluaran (output) yang paling berhasil ? (400 kata)


Hasil yang diharapkan dari program inovasi Berantas Anemia pada Ibu Hamil (Rantai Bumil) adalah
kontribusi maksimal pada penurunan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pampang.
Data mengenai jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan darah hingga presentase ibu
hamil yang mengalami anemia diperoleh dari register harian petugas KIA yang dilaporkan
setiap bulan secara rutin kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar.
Adapun data ibu hamil yang melakukan pemeriksaan darah adalah sebagai berikut :
JUMLAH IBU HAMIL YANG DIPERIKSA HB
TAHUN 2019
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pampang Panaikang Karampuang

Gambar 8 : Distribusi jumlah ibu hamil yang diperiksa kadar hemoglobinnya selama tahun 2019 berdasarkan
Kelurahan di Puskesmas Pampang

Dari gambar di atas terlihat bahwa partisipasi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pampang
sudah cukup baik dalam memeriksakan kesehatan, karena semua K1 sudah bersedia untuk
dilakukan pemeriksaan darah, termasuk Hemoglobin.
Adapun dari seluruh data tersebut, yang terdeteksi mengalami anemia yaitu sebagai berikut :

JUMLAH IBU HAMIL YANG ANEMIA TAHUN 2019


12
8
4
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pampang Panaikang Karampuang

Gambar 8 : Distribusi jumlah ibu hamil yang mengalami anemia tahun 2019
berdasarkan Kelurahan di Puskesmas Pampang (diambil dari kepustakaan 17)
Dari data di atas terlihat bahwa Kelurahan Pampang merupakan kelurahan yang paling tinggi
didapatkan kejadian anemia pada kehamilan, mengalami peningkatan pesat pada bulan
November dan April 2019. Hal ini sangat wajar karena jumlah penduduk di Kelurahan
Pampang 2x lipat lebih banyak dibandingkan dengan di Kelurahan Panaikang dan
Karampuang.

Persentase Anemia Ibu Hamil Tahun 2019


35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pampang Panaikang Karampuang

Gambar 8 : Presentase jumlah ibu hamil yang mengalami anemia tahun 2019
berdasarkan Kelurahan di Puskesmas Pampang (diambil dari kepustakaan 17)

Sebagaimana data sebelumnya terlihat peningkatan kejadian anemia pada ibu hamil di bulan
November hingga 32% (melewati standar Nasional 28%).

-Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi kegiatan? (400 kata)
Pengawasan, pemantauan, dan evaluasi Program Berantas Anemia pada Ibu Hamil dilaksanakan oleh Tim
Audit Internal di bawah pengawasan Kepala Puskesmas Pampang dan Wakil Manajemen Mutu.
Pelaksanaan pengawasan, pemantauan dan evaluasi ditujukan untuk memastikan seluruh komponen input,
proses, output dan outcome dapat dijalankan dan/atau dihasilkan di dalam pelaksanaan kebijakan dan
kegiatan ini.
Dengan demikian dapat menghasilkan identifikasi dan pelaporan yang jelas terkait dengan:
1. Terlaksananya kegiatan sesuai perencanaan;
2. Memiliki daya efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaan strategi pencapaian tujuan; dan
3. Mampu menghasilkan dampak perubahan penting
Kegiatan pengawasan dilaksanakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan sesuai dengan arah
kebijakan, prinsip, dan tujuan dari kebijakan program ini. Kegiatan pengawasan selain ditujukan untuk
mengendalikan dan menjaga kualitas kegiatan, juga dilaksanakan untuk mengkonsolidasi dan memastikan
pelaksanaan program inovasi ini di daerah tertinggal dapat berkontribusi secara maksimal pada pencapaian
target yang telah ditetapkan.
Bentuk kegiatan pengawasan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Tim Audit Internal mengevaluasi hasil rekapitulasi kuisioner yang sudah dilakukan oleh Tim Admen
Puskesmas Pampang.
2. Wakil Manajemen Mutu mengevaluasi hasil kerja Tim Audit Internal dengan tembusan kepada Kepala
Puskesmas Pampang.
3. Wakil Manajemen Mutu memaparkan hasil audit internal dalam Rapat Tinjauan Manajemen.

Pelaksanaan pemantauan dilakukah untuk memastikan Pelaksanaan setiap kegiatan sesuai perencanaan,
Pelaksanaan strategi kegiatan dalam pencapaian tujuan Penggunaan waktu dan pendanaan sesuai dengan
perencanaan dan strategi pencapaian tujuan. Pelaksanaan pemantauan didasarkan pada perangkat indikator
dari komponen input, proses, output, dan outcome dari pelaksanaan program ini.

Kegiatan evaluasi dilakukan untuk memastikan tercapainya outcome atau dampak dari satu dan/atau
keseluruhan output dari pelaksanaan kegiatan perdesaan sehat. Evaluasi juga melakukan penilaian terhadap
kontribusi outcome pada pencapaian target yang lebih besar dan telah ditetapkan seperti kontribusi pada
pencapaian kinerja dan mutu pelayanan.

-Apa saja kendala yang dihadapi dan bagaimana kendala tersebut dapat diatasi (300 kata)
Dalam pelaksanaan program inovasi Berantas Anemia pada Ibu Hamil (RANTAI BUMIL) tentunya terdapat
kendala yang dihadapi, namun berbagai kendala tersebut selalu diupayakan agar dapat diatasi dengan cepat
dan tepat. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini antara lain :
1. Keterbatasan SDM sehingga tidak seluruh ibu hamil yang berkunjung dapat diberikan edukasi lengkap
terkait anemia
2. Banyak dan lamanya waktu yang diperlukan terutama ibu hamil trimester pertama yang melakukan
pemeriksaan, karena harus diperiksa darah secara lengkap di laboratorium serta kelengkapan
pencatatan dan kohort sehingga edukasi anemia sering terabaikan.
Berbagai kendala di atas ditanggulangi antara lain dengan :
1. Memaksimalkan edukasi khususnya pada ibu hamil yang diUSG 1-2 orang per hari oleh dokter yang
melakukan USG.
2. Mengutamakan edukasi anemia pada ibu hamil trimester kedua dan ketiga

C. Dampak dan Keberlanjutan (40%)


- Apa saja manfaat utama yang dihasilkan inisiatif ini? (700 kata)

Dengan adanya inovasi ini diperoleh beberapa manfaat yaitu :


1. Ibu hamil mendapatkan pemahaman mengenai pengertian dan jenis anemia pada kehamilan
2. Ibu hamil mendapatkan pemahaman mengenai faktor-faktor penyebab anemia pada ibu hamil
3. Ibu hamil mendapatkan pemahaman mengenai gejala anemia pada ibu hamil
4. Ibu hamil mendapatkan pemahaman mengenai cara mencegah dan mengobati anemia pada
ibu hamil
5. Pemberi layanan mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman ibu hamil/keluarga mengenai
anemia pada ibu hamil sebelum penyuluhan
6. Pemberi layanan mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman ibu hamil/keluarga mengenai
anemia pada ibu hamil setelah penyuluhan
7. Pemberi layanan mengetahui sejauh mana efektifitas kegiatan dalam menurunkan kejadian
anemia pada ibu hamil

- Apakah inisiatif ini berkelanjutan dan direplikasi? (500 kata)


Pengembangan program inovasi Berantas Anemia pada Ibu Hamil (RANTAI BUMIL) diperlukan untuk
membantu menekan dan mengendalikan kejadian anemia ibu hamil di Indonesia secara umum dan di
Makassar secara khusus sehingga kematian ibu akibat anemia dapat berkurang.
Di sisi lain, pengembangan konsep Program Inovasi Berantas Anemia pada Ibu Hamil juga diperlukan
sebagai suatu strategi dan kebijakan dalam pencapaian peningkatan mutu layanan dan kinerja yang
pelaksanaannya dilakukan secara berksinambungan dan merupakan program yang relevan yang dapat
diterapkan di seluruh instansi di Indonesia.

- Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik? (500 kata)


Program inovasi Berantas Anemia pada Ibu Hamil (RANTAI BUMIL) diupayakan agar dapat mencapai
percepatan peningkatan mutu layanan dan capaian kinerja, serta terjadi percepatan peningkatan
keberdayaan masyarakat melalui keterlibatan aktif masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pampang
dalam memperkuat pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas.
Hasil monitoring dan evaluasi inovasi ini memiliki berbagai pembelajaran dan menimbulkan
rekomendasi program di masa yang akan datang.
Berbagai pembelajaran yang didapat antara lain :
a. Peran serta keluarga dalam mensupport ibu hamil untuk mengkonsumis makanan dengan gizi
seimbang dan lengkap sangat diperlukan.
b. Edukasi dan pemahaman yang baik terhadap kejadian anemia berbanding lurus dengan
kesadaran ibu hamil untuk menyesuaikan pola hidup sehat dalam menjalani kehamilan.
c. Ibu hamil risiko tinggi dengan komplikasi sangat sulit diintervensi untuk meningkatkan kadar
hemoglobinnya.

Anda mungkin juga menyukai