Anda di halaman 1dari 5

Macam-macam Klasifikasi Diagnosis Hilangnya Gigi

5.1 Klasifikasi Kennedy

1. Kelas I: Daerah edentulous berada pada bagian posterior dari gigi yg masih ada &

berada pada kedua sisi rahang/bilateral (free end bilateral).

2. Kelas II: Daerah edentulous unilateral terletak pada bagian posterior gigi yang

tersisa (free end unilateral).

3. Kelas III: Daerah edentulous unilateral terletak diantara gigi-gigi yang tersisa di

bagian posterior maupun anteriornya (selain free end dan midline).

4. Kelas IV: Daerah edentulous melewati garis tengah rahang pada bagian anterior

gigi-gigi yang tersisa.

Gambar 1

(a):Klasifikasi

Kennedy

Kelas I, (b):

Klasifikasi

Kennedy Kelas II, (c): Klasifikasi Kennedy Kelas III, (d): Klasifikasi Kennedy Kelas IV

5.2 Klasifikasi Applegate Kennedy


Terdapat beberapa aturan dalam menentukan klasifikasi applegate kennedy, berikut

ini merupakan aturan-aturan untuk menentukan klasifikasi applegate kennedy:

1. Klasifikasi sebaiknya ditentukan setelah semua ekstraksi atau pencabutan gigi telah

selesai dilakukan.

2. Jika gigi molar ketiga hilang dan tidak akan diganti, maka tidak dianggap sebagai

klasifikasi.

3. Jika gigi molar ketiga akan digunakan sebagai abutment, maka dianggap sebagai

klasifikasi

4. Jika gigi molar kedua hilang dan tidak diganti, maka tidak dianggap sebagai

klasifikasi.

5. Area tidak bergigi selain yang menentukan klasifikasi disebut ruang modifikasi.

6. Tingkat modifikasi tidak dibatasi dan hanya jumlah area tak bergigi tambahan.

7. Tidak ada ruang modifikasi pada Kelas IV.

Berikut ini merupakan klasifikasi applegate kennedy:

1. Kelas I: Daerah edentulous bilateral dan berada di posterior dari gigi-gigi yang masih

ada (gigi-gigi yang masih ada di bagian anterior).

2. Kelas II: Daerah edentulous unilateral, berada di posterior dari gigi-gigi yang masih

ada (gigi-gigi yang masih ada di bagian anterior).

3. Kelas III: Daerah edentulous unilateral dan lebih dari dua gigi yang hilang, dibatasi

oleh gigi penyangga anterior dan posterior kuat sebagai gigi penyangga pada gigi

tiruan.

4. Kelas IV: Daerah edentulous berada di bagian anterior dari gigi yang masih ada dan

melewati garis median (gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior).


5. Kelas V: Daerah edentulous unilateral dgn jumlah gigi yg hilang dua atau tiga gigi,

dibatasi oleh gigi penyangga di anterior & posterior dimana gigi penyangga anterior

tidak kuat sebagai gigi penyangga pada gigi tiruan (pada insisivus lateral) & gigi

posterior kuat.

6. Kelas VI: Daerah edentulous unilateral meliputi satu sampai dua gigi, dibatasi oleh

gigi penyangga di anterior & posterior dimana gigi penyangga anterior & posterior

mampu memberikan dukungan pada gigi tiruan.

Tujuan & Prosedur Surveying

6.1 Tujuan Surveying


a. Menentukan jalur penempatan yg paling baik yg dpt mengeliminasi/ meminimalkan

hambatan pemasangan/pelepasan

b. Mengidentifikasi permukaan proksimal gigi yang paralel/harus dibuat paralel.

c. Menemukan & mengukur area gigi yg dpt digunakan u/ retensi.

d. Menentukan hambatan pada area gigi/tulang yg harus dieliminasi.

e. Menentukan jalur pemasangan yg paling sesuai untuk penempatan retainer dan gigi

tiruan agar estetik.

f. Menentukan pemetaan mouth preparations.

g. Menggambarkan ketinggian kontur gigi penyangga & menemukan area undercut yg

tdk diinginkan.

h. Merekam posisi model dalam relasi jalur pemasangan

6.2 Prosedur surveying

Berikut ini merupakan prosedur dalam melakukan surveying:

1. Meletakkan model disgnostik pada adjustable surveyor table dan dijepit pada penjepit

model.

2. Posisi adjustable surveyor table diatur sedemikian rupa sehingga permukaan oklusal

gigi paralel dengan basis horisontal surveyor dan tegak lurus terhadap analyzing rod.

3. Evaluasi guiding plane. Menentukan kesejajaran semua permukaan proksimal gigi

yang akan digunakan penyangga dengan menempelkan analyzing rod.

4. Evaluasi daerah retensi. Besarnya retensi dapat diketahui dengn menyentuhkan

analyzing rod pada permukaan bukal dan lingual gigi yang akan digunakan sebagai

penyangga.
5. Evaluasi interference/hambatan. Pada saat survei rahang bawah harus memeriksa

permukaan lingual apakah terdapat eksostosis yang akan dilewati konektor mayor dan

gigi-gigi posterior seringkali miring ke lingual

6. Evaluasi faktor estetik. Arah pemasangan yang telah dipilih harus mempertimbangkan

segi estetik, baik penempatan lengan cangkolan maupun penyusunan gigi artifisial.

7. Menandai kontur terbesar dengan carbon marker. Setelah menentukan gambaran

guiding plane dan daerah retentif yang dibutuhkan, analyzing rod diganti dengan

carbon marker untuk menandai kontur terbesar dari gigi dengan menggerakkan

tongkat vertikal yang memegang carbon marker mengelilingi permukaan gigi

sehingga menghasilkan garis survei.

8. Mengukur besarnya retensi pada undercut. Besarnya retensi pada undercut diukur

dengan menggunakan undercut gauge yang besarnya 0,01-0,03 inci. Pengukuran

undercut dilakukan dengan menempelkan ujung undercut gauge pada daerah

undercut.

9. Penutupan daerah undercut. Setelah arah pemasangan dipilih dan undercut ditentukan,

setiap undercut yang tidak diinginkan ditutup/block out dengan lilin. Semua undercut

gigi dan jaringan dibuat sejajar satu sama lain dengan wax trimmer.

10. Melakukan tripoding. Di bagian tepi lateral kanan dan kiri serta bagian dorsal model

diberi tanda garis. Pemberian tanda dengan pensil dilakukan dengan menyentuhkan

analyzing rod pada ketiga sisi model.

11. Melepaskan model. Model dilepaskan dari ajustable surveyor table.

Anda mungkin juga menyukai