Anda di halaman 1dari 98

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan bagi

anak usia 0-6 tahun. Pendidikan anak usia dini dilakukan melalui

pemberian rangsangan dan stimulasi untuk membantu pertumbuhan

dan perkembangan anak dengan tujuan agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan jenjang selanjutnya. Anak usia dini

merupakan masa periode emas atau golden age, pada usia 4 tahun

tingkat kecerdasan anak telah mencapai 50%, usia 8 tahun 80%, dan

sisanya sekitar 20% diperoleh setelah usia 8 tahun. Dalam kurikulum

2013 PAUD, terdapat 6 aspek perkembangan berbasis program

pengembangan seperti perkembangan nilai agama dan moral, kognitif,

fisik motorik, sosial emosional, bahasa, dan seni (Fakhrudin,2018).

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6

tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam

pembentukan dan kepribadian anak. Usia dini merupakan usia ketika

anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia

dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam

sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan

manusia. Masa ini ditandai oleh berbagai periode yang mendasar

dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir

1
2

perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia

dini adalah the golden age atau periode keemas an ( Ardy:2016).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146

Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini pada

Pasal 5 dinyatakan, bahwa aspek-aspek pengembangan dalam

kurikulum PAUD mencakup nilai agama dan moral, fisik-motorik,

kognitif, bahasa, sosial-emosional, seni ( Permendikbud:2014).

Alat permainan tradisional merupakan suatu bentuk alat

permainan edukatif yang menjadi warisan nenek moyang atau orang-

orang terdahulu dan dapat digunakan hingga sekarang

( Fadillah:2019). Berbagai kegiatan motorik yang menggunakan

tangan, pergelangan tangan dan kaki merupakan perkembangan yang

dapat diprediksi dengan melalui kegiatan bermain yang diharapkan

anak mampu dalam kemampuan ketangkasan, seperti melempar,

meloncat, berlari yang dimana kaki dan tangan akan sangat digunakan

pada saat bermain (Hurlock : 2013).

Motorik yaitu suatu proses belajar mengarah pada dimensi

gerak. Dalam konteks ini, pembelajaran motorik diwujudkan melalui

respon-respon otot yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau

bagian tubuh yang spesifik untuk meningkatkan kualitas gerak

(Rahyubi:2012).

Kemampuan motorik kasar secara khusus dikontrol oleh oto-totot

besar. Perkembangan motorik kasar difokuskan pada keterampilan


3

yang biasa disebut dengan keterampilan motorik dasar, meliputi jalan,

lari, lompat, loncat dan keterampilan menguasai bola seperti melempar,

menendang dan memantulkan bola (Hadi:2017).

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 7 Maret 2023 di KB

Ar-Rahman Desa Margawangi Kecamatan Leuwidamar, terdapat 25

anak yang terdiri dari 14 laki-laki dan 11 perempuan. Usia kelompok B

adalah anak usia 5-6 tahun. Berdasarkan observasi yang dilakukan

ditemukan adanya masalah tentang kemampuan motorik kasar

(melompat) khususnya pada capaian perkembangan keseimbangan,

kekuatan, kelincahan, dan keberanian pada anak.

Ketika dilakukan observasi pada anak kelompok B yang sedang

melakukan kegiatan melompat, kegiatan yang dilakukan yaitu

melompat dari ketinggian 30-50 cm menggunakan kursi. Ketika anak

melakukan kegiatan melompat, masih ditemukan 15 anak atau 60%

dari 25 anak yang kurang lincah dalam melakukan lompatan, anak

masih kesulitan untuk melompat dari atas kursi, teknik melompat anak

masih salah, anak masih ragu-ragu dalam melompat, anak masih harus

dibantu oleh guru karena anak belum mampu mempertahankan tubuh

setelah melakukan lompatan. Kemampuan anak dalam melompat

seharusnya sudah dikuasai sesuai dengan indikator dapat

menggerakkan badan dan kaki dalam rangka melatih keseimbangan,

kekuatan, kelincahan, dan keberanian.


4

Berdasarkan wawancara dengan Guru KB Ar-Rahman

Leuwidamar Lebak, upaya yang sudah dilakukan guru untuk

meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak pada capaian

keseimbangan, kekuatan, kelincahan , dan keberanian dengan

dilakukannya senam bersama pada hari rabu. Adapun

kegiatannya,berupa gerakan-gerakan berupa pemanasan. Selain itu,

ada juga kegoatan-kegiatan lain yang sudah dilaksanakan seperti

berjalan pada garis lurus, berjalan dengan berjinjit, berjalan mundur,

merayap dan merangkan dengan berbagai variasi, serta melompat dari

ketinggian 30-50 meter.

Menurut Guru KB Ar-Rahman Leuwidamar Lebak, beberapa

upaya telah dilakukan seperti kegiatan yang telah disebutkan di atas,

namun masih banyak anak yang belum berkembang secara optimal

perkembangan motorik kasarnya, masih banyak anak yang belum

mencapai tingkat capaian BSB/berkembang sangat baik. Pembelajaran

melalui permainan dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar

anak karena dengan permainan anak- anak dapat mengekspresikan

gerakan menggunakan ototo-otot kasarnya dengan bebas. Namun

Guru KB Ar-Rahman Leuwidamar Lebak, belum pernah menerapkan

permainan tradisional lompat tali di KB Ar-Rahman Leuwidamar Lebak.

Permainan lompat tali adalah salah satu permainan tradisional

yang sangat populer dikalangan anak-anak pada era 80-an. Permainan

lompat tali dimainkan secara bersama-sama oleh 3 hingga 10 anak.


5

Permainan ini mudah dimainkan, peralatan yang digunakan pun

sederhana saja yaitu karet gelang yang dijalin hingga panjangnya

mencapai sekitar 3-4 meter. Tempat yang digunakan untuk permainan

lompat tali ini biasanya di ruangan yang terbuka misalnya di halaman

rumah atau halaman sekolah ( Achroni, 2012). Permainan lompat tali

adalah salah satu permainan tradisional yang hampir punah dikalangan

anak-anak perkotaan, karena tergseser dengan permaina modern yang

benar-benar telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kebanyakan

anak zaman sekarang.

Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa permainan

lompat tali merupakan salah satu permainan tradisional yang perlu

dilestarikan karena dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang

efektif dan menyenangkan bagi anak, serta dapat melibatkan partisipasi

anak secara aktif sejak awal dan memberikan manfaat kepada anak

untuk mengoptimalkan kemampuan motorik kasarnya.

Penelitian ini menggunakan kegiatan bermain lompat tali dalam

proses pembelajaran motorik kasar anak pada kelompok B KB Ar-

Rahman Desa Margawangi Kecamatan Leuwidamar karena permainan

lompat tali merupakan media pembelajaran yang menyenangkan,

kegiatan yang tidak memiliki resiko besar ketika anak melakukannya.

Selain itu juga, permainan lompat tali ini ada tahapan-tahapannya

sehingga anak akan lebih mudah dalam melompat, anak menjadi

berani dalam mengambil keputusan dan mencoba hal baru, dan dapat
6

mengajarkan pada anak bahwa barang bekas atau karet bekas bisa

digunakan sebagai alat permainan yang sederhana.

Adapun beberapa penyebab rendahnya dari perkembangan

kemampuan motorik kasar (melompat) anak adalah sebagai berikut :

1. Sarana prasarana atau alat permainan di sekolah yang dapat

digunakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan motorik kasar (melompat) anak masih terbatas.

2. Keterbatasan Guru dalam memanfaatkan halaman sekolah umtuk

melakukan kegiatan motorik kasar (melompat) secara outdoor.

3. Guru kurang mengembangkan kegiatan pembelajaran pada motorik

kasar (melompat) anak.

Upaya mengatasi masalah di atas, maka peneliti mencoba

mencari alternatif penyelesaian yaitu Upaya Meningkatkan

Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Permainan Lompat Tali

Pada Kelompok B di KB Ar-Rahman Desa Margawangi Kecamatan

Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti

mengidentifikasi masalah terhadap kekurangan-kekurangan dalam

meningkatkan kemampuan motorik kasar anak, diantaranya :

1. Kurangnya alat permainan yang dapat digunakan guru dalam proses

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar

(melompat) anak.
7

2. Kurang optimalnya kegiatan yang menunjang kemampuan motorik

kasar (melompat) anak. Kegiatan motorik kasar hanya dilakukan di

dalam kelas saja.

3. Permainan yang digunakan guru kurang bervariasi.

4. Anak didik tidak menggunakan teknik melompat yang benar

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan

di atas, peneliti membatasi pada peningkatan kemampuan motorik

kasar anak melalui penerapan permainan tradisional lompat tali,

khususnya pada Kelompok Bermain di KB Ar-Rahman Desa

Margawangi Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi

Banten.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam

penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak di kelompok B KB Ar-

Rahman Desa Margawangi Kecamatan Leuwidamar ?

2. Bagaimana penerapan permainan lompat tali di kelompok B KB Ar-

Rahman Desa Margawangi Kecamatan Leuwidamar?

3. Apakah ada pengaruh bermain lompat tali terhadap motorik kasar

anak di kelompok B KB Ar-Rahman Desa Margawangi Kecamatan

Leuwidamar?
8

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui kemampuan motorik kasar anak di kelompok B

KB Ar-Rahman Desa Margawangi Kecamatan Leuwidamar ?

2. Untuk mengetahui penerapan permainan lompat tali di kelompok B

KB Ar-Rahman Desa Margawangi Kecamatan Leuwidamar?

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh bermain lompat tali

terhadap motorik kasar anak di kelompok B KB Ar-Rahman Desa

Margawangi Kecamatan Leuwidamar?

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka dapat di ambil

manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Manfaat secara Praktisi

Memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam

mengembangkan kemampuan motorik kasar khususnya

keseimbangan, kekuatan, dan kelincahan pada peserta didik di KB

Ar-Rahman Desa Margawangi Dan memberi kesempatan bagi

pendidik untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar anak

melalui permainan tradisional lompat tali.


9

2. Manfaat secara Teoritis

a. Bagi pendidik dan calon pendidik, dapat menambah pengetahuan

dan sumbangan pemikiran tentang cara meningkatkan motorik

kasar anak, khususnya melalui permainan tradisional lompat tali.

b. Bagi anak didik, dapat memperoleh pengalaman langsung

mengenai pembelajaran aktif, kreatif melalui permainan tradisional

lompat tali.

c. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun pro-

gram pembelajaran serta menentukan metode dan media

pembela- jaran yang tepat untuk meningkatkan motorik kasar

d. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti

dalam meningkatkan motorik kasar anak melalui permainan

tradisional dan menjadi inspirasi serta motivasi bagi kemajuan

pengembangan pendidikan anak usia dini.


BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Motorik Kasar Anak dan Permainan Lompat Tali

1. Definisi Motorik Kasar

Motorik adalah terjemahan dari kata motor yang menurut

Gallahue adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang

menyebabkan terjadinya suatu gerak. Dengan kata lain, gerak

adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasari oleh proses

motorik (Samsudin, 2008). Dalam psikologi, kata motor diartikan

sebagai istilah yang menunjukkan pada hal keadaan, dan kegiatan

yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya, demikian

kelenjar-kelenjar juga sekresinya. Secara singkat motor dapat pula

dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau

menghasilkan stimulus atau rangsangan terhadap kegiatan organ-

organ fisik (Muhibbin, 2011).

Muhibbin menyebut motorik dengan istilah motor. Menurutnya,

motor diartikan sebagai istilah yang menunjukkan pada hal, keadaan,

dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakannya, demikian

pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya (pengeluaran cairan/gatah).

Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan

yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/ rangsangan

terhadap kegiatan organ-organ fisik (Samsudin, 2008).

10
11

Perkembangan motorik anak akan berkembang sesuai

dengan usianya. Orang tua tidak perlu melakukan bantuan terhadap

kekuatan otot besar anak. Jika anak telah matang, maka dengan

sendirinya anak akan melakukan gerakan yang sudah pada

waktunya dilakukan. Misalnya, ketika seorang anak usia 6 bulan

belum siap untuk duduk sendiri, maka orang dewasa tidak perlu

memaksakan dia untuk duduk di sebuah kursi (Wiyani, 2015).

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa kegiatan

motorik kasar adalah menggerakkan berbagai bagian tubuh atas

perintah otak dan mengatur gerak badan terhadap macam-macam

pengaruh dari luar dan dalam. Menggunakan otot-otot besar yang

mampu merangsang perkembangan motorik kasar usia 5-6 tahun

dengan menggunakan benda- benda atau permainan-permainan

yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Untuk mencapai keterampilan motorik kasar yang baik maka

pendidik harus memberikan stimulasi yang sesuai kepada anak guna

menunjang pencapaian keterampilan motorik kasar yang optimal.

Individu yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih

cepat mempelajari sesuatu karena lebih cepat berkembang

dibandingkan individu yang tidak banyak mendapatkan stimulasi.

Cara yang efektif bagi anak dalam mempelajari keterampilan motorik

adalah dengan bimbingan dan pengawasan dari orang lain yang


12

memiliki pengalaman dalam membimbing dan mengawasi anak

tersebut.

2. Perkembangan Keterampilan Motorik Kasar

Perkembangan motorik kasar pada dasarnya merupakan

gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi

antar anggota tubuh dengan menggunakan otot-otot besar.

Perkembangan keterampilan motorik kasar dapat diuraikan sebagai

berikut (Upton, 2012) :

a. Keterampilan motorik kasar melibatkan otot-otot besar tubuh.

b. Keterampilan motorik kasar bergantung pada kekerasan dan

kekuatan otot.

c. Pola perkembangan keterampilan motorik yang khas ini

mendorong para teoritis terdahulu untuk berpendapat bahwa ini

merepresentasi rentangan urutan peristiwa-peristiwa yang

terprogram secara gentik dimana syaraf-syaraf dan otot-otot

matang dalam arah ke bawah dan keluar.

d. Variasi individu adalah hal umum dan masa perkembangan

keterampilan motorik dapat bervariasi sebanyak dua hingga empat

bulan tanpa ada indikasi terjadi perkembangan yang tidak normal.

e. Proses-proses pematangan diyakini memberikan batas-batas

umur bagi bayi untuk mampu duduk tegak, merangkak atau

berjalan.
13

Berdasarkan uraian di atas bahwa perkembangan

keterampilan motorik kasar mencakup fungsi-fungai lokomotor

seperti duduk tegak, berjalan, menendang, dan melempar bola.

Perkembangan motorik ini berlanjut dari kepala ke bawah dan dari

tengah kearah luar. Keterampilan motorik berkembang dalam urutan

pasti, dan norma-norma umur kerap digunakan untuk mengukur

kema- juan perkembangan bayi. Namun pengalaman-pengalaman

dan kesempatan-kesempatan untuk berlatih yang dimiliki setiap anak

sangat penting dalam mempengaruhi umur aktual ketika tonggak-

tonggak perkembangan ini tercapai.

3. Fungsi Keterampilan Motorik pada Anak Usia Dini

Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang

berbeda pula dalam penyelesaian sosial dan pribadi anak. Anak

yang memiliki keterampilan motorik yang lebih baik dari teman

sebayanya cenderung akan lebih percaya diri dalam bersosialisasi

terhadap lingkungan sekitarnya. Lain halnya dengan anak yang

kurang dalam keterampilan motoriknya, ia akan cenderung kurang

percaya diri.

Fungsi keterampilan motorik anak dibagi menjadi 4 kategori

yaitu :

a. Keterampilan bantu diri. Anak mampu melakukan segala sesuatu

bagi diri mereka sendiri, meliputi ketrampilan berpakaian, merawat

diri, makan dan mandi.


14

b. Keterampilan bantu sosial. Untuk dapat diterima dalam lingkungan

keluarga, sekolah, serta tetangga diperlukan keterampilan tertentu

seperti membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah.

c. Keterampilan bermain. Untuk dapat bermain dengan teman

sebaya anak memerlukan keterampilan seperti keterampilan

bermain bola, melukis, dan menggambar.

d. Keterampilan sekolah. Pada awal sekolah sebagian besar

pekerjaan melibatkan keterampilan motorik seperti melukis,

menulis, dan menggambar. Semakin baik keterampilan yang

dimiliki semakin baik pula penyesuaian sosial serta prestasi

akademik dan non kademik anak. Aktivitas pengembangan

keterampilan motorik halus anak bertujuan untuk melatihkan

kemampuan koordinasi motorik anak (Hurlock:2013).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar

Anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik

kasar anak sebagai berikut (Rudiyanto, 2016) :

a. Faktor hereditas (warisan sejak lahir atau bawaan)

b. Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan

kematangan atau merugikan kematangan fungsi-fungsi

c. Organis dan psikis


15

d. Aktivitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan,

kemampuan, punya emosi serta mempunyai usaha untuk

membangun diri sendiri.

5. Aspek Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik merupakan hal yang menjadi dasar bagi

kemajuan perkembangan berikutnya. Ketika fisik berkembang

dengan baik memungkinkan anak untuk dapat lebih

mengembangkan keterampilan fisiknya, dan eksplorasi

lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orang lain (Susanto,

2012). Adapun aspek-aspek yang dapat di kembangkan dalam

perkembangan motorik kasar anak:

a. Kelincahan, yaitu kemampuan untuk mengubah posisi dan arah

tubuh dengan cepat secara tepat waktu ketika sedang bergerak

tanpa kehilangan keseimbangan maupun kesadaran akan posisi

tubuhnya.

b. Kekuatan, yaitu salah satu aktivitas pengembangan akan

kemampuan daya gerak yang di lakukan, dari satu tempat ke

tempat lainnya.

c. Keseimbangan, yaitu kemampuan untuk mempertahankan

keseimbagan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi.

d. Ketangkasan, yaitu kualitas kecepatan dan kehandalan yang

berkaitan dengan kemampuan fisik maupun mental.


16

6. Karakterisitik Perkembangan Fisik-Motorik Anak Usia Dini

Seiring dengan pertumbuhan fisknya yang beranjak matang,

maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi

dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan

atau min- atnya. Dia menggerakkan anggota badannya dengan

tujuan yang jelas, seperti (1) menggerakkan tangan untuk menulis,

menggambar, mengambil makanan, melempar bola, dan (2)

menggerakkan kaki un- utk menendang bola, melompat, berlari pada

saat bermain (Yusuf, 2013).

a. Sekolah merancang pelajaran keterampilan yang bermanfaat bagi

perkembangan atau kehidupan anak, seperti mengetik, menjahit,

meru- pa atau kerajinan tangan lainnya.

b. Sekolah memberikan pelajaran senam atau olahraga kepada para

siswa, yang jenisnya disesuaikan dengan usia siswa.

c. Sekolah perlu merekrut guru-guru yang memiliki keahlian dalam

bidang-bidang tersebut diatas.

d. Sekolah menyediakan sarana untuk keberlangsungan

penyelanggaraan pelajaran tersebut, seperti alat-alat yang

diperlukan dan tempat atau lapangan olahraga.

B. Kajian Tentang Permainan Tradisional Lompat Tali

1. Pengertian Permainan Tradisional


17

Permainan lompat tali merupakan permainan tradisional yang

sangat popular dikalangan anak-anak pada era 80-an. Permaina

lompat tali dimainkan secara bersama-sama oleh 3 hingga 10 anak.

Peralatan yang digunakan dalam permainan lompat tali sangat

sederhana yaitu, karet gelang yang dijalin hingga panjangnya

mencapai sekitar (3 sampai 4 meter) tidak terlalu panjang dan juga

tidak terlalu pendek (Achorni, 2012).

Permainan tradisional sebagai satu di antara unsur ke

budayaan bangsa banyak tersebar di berbagai penjuru nusantara,

namun dewasa ini keberadaannya sudah berangsur-angsur

mengalami kepunahan. Terutama bagi mereka yang saat ini tinggal

di perkotaan, bahkan beberapa di antaranya sudah tak dapat dikenali

lagi oleh masyarakat di mana permainan tersebut ada. Beberapa

jenis permainan tradisional ada pula yang masih dapat bertahan, itu

pun disebabkan karena para pelaku permainan tradisional tersebut

berada jauh dari jangkauan permainan modern yang lebih

menggunakan alat-alat canggih. Permainan tradisional sebagai salah

satu bentuk dari kegiatan bermain diyakini dapat memberikan

manfaat bagi perkembangan fisik dan mental anak.

Permainan tradisional merupakan suatu aktivitas permainan

yang tumbuh dan berkembang di daerah tertentu, yang sarat dengan

nilai-nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat dan di ajarkan


18

secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya

(Kurniati, 2017).

Permainan tradisional merupakan hasil budaya masyarakat

yang sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Hal ini seperti

yang telah dikemukakan Tashadi yang dikutip oleh

(Dharmamulya:2008) dalam buku permainan tradisional

mengandung nilai-nilai budaya tertentu serta mempunyai fungsi

melatih pemainnya melakukan hal-hal yang akan penting nantinya

bagi kehidupan mereka ditengah masyarakat, melatih kecakapan

berpikir, melatih kekuatan fisik, melatih keberanian, melatih untuk

bersikap jujur dan sportif.

Berdasarkan batasan dan pandangan bermain yang telah

dikemukakan tersebut, dapat dinyatakan bahwa bermain memiliki

karakteristik sebagai berikut: bermain sebagai simbolis, memiliki

penuh makna, bermain sebagai aktivitas, bermain sebagai sesuatu

yang menyenangkan, bermain dilakukan atas kemauan sendiri

(sukarela), bermain sebagai rule-governed, dan bermain sebagai

aktivitas satu episode. Dengan mengetahui ketujuh karakteristik ini

dapat dinyatakan bahwa tidak semua aktivitas adalah permainanan,

dan tidak semua pengalaman yang penuh arti melibatkan permainan.

Bagaimanapun, masing-masing dari unsur-unsur ini menentukan

karakter permainan.

2. Manfaat Permainan Tradisional


19

Permainan tradisional lebih banyak memberikan kesempatan

kepada pelaku untuk bermain secara berkelompok. Permainan ini

setidaknya dapat dilakukan menimal oleh dua orang, dengan

menggunakan alat-alat yang sangat sederhana, mudah dicari,

menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitarnya serta

mencerminkan kepribadian bangsa sendiri

. Banyak nilai yang dapat digali melalui permainan ini,

beberapa kriteria dapat ditelaah dari sudut penggunaan bahasa,

senandung/nyanyian/kakawihan, aktivitas fisik, dan aktivitas psikis.

Permainan tradisional yang sarat dengan nilai- nilai budaya

mengandung unsur rasa senang, dan hal ini akan membantu

perkembangan anak ke arah lebih baik di kemudian hari. Tentu saja

hal ini dilatarbelakangi bahwa anak-anak yang melakukan permainan

ini merasa terbebas dari segala tekanan, sehingga rasa kecerian dan

kegembiraan dapat tercermin pada saat anak memainkannya.

Setiap permainan rakyat tradisional sebenarnya mengandung

nilai-nilai yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan anak-

anak. Permainan rakyat tradisional selain dapat memupuk kesatuan

dan persatuan juga dapat memupuk kerja sama, kebersamaan,

kedisiplinan, dan kejujuran (Kurniati, 2017).

Permainan ini juga dapat membantu anak dalam menjalin

relasi sosial baik dengan teman sebayanya (peer group) maupun

dengan teman yang usianya lebih mudah atau lebih tua, permainan
20

ini juga dapat melatih anak dalam memanajemen konflik dan belajar

mencari sulusi dari permasalahan yang dihadapinya (Kurniati, 2017).

3. Pengertian Permainan Lompat Tali

Permainan lompat tali adalah permainan yang menyerupai tali

yang disusun dari karet gelang, ini merupakan permainan yang

terbilang sangat popular sekitar tahun 70-an sampai 80-an.

Permainan lompat tali dimainkan secara bersama-sama oleh 3

hingga 10 anak. Peralatan yang digunakan dalam permainan lompat

tali sangat sederhana yaitu, karet gelang yang dirakit hingga 3

sampai 4 meter tidak terlalu panjang dan juga tidak terlalu pendek

(Achroni, 2012). Tempat yang digunakan untuk permainan lompat tali

sebaiknya dilakukan di ruangan yang terbuka misalnya di halaman

rumah, halaman sekolah, taman. Namun jika tidak memungkinkan

dapat juga di ruang tertutup, asal ruangannya luas dan jauh dari

benda-benda yang dapat membahayakan anak.

Lompat tali merupakan bentuk permaianan tradisional dengan

menggunakan tali dari karet sebagai medianya. Cara bermainnya,

yaitu dengan melompati tali yang telah direntangkan oleh temannya

esuai ukuran yang telah ditentukan. Anak yang dapat melompati tali

karet pling tinggi itulah yang menjadi pemenangnya. Permainan ini

minimal dilakukan oleh tiga orang anak. Dimana dua orang

memegang dan merentangkan talinya, sedangkan yang satu menjadi

pelompatnya. Permainan lompat tali dapat bermanfaat sebagai


21

sarana melatih kerja sama, ketangkasan, dan fisik motorik, serta

sosial emosional anak usia dini. Permainan ini sebaliknya dilakukan

di tempat yang datar dan berumput, supaya tidak terluka dan sakit

apabila terjatuh pada saat melompat (Fadillah, 2017).

Dari beberapa pendapat diatas dapat peneliti simpulkan

bahwa permainan lompat tali merupakan permainan tradisional yang

perlu dilestarikan karena permainan lompat tali dapat digunakan

sebagai media pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi

anak, serta berpengaruh terhadap perkembangan fisik motorik anak.

Dengan menggunakan permainan lompat tali tersebut orang tua dan

guru dapat menstimulus atau merangsang aspek-aspek

perkembangan anak usia dini.

4. Manfaat Permainan Lompat Tali

Menurut (Syamsidah:2015) manfaat permainan lompat tali

bagi anak, yaitu :

a. Motorik kasar.

Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi

tubuh. Secara fisik anak jadi lebih terampil, karena bisa belajar

cara dan teknik melompat yang benar. Selain melatih fisik, mainan

ini juga bisa membuat anak-anak mahir melompat tinggi dan

mengembangkan kecerdasan kinestetik anak. Lompat tali juga

dapat membantu mengurangi obesitas pada anak.

b. Emosi.
22

Untuk melakukan suatu lompatan dengan ketinggian

tertentu dibutuhkan keberanian dari anak. Berarti, secara emosi ia

dituntut untuk membuat suatu keputusan besar, mau melakukan

tindakan melompat atau tidak. Dan juga saat bermain, anak-anak

akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa dan

bergerak.

c. Sosialisasi.

Untuk bermain tali secara berkelompok, anak

membutuhkan teman yang berarti memberi kesempatannya untuk

bersosialisasi sehingga ia terbiasa dan nyaman dalam kelompok.

Ia dapat belajar berempati, bergiliran, menaati aturan dan yang

lainnya.

d. Moral.

Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang

atau kalah. Namun, menang atau kalah tidak menjadikan para

pemainnya bertengkar, mereka belajar untuk bersikap sportif

dalam setiap permainan. Dan juga tidak ada yang unggul, karena

setiap orang punya kelebihan masing-masing untuk setiap

permainan, hal tersebut meminimalisir ego di diri anak-anak

Sebagai suatu metode pembelajaran, permainan lompat tali

mempunyai beberapa manfaat, diantaranya :

a. Melatih motorik kasar anak


23

b. Melatih keberanian anak dalam mengasah kemampuannya untuk

mengambil keputusan melompat

c. Menciptakan emosi positif bagi anak

d. Menjadi media bagi anak untuk bersosialisasi

Adapun manfaat permainan lompat tali untuk anak-anak menurut

(Achhroni:2012) antara lain sebagai berikut :

1) Melatih semangat kerja keras anak-anak untuk memenangkan

permainan dengan melompati berbagai tahap ketinggian tali.

2) Melatih kecermatan anak untuk dapat melompat tali (terutama

pada posisi tinggi).

3) Melatih motorik kasar anak yang sangat bermanfaat untuk

membentuk otot yang padat, fisik yang kuat dan sehat, serta

mengembangkan kecerdasan kinestetik anak.

4) Melatih keberanian anak dan mengasah kemampuannya untuk

mengambil keputusan, karena untuk melompat tali dengan

tinggian tertentu membutuhkan keberanian untuk

melakukannya.

Dari beberapa pendapat diatas peneliti simpulkan bahwa

manfaat permainan lompat tali yaitu meningkatkan kemampuan

motorik kasar anak karena dengan melakukan lompatan anak

menggunakan otot-otot besarnya. Dengan begitu kemampuan

motorik kasar anak dapat terstimulus jika dilakukan berulang-ulang.

Selain itu juga permainan ini dapat menimbulkan emosi-emosi positif


24

pada diri anak karena dengan bermain lompat tali ini anak bebas

melakukan gerakan dengan begitu anak tidak merasa terbebani dan

anak merasa senang. Permainan lompat tali juga dapat

menumbuhkan rasa sosialisasi pada diri anak yaitu dengan

menunggu giliran melompat dan bergantian memegang tali jika ia

gagal dalam melakukan lompatan.

5. Langkah-Langkah Pelaksanaan Permainan Lompat Tali

Adapun cara bermain lompat tali menurut (Achroni:2012),

yaitu sebagai berikut :

a. Para pemain melakukan hompipah atau pingsut untuk

menentukan dua orang pemain yang menjadi pemegang tali.

b. Kedua pemain yang menjadi pemegang tali melakukan pingsut

untuk menentukan siapa yang akan mendapat giliran bermain

terlebih dahulu jika ada pemain yang gagal melompat.

c. Kedua pemain yang menjadi pemegang tali merentangkan tali

karet dan para pemain harus melompatinya satu per satu.

Ketinggian karet mulai dari setinggi mata kaki, lalu naik ke betis,

lutut, paha, hingga pinggang

Dalam pelaksanaannya, kegiatan yang akan dilakukan

mempunyai beberapa langkah-langkah dalam permainan lompat tali,

diantarnya (Fad, 2014):

a. Guru menyiapkan alat peraga yang digunakan Alat peraga

digunakan untuk mendukung pelaksanaan permainan tradisional


25

lompat tali. Dengan adanya alat peraga diharapkan dapat menarik

minat anak dalam kegiatan yang diberikan.

b. Guru memberi bimbingan atau saran bagaimana cara bermain

menurut pengalaman anak Guru mendiskusi cara yang akan

dipakai dalam permainan tersebut, dengan tujuan menggali ide

yang menarik dari anak.

c. Anak-anak mempraktekkan permainan tradisional lompat tali

Dalam praktek bermain lompat tali, peneliti dapat mengamati

kegiatan yang dilakukan oleh anak sesuai dengan tujuan yang

akan dicapai. Anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok,

setiap kelompok baris bershaf dan mempunyai ketua regu yang

berada paling depan.

d. Guru mengobservasi kegiatan yang dilakukan oleh anak serta

memberi kesimpulan Pada saat mengobservasi, guru mencatat

semua yang terjadi waktu pelaksanaan kegiatan.

Cara bermain lompat tali, yaitu jika permainan ini dilakukan

oleh 2 orang maka tali diikatkan pada buah tiang. Jika dilakukan oleh

4 orang anak maka yang 2 tersebut memegang tali dan sisanya

sebagai pemain. Permainan dimulai dengan melakukan hompipah. 2

orang yang kalah menjadi pemegang tali atau jaga. Jika ada anak

yang tidak berhasil melakukan tahapan dalam bermain lompat tali,

misalnya jatuh atau ada satu gerakan yang telat maka anak akan

yang bermain tersebut harus beralih menjadi pemegang tali. Atau


26

sebaliknya, yang awalnya memegang tali, gantian bermain

(Fad:2014).

Dari beberapa pendapat diatas, penulis simpulkan bahwa cara

bermain permainan lompat tali yaitu langkah pertama anak harus

meklakukan hompipah untuk menentukan siapa yang akan

memegang tali dan siapa yang akan melakukan lompatan, setelah itu

dilanjutkan dengan tahapan melakukan lompatan yang akan dimulai

dari tingkatan yang paling rendah yaitu setinggi mata kaki, setelah itu

dilanjutkan pada tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi.

6. Penerapan Permainan Tradisional Lompat Tali dalam

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak

Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan tujuan dapat

meningkatkan kemampuan motorik kasar anak bukanlah hal yang

mudah, banyak ditemukan anak yang masih enggan untuk belajar.

Dengan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dapat

menarik perhatian anak untuk mengikuti proses pembelajaran.

Bermain sangat penting dilakukan sebagai stimulasi pengembangan

kemampuan pada pendidikan prasekolah. Hal ini sangatlah

beralasan, sebab masa usia prasekolah seringkali disebut sebagai

masa bermain. Dengan bermain anak akan merasa senang sehingga

segala bentuk materi yang hendak kita berikan akan terserap secara

maksimal oleh mereka. Dalam keadaan senang anak tidak pernah


27

merasa terbebani, tidak mudah jenuh, bisa bereksplorasi dan dapat

mengaktualisasikan dirinya secara optimal (Musfiroh, 2008).

Permainan tradisional lompat tali merupakan suatu kegiatan

yang baik bagi tubuh. Permainan ini dapat dilakukan dengan cara

berlari sambil melompat dan skipping yaitu memegang kedua ujung

tali kemudian mengayunkannya melewati kepala sampai kaki sambil

melompatinya dengan menggunakan satu kaki dan kedua kaki.

Permainan tradisional lompat tali dimainkan oleh anak usia TK

karena motorik kasar anak telah siap apalagi bermain lompat tali

dapat menjawab keingintahuan mereka akan rasanya melompat.

Permainan lompat tali sangat bermanfaat bagi anak untuk

membentuk otot yang padat, fisik yang kuat dan sehat.

7. Alat Yang Digunakan Dalam Permainan Lompat Tali

Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah karet-

karet gelang yang dianyam memanjang. Cara menganyamnya

adalah dengan menyambungkan dua buah karet pada dua buah

karet lainnya hingga memanjang dengan ukuran sekitar 3-4 meter.

Karet-karet tersebut berbentuk bulat seperti gelang yang banyak

terdapat di pasar-pasar tradisional. Karet tersebut tidak dijual

perbuah, melainkan dalam bentuk satuan berat (gram, ons, dan kilo)

(Achroni, 2012).

Fungsi karet pada umumnya adalah sebagai pengikat plastik-

plastik pembungkus makanan, pengikat rambut dan barang-barang


28

lainnya yang tidak membutuhkan pengikat yang kuat, karena karet

akan mudah putus jika dipakai untuk mengikat terlalu kuat pada

suatu benda. Oleh karena itu, sewaktu membuat anyaman untuk

membentuk tali karet,diperlukan dua buah karet yang disambugkan

dengan dua buah karet lain agar tidak lekas putus oleh anggota

tubuh pemain yang sedang melompat. Ada kalanya tali keret

dianyam dengan menyambungkan 3-4 buah karet sekaligus, agar tali

menjadi semakin kuat dan dapat dipakai berkali-kali.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu yang peneliti gunakan sebagai kajian

penelitian yang relevan antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mamay tentang Peningkatan

Keterampilan Motorik Kasar Anak Melalui Permainan Loncat Galaksi

dan Lari Zig-zag pada kelompok B KB Bunda Al-Fatah Desa

Cisimeut Raya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa melalui

permainan loncat galaksi dan lari zigzag dapat melatih kekuatan otot-

otot kaki, melatih keseimbangan anak, melatih konsentrasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Topik tentang upaya meningkatkan

kemampuan motorik kasar anak melalui permainan tradisional

engklek di kelompok B KB. Al-Munawaroh Desa Nayagati. Hasil

penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh Topik dengan

indikator pencapaian keseimbangan tubuh anak


29

3. Penelitian yang dilakukan oleh Peneliti tentang upaya meningkatkan

kemampuan motorik kasar anak melalui permainan tradisional

lompat Tali di kelompok B KB Ar-Rahman. Hasil penelitian tindakan


Kondisi Awal yang dilaksanakan
kelas Guru kurangPeneliti
oleh memvariasikan
dengan indikator pencapaian
Kemampuan motorik
permainan pada kegiatan kasar (melompat) anak
keseimbangan, Kekuatan tubuhmotorik
pengembangan anak dan Kelincahan.
kasar anak, rendah
serta kurangnya alat permainan yang
D. Kerangka Berpikir dapat digunakan dalam
mengembangkan motorik kasar
(melompt) anak

Peneliti menerapkan
permainan lompat tali

Diduga permainan
lompat tali dapat
meningkatkan
kemampuan

Gambar 1 Kerangka konseptual dalam penelitian tindakan kelas

di KB Ar-Rahman Margawangi Leuwidamar Pada kemampuan Motorik

kasar Anak.

Dari bagan konseptual di atas dapat dijelaskan hal-hal berikut:

pada kondisi awal, guru masih kurang mengembangkan kegiatan

pembelajaran pada motorik kasar dan masih kurangnya sarana


30

prasarana (alat permainan) yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar

(melompat) anak dalam melatih keseimbangan, kekuatan, kelincahan,

dan keberanian anak, sehingga kemampuan motorik kasar anak didik di

KB Ar-Rahman Margawangi Kecamatan Leuwidamar masih rendah.

Setelah itu peneliti menerapkan tindakan pembelajaran menggunakan

permainan lompat tali yang dimainkan secara individu pada siklus I, jika

hasil belajar yang diperoleh belum maksimal atau peserta didik minimal

sebanyak 80% (20 anak) belum berhasil mencapai kategori memiliki

kemampuan motorik kasar yang baik (BSB/ Berkembang Sangat Baik),

maka peneliti menerapkan tindakan perbaikan pada siklus II

menggunakan permainan tradisional anak lompat tali yang dimainkan

secara kelompok diharapkan pada siklus II ini mampu mencapai hasil

yang diharapkan yaitu peserta didik minimal sebanyak 80% (20 Anak)

berhasil mencapai kategori memiliki kemempuan motorik kasar yang

baik (BSB/Berkembang Sangat Baik)

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah dan landasan teori yang telah

diuraikan di atas, Peneliti dapat mengemukakan Hipotesis tindakan

yaitu Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui

Permainan Tradisional Lompat Tali di KB Ar-Rahman Desa Margawangi

Kecamatan Leuwidamar.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki/meningkatkan

praktik pembelajaran dikelas, oleh karena itu peneliti menggunakan

PTK. Selain itu, PTK yang bersifat kolaboratif memudahkan peneliti

untuk melaksanakan penelitian di KB Ar-Rahman Margawangi

Kecamatan Leuwidamar. Peneliti tidak harus sendirian dalam upaya

memperbaiki praktik pembelajaran dikelas. Namun, peneliti dapat

berkolaborasi/bekerjasama dengan guru kelas. Guru kelas dapat

bertindak sebagai mitra diskusi yang baik untuk merumuskan masalah

yang tepat, menentukan hipotesis tindakan yang baik, serta membantu

analisis data penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di KB Ar-Rahman Desa Margawangi

Kecamaan Leuwidamar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Tanggal 18 Juli sampai 18

Agustus 2023 di KB Ar-Rahman pada semester 1 (satu) tahun

pelajaran 2023-2024.

31
32

Tabel 1. Waktu Pelakasanaan Penelitian Tindakan Kelas

Kegiatan
No Waktu Pelaksanaan
Observasi

1 Rabu, 18 Juli 2023 Siklus I


2 Rabu, 25 Juli 2023 Siklus II
3 Rabu, 01 Agustus 2023 Siklus III
4 Selasa, 08 Agustus 2023 Siklus IV
5 Jum’at, 18 Agustus 2023 Siklus V

C. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 5 siklus, tiap

siklus dilaksanakan 1 kali pertemuan sesuai dengan perubahan yang

ingin dicapai yaitu 20 anak atau 80% dari 25 anak didik di KB Ar-

Rahman Margawangi Leuwidamar. Penelitian Tindakan Kelas ini

menggunakan model siklus Kemmis & Mc Taggart yang dikembangkan

oleh Kurt Lewin. (Arikunto:2014) mengemukakan secara garis besar

terdapat 4 tahapan yang dilalui dalam pelaksanaan penelitian tindakan

kelas pada setiap siklusnya yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan,

Pengamatan, refleksi. Stephen Kemmis menggambarkan tahap-tahap

tersebut dalam siklus sebagai berikut:


33

Gambar 2 Siklus yang digunakan dalam Penelitian Tindakan


Kelasdi PAUD Ar-Rahman Margawangi Kecamatan Leuwidamar

Kondisi Awal

Siklus I Perencanaan

Refleksi Observasi Pelaksanaan

Perencanaan ulang Pelaksanaan

Observasi

Siklus II
Refleksi
Refleksi

Pelaksanaan
Perencanaan ulang

Observasi
Siklus III

Refleksi
Refleksi

Perencanaan Ulang Pelaksanaan

Siklus IV Observasi

Refleksi
Refleksi
Perencanaan ulang
Pelaksanaan

Siklus V
Observasi
Refleksi

Hasil dan Pelaporan Refleksi


34

Berdasarkan alur penelitian indakan kelas (PTK) tersebut di atas,

dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut :

1. Tahap-tahap penelitian

a. Siklus I sampai dengan V

1) Perencanaan

Dalam tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa,

mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan

tersebut dilakukan. Perencanaan adalah langkah yang dilakukan

guru ketika akan memulai tindakannya. Pada tahap ini, peneliti

membuat perencanaan peneliti yang matang untuk mencapai

pembelajaran yang diinginkan. Adapun langkah-langkah

perencanaannya adalah sebagai berikut:

a) Observasi dan wawancara untuk mendapat gambaran awal

tentang objek penelitian secara keseluruhan dan proses

pembelajaran di KB Ar-Rahman Margawangi Kecamatan

Leuwidamar

b) Melakukan identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan

pembelajatan selanjutnya merumuskan persoalan bersama-

sama antara guru dengan peneliti, baik yang menyangkut

permasalahan guru maupun peserta didik`

c) Menyusun perangkat pembelajaran, antara lain: menentukan

tema dan sub tema apa yang akan digunakan dalam penelitian,

mempersiapkan sumber atau bahan dalam pembelajaran


35

seperti menyusun rencana kegiatan harian RKH) secara

kolaboratif antara peneliti dan guru.

d) Menyiapkan media, alat dan bahan pembelajaran.

e) Menyusun lembar observasi/ lembar pengamatan proses

pembelajaran (permainan tradisional lompat tali).

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah implementasi dari rencana yang sudah

dibuat. Setelah diperoleh gambaran keadaan di KB pada saat

kegiatan pengembangan kemampuan motorik kasar, aktifitas

peserta didik, dan sarana belajar. Maka dilakukan tindakan yaitu,

melalui pembelajaran menggunakan penerapan permainan lompat

tali. Tahapa ini merupakan penerapan perencanaan yang telah

disusun, yaitu sebagai berikut:

1) Kegaitan Pendahuluan

- Guru mengucapkan salam untuk membuka pembelajaran.

- Guru melakukan komunikasi tentang kehadiran peserta didik.

- Membaca doa dan surat-surat pendek.

- Bernyanyi dan tepuk-tepuk.

- Mengkondisikan peserta didik agar siap untuk belajar.

- Mengkomuikasikan tema dan kegiatan yang akan dilakukan.

- Melakukan motivasi peserta didik melalui metode bercakap-

cakap, bercerita, demonstrasi atau mengungkapkan fakta

yang ada kaitannya dengan kemampuan motorik kasar anak.


36

2) Kegiatan Inti

- Mempersiapkan media/alat yang akan digunakan perminan

lompat tali.

- Menampaikan aturan permaina dalam bermain lompat tali.

- Melakukan pemansan sebelum permainan dimulai.

- Guru memberikan contoh dan memperagakan permainan

lompat tali.

- Guru membimbing anak dalam permainan lompat tali

- Guru memberikan reward kepada seluruh anak.

- Beristirahat makan bersama.

3) Kegiatan Penutup

- Tanyakan kepada anak “Apa yang telah dipelajari tentang

pelajaran kita hari ini dan manfaat apa yang kita dapat?”.

- Guru menyampaikan pembelajaran besok hari.

- Berdoa untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.

c. Observasi

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan

cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan

mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan

diteliti (Sanjaya:2009 ). Tindakan dilakukan berdasarkan rencana

kegiatan yang telah dibuat yaitu RKH yang dalam pelaksanaannya

bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan.

Selama proses pembelajaran berlangsung, guru melaksanakan


37

kegiatan mengajar sesuai menggunakan RKH yang telah dibuat.

Peneliti mengamati aktivitas anak dalam mengikuti proses

pembelajaran yang berhubungan dengan kemampuan motorik

kasar anak dan bekerjasama dengan kolaborator.

Observasi dilaksanakan menggunakan lembar observasi

yang telah dibuat dan dilakukan selama proses pembelajaran

berlangsung. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung

bagaimana kemampuan motorik kasar anak saat kegiatan

pembelajaran saat itu. Observasi dilakukan oleh peneliti apabila

tindakan dilakukan oleh kolaborator.

Pengamatan berfungsi sebagai proses dokumentasi,

dampak dari tindakan dan menyediakan informasi untuk

mengetahui dampak dari tindakan yang dilakukan, artinya melihat

perubahan apa saja yang telah terjadi dalam proses pembelajaran

dan hasil belajar peserta didik

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil pengamatan

untuk menentukan sudah sejauh mana pengembangan permainan

tradisional anak lompat tali yang sedang diterapkan telah berhasil

memecahkan masalah dan apabila belum berhasil, fokus apa saja

yang menjadi penghambat kekurangan keberhasilan tersebut

(Latief:2008).
38

Pada tahap ini merupakan tahap mengolah data yang telah

didapat pada saat melaksanakan tindakan (observasi), dari data

yang didapat kemudian ditafsirkan dan dianalisis. Hasil dari

analisis dapat dijadikan sebagai bahan refleksi, apakah perlu

dilakukan tindakan selanjutnya atau tidak, proses refleksi ini

menentukan keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas. Jika

hasil yang dicapai belum memenuhi kriteria keberhasilan perlu

diadakan siklus tindakan berikutnya sampai penelitian yang

dilakukan sudah dianggap berhasil

2. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II

Jika hasil dari kegiatan pengembangan motorik kasar melalui

permainan tradisional lompat tali pada penelitian Siklus I belum

mencapai 80%, maka akan dilanjutkan pada Siklus II. Pada

penelitian siklus II Masih belum mencapai 80 % akan dilanjutkan

pada siklus III. Pada penelitian Siklus III Masih saja belum mencapai

80% maka akan dilanjutkan pada siklus IV. Dan penelitian Siklus IV

Masih belum mencapai 80 % maka sama akan dilanjutkan pada

Siklus V. Perencanaan pelaksanaan siklus V hampir sama dengan

siklus IV, akn tetapi pada siklus V mengalami perbaikan dari siklus

IV. Hasil Observasi anak selama kegiatan pembelajaran dalam setiap

siklusnya menjadi dasar untuk menentukan tindakan yang tepat

dalam rangka meningkatkan motorik kasar anak.


39

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh anggota atau subjek

penelitian. Populasi pada penelitian saat ini adalah semua anak di

KB Ar-Rahman Margawangi Leuwidamar Pada Tahun ajaran

2022/2023. Terdiri dari 62 Anak Kelompok A 1 19 Anak, Kelompok A

2 18 Anak, dan Kelompok B 25 Anak.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diberikan

perlakuan. Sampel pada penelitian saat ini adalah anak usia 5 – 6

tahun berjumlah 25 anak terdiri dari 14 anak laki-laki dan 11 anak

perempuan, yang berada di kelompok B.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara untuk mengumpulkan

data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan masalah penelitian.

Secara umum, teknik pengumpulan data yang digunakan diantaranya

yaitu menggunakan teknik Observasi, Dokumentasi dan Wawancara.

1. Observasi

Istilah observasi mengacu pada prosedur objektif yang

digunakan untuk mencatat subjek yang sedang diteliti. Metode

observasi digunakan untuk menjaring informasi mengenai bagaiman

anak didik bersikap dan berinteraksi satu sama lain di sekolah.

Observasi ini dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran.


40

Menurut Suharsimi Arikunto “observasi adalah kegiatan yang

dilakukan oleh pengamat ketika kegiatan sedang dilakukan”.

(Arikunto, 2014) Adapun jenis observasi yang diterapkan dalam

penelitian ini adalah observasi partisipan, dimana peneliti turut ambil

bagian atau berada dalam keadaan obyek yang diobservasi (disebut

observese).

Observasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengamat

ketika kegiatan dilakukan. Dalam penelitian ini bentuk observasi

yang digunakan adalah observasi partisipan. Oleh karena itu ,

peneliti mengamati secara langsung keadaan KB Ar-Rahman baik

dari segi gedung, sarana dan prasarana , ruangan kelas,

pelaksanaan serta media-media yang digunakan dalam permainan

tradisional. Observasi ini dilakukan oleh penelliti selama proses

pembelajaran. Dengan menggunakan metode observasi ini dapat

digunakan untuk mengetahui perkembangan motorik kasar anak

melalui permainan tradisional dan mempermudah peneliti untuk

mendapatkan data tentang bagaimana kegiatan permainan

tradisional yang diterapkan pada anak usia dini di KB Ar-Rahman.

P = F x100 %
N
Keterangan:
P= Angka presentasi
F= Frekuensi nilai siswa
N= Jumlah anak dalam satu kelas

Prosedur penyusunan dan pengisian lembar observasi ini

antara lain: (a) Menjabarkan indikator kedalam butir-butir amatan


41

yang mengajukan pencapaian indikator yang dapat dilakukan anak

ketika melaksanakan kegiatan. (b) Menetukan deskriptor butir

amatan dengan pemberian skor

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu cara untuk mengumpulkan

data melalui dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

Metode dokumentasi adalah alat pengumpulan data yang di gunakan

untuk mencari, mengenal hal- hal atau variabel yang berupa catatan

atau arsip yang berhubungan dengan yang diteliti dan sebagainya

(Kusnandar, 2012).

Penulis menggunakan metode ini sebagai alat untuk

memperoleh data tentang hasil perkembangan motorik kasar anak,

data selama proses permainan tradisional lompat tali yang dilakukan

anak. Dokumentasi dapat berupa gambar/foto yang digunakan untuk

menggambarkan secara visual proses pembelajaran yang sedang

berlangsung.

3. Wawancara

Wawancara atau interview dapat diartikan sebagai teknik

mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara

tatap muka ataupun melalui media tertentu (Sanjaya, 2009). Jadi

interview adalah salah satu cara pengumpulan data dengan

mengadakan dialog atau tanya jawab dengan orang yang menjadi


42

nara sumber informasi atau keterangan secara lisan dan saling

berhadapan dengan orang yang dimintai keterangan.

Teknik interview yang dipakai dalam penelitian ini adalah

interview bebas terpimpin yaitu proses pengajuan pertanyaan yang

dilakukan secara bebas tetapi isi pertanyaannya berpedoman

kepada pokok-pokok yang akan ditetapkan terlebih dahulu.

Wawancara ini ditujukan kepada guru KB Ar-Rahman Margawangi

Leuwidamar yang dapat memberikan informasi tentang data yang

dibutuhkan oleh peneliti di KB Ar-Rahman Margawangi Leuwidamar.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :

1. Variabel bebas (x) adalah variabel yang memberi kontribusi

terhadap variabel lain. Dalam hal ini variable bebas (x) adalah

aktivitas bermain lompat tali.

2. Variabel terikat (y) adalah variabel yang dipengaruhi atau diberi

kontribusi oleh variabel lain. Dalam hal ini variabel terikat (y) adalah

perkembangan motorik kasar.

G. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Definisi Konseptual

a. Variabel X (Aktivitas Bermain Lompat Tali)

Bermain lompat tali adalah permainan yang dilakukan

dengan dengan cara melompati halang rintang yang berupa tali

berasal dari karet yang diuntai menjadi panjang yang bertujuan


43

untuk meningkatkan kerja otot tungkai, kelentukan dan

keseimbangan tubuh dan mengembangkan koordinasi mata

lengan dan kaki. Permainan lompat tali diberikan pada anak

dengan tujuan meningkatkan kemampuan kerja dari otot

tungkai, dimana otot tungkai tersebut akan mengalami

perubahan akibat permainan yang diberikan.

b. Variabel Y (Perkembangan Motorik Kasar)

Perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan

motorik yang berhubungan dengan gerakan-gerakan tubuh

yang melibatkan otot-otot besar yang ada pada tubuh secara

terkoordinasi. Tingkat pencapaian motorik kasar pada anak usia

5-6 tahun adalah sebaga berikut melakukan gerakan tubuh

secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan,

dan kelincahan, melakukan gerakan koordinasi gerakan kaki-

tangan-kepala dalam menitukan tarian atau senam, melakukan

permainan fisik dengan aturan, terampil menggunakan tangan

kanan dan kiri dan melakukan kebersihan diri

2. Definisi Operasional

a. Variabel X (Aktivitas Bermain Lompat Tali)

Bermain lompat tali adalah permainan yang dilakukan

dengan cara melompati tali yang dibentangkan. Tali tersebut

dibuat dari karet gelang yang diuntai menjadi panjang. Bermain

lompat tali dimainkan secara berkelompok atau sekurang-


44

kurangnya 2 orang. Bermain lompat tali merupakan sebuah

permainan dengan cara para pemain harus melompati tali yang

dibentangkan. Bermain lompat tali dimulai dengan memilih

pemain untuk dijadikan dua kelompok, yaitu kelompok

pemegang tali dan kelompok pemain. Kelompok penjaga

merentangkan karet dan kelompok pemain harus melewatinya.

Jika kelompok pemain tidak bisa melewati karet tersebut, maka

permainan dihentikan dan bergantian dengan kelompok

pemegang tali. Tinggi bentangan tali tersebut dimulai dari

setinggi lutut, perut, dagu, kepala dan selanjutnya dengan

mengangkat tangan atau yang biasa disebut dengan merdeka.

Dalam permainan ini anak akan diajak untuk melewati tali

yang dibentangkan itu, sehingga anak akan merasa tertantang

dalam melakukannya. Adapun indikator dalam bermain lompat

tali ini adalah (1) kecepatan anak saat berlari ; (2) kemampuan

anak saat melakukan tolakan ; (3) ketepatan anak saat

melompati tali ; (4) kelincahan anak saat melompati tali ; (5)

kelenturan anak saat melompati tali ; dan (6) keseimbangan saat

anak mendarat.

b. Variabel Y (Perkembangan Motorik Kasar)

Perkembangan motorik kasar adalah salah satu aspek

perkembangan yang ada pada tubuh anak yang harus di

kembangkan secara optimal. Motorik kasar merupakan gerakan


45

tubuh yang melibatkan seluruh otot tubuh. Perkembangan

motorik kasar anak dapat diukur dengan cara mengobservasi

dan menilai indikator-indikator perkembangan tersebut. Adapun

indikatornya adalah (1) anak berlari menikuti garis lurus ; (2)

anak melompati tali tanpa menyentuh pada ketinggian 50cm ; (3)

anak menggunakan kepala-tangan-kaki saat melompati tali pada

ketinggian 70cm (4) anak mendarat dengan satu kaki.

H. Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji

validitas isi (Content Validity). Untuk instrument yang berbentuk

test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan

membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang

telah di ajarkan (Sugiyono:2012).

Lembar observasi merupakan catatan tentang

perkembangan yang akan dicapai anak dalam proses

pembelajaran (bermain). Lembar observasi yang digunakan peneliti

untuk mencatat hasil pengamatan secara langsung ialah dengan

memberi tanda checklist (√), apabila diamati muncul sesuai dengan

instrumen dan penjelasan tentang yang akan dicapai anak yaitu

tentang perkembangan kemampuan motorik kasar anak usia 5-6

tahun

I. Teknik Analisis Data


46

Model analisis yang digunakan dalam analisis ini adalah model

interaktif yang dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Proses analisis

data dilakukan secara terus menerus didalam proses pengumpulan

data selama penelitian berlangsung. Berikut uraian tentang alur

analisis data yang didapat melalui berbagai pengumpulan data.

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok

(menyajikan data inti/pokok), memfokuskan pada hal-hal penting,

dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan

(Sugiyono, 2013). Reduksi data dalam penelitian iniyaitu mencakup

proses pemilihan, pemuatan, penyederhanaan, dan transformasi

data kasar yang diperoleh dari catatan lapangan.

Data yang terkumpul demikian banyak dan kompleks, serta

masih tercampur aduk, kemudian direduksi. Reduksi data

merupakan aktivitas memilih data. Data yang dianggap relevan dan

penting yang berkaitan dengan perkembangan kemampuan motorik

kasar anak dalam proses pembelajaran. Data yang tidak terkait

dengan permasalahan tidak disajikan dalam bentuk laporan.

b. Display Data
47

Data yang banyak diperoleh dari lapangan dan telah

direduksi agar mudah dipahami baik oleh peneliti maupun orang

lain, maka data tersebut perlu disajikan. Bentuk penyajiannya

adalah teks naratif (pengungkapan secara tertulis). Tujuannya

adalah untuk memudahkan dalam mendeskripsikan suatu

peristiwa, sehingga dengan demikian, memudahkan untuk

mengambil suatu kesimpulan.

Analisis data pada penelitian ini, menggunakan analisis

kualitatif, artinya analisis berdasarkan data observasi lapangan dan

pandangan secara teoritis untuk mendeskripsikan secara jelas

tentang peningkatan kemampuan motorik kasar anak dalam proses

pembelajaran melalui permainan tradisional lompat tali di KB Ar-

Rahman Margawangi Leuwidamar.

c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Data yang sudah dipolakan, kemudian difokuskan dan

disusun secara sistematik dalam bentuk naratif. Kemudian melalui

induksi, data tersebut disimpulkan sehingga makna data dapat

ditemukan dalam bentuk tafsiran dan argumentasi. Kesimpulan

juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan yang

diambil sekiranya masih terdapat kekurangan, maka akan

ditambahkan (Sugiyono, 2008).

Tahap ini sangat penting dilakukan, sebab tanpa adanya

kesimpulan maka data yang dianalisis dan disajikan tidak akan


48

berarti apa-apa. Penarikan kesimpulan dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah. Sedangkan, data yang dikumpulkan berupa

angka atau data kuantitatif, dianalisis kuantitatif menggunakan

rumus-rumus statistik.

J. Indikator Keberhasilan

Indikator pencapaian merupakan syarat minimal yang harus

dikuasai oleh siswa untuk mencapai kompetensi dalam

perkembangan motorik kasar. Untuk mengetahui keberhasilan dan

kegagalan pembelajaran dapat dicermatu melalui keaktifan peserta

didik dalam proses pembelajaran dan evaluasi kegiatan. Dalam

menentukan kriteria keberhasilan berdasarkan hasil persentase.

Adapun tingkat pencapaian perkembangan motori kasar pada

anak usia 4-5 tahun yang harus dicapai dalam pembelajaran KB

yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2010):

tabel 2. Tingkat Pencapaian Perkembangan Motori Kasar

pada anak usia 4-5 tahun

No Kesesuaian Nilai Keterangan

1 Kesesuaian (%) 0-20 Sangat Kurang

2 Kesesuaian (%) 21-40 Kurang

3 Kesesuaian (%) 41-60 Cukup

4 Kesesuaian (%) 61-80 Baik

5 Kesesuaian (%) 81-100 Sangat Baik


49

Tabel 3. Indikator Tigkat Pencapaian Perkembangan Motorik Kasar Anak

Usia 4-5 Tahun

Lingkup Capaian Indiktor Sub Indikator


Perkembangan Perkembangan
Motorik Kasar Menggerakkan 1. Meloncat 1. Melompat
badan dan kaki dari menggunakan
keseimbangan, ketinggian dua kaki tanpa
kekuatan, 30-50 cm jatuh .
kelincahan, dan 2. Melompat
melatih menggunakan
keberanian satu kaki
dengan
Seimbang

3. Melompat
keberbagai
arah dengan
dengan posisi
badan
menyamping
2. Berlari 4. Berlari sambil
sambil melompat
melompat menggunakan
tanpa jatuh dua kaki
5. Berlari sambil
melompat
mengguakan
satu
kaki
50

Keberhasilan penelitian tindakan kelas ditandai dengan adanya

perubahan menuju arah perbaikan. Indikator keberhasilan dapat dikatakan

berhasil apabila terjadi peningkatan persentase perkembangan

kemampuan motorik kasar (melompat) anak melalui permainan lompat tali

pada kelompok B di KB Ar-Rahman Margawangi Kecamatan Leuwidamar,

yang mana anak didik minimal sebanyak 80% (25 anak) berhasil

mencapai kategori memiliki kemampuan motorik kasar yang baik

(BSB/Berkembang Sangat Baik). Dari hasil tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa penerapan permainan lompat tali dapat meningkatkan

kemampuan motorik kasar anak.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Sejarah singkat berdirinya PAUD AR-RAHMAN

KB Ar-Rahman berdiri sejak tahun 2012 dan berada di

lingkungan masyarakat. Secara umum KB Ar-Rahman dibentuk

untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar yang menyiapkan

dan meletakan dasar-dasar perkembangan diri Anak Usia Dini,

data ini Penilik ambil dari Sekolah tersebut. Yang juga berfungsi

untuk meningkatkan moral Agama, kemampuan berbahasa serta

mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak sesuai

dengan perkembanganya. Terselenggaranya KB Ar-Rahman

didasari oleh dukungan masyarakat yang menginginkan

pendidikan untuk anak usia 3-6 tahun, serta banyaknya anak yang

belum masuk ke jenjang Sekolah Dasar ( SD ),

Adapun visi dan misi KB Ar-Rahman dalam

mengembangkan kecerdasan anak usia dini antara lain :

1. Visi KB Ar-Rahman

Sehat, Cerdas dan Berprestasi

2. Misi KB Ar-Rahman

a) Meningkatkan Pembelajaran yang berorientasi pada

penerapan budi perketi

51
52

b) Meningkatkan pembiasan anak dalam beprilaku sebagai

dasar pembentukan perilaku dan pribadi yang sesuai dengan

ajaran islam dan Pancasila

c) Membentuk anak menjadi lebih mandiri

d) Sebagai wahana belajar pengenalan dasar dalam

Pendidikan

e) Melatih anak didik yang bersih, rapih dan sehat

f) Menanamkan pembiasaan disiplin dalam kehidupan

Nama Sekolah : KB.AR-RAHMAN


NPSN : 69923939
Bentuk Pendidikan : KB
Status Sekolah : Swasta
Status Kepemilikan : Yayasan
SK Izin Operasional : 503/113-PAUD/DPMPTSP/2022
Tanggal SK : 2016-04-11
Alamat : Kp.Kikenot RT 03 RW 03
Desa/Kelurahan : Margawangi
Kecamatan : Kec. Leuwidamar
Kabupaten/Kota : Kab. Lebak
Propinsi : Prov. Banten
RT :3
RW :3
Nama Dusun : Kp. Kikenot
Kode Pos : 42362
53

Tabel 4.
Data Siswa KB Ar-Rahman dari awal Tahun pendirian sampai Tahun
sekarang :

Kelompok A Kelompok B
Tahun Pelajaran Jumlah
L P JML L P JML
2012/2013 9 10 19 11 14 25 44

2013/2014 16 15 31 17 16 33 64

2014/2015 14 10 24 19 21 40 64

2015/2016 12 15 27 19 21 31 58

2016/2017 24 10 34 11 10 21 55

2017/2018 6 14 19 17 18 35 54

2018/2019 11 13 24 9 14 23 47

2019/2020 8 2 10 12 11 23 33

2020/2021 8 9 17 11 8 19 36

2021/2022 10 8 18 9 8 17 35

2022/2023 18 19 37 14 11 25 62

Tabel 5. Data Guru dan Tenaga Kependidikan KB Ar-Rahman

No Nama L/P Jenis Status

1 Halimi Anda L Guru Kelas Honor Daerah TK.II Kab/


Mubarak Kota
2 MARINI P Guru Kelas GTY/PTY
3 AAN P Guru Kelas GTY/PTY
4 SUHERTI P Guru Kelas GTY/PTY
5 MADSA L Kepala GTY/PTY
54

Sekolah

2. Data Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang

dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dan guru kelas. Dalam

penelitian ini, peneliti berperan sebagai observer dan guru kelas

sebagai pendidik yang melaksanakan proses pembelajaran dengan

bermain lompat tali untuk meningkatkan perkembangan motorik

kasar anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

peningkatan perkembangan motorik kasar anak melalui bermain

lompat tali.

Penelitian ini dilakukan dalam 5 (Lima) siklus dan setiap siklus

terdiri dari 1 kali pertemuan. Adapun deskripsi hasil penelitian dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Kondisi Awal

Masalah yang di kaji oleh peneliti tindakan kelas (PTK) ini

adalah tentang meningkatnya perkembangan motorik kasar anak

melalui permainan lompat tali. Sebelum dilaksanakan penelitian,

perkembangan motorik kasar anak kelompok B (Usia 5-6 Tahun)

terbilang rendah. Hasil perkembangan motorik kasar tersebut

dapat dilihat dari tabel perkembangan motorik kasar anak

kelompok B (Usia 5-6 Tahun). Dimana, dari jumlah 25 peserta

didik di kelompok B KB Ar-Rahman Margawangi Leuwidamar yang

mencapai ketuntasan kriteria penilaian, seperti BSH (Berkembang


55

Sesuai Harapan) mencapai 3 peserta didik sama dengan 12% dan

BSB (Berkembang Sangat Baik) mencapai 2 peserta didik sama

dengan 8%, sedangkan yang tergolong belum mencapai

ketuntasan kriteria penilaian, seperti BB (Belum Berkembang)

mencapai 15 peserta didik sama dengan 60% dan MB (Mulai

Berkembang) mencapai 5 peserta didik sama dengan 20%.

b. Pelaksanaan Siklus I

1) Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti merencanakan proses penelitian

menerapkan permainan lompat tali untuk mengetahui

perkembangan motorik kasar anak. Hal-hal yang dilakukan

dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a) Melakukan identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan

pembelajaran, selanjutnya merumuskan persoalan bersama-

sama antara guru dengan peneliti, baik yang menyangkut

permasalahan guru maupun peserta didik.

b) Menyusun perangkat pembelajaran, seperti menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH).

c) Membuat istrumen observasi sebagai pengukur peningkatan

motorik kasar anak.

2) Tahap pelaksanaan

a) Pertemuan ke-1
56

Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan

tanggal 18 Juli 2023 Pada pertemuan pertama dilakukan

proses pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan

motorik kasar anak melalui permainan lompat tali dengan

jumlah 25 peserta didik.

Adapun langkah-langkah proses pembelajaran pada

pertemuan pertama siklus I adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Sebelum memulai proses pembelajaran pada

pertemuan pertama siklus I ini guru mengucapkan salam

untuk membuka pembelajaran. Guru melakukan komunikasi

ten-tang kehadiran peserta didik. Dan membaca doa dan

surat-surat pendek. Serta melakukan motivasi peserta didik

melalui metode bercakap-cakap yang ada kaitannya dengan

pengembangan kemampuan motorik kasar anak.

2) Kegiatan inti

Kegiatan inti dalam proses pembelajaran ini dimulai

dengan guru menjelaskan kepada anak tentang kegiatan

permainan lompat tali yang akan dilaksanakan. Guru mem-

persiapkan tali karet yang akan digunakan untuk bermain,

anak berbaris sambil tanya jawab tentang tema yang sesuai

dengan pembelajaran. Guru membagi 2 kelompok yang


57

terdiri atas 7-8 peserta didik dan membuat kesepakatan

aturan bermain.

Guru mengajak anak untuk melakukan kegiatan

permainan lompat tali sesuai dengan kelompok dan guru

berkeliling untuk melihat anak didik dalam melaksanakan

kegiatan bermain lompat tali.

3) Recolling

Kegiatan recolling pada pertemuan ketiga siklus I,

guru mengajak anak untuk merapikan mainan dan diminta

untuk mengembalikan ke dalam tempat yang telah dise-

diakan. Anak mencuci tangan dengan baris yang tertib,

makan bersama dan istirahat.

4) Kegiatan penutup

Kegiatan penutup pada pertemuan ketiga siklus I ini,

yaitu guru menanyakan perasaan anak selama hari ini. Guru

dan peserta didik berdiskusi tentang kegiatan-kegiatan yang

sudah dilakukan hari ini. Guru memberikan reward atau

pujian kepada anak. Guru memberikan tugas kepada anak

untuk dilakukan di rumah serta guru menginformasikan

kegiatan esok hari. Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran

dengan berdoa pulang dan mengucapkan salam.

3) Tahap observasi
58

Pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung, peneliti

melakukan observasi/pengamatan dengan mengisi instrumen

yang sudah disiapkan, yaitu lembar observasi terhadap

kesiapan anak didik pada saat kegiatan berlangsung dan

menilai peningkatan motorik kasar (melompat) anak. Berikut

hasil persentase nilai anak didik dalam peningkatan

kemampuan motorik kasar (melompat) anak melalui permaian

lompat tali pada siklus I pertemuan ke-1 dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 6 Hasil Pengamatan Kemampuan Motorik Kasar Anak

pada Siklus I (Pertemuan ke-1) pada Tanggal 18 Juli 2023

Keterangan
No Nama Anak
BB MB BSH BSB
1 ADI PRASETYO BB      
2 AKILA SUBAKTI     BSH  
3 ASEP SAEPULLOH       BSB
4 BARAH JATIP NURFALAH       BSB
5 BINTANG HAIFFARUS ARSY     BSH  
6 FRISKA BB      
7 MUHAMAD FIKRI   MB    
8 MUHAMAD NUR   MB    
9 MUHAMAD YUSA BB      
10 NALAL HASANAH BB      
11 RIA AMELIA       BSB
12 FAISAL AKBAR       BSB
13 GIO LESMANA NUGRAHA     BSH  
59

14 KHOIRUL HAVIZ       BSB


15 MUHAMAD AGILL       BSB
16 MUHAMAD DANI SETIAWAN BSH
17 MUHAMAD FIRLI BSB
18 MUHAMMAD FATHAN KURNIA MB
19 NIKEN ANDRIYANI BSH
20 RAFLI AKBAR MB
21 SITI HASANAH BSB
22 SITI ROHMAH BB
23 SITI ZULPAH ALVIANI BSB
24 TRI GUSNANDAR BSB
25 YULIA BB
Jumlah 6 4 5 10
Persentase (%) 24% 16% 20% 40%

Keterangan :

BB : Belum Berkembang

MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan

BSB : Berkembang Sangat Baik

Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa anak yang

berkembang sangat baik (BSB) pada pertemuan ke-1 sebanyak

10 anak atau 40%, sedangkan anak dalam kategori berkembang

sesuai harapan (BSH) sebanyak 5 anak atau 20%, dalam kategori

mulai berkembang (MB) sebanyak 4 anak atau 16%, dalam

kategori belum berkembang (BB) sebanyak 6 anak atau 24%.


60

Hasil persentase diatas menunjukkan bahwa kemampuan

motorik kasar anak melalui permainan lompat tali pada siklus I

pertemuan ke-1 belum berhasil dicapai karena anak didik yang

mencapai kategori memiliki kemampuan motorik kasar (melompat)

yang baik (Berkembang Sangat Baik/BSB) hanya sebanyak 40%

saja. Hal tersebut belum mencapai target yang telah ditentukan

yaitu 80%. Maka peneliti mengadakan pengamatan pada Siklus II.

4) Refleksi

Tahap refleksi dilaksanakan guna untuk mengetahui

evaluasi, perubahan dan perbaikan dalam proses

pembelajaran. Hasil dari evaluasi pada siklus I ini adalah

sebagai berikut:

a. Masih banyak kemampuan anak yang belum maksimal

dalam perkembangan motorik kasarnya menggunakan

permainan lompat tali, seperti keseimbangan, kekuatan, dan

kelincahan.

b. Penerapan permainan lompat tali yang dilakukan belum

maksimal dikarenakan peserta didik yang belum fokus

terhadap permainan lompat tali yang dilakukan.

c. Pelaksanaan Siklus II

Tahapan pada pelaksanaan penelitian siklus II yaitu,

perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan, dan refleksi.

Penelitian siklus II diadakan dalam 1 kali pertemuan untuk proses


61

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk meningkatkan

perkembangan motorik kasar anak melalui permainan tradisional

lompat tali.

1) Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merencanakan proses penelitian

menerapkan permainan tradisional lompat tali untuk

mengetahui perkembangan motorik kasar anak. Hal-hal yang

dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a) Diskusi dengan guru kelas dalam menyusun program

pengem-bangan dan muatan pembelajaran dan RPPH

(Rencana Pelaksanaan Pembelaaran Harian) yang

digunakan untuk penelitian siklus II.

b) Menyiapkan pembelajaran mengenai perkembangan

motorik kasar anak melalui permainan tradisional lompat

tali.

c) Mempersiapkan instrumen penelitian, media, alat atau

lembar penelitian yang digunakan dalam pembelajaran

siklus II.

2) Tahap Pelaksanaan

Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan tanggal

25 Juli 2023. Pada pertemuan pertama dilakukan proses

pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan motorik


62

kasar anak melalui permainan tradisional lompat tali dengan

jumlah 25 peserta didik.

a) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan tanggal

25 Juli 2023. Pada pertemuan pertama dilakukan proses

pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan mo-torik

kasar anak melalui permainan tradisional lompat tali dengan

jumlah 25 peserta didik.

Adapun langkah-langkah proses pembelajaran pada

petemuan pertama siklus II adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan awal

Sebelum memulai proses pembelajaran pada per-

temuan pertama siklus II ini guru mengucapkan salam dan

ikrar untuk membuka pembelajaran dan seluruh anak didik

menjawab salam dan mengikuti ikrar yang diucapkan oleh

guru, guru menanyakan kabar serta mengabsen

kehadiran peserta didik, dan seluruh anak didik membaca

doa serta membaca surah-surah pendek. Peserta didik

bernyanyi dan tepuk-tepuk. Guru bercakap-cakap kepada

peserta didik yang berkaitan dengan perkembangan

motorik kasaranak. Guru mengajak anak untuk melakukan

atau menirukan suatu gerakan.

2. Kegiatan inti
63

Kegiatan inti dalam proses pembelajaran ini dimulai

dengan guru menjelaskan kepada anak tentang kegiatan

permainan tradisional lompat tali yang akan dilaksanakan.

Guru mempersiapkan tali karet yang akan digunakan

untuk bermain, peserta didik melingkar berdialog atau

tanya jawab tentang pembelajaran hari ini sesuai dengan

tema pembelajaran yang dilakukan. Guru membagi 2

kelompok yang terdiri atas 7-8 anak dan membuat

kesepakatan aturan bermain.

Guru mengajak anak untuk melakukan kegiatan

bermain lompat tali sesuai dengan kelompok dan guru

berkeliling untuk melihat peserta didik dalam

melaksanakan kegiatan bermain lompat tali. Guru

menghentikan kegiatan bermain lompat tali.

3. Recolling

Kegiatan recolling pada pertemuan pertama siklus

II, guru mengajak anak untuk merapikan mainan dan

dimin-ta untuk mengembalikan ke dalam tempat yang

disediakan. Anak mencuci tangan dengan baris yang

tertib, makan bersama dan istirahat.

4. Kegiatan penutup

Kegiatan penutup pada pertemuan pertama siklus II

ini, yaitu guru menanyakan perasaan anak selama hari ini.


64

Guru dan peserta didik berdiskusi tentang kegiatan-

kegiatan yang sudah dilakukan hari ini. Guru memberikan

reward atau pujian kepada anak. Guru memberikan tugas

kepada anak untuk dilakukan di rumah serta guru

menginformasikan kegiatan esok hari. Guru mengakhiri

kegiatan pembelajaran dengan berdoa pulang dan

mengucapkan salam.

3) Tahap Observasi

Setelah diadakan pelaksanaan pada pertemuan siklus II

pertemuan ke-1. Berikut hasil persentase nilai anak didik dalam

peningkatan kemampuan motorik kasar (melompat) anak

melalui permaian lompat tali pada siklus II pertemuan ke-1

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7 Hasil Pengamatan Kemampuan Motorik Kasar Anak

pada Siklus II (Pertemuan ke-1) pada Tanggal 25 Juli 2023

Keterangan
No Nama Anak
BB MB BSH BSB
1 ADI PRASETYO BB      
2 AKILA SUBAKTI     BSH  
3 ASEP SAEPULLOH       BSB
4 BARAH JATIP NURFALAH       BSB
5 BINTANG HAIFFARUS ARSY     BSH  
6 FRISKA BB      
7 MUHAMAD FIKRI   MB    
8 MUHAMAD NUR   MB    
65

9 MUHAMAD YUSA BB      
10 NALAL HASANAH BB      
11 RIA AMELIA       BSB
12 FAISAL AKBAR       BSB
13 GIO LESMANA NUGRAHA     BSH  
14 KHOIRUL HAVIZ       BSB
15 MUHAMAD AGILL       BSB
16 MUHAMAD DANI SETIAWAN BSH

17 MUHAMAD FIRLI BSB


18 MUHAMMAD FATHAN KURNIA MB
19 NIKEN ANDRIYANI BSB
20 RAFLI AKBAR BSB
21 SITI HASANAH BSB
22 SITI ROHMAH BSB
23 SITI ZULPAH ALVIANI BSB
24 TRI GUSNANDAR BSB
25 YULIA BSB
Jumlah 4 3 4 14
Persentase (%) 16% 12% 16% 56%

Keterangan :

BB : Belum Berkembang

MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan

BSB : Berkembang Sangat Baik

Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa pada

siklus II pertemuan ke-1 jumlah anak yang berkembang sangat


66

baik (BSB) sebanyak 14 anak atau 56%, sedangkan anak

dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH) sebanyak 4

anak atau 16%, dalam kategori mulai berkembang (MB)

sebanyak 3 anak atau 12%, dalam kategori belum berkembang

(BB) sebanyak 4 anak atau 16%.

Hasil persentase diatas menunjukkan bahwa

kemampuan motorik kasar (melompat) anak melalui permainan

lompat tali pada siklus II pertemuan ke-1 belum berhasil dicapai

karena anak didik yang mencapai kategori memiliki

kemampuan motorik kasar (melompat) yang baik (Berkembang

Sangat Baik/BSB) hanya sebanyak 56% saja. Hal tersebut

belum mencapai target yang telah ditentukan yaitu 80%. Maka

peneliti mengadakan pengamatan pada Siklus III.

4) Refleksi

Tahap refleksi dilaksanakan guna untuk mengetahui

evaluasi, perubahan dan perbaikan dalam proses

pembelajaran. Hasil dari evaluasi pada siklus II ini adalah

sebagai berikut:

1) Peserta didik ketika melakukan lompatan dalam bermain

lom-pat tali dapat menyeimbangkan badannya ketika

melompat serta kekuatan yang didapat ketika bermain

lompat tali.
67

2) Pembelajaran menggunakan permainan lompat tali yang

dilakukan menujukkan adanya peningkatan perkembangan

motorik kasar anak, yang telah memenuhi target yang

diharapkan.

3) Proses pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan

motorik kasar anak pada siklus II dengan menggunakan

permainan lompat tali ini telah menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar peserta didik.

d. Pelaksanaan Siklus III

1. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti merencanakan proses penelitian

menerapkan permainan lompat tali untuk mengetahui perkem-

bangan motorik kasar anak. Hal-hal yang dilakukan dalam

tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a) Melakukan identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan

pembelajaran, selanjutnya merumuskan persoalan bersama-

sama antara guru dengan peneliti, baik yang menyangkut

permasalahan guru maupun peserta didik.

b) Menyusun perangkat pembelajaran, seperti menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH).

c) Membuat istrumen observasi sebagai pengukur peningkatan

motorik kasar anak.

2. Tahap pelaksanaan
68

a. Pertemuan ke-1

Pertemuan pertama pada siklus III dilaksanakan

tanggal 01 Agustus 2023 Pada pertemuan pertama

dilakukan proses pembelajaran untuk meningkatkan

perkembangan motorik kasar anak melalui permainan lompat

tali dengan jumlah 25 peserta didik.

Adapun langkah-langkah proses pembelajaran pada

pertemuan pertama siklus I adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Sebelum memulai proses pembelajaran pada

pertemuan pertama siklus III ini guru mengucapkan salam

untuk membuka pembelajaran. Guru melakukan komunikasi

ten-tang kehadiran peserta didik. Dan membaca doa dan

surat-surat pendek. Serta melakukan motivasi peserta didik

melalui metode bercakap-cakap yang ada kaitannya dengan

pengembangan kemampuan motorik kasar anak.

b) Kegiatan inti

Kegiatan inti dalam proses pembelajaran ini dimulai

dengan guru menjelaskan kepada anak tentang kegiatan

permainan lompat tali yang akan dilaksanakan. Guru mem-

persiapkan tali karet yang akan digunakan untuk bermain,

anak berbaris sambil tanya jawab tentang tema yang sesuai

dengan pembelajaran. Guru membagi 2 kelompok yang


69

terdiri atas 7-8 peserta didik dan membuat kesepakatan

aturan bermain.

Guru mengajak anak untuk melakukan kegiatan

permainan lompat tali sesuai dengan kelompok dan guru

berkeliling untuk melihat anak didik dalam melaksanakan

kegiatan bermain lompat tali.

c) Recolling

Kegiatan recolling pada pertemuan kesatu siklus III,

guru mengajak anak untuk merapikan mainan dan diminta

untuk mengembalikan ke dalam tempat yang telah dise-

diakan. Anak mencuci tangan dengan baris yang tertib,

makan bersama dan istirahat.

d) Kegiatan penutup

Kegiatan penutup pada pertemuan kesatu siklus III ini,

yaitu guru menanyakan perasaan anak selama hari ini. Guru

dan peserta didik berdiskusi tentang kegiatan-kegiatan yang

sudah dilakukan hari ini. Guru memberikan reward atau

pujian kepada anak. Guru memberikan tugas kepada anak

untuk dilakukan di rumah serta guru menginformasikan

kegiatan esok hari. Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran

dengan berdoa pulang dan mengucapkan salam.


70

2) Tahap observasi

Pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung, peneliti

melakukan observasi/pengamatan dengan mengisi instrumen

yang sudah disiapkan, yaitu lembar observasi terhadap

kesiapan anak didik pada saat kegiatan berlangsung dan

menilai peningkatan motorik kasar (melompat) anak. Berikut

hasil persentase nilai anak didik dalam peningkatan

kemampuan motorik kasar (melompat) anak melalui permaian

lompat tali pada siklus III pertemuan ke-1 dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 8 Hasil Pengamatan Kemampuan Motorik Kasar Anak pada

Siklus III (Pertemuan ke-1) pada Tanggal 01 Agustus 2023

Keterangan
No Nama Anak
BB MB BSH BSB
1 ADI PRASETYO MB     
2 AKILA SUBAKTI     BSB 
3 ASEP SAEPULLOH       BSB
4 BARAH JATIP NURFALAH       BSB
5 BINTANG HAIFFARUS ARSY     BSH  
6 FRISKA BB      
7 MUHAMAD FIKRI   BSH   
8 MUHAMAD NUR   MB    
9 MUHAMAD YUSA BB      
10 NALAL HASANAH BB      
11 RIA AMELIA       BSB
12 FAISAL AKBAR       BSB
71

13 GIO LESMANA NUGRAHA     BSB 


14 KHOIRUL HAVIZ       BSB
15 MUHAMAD AGILL       BSB
16 MUHAMAD DANI SETIAWAN BSH
17 MUHAMAD FIRLI BSB
18 MUHAMMAD FATHAN KURNIA MB
19 NIKEN ANDRIYANI BSB
20 RAFLI AKBAR BSB
21 SITI HASANAH BSB
22 SITI ROHMAH BSB
23 SITI ZULPAH ALVIANI BSB
24 TRI GUSNANDAR BSB
25 YULIA BSB
Jumlah 3 3 3 16
Persentase (%) 12% 12% 12% 64%

Keterangan :

BB : Belum Berkembang

MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan

BSB : Berkembang Sangat Baik

Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa anak yang

berkembang sangat baik (BSB) pada pertemuan ke-1 sebanyak

16 anak atau 64%, sedangkan anak dalam kategori berkembang

sesuai harapan (BSH) sebanyak 3 anak atau 12%, dalam kategori


72

mulai berkembang (MB) sebanyak 3 anak atau 12%, dalam

kategori belum berkembang (BB) sebanyak 3 anak atau 12%.

Hasil persentase diatas menunjukkan bahwa kemampuan

motorik kasar anak melalui permainan lompat tali pada siklus III

pertemuan ke-1 belum berhasil dicapai karena anak didik yang

mencapai kategori memiliki kemampuan motorik kasar (melompat)

yang baik (Berkembang Sangat Baik/BSB) hanya sebanyak 64%

saja. Hal tersebut belum mencapai target yang telah ditentukan

yaitu 80%. Maka peneliti mengadakan pengamatan pada Siklus

IV.

3) Refleksi

Tahap refleksi dilaksanakan guna untuk mengetahui

evaluasi, perubahan dan perbaikan dalam proses

pembelajaran. Hasil dari evaluasi pada siklus III ini adalah

sebagai berikut:

a) Masih banyak kemampuan anak yang belum maksimal

dalam perkembangan motorik kasarnya menggunakan

permainan lompat tali, seperti keseimbangan, kekuatan, dan

kelincahan.

b) Penerapan permainan lompat tali yang dilakukan belum

maksimal dikarenakan peserta didik yang belum fokus

terhadap permainan lompat tali yang dilakukan.

e. Pelaksanaan Siklus IV
73

Tahapan pada pelaksanaan penelitian siklus IV yaitu,

perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan, dan refleksi.

Penelitian siklus IV diadakan dalam 1 kali pertemuan untuk proses

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk meningkatkan

perkembangan motorik kasar anak melalui permainan tradisional

lompat tali.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merencanakan proses penelitian

menerapkan permainan tradisional lompat tali untuk

mengetahui perkembangan motorik kasar anak. Hal-hal yang

dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a) Diskusi dengan guru kelas dalam menyusun program

pengem-bangan dan muatan pembelajaran dan RPPH

(Rencana Pelaksanaan Pembelaaran Harian) yang

digunakan untuk penelitian siklus IV.

b) Menyiapkan pembelajaran mengenai perkembangan motorik

kasar anak melalui permainan tradisional lompat tali.

c) Mempersiapkan instrumen penelitian, media, alat atau

lembar penelitian yang digunakan dalam pembelajaran siklus

IV.

2. Tahap Pelaksanaan

Pertemuan pertama pada siklus IV dilaksanakan tanggal

08 Agustus 2023. Pada pertemuan pertama dilakukan proses


74

pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan motorik

kasar anak melalui permainan tradisional lompat tali dengan

jumlah 25 peserta didik.

a) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama pada siklus IV dilaksanakan tanggal

08 Agustus 2023. Pada pertemuan pertama dilakukan proses

pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan motorik

kasar anak melalui permainan tradisional lompat tali dengan

jumlah 25 peserta didik.

Adapun langkah-langkah proses pembelajaran pada

petemuan pertama siklus IV adalah sebagai berikut:

b) Kegiatan awal

Sebelum memulai proses pembelajaran pada

pertemuan pertama siklus IV ini guru mengucapkan salam

dan ikrar untuk membuka pembelajaran dan seluruh anak

didik menjawab salam dan mengikuti ikrar yang diucapkan

oleh guru, guru menanyakan kabar serta mengabsen

kehadiran peserta didik, dan seluruh anak didik membaca

doa serta membaca surah-surah pendek. Peserta didik

bernyanyi dan tepuk-tepuk. Guru bercakap-cakap kepada

peserta didik yang berkaitan dengan perkembangan motorik


75

kasaranak. Guru mengajak anak untuk melakukan atau

menirukan suatu gerakan.

c) Kegiatan inti

Kegiatan inti dalam proses pembelajaran ini dimulai

dengan guru menjelaskan kepada anak tentang kegiatan

permainan tradisional lompat tali yang akan dilaksanakan.

Guru mempersiapkan tali karet yang akan digunakan untuk

bermain, peserta didik melingkar berdialog atau tanya jawab

tentang pembelajaran hari ini sesuai dengan tema

pembelajaran yang dilakukan. Guru membagi 2 kelompok

yang terdiri atas 7-8 anak dan membuat kesepakatan aturan

bermain.

Guru mengajak anak untuk melakukan kegiatan

bermain lompat tali sesuai dengan kelompok dan guru

berkeliling untuk melihat peserta didik dalam melaksanakan

kegiatan bermain lompat tali. Guru menghentikan kegiatan

bermain lompat tali.

d) Recolling

Kegiatan recolling pada pertemuan pertama siklus

IV, guru mengajak anak untuk merapikan mainan dan

diminta untuk mengembalikan ke dalam tempat yang

disediakan. Anak mencuci tangan dengan baris yang tertib,

makan bersama dan istirahat.


76

e) Kegiatan penutup

Kegiatan penutup pada pertemuan pertama siklus

IV ini, yaitu guru menanyakan perasaan anak selama hari

ini. Guru dan peserta didik berdiskusi tentang kegiatan-

kegiatan yang sudah dilakukan hari ini. Guru memberikan

reward atau pujian kepada anak. Guru memberikan tugas

kepada anak untuk dilakukan di rumah serta guru

menginformasikan kegiatan esok hari. Guru mengakhiri

kegiatan pembelajaran dengan berdoa pulang dan

mengucapkan salam.

4) Tahap Observasi

Setelah diadakan pelaksanaan pada pertemuan siklus IV

pertemuan ke-1. Berikut hasil persentase nilai anak didik dalam

peningkatan kemampuan motorik kasar (melompat) anak

melalui permaian lompat tali pada siklus IV pertemuan ke-1

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9 Hasil Pengamatan Kemampuan Motorik Kasar Anak

pada Siklus IV (Pertemuan ke-1) pada Tanggal 08 Agustus

2023

Keterangan
No Nama Anak
BB MB BSH BSB
1 ADI PRASETYO  BSH   
2 AKILA SUBAKTI     BSB 
3 ASEP SAEPULLOH       BSB
4 BARAH JATIP NURFALAH       BSB
77

5 BINTANG HAIFFARUS ARSY     BSH  


6 FRISKA BB      
7 MUHAMAD FIKRI    BSB 
8 MUHAMAD NUR   BSH   
9 MUHAMAD YUSA MB     
10 NALAL HASANAH MB     
11 RIA AMELIA       BSB
12 FAISAL AKBAR       BSB
13 GIO LESMANA NUGRAHA     BSB 
14 KHOIRUL HAVIZ       BSB
15 MUHAMAD AGILL       BSB
16 MUHAMAD DANI SETIAWAN BSH

17 MUHAMAD FIRLI BSB


18 MUHAMMAD FATHAN KURNIA BSH
19 NIKEN ANDRIYANI BSB
20 RAFLI AKBAR BSB
21 SITI HASANAH BSB
22 SITI ROHMAH BSB
23 SITI ZULPAH ALVIANI BSB
24 TRI GUSNANDAR BSB
25 YULIA BSB
Jumlah 1 2 4 18
Persentase (%) 4% 8% 16% 72%

Keterangan :

BB : Belum Berkembang

MB : Mulai Berkembang
78

BSH : Berkembang Sesuai Harapan

BSB : Berkembang Sangat Baik

Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa pada

siklus IV pertemuan ke-1 jumlah anak yang berkembang sangat

baik (BSB) sebanyak 18 anak atau 72%, sedangkan anak

dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH) sebanyak 4

anak atau 16%, dalam kategori mulai berkembang (MB)

sebanyak 2 anak atau 8%, dalam kategori belum berkembang

(BB) sebanyak 1 anak atau 4%.

Hasil persentase diatas menunjukkan bahwa

kemampuan motorik kasar (melompat) anak melalui permainan

lompat tali pada siklus VI pertemuan ke-1 belum berhasil

dicapai karena anak didik yang mencapai kategori memiliki

kemampuan motorik kasar (melompat) yang baik (Berkembang

Sangat Baik/BSB) hanya sebanyak 72% saja. Hal tersebut

belum mencapai target yang telah ditentukan yaitu 80%. Maka

peneliti mengadakan pengamatan pada Siklus V.

5) Refleksi

Tahap refleksi dilaksanakan guna untuk mengetahui

evaluasi, perubahan dan perbaikan dalam proses

pembelajaran. Hasil dari evaluasi pada siklus IV ini adalah

sebagai berikut:
79

1) Peserta didik ketika melakukan lompatan dalam bermain

lom-pat tali dapat menyeimbangkan badannya ketika

melompat serta kekuatan yang didapat ketika bermain

lompat tali.

2) Pembelajaran menggunakan permainan lompat tali yang

dilakukan menujukkan adanya peningkatan perkembangan

motorik kasar anak, yang telah memenuhi target yang

diharapkan. Proses pembelajaran untuk meningkatkan

perkembangan motorik kasar anak pada siklus IV dengan

menggunakan permainan lompat tali ini telah menunjukkan

adanya peningkatan hasil belajar peserta didik, yang telah

memenuhi target yang diharapkan

f. Pelaksanaan Siklus V

Tahapan pada pelaksanaan penelitian siklus V yaitu,

perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan, dan refleksi.

Penelitian siklus V diadakan dalam 1 kali pertemuan untuk proses

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk meningkatkan

perkembangan motorik kasar anak melalui permainan tradisional

lompat tali.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merencanakan proses penelitian

menerapkan permainan tradisional lompat tali untuk


80

mengetahui perkembangan motorik kasar anak. Hal-hal yang

dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a) Diskusi dengan guru kelas dalam menyusun program

pengem-bangan dan muatan pembelajaran dan RPPH

(Rencana Pelaksanaan Pembelaaran Harian) yang

digunakan untuk penelitian siklus V.

b) Menyiapkan pembelajaran mengenai perkembangan

motorik kasar anak melalui permainan tradisional lompat

tali.

c) Mempersiapkan instrumen penelitian, media, alat atau

lembar penelitian yang digunakan dalam pembelajaran

siklus V.

2. Tahap Pelaksanaan

Pertemuan pertama pada siklus V dilaksanakan tanggal

18 Agustus 2023. Pada pertemuan pertama dilakukan proses

pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan motorik

kasar anak melalui permainan tradisional lompat tali dengan

jumlah 25 peserta didik.

a. Pertemuan pertama

Pertemuan pertama pada siklus V dilaksanakan

tanggal 18 Agustus 2023. Pada pertemuan pertama


81

dilakukan proses pembelajaran untuk meningkatkan

perkembangan motorik kasar anak melalui permainan

tradisional lompat tali dengan jumlah 25 peserta didik.

Adapun langkah-langkah proses pembelajaran pada

petemuan pertama siklus V adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

Sebelum memulai proses pembelajaran pada

pertemuan pertama siklus V ini guru mengucapkan salam

dan ikrar untuk membuka pembelajaran dan seluruh anak

didik menjawab salam dan mengikuti ikrar yang diucapkan

oleh guru, guru menanyakan kabar serta mengabsen

kehadiran peserta didik, dan seluruh anak didik membaca

doa serta membaca surah-surah pendek. Peserta didik

bernyanyi dan tepuk-tepuk. Guru bercakap-cakap kepada

peserta didik yang berkaitan dengan perkembangan

motorik kasaranak. Guru mengajak anak untuk melakukan

atau menirukan suatu gerakan.

b) Kegiatan inti

Kegiatan inti dalam proses pembelajaran ini dimulai

dengan guru menjelaskan kepada anak tentang kegiatan

permainan tradisional lompat tali yang akan dilaksanakan.

Guru mempersiapkan tali karet yang akan digunakan

untuk bermain, peserta didik melingkar berdialog atau


82

tanya jawab tentang pembelajaran hari ini sesuai dengan

tema pembelajaran yang dilakukan. Guru membagi 2

kelompok yang terdiri atas 7-8 anak dan membuat

kesepakatan aturan bermain.

Guru mengajak anak untuk melakukan kegiatan

bermain lompat tali sesuai dengan kelompok dan guru

berkeliling untuk melihat peserta didik dalam

melaksanakan kegiatan bermain lompat tali. Guru

menghentikan kegiatan bermain lompat tali.

c) Recolling

Kegiatan recolling pada pertemuan pertama siklus

V, guru mengajak anak untuk merapikan mainan dan

diminta untuk mengembalikan ke dalam tempat yang

disediakan. Anak mencuci tangan dengan baris yang

tertib, makan bersama dan istirahat.

d) Kegiatan penutup

Kegiatan penutup pada pertemuan pertama siklus

V ini, yaitu guru menanyakan perasaan anak selama hari

ini. Guru dan peserta didik berdiskusi tentang kegiatan-

kegiatan yang sudah dilakukan hari ini. Guru memberikan

reward atau pujian kepada anak. Guru memberikan tugas

kepada anak untuk dilakukan di rumah serta guru

menginformasikan kegiatan esok hari. Guru mengakhiri


83

kegiatan pembelajaran dengan berdoa pulang dan

mengucapkan salam.

4. Tahap Observasi

Setelah diadakan pelaksanaan pada pertemuan siklus V

pertemuan ke-1. Berikut hasil persentase nilai anak didik dalam

peningkatan kemampuan motorik kasar (melompat) anak

melalui permaian lompat tali pada siklus V pertemuan ke-1

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 10 Hasil Pengamatan Kemampuan Motorik Kasar Anak

pada Siklus V (Pertemuan ke-1) pada Tanggal 18 Agustus

2023

Keterangan
No Nama Anak
BB MB BSH BSB
1 ADI PRASETYO  BSH   
2 AKILA SUBAKTI     BSB 
3 ASEP SAEPULLOH       BSB
4 BARAH JATIP NURFALAH       BSB
5 BINTANG HAIFFARUS ARSY     BSB 
6 FRISKA BB      
7 MUHAMAD FIKRI    BSB 
8 MUHAMAD NUR   BSB
84

9 MUHAMAD YUSA MB     


10 NALAL HASANAH MB     
11 RIA AMELIA       BSB
12 FAISAL AKBAR       BSB
13 GIO LESMANA NUGRAHA     BSB 
14 KHOIRUL HAVIZ       BSB
15 MUHAMAD AGILL       BSB
16 MUHAMAD DANI SETIAWAN BSH
17 MUHAMAD FIRLI BSB
18 MUHAMMAD FATHAN KURNIA BSH
19 NIKEN ANDRIYANI BSB
20 RAFLI AKBAR BSB
21 SITI HASANAH BSB
22 SITI ROHMAH BSB
23 SITI ZULPAH ALVIANI BSB

24 TRI GUSNANDAR BSB


25 YULIA BSB
Jumlah 1 2 2 20
Persentase (%) 4% 8% 8% 80%

Keterangan :

BB : Belum Berkembang

MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan

BSB : Berkembang Sangat Baik


85

Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa pada

siklus V pertemuan ke-1 jumlah anak yang berkembang sangat

baik (BSB) sebanyak 20 anak atau 80%, sedangkan anak

dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH) sebanyak 2

anak atau 8%, dalam kategori mulai berkembang (MB)

sebanyak 2 anak atau 8%, dalam kategori belum berkembang

(BB) sebanyak 1 anak atau 4%.

Hasil persentase diatas menunjukkan bahwa

kemampuan motorik kasar (melompat) anak melalui permainan

lompat tali pada siklus V pertemuan ke-1 berhasil dicapai

karena anak didik yang mencapai kategori memiliki

kemampuan motorik kasar (melompat) yang baik (Berkembang

Sangat Baik/BSB) sebanyak 80% saja. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa perkembangan kemampuan motorik kasar

anak pada setiap pertemuan selalu mengalami peningkatan.

Berdasarkan analisis pada siklus I sampai siklus V maka

dapat penulis simpulkan bahwa permainan lompat tali

mempunyai peranan penting dalam meningkatkan motorik

kasar (melompat) anak usia dini. Melalui permainan lompat tali

anak dapat secara aktif mengekspresikan gerakan-gerakan

motorik kasarnya secara optimal. Dengan melakukan

permainan lompat tali sebagai metode pembelajaran dalam

mengembangkan kemampuan motorik kasar (melompat) anak


86

pada kelompok B di KB Ar-Rahman Desa Margawangi

Kecamatan Leuwidamar

G. Refleksi

Tahap refleksi dilaksanakan guna untuk mengetahui

evaluasi, perubahan dan perbaikan dalam proses

pembelajaran. Hasil dari evaluasi pada siklus V ini adalah

sebagai berikut:

1. Peserta didik ketika melakukan lompatan dalam bermain

lompat tali dapat menyeimbangkan badannya ketika

melompat serta kekuatan yang didapat ketika bermain

lompat tali

2. Pembelajaran menggunakan permainan lompat tali yang

dilakukan menujukkan adanya peningkatan perkembangan

motorik kasar anak, yang telah memenuhi target yang

diharapkan. Proses pembelajaran untuk meningkatkan

perkembangan motorik kasar anak pada siklus V dengan

menggunakan permainan lompat tali ini telah menunjukkan

adanya peningkatan hasil belajar peserta didik, yang telah

memenuhi target yang diharapkan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Tindakan Siklus I sampai V

1. Pembahasan Setiap Siklus

Berdasarkan tabel Penelitian siklus I diatas dapat di ketahui

bahwa anak yang berkembang sangat baik (BSB) pada pertemuan


87

ke-1 sebanyak 10 anak atau 40%, sedangkan anak dalam kategori

berkembang sesuai harapan (BSH) sebanyak 5 anak atau 20%,

dalam kategori mulai berkembang (MB) sebanyak 4 anak atau 16%,

dalam kategori belum berkembang (BB) sebanyak 6 anak atau 24%.

jumlah yang sangat rendah dari target perkembangan yang

ditentukan yaitu 80%.

Berdasarkan tabel Penelitian siklus II diatas dapat di ketahui

bahwa pada siklus II pertemuan ke-1 jumlah anak yang berkembang

sangat baik (BSB) sebanyak 14 anak atau 56%, sedangkan anak

dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak

atau 16%, dalam kategori mulai berkembang (MB) sebanyak 3 anak

atau 12%, dalam kategori belum berkembang (BB) sebanyak 4 anak

atau 16%. Hal tersebut belum mencapai target yang telah ditentukan

yaitu 80%.

Berdasarkan tabel Penelitian siklus III diatas dapat di ketahui

bahwa anak yang berkembang sangat baik (BSB) pada pertemuan

ke-1 sebanyak 16 anak atau 64%, sedangkan anak dalam kategori

berkembang sesuai harapan (BSH) sebanyak 3 anak atau 12%,

dalam kategori mulai berkembang (MB) sebanyak 3 anak atau 12%,

dalam kategori belum berkembang (BB) sebanyak 3 anak atau 12%.

Hal tersebut belum mencapai target yang telah ditentukan yaitu 80%.

Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa pada siklus

IV pertemuan ke-1 jumlah anak yang berkembang sangat baik (BSB)


88

sebanyak 18 anak atau 72%, sedangkan anak dalam kategori

berkembang sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau 16%,

dalam kategori mulai berkembang (MB) sebanyak 2 anak atau 8%,

dalam kategori belum berkembang (BB) sebanyak 1 anak atau 4%.

Hal tersebut belum mencapai target yang telah ditentukan yaitu 80%.

Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa pada siklus

V pertemuan ke-1 jumlah anak yang berkembang sangat baik (BSB)

sebanyak 20 anak atau 80%, sedangkan anak dalam kategori

berkembang sesuai harapan (BSH) sebanyak 2 anak atau 8%,

dalam kategori mulai berkembang (MB) sebanyak 2 anak atau 8%,

dalam kategori belum berkembang (BB) sebanyak 1 anak atau 4%.

berhasil dicapai karena anak didik yang mencapai kategori memiliki

kemampuan motorik kasar (melompat) yang baik (Berkembang

Sangat Baik/BSB) sebanyak 80% saja.

Berdasarkan hasil refleksi dari kedua siklus tersebut melalui 5

Siklus dalam kegiatan permainan lompat tali pada kelompok B di KB

Ar-Rahman Desa Margawangi Kecamatan Leuwidamar dapat

dijumpai peningkatan persentase perkembangan yang cukup berarti.

Hal ini dapat terangkum dalam grafik berikut:

Gambar 3. Perkembangan Motorik Kasar anak kelompok B di KB

Ar-Rahman Desa Margawangi Kecamatan Leuwidamar


89

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV Siklus V

BSB BSH MB BB

Berdasarkan analisis pada siklus I sampai Siklus V maka

dapat penulis simpulkan bahwa permainan lompat tali mempunyai

peranan penting dalam meningkatkan motorik kasar anak usia

dini. Melalui permainan lompat tali anak dapat secara aktif

mengekspresikan gerakan-gerakan motorik kasarnya secara

optimal. Dengan melakukan permainan lompat tali sebagai

metode pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan

motorik kasar anak pada kelompok B KB Ar-Rahman Desa

Margawangi Kecamatan Leuwidamar menunjukkan hasil

perkembangan yang sangat baik.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab

sebelumnya dapat peneliti simpulkan bahwa dengan menggunakan

metode bermain melalui permainan lompat tali sebagai metode

pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan

kemampuan motorik kasar anak usia dini di KB Ar-Rahman Desa

Margawangi Kecamatan Leuwidamar.

1. Kemampuan Motorik kasar anak di Kelompok B KB Ar-Rahman

Desa Margawangi masih Rendah yang mencapai ketuntasan kriteria

penilaian, seperti BSH (Berkembang Sesuai Harapan) mencapai 3

peserta didik sama dengan 12% dan BSB (Berkembang Sangat

Baik) mencapai 2 peserta didik sama dengan 8%, sedangkan yang

tergolong belum mencapai ketuntasan kriteria penilaian, seperti BB

(Belum Berkembang) mencapai 15 peserta didik sama dengan 60%

dan MB (Mulai Berkembang) mencapai 5 peserta didik sama dengan

20%.

2. Penerapan Permainan Lompat Tali di Kelompok B KB Ar-Rahman

Desa Margawangi yang dilakukan belum maksimal dikarenakan

peserta didik yang belum fokus terhadap permainan lompat tali yang

dilakukan.

90
91

3. Pengaruh bermain lompat tali terhadap motoric kasar anak di

Kelompok B KB Ar-Rahman Desa Margawangi mempunyai peranan

penting dalam meningkatkan motorik kasar anak usia dini. Melalui

permainan lompat tali anak dapat secara aktif mengekspresikan

gerakan-gerakan motorik kasarnya secara optimal.

Hal ini dapat dilihat dari adanya perkembangan peserta didik

yang mana pada siklus I pertemuan ke 1 peserta didik yang memiliki

kemampuan motorik kasar sangat baik 10 peserta didik atau 40%,

dan pada Siklus II peserta didik bertambah lagi menjadi 14 peserta

didik atau 56%, dan pada Siklus III bertambah 16 Peserta Didik

dengan hasil yang sama 64%. pada siklus IV bertambah 18 Peserta

didik atau 72% dan Siklus V anak yang memiliki kemampuan

motorik kasar sangat baik mencapai 20 peserta didik atau 80%.

Jumlah tersebut telah mencapai standar penilaian yang telah di

tentukan yaitu BSB sebanyak 80%.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebagai bahan

rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan maupun

secara teoritis, maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan

rekomendasi adalah sebagai berikut:

1. Agar kemampuan perkembangan motorik kasar peserta didik lebih

baik, peneliti memberi saran bagi pendidik untuk menerapkan


92

media permainan saat proses pembelajaran dengan melengkapi

sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

2. Kepada semua pihak sekolah terutama guru, sudah seharusnya

meningkatkan kompetensi serta membekali diri dengan

pengetahuan luas, karena sesungguhnya kompetensi guru sangat

mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar yang pada

akhirnya akan menghasilkan anak yang berprestasi, berakhlakul

karimah, dan berbudi pekerti luhur. Sehingga berdampak posi-tif

pada perkembangan dan kemajuan sekolah.


DAFTAR PUSTAKA

Acroni, Keen. Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui


Permainan Tradisional, Jakarta: Prenada Media Group 2012.
Acroni, Keen. Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui
Permainan Tradisional, Jakarta: Prenada Media Group 2012.
Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara,
2014.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Asep Umar Fakhruddin, Sukses Menjadi Guru PAUD,Bandung:
Rosdakarya, 2018.
Bambang Sujiono. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas
Terbuka.2008.
Depdiknas. Undang-undang Sistem PendidikanNasional No.20.
Jakarta:Mini Jaya Abadi, 2003.
Elizabeth B. Hurlock. Kemampuan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.1978
Fad, Aisyah. Kumpulan Permainan Anak Tradisional Indonesia. Jakarta:
Niaga Swadaya,2014.
Fadlillah, M. Bermain & Permainan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana,
2017
Heri Rahyubi, Teori Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik,
Bandung: Referens, 2012.
Husnul Hadi, dkk, Keterampilan Gerak Dasar AnaK Usia Dini pada Taman
Kanak-Kanak, Jurnal Ilmiah PENJAS, ISSN: 2442-3874 Vol. 3,
2017.
Kurniati, Euis. Permainan Tradisional dan Perannya dalam
Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak. Jakarta: Prenada
Media Group, 2017.
Kusnandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta
Rajagrafindo Persada, 2012.

93
94

Muhibbin Syah, Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja


Rosdakarya 2011.
Musfiroh, T. Cerdas melalui Bermain,Jakarta: Grasindo, 2008.
Muslich, M. Melaksanakan Penelitian Tindak Kela situ Mudah,
Jakarta:Bumiaksara,2013.
M. Fadillah, Bermain & Permainan Anak Usia Dini (Jakarta: Prenada
media Group, 2019.
Novan Ardy Wiyani & Barnawi, FORMAT PAUD: Konsep, Karakteristik,
&Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini, Jogjakarta: Ar Ruzz
Media, 2016.
Permendikbud, Peraturan Pemerintah dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013.
Rudiyanto, Ahmad. Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus Anak
Usia Dini. Lampung: Darussalam Pres Lampung,2016.
Samsudin. Pengembangan Motorik di Taman Kanak-Kanak, Jakarta:
Prenada Media Group 2005.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif,dan R & D. Bandung:
Alfabet,2015.
Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam
Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2012.
Syamsidah. 100 Permainan PAUD & TK di Luar Kelas. Yogjakarta: Diva
Kids, 2015.
Syamsu Yusuf , Nani M. Sugandhi. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Upton, Penney. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 2012.
Wina Sanjaya. Penelitian Tindakan Kelas.J akarta: Kencana Prenada
Media Group.2010.
Wiyani, A. Manajemen PAUD Bermutu. Yogyakarta: Gava Media 2015.
Yus, Anita. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak,
Jakarta: Kencana Media Group 2011.
DOKUMENTASI KEGIATAN

Gambar 4 Permainan lompat tali

Gambar 5 Permainan lompat tali


Gambar 6 Permainan lompat tali

Gambar 7 Permainan lompat tali

Anda mungkin juga menyukai