Anda di halaman 1dari 20

Rekomendasi

Komunikasi Rabies untuk Warga


Disusun dari diskusi Kelompok Kerja RCCE +
28 Juni 2023

Tentang Rekomendasi

Dokumen ini disusun dari hasil diskusi


dengan berbagai pihak pada tanggal 26
Juni 2023 dengan harapan dapat
membantu memberikan rekomendasi
komunikasi penanganan Rabies di
Indonesia.

Narahubung Pokja:

Basra Amru, Sekretariat Pokja RCCE+ (087701091998) Sumber : Flyer Diskusi RCCE #34

Latar Belakang
Terdapat peningkatan kasus rabies
yang tercatat selama beberapa
tahun terakhir di beberapa daerah
di Indonesia.

Menurut Dit. Kesehatan Hewan


Kementerian Pertanian, pandemi
adalah salah satu penyebabnya.
Hal ini akibat adanya pembatasan
kegiatan dan sumber daya untuk
penanganan rabies 64,8% Provinsi di Indonesia tertular rabies, Kab. TTS merupakan daerah baru
2023 tertular rabies
(Refocusing untuk penanganan
COVID-19) Sumber: Paparan Direktorat Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian

Latar Belakang

KLB rabies bukan pertama kali terjadi di Masalah rabies ini perlu diangkat
Indonesia. Perilaku warga terkait sebagai masalah komunitas. Bukan di
pencegahan Rabies tidak berkelanjutan.
lingkup privat. Risikonya di komunitas.
Perilaku pencegahan rabies baru
dilakukan saat ada KLB. Contoh cerita di komunitas:

Anjing tetangga yg menggigit seorang


anak. Warga yang ingin mengingatkan
sungkan karena khawatir kena marah dan
mungkin pemilik anjing akan
membebaskan anjingnya berkeliaran.

Sumber: Paparan Dit. P2PM, Kementerian Kemenkes


Temuan Masalah

Non-Komunikasi Komunikasi

● Ketersediaan logistik vaksin ● Kemampuan komunikasi tenaga


rabies untuk hewan dan kesehatan untuk pencegahan dan
manusia penanganan rabies
● Penampungan untuk anjing tak ● Belum terbentuk norma sosial
bertuan untuk pencegahan rabies di warga
● Jarak yang perlu ditempuh ● Pengetahuan dan persepsi warga:
- Vaksinasi hewan peliharaannya
warga untuk mengakses
- Pencegahan gigitan hewan rabies
fasilitas kesehatan
- Penanganan luka akibat gigitan
● Akses Internet di beberapa hewan rabies
daerah

Temuan Masalah
Menurut Dit. Keswan Kementan,
lebih 40% Kasus menyerang usia
dibawah 15 tahun.
Dikonfirmasi laporan kasus Kab.
TTS, Prov NTT bahwa ± 50% kasus
terjadi pada kisaran usia tersebut.
Pengembangan alat bantu
komunikasi untuk edukasi anak
dan satuan pendidikan menjadi
strategis.
Data Monitor Harian KLB Rabies di Kab. TTS, Prov. NTT

Sumber: Paparan Bidang P2P Dinas Kesehatan Dukcapil, NTT


Temuan di Lapangan

Menurut Kemenkes,
95% kasus gigitan
hewan rabies
berasal dari hewan
anjing.
Temuan di Lapangan

Berdasarkan pengalaman
FAO Indonesia,
pemanfaatan jaringan dan
pendekatan keagamaan
signifikan membantu
komunikasi dengan warga.

Kumpulan Khotbah Pengendalian Rabies di Flores oleh FAO Indonesia

Sumber: FAO Indonesia (s.id/inforabies → unduh materi KIE)


Temuan di Lapangan
Ketersediaan akses dan
pemanfaatan (kontribusi) Internet
di suatu daerah perlu jadi
pertimbangan dalam strategi
penggunaan kanal komunikasi.
Misalnya di Kabupaten TTS,
menurut Dinkes Kab. TTS perlu
dipertimbangkan alternatif
kanal komunikasi lainnya yang Akses dan Kontribusi Internet Berdasarkan Provinsi di Indonesia

tidak menggunakan Internet. Sumber: Survei Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia

Temuan Persepsi Warga soal


Vaksinasi Anjing Peliharaan

Perlu diidentifikasi persepsi warga yang menghambat perilaku


untuk vaksinasi anjing peliharaannya. Beberapa berkaitan dengan
latar belakang sosial dan kultural warga terkait tujuan memelihara
anjing.
Salah satu contoh menarik, warga memelihara anjing sebagai
pendamping untuk berburu di hutan atau penjaga kebun dan
vaksinasi anjing dianggap dapat mengakibatkan anjing terebut
menjadi lemah.
Sumber: Hasil Wawancara Tim Dir. Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat, Kemenkes dengan salah satu warga NTT

Temuan Persepsi Warga untuk


Penanganan Luka Gigitan Anjing
Sulit terbayang,

1. Segera Cuci Luka dengan Air Mengalir dan Sabun


gunakan
perumpamaan
untuk
selama 15 menit menggambarkan
lamanya 15 menit.

Di NTT, 15 menit
diumpamakan
sebagai lamanya
makan 2 pinang.

2.
Lapor ke Puskesmas / Rumah Sakit Terdekat
Dimana?

Contoh pengembangan alat bantu perumpamaan,


untuk edukasi cuci luka gigitan selama 15 menit
Luka gigitan/ cakaran/ jilatan anjing rabies ini seperti pakaian Masih perlu banyak
pengembangan alat
yang terkena noda yang membandel. Kotor, ada virus rabies- bantu komunikasi
nya. Virus rabies ini seperti noda bandel, melekat kuat di luka untuk warga
gigitan, kaki-kakinya banyak. Misalnya noda bandel seperti
lumpur atau santan makanan pada pakaian.

Tidak cukup hanya air saja, perlu dicuci dengan sabun agar
hilang.

Jika Anda hanya menyiramnya dengan cepat, mungkin noda itu


tidak akan hilang sepenuhnya dan bisa meninggalkan bekas
yang sulit dihilangkan.

Namun, jika Anda mencucinya dengan sabun dan


menggosoknya dengan lembut selama 15 menit, kemungkinan
besar noda akan terangkat dan pakaian akan bersih kembali.
Sumber: Usulan Anggota Forum Kemisan

Identifikasi Khalayak, Pesan, dan Sumber Motivasi


Audiens Perilaku yang diharapkan Sumber Motivasi

Tenaga Kesehatan - Mengedukasi masyarakat umum Perlu diidentifikasi


- Melakukan penanganan luka gigitan hewan dengan
Tenaga Kesehatan benar
Hewan

Tokoh Masyararakat/
Agama

Pemilik Hewan Penular - Vaksinasi hewan peliharaan rutin Perlu diidentifikasi


Rabies - Menjaga Hewan peliharaan agar tidak berkeliaran
- Mengenali ciri Hewan rabies
- Melakukan penanganan luka gigitan hewan dengan
benar

Masyarakat Umum - Menghindari gigitan hewan penular rabies Perlu diidentifikasi


- Mengenali ciri hewan rabies
- Melakukan penanganan luka gigitan hewan dengan
benar

Contoh Rumusan Pesan

Ancaman Solusi Mudah Perilaku

● Anjing dapat meninggal ● Vaksinasi anjing dapat ● Vaksinasi Anjing segera


karena sakit rabies sekaligus melindungi
● Dapat menular ke anjing dan manusia
manusia melalui gigitan Catatan:
anjing Masih perlu diuji lebih
lanjut di warga
● Sama mematikannya bagi
anjing maupun manusia
Model EPPM – Extended Parallel Process Model
Dikutip dari paparan Risang Rimbatmaja UNICEF

Usulan Jawaban Singkat untuk Fokus Perilaku


Menjaga Anjing Peliharan tidak berkeliaran di luar Segera mencuci luka gigitan anjing selama 15 menit
rumah dengan air mengalir dan sabun
Saat ini, hewan liar mungkin menularkan virus rabies ke
anjing Anda. Virus Rabies yang mematikan ini masuk secara cepat melalui
air liur dalam gigitan anjing yang sakit rabies.
Namun, ada solusi yang cukup mudah untuk menghindari
risiko ini. Dengan menjaga anjing Anda tetap di dalam Namun virus ini mudah hancur dengan air dan sabun. Air dan
rumah atau dalam area yang aman, Anda dapat sabunnya harus lama. Maka dari itu, perlu sampai kira-kira
15 menit dicucinya.
melindungi mereka dari paparan virus rabies

Vaksinasi Anjing Peliharaan Datang dan Lapor ke Puskesmas bila tergigit anjing
Vaksinasi anjing dapat mencegah anjing dari sakit rabies
yang sangat mematikan. Mematikan pula bagi manusia Gigitan anjing sangat mungkin membawa virus rabies yang
berbahaya dan sangat cepat menular ke tubuh manusia.
karena dapat menular melalui gigitan anjing yang sakit
rabies. Namun tenang, tenaga kesehatan di Puskesmas sudah
terlatih untuk berikan penanganan yang diperlukan agar Anda
Solusinya mudah.vaksinasi anjing dapat sekaligus tidak sakit rabies yang mematikan bila tergigit anjing.
melindungi Anjing dan manusia dari sakit rabies.
Catatan:
Masih perlu diuji lebih
lanjut di warga

Rekomendasi Awal

Isu Logistik: Isu Komunikasi:

a. Advokasi penyediaan a. Identifikasi sumber motivasi warga untuk pengembangan pesan


vaksin untuk dan untuk perubahan perilaku
penampungan hewan b. Pesan perlu menyasar/ mendukung penguatan komunitas (social
liar norm) selain perilaku individu
b. Advokasi penyediaan c. Penguatan penyebaran pesan perlu diiringi dengan fasilitasi dialog
tempat penampungan untuk kesepakatan bersama warga
hewan liar d. Perlu media yang lebih berkelanjutan. Budaya oral yg kental
mestinya dimanfaatkan. Contohnya, Smong di Simeulue,
dendangan yang mengingatkan warga pada bahaya Tsunami dan
efektif padahal dibuatnya 100 tahun lalu.
e. Masukkan edukasi dalam struktur yang ada : pendidikan formal,
sesi edukasi di Posyandu atau lainnya.

Rekomendasi Awal

Isu Komunikasi:

f. Pelibatan tokoh non-nakes jadi penting dan perlu diidentifikasi lebih lanjut. Misalnya: tokoh
agama

g. Susun rencana aksi kegiatan komunikasi:

- Peningkatan kapasitas nakes dan warga


- Produksi media pendukung/ luar
- Edukasi keliling
- Dialog dan advokasi tokoh agama/ masyarakat
- Pemanfaatan pengeras suara di lingkungan warga
- Pemanfaatan aplikasi media sosial

Kompilasi Aset Informasi Rabies


di Indonesia

Video Edukasi, Materi


Infografis, Lembar Balik,
Artikel Edukasi, serta
berbagai materi edukasi
Rabies yang dikembangkan
oleh Kemenkes, Kementan,
FAO

Sumber: s.id/inforabies

Informasi Untuk Nakes (Tambahan):


Tatalaksana Kasus Rabies (Teknis)
Keterangan Flowchart:

1. Luka risiko tinggi yang dimaksud dengan luka risiko tinggi


adalah jilatan/luka pada mukosa,luka di atas daerah bahu
(leher, muka dan kepala), luka pada jari tangan dan jari kaki,
luka di area genitalia, luka yang lebar/dalam, atau luka
multiple (multiple wound}.
2. Luka risiko rendah Yang dimaksud luka risiko rendah adalah
jilatan pada kulit terbuka atau cakaran/ gigitan yang
menimbulkan luka lecet (ekskoriasi) di area badan,tangan
dan kaki.
3. Observasi hewan Kandangkan atau ikat hewan yang
melakukan gigitan dan lakukan pengamatan selama 14 hari.
4. Hentikan pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) bila :
● hasil observasi hewan menunjukkan hewan sehat,
● hasil pemeriksaan laboratorium terhadap spesimen
otak hewan menunjukkan hasil negatif

*SAR = Serum Anti Rabies, VAR = Vaksin Anti Rabies


Sumber: Buku Petunjuk Teknis Rabies Center, 2020

Tentang
Risk Communication and Community Engagement (RCCE) Working Group atau Kelompok Kerja Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat

● Dimulai sejak Februari 2020, UNICEF adalah co-lead RCCE working group untuk respon COVID-19 bersama IFRC (Federasi Internasional Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah).
● Kordinasi rutin RCCE working group untuk respon COVID-19 ini menyatukan Lembaga Pemerintah (BNPB, KOMINFO,KEMENKES, KSP, KPCPEN, BAPPENAS,
KEMENDIKBUD), Lembaga PBB, Lembaga donor (USAID, DFAT), Palang Merah, NGO Internasional dan Lokal, Organisasi Agama, Media, dan Sektor Swasta.
● Saat kasus COVID-19 terus menurun dan isu kesehatan masyarakat lainnya perlu ditangani, Pokja RCCE juga ikut mulai terlibat dalam berbagai kegiatan untuk
memperkuat dari aspek komunikasi.
● Info lengkap dapat diakses pada tautan https://s.id/rcce-id

Luaran:
Menyusun komunikasi risiko, pelibatan masyarakat, strategi
komunikasi yang efektif untuk membantu penanganan masalah
kesehatan masyarakat.












Anda mungkin juga menyukai