Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000
kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN lainnya (Mauldin, 1994). Langkah utama yang paling penting untuk
menurunkan angka kematian ibu adalah mengetahui penyebab utama kematian.
Penyakit asma terdapat 3,4 – 8,4 % pada wanita hamil dan gangguan nafas sangat
sering terjadi pada wanita hamil(sity.2013).
Kehamilan akan menimbulkan perubahan yang luas terhadap fisiologi
pernapasan. Ada 4 faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat hubungannya
dengan fungsi pernapasan, yaitu rahim yang membesar, perubahan hormonal,
meningkatnya volume darah dan cardiac output serta perubahan imunologik.
Kehamilan akan mendorong diafragma ke atas sehingga rongga dada menjadi sempit.
Gerakan paru akan terbatas untuk mengambil oksigen selama pernapasan dan untuk
mengatasi kekurangan oksigen ini, pernapasan akan menjadi cepat (hiperventilasi).
Pada umumnya penyakit paru-paru tidak banyak mempengaruhi jalannya kehamilan,
persalinan dan nifas kecuali jika penyakitnya berat atau proses penyakitnya luas
sehingga disertai hipoksia. Asma bronkial merupakan penyakit paru-paru yang paling

1
sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Biasanya kehamilan tidak
mempengaruhi asma bronkial akan tetapi serangan asma dapat timbul akibat kehamilan
atau penyakitnya berkurang atau bahkan bertambah.
Penderita asma kebanyakan tidak mengalami kesulitan selama berlangsungnya
kehamilan dan nifas. Infeksi jalan nafas seperti bronkhitis dan bronkopneumonia, dan
kadang-kadang tekanan emosional dapat menimbulkan atau memperberat serangan
asma. Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya
serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (hipoksia). Keadaan hipoksia
bila tidak segera ditangani tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi
keguguran, persalinan prematur atau berat janin tidak sesuai dengan usia
kehamilan(Hanifa Wiknjosastro, 1976).
Penderita asma selama kehamilan perlu mendapatkan perawatan yang baik
untuk mengurangi timbulnya serangan asma saat kehamilan. Peran perawat sangat
diperlukan dalam memberikan penanganan, seperti health education kepada penderita
untuk mencegah timbulnya stress, menghindari faktor-faktor pencetus timbulnya asma
seperti zat-zat alergi, infeksi saluran napas, dan faktor psikis, serta edukasi tentang
pengaruh obat-obat asma pada kehamilan. (Sarwono Prawirohardjo, 1991).
Asma terdapat 3,4 – 8,4 % pada wanita hamil dan gangguan nafas sangat sering
terjadi pada wanita hamil. Perjalanan asma selama kehamilan sangatlah bervariasi bisa
tidak ada perubahan, bertambah buruk atau malah membaik dan akan kembali ke
kondisi seperti sebelum hamil setelah tiga bulan melahirkan. Pengaruh kehamilan
terhadap timbulnya serangan asma pada setiap penderita tidaklah sama, bahkan pada
seseorang penderita asma serangannya tidak sama pada kehamilan pertama dan
kehamilan berikutnya. Biasanya serangan muncul pada usia kehamilan 24 – 36
minggu, dan akan berkurang pada akhir kehamilan.
Pada asma yang tidak terkontrol selama kehamilan akan mempunyai efek yang
serius baik bagi ibu maupun bagi janin. Komplikasi untuk ibu pada asma yang tidak
terkontrol adalah kemungkinan pre-eklampsia, eklampsia, perdarahan vagina dan
persalinan premature, sedangkan komplikasi terhadap bayi adalah intra uterine growth
retardation, bayi premature dan meningkatkan kemungkinan resiko kematian perinatal.
Oleh karenanya pasien hamil dengan asma harus dianggap sebagai pasien dengan
kehamilan resiko tinggi. Tujuan penatalaksanaan pasien asma dalam kehamilan harus
meliputi : pencegahan eksaserbasi akut, mengontrol symptoms, mengurangi inflamasi
saluran nafas, memelihara fungsi paru rata-rata mendekati normal (Anonimous. 2007).

2
B. Tujuan
Mampu menjelaskan tentang konsep masalah kehamilan pada asma serta
pendekatan asuhan keperawatannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Asma adalah penyakit paru kronis yang melibatkan berbagai varietas immune
sistem cell, yang menyebabkan timbulnya respon bronkus berupa wheezing, dyspne,
batuk, dan dada terasa berat (Anonimous. 2007).
Asma Bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang sering
dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya
asma tidak sama pada setiap penderita(Mustika. 2008).
Asma dalam kehamilan adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas terutama
sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala periodik berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat, dan batuk yang ditemukan pada wanita hamil. Asma mungkin
membaik, memburuk atau tetap tidak berubah selama masa kehamilan, tetapi pada
kebanyakan wanita gejala-gejalanya cenderung meningkat selama tiga bulan terakhir
dari masa kehamilan. Dengan bertumbuhnya bayi dan membesarnya rahim, sebagian
wanita mungkin sering mengalami sesak nafas. Tetapi ibu - ibu yang tidak menderita
asmapun mengalami hal tersebut karena gerakan diafragma / sekat rongga badan
menjadi terbatas. (Erlina Mustika Febrianti, 2008)

3
B. ETIOLOGI
1. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernapasannya juga bisa
diturunkan.
2. Allergen: bulu binatang
3. Stres
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati
4. Debu
5. Udara Dingin, Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim
hujan, musim kemarau, musim bunga,. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga danb debu
6. Aktifitas fisik berlebih

C. PATOFISIOLOGI
Asma adalah peradangan kronik saluran nafas dengan herediter utama.
Peningkatan respon saluran nafas dan peradangan berhubungan dengan gen pada
kromosom 5, 6, 11, 12, 14, & 16 termasuk reseptor IgE yang afinitasnya tinggi,
kelompok gen sitokin dan reseptor antigen T-cell sedangkan lingkungan yang menjadi
allergen tergantung individu masing-masing seperti influenza atau rokok. Asma
merupakan obstruksi saluran nafas yang reversible dari kontraksi otot polos bronkus,
hipersekresi mukus dan edem mukosa. Terjadi peradangan di saluran nafas dan
menjadi responsive terhadap beberapa rangsangan termasuk zat iritan, infeksi virus,
aspirin, air dingin dan olahraga (sity khamidah.2013)

4
Gejala asma akan membaik selama 4 minggu terakhir kehamilan (37 – 40
minggu), mungkin disebabkan peningkatan kortisol bebas dan karena turunnya janin
kedalam panggul. Sedangkan gejala yang paling buruk terjadi pada 29 – 36 minggu
kehamilan, karena pada saat ini progesteron berada pada kadar tertinggi. Selama
melahirkan dan sesudah lahir hanya 10% pasien yang dilaporkan memberikan gejala
dan hanya setengahnya yang mendapat pengobatan.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Nafas Pendek
2. Nafas terasa sesak dan yang paling khas pada penderita asma adalah terdengar
bunyi wheezing yang timbul saat menghembuskan nafas.
3. Kadang-kadang batuk kering menjadi salah satu penyebabnya.
4. Pada kehamilan, biasanya serangan asma akan timbul pasa usia kehamilan 24
minggu sampai 36 minggu dan pada akhir kehamilan serang.

E. KATEGORI FREKUENSI BERATNYA FUNSI PARU TAHAPAN TERAPI


1. Mild intermittent:
a. gejala < 2 kali perminggu
b. Gejala malam < 2 kali perbulan
2. Mild gejala
a. >2 kali perminggu tapi tidak setiap hari
b. Gejala malam > 2 kali perbulan
3. Moderate persistent:
a. Gejala setiap hari
b. Gejala malam > 1 kali perminggu (diperlukan inhalasi kortikosteroid
penambahan teofilin oral)

F. KOMPLIKASI
Sedangkan pada ibu yang hipoksemia, respon fetus yang terjadi:
1. Menurunnya aliran darah ke talipusat dan uterus
2. Meningkatnya resistensi pembuluh darah paru dan sistemik
3. Menurunnya cardiac output
4. Keguguran
5. Persalinan premature

5
6. Pertumbuhan janin terhambat

G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Mencegah timbulnya stress
2. Fisioterapi: Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus.
Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
3. Orahraga ringan namun sering
4. Menghindari allergen : debu, asap

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Dari pemeriksaan fisik didapat penggunaan otot asesori, pulsus paradoxus > 120
mmHg, nadi > 120 kali permenit dan laju pernafasan > 30 kali permenit.
2. Analisa gas darah arteri harus didapatkan pada wanita hamil dengan serangan asma
akut.
3. Terapi oksigen 3 – 4 liter/menit dengan nasal cannula
4. Pemberian cairan intra vena yang mengandung glukosa jika pasien tidak
hiperglikemi dapat diberikan.
5. Inhalasi β2 agonis (terbutalin 2 mg) adalah pilihan bronkodilator untuk asma akut
pada wanita hamil seperti terhadap pasien yang tidak hamil. Pemberian inhalasi
dapat diulang sampai 3 kali, dengan jarak 20 – 30 menit. β2 agonis subkutan
(terbutalin 0,25 mg) dapat diberikan jika pemberian inhalasi tidak menunjukkan
perbaikan.
6. Obat local yang berbentuk inhalasi atau peroral seperti isoproterenol
7. Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik dapat diberikan kepada pasien asma untuk pengobatan
asma berat selama kehamilan. Walaupun demikian kemungkinan terjadinya efek
yang merugikan harus tetap diperhatikan. pemberian kortikosteroid sistemik yaitu
preeklampsi, prematur, berat badan lahir rendah dan kelainan.
8. Antikolinergik
Contoh dari obat ini adalah ipratropium bromide. Walaupun sedikit pengalaman
dengan obat ini, kelihatannya obat ini aman digunakan selama kehamilan.
Ipratropium bromide dapat digunakan pada wanita hamil dengan asma yang tidak
memberikan respon terhadap terapi dengan β2 agonis. Ini karena obat ini

6
diabsorbsi dengan buruk dengan penggunaan inhalasi dan tidak pernah diketahui
menyebabkan terjadinya kelainan kongenital.
9. Teofilin, infus aminofilin
10. Bronkodilator
Pemberian bronkodilator hirup misalnya isoproterenol yang akan memperlebar
penyempitan saluran udara pada paru-paru. Tetapi obat ini tidak boleh terlalu
sering digunakan.
11. Antibiotik
Antibiotik kemungkinan diperlukan untuk pengobatan infeksi oleh bakteri pada
penderita asma selama kehamilan. Penisilin, eritromisin dan sefalosporin aman
digunakan selama kehamilan

I. PENANGANAN ASMA SELAMA PROSES MELAHIRKAN


Mereka yang memperlihatkan gejala biasanya hanya memerlukan inhalasi
bronkodilator. Jika respon jelek maka diberikan metil prednisolon intravena. Untuk
penderita yang mendapat kortikosteroid secara reguler atau yang sering
mendapatkannya selama kehamilan, penambahan kortikosteroid parenteral
direkomendasikan untuk stres selama persalinan dan kelahiran yaitu 100 mg
hidrokortison intravena sewaktu mulai persalinan dan diteruskan dengan 100 mg
intravena setiap 8 jam selama 24 jam atau sampai tidak ditemukan komplikasi.
Dianjurkan untuk melanjutkan terapi profilaksis yang biasanya didapat (kromolin,
inhalasi kortikosteroid atau teofilin) selama persalinan. Dari data tersebut tidak ada
peningkatan induksi persalinan, penggunaan forseps atau seksio sesaria darurat untuk
wanita penderita asma. Penderita asma yang sangat berat dianjurkan untuk operasi
elektif pada waktu kontrol asmanya baik.
Prostaglandin E2 aman digunakan untuk induksi persalinan dan kontraksi uterus.
Penggunaan prostglandin F2α didindikasikan untuk perdarahan postpartum tetapi dapat
menyebabkan bronkokonstriksi. Penggunaannya untuk induksi persalinan dan
menstimulasi kontraksi uterus postpartum harus di hindarkan. Sebagai alternatif,
oksitosin dapat diberikan karena tidak menyebabkan bronkokonstriksi).

J. PERUBAHAN-PERUBAHAN HORMONAL YANG TERJADI SAAT


KEHAMILAN DAN PERSALINAN

7
1. Progesteron
Yang kadarnya meningkat pada masa kehamilan mempunyai efek langsung
terhadap pusat pernapasan (respiratory center) mentebabkan peningkatan frekuensi
pernapasan (respiratory rate), sehingga menyebabkan hiperventilasi. Progesteron ju
bersifat “smooth muscle relaxan” terhadap otot-otot polos usus, genitourinarius,
dan diduga pada otot-otot nronkus.
2. Estrogen
Kadarnya mneingkat saat kehamilan, terutama trimester ketiga. Pecora dan
kawan-kawan membuktikan strogen mempunyai efek menurunkan “diffusing
capacity” dari CO_2 pada paru-paru dan diduga ini terjadi sebagai akibat
menngkatnya asam mukopolisakharida perikapiler.

3. Kortisol
Kadarnya meningkat pada kehamilan, diduga sebagai akibat klirens kortisol
yang menurun, bukan karena sekresinya yang meningkat.
(Anonymous, 2007)

K. PENCEGAHAN AGAR TIDAK TERJADI SERANGAN ASMA SELAMA


HAMIL
1. Jangan merokok
2. Kenali faktor pencetus
3. Bila tetap mendapat serangan asma, segera berobat untuk menghindari terjadinya
kekurangan oksigen pada janin
4. Hanya makan obat-obatan yang dianjurkan dokter
5. Jangan memelihara kucing atau hewan berbulu lainnya.
6. Pilih tempat tinggal yang jauh dari faktor polusi, juga hindari lingkungan dalam
rumah dari perabotan yang membuat alergi. Seperti bulu karpet, bulu kapuk, asap
rokok, dan debu yang menempel di alat-alat rumah tangga.
7. Hindari stress dan ciptakan lingkungan psikologis yang tenang.
8. Sering-sering melakukan rileksasi dan mengatur pernafasan.

L. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Gas-gas Darah Arteri (GDA)

8
2. Foto Thorax
3. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :
a. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
b. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
c. Crede yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif: nama, umur, agama,pendidikan, pekerjaan, suku, alamat.
2. Anamnesa: Alasan datang, keluhan utama.
3. Riwayat menstruasi
4. Riwayat perkawinan: status perkawinan, menikah ke … , berapa tahun, usia
menikah.
5. Riwayat obstretic
6. Riwayat kehamilan sekarang: HPHT, HPL, ANC, kunjungan ANC meliputi
Trimester 1, trimester 2, trimester 3, imunisasi TT, pergerakan janin 24 jam.
7. Riwayat kesehatan:
Pasien dengan riwayat asma yang telah berlangsung sejak lama ditanya sejak
kapan, derajat serangan-serangan sebelumnya.
8. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari:
9. Pola istirahat
10. Pemeriksaan Fisik
Serangan yang parah dicurigai dari adanya sesak nafas pada waktu istirahat,
kesulitan mengucapkan kalimat, diaforesis atau penggunaan otot-otot pernafasan

9
tambahan. Kecepatan respirasi lebih besar dari 30 kali/menit, nadi berdenyut lebih
cepat dari 120 kali/menit
Gejala yang ditemui: wheezing sedang sampai bronkokonstriksi berat.
Bronkospasme akut dapat bergejala obstruksi saluran nafas dan menurunnya aliran
udara. Kerja system pernafasan menjadi meningkat drastis dan pada pasien dapat
dilihat gerakan dada yang tertinggal, wheezing atau kesukaran bernafas. Peristiwa
berikutnya pada refleks oksigen primer terjadi reflek ventilasi perfusi yang tidak
sepadan karena distribusi dari saluran udara (bronchus) secara merata tidak terjadi.

B. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas b/d adanya suara tambahan
NIC : pemantauan pernapasan
NOC : status respirasi
Activity :
• Pantau adanya sianosis dan pucat
• Pemamtauan pernafasan : auskultasi suara napas
• Ajarkan teknik batuk efektif
• Ajarkan posisi untuk mengoptinalkan pernafasan
• Ajarkan teknik relaksasi
2. Gangguan Perfusi Jaringan b/d penurunan suplai O2
NIC : pemantauan sirkulasi
NOC : perawatan sirkulasi
Activity :
• Pantau status cairan
• Dorong latihan rentang pergerakan sendi
• Hindari trauma kimia
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan masukan oral
NIC: Pengolaan nutrisi
NOC: Status gizi
Activity:
• Ketahui makanan kesukaan pasien
• Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

10
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kehamilan menyebabkan beberapa perubahan pada sistem pernapasan. Adaptasi
ventilasi dan struktural selama masa hamil bertujuan menyediakan kebutuhan ibu dan
janin. Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju
metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Janin
membutuhkan oksigen dan suatu cara untuk membuang karbondioksida.
Asma bronkiale merupakan penyakit paru-paru yang paling sering dijumpai
dalam kehamilan. Biasanya kehamilan tidak mempengaruhi asma bronkiale. Akan
tetapi, serangan asma dapat timbul dalam kehamilan, baik bertambah ataupun
berkurang. Kebanyakan penderita asma tidak mengalami kesulitan selama
berlangsungnya kehamilan, persalinan dan nifas.
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya
serangan. Tetapi tidak ada efek yang terlalu merugikan dari asma terhadap kehamilan,
baik terhadap ibu maupun janin. Perlunya penanganan untuk menghindari faktor-faktor
pencetus timbulnya asma seperti zat-zat alergi, infeksi saluran napas dan faktor psikis.
Penderita asma selama kehamilan perlu mendapatkan pengawasan yang baik agar
serangan asma tidak timbul atau dapat berkurang saat kehamilan.

11
B. SARAN
Setelah mahasiswa memahami dan mengerti tentang asuhan keperawatan pada
kehamilan asma, maka mahasiswa diharapkan :
1. Perlunya pengetahuan pada ibu hamil dengan asma tentang faktor-faktor pencetus
timbulnya asma dan menghindarinya secara intensif.
2. Pemilihan penggunaan obat-obat anti asma yang tepat pada saat kehamilan.
3. Ibu hamil dengan asma penting untuk mencegah timbulnya serangan yang
berulang, sehingga perlu menghindari faktor-faktor pencetus timbulnya asma.
4. Pentingnya penyuluhan mengenai penyakit asma dalam kehamilan pada penderita
dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Airlangga University Press. Amin, Muhammad dkk. 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya : Airlangga University Press.
Anonimous. 2007. Asma Bronkiale pada Kehamilan. Retrieved from:
http://www.jevuska.com/2007/04/01/asma-bronkiale-pada-kehamilan. Febrianti,
Erlina Mustika. 2008. Asma Bronkial dalam Kehamilan:
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/asma-bronkial-dalamkehamilan/.
Varney, Hellen dkk. 2003. Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta: EGC
Star, Winifred L. dkk. 2001. Ambulatory Obstetrics. San Fransisco: UCSF Nursing Press.
R. H. H Nelwan. 1995. Ilmu Penyakit dalam jilid 1 edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
Khamidah, Sity. 2013. Askep asma pada kehamilan.
http://wwwSkebasmadalamkehamilan.html
Prawirihardjo, Sarwono. 1991. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

12

Anda mungkin juga menyukai