Anda di halaman 1dari 9

A.

KEHAMILAN
1. DEFINISI
• Kehamilan didefinisikan secara berbeda-beda oleh beberapa ahli, namun pada
prinsipnya memiliki inti yang sama. Wiknjosastro (2009), mendefinisikan kehamilan
sebagai suatu proses yang terjadi antara perpaduan sel sperma dan ovum sehingga
terjadi konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari atau 40
minggu dihitung dari haid pertama haid terakhir (HPHT).

• Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)


kehamilan adalah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur matang pada
saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma, lalu keduanya menyatu
membentuk sel yang akan tumbuh.

• Manuaba, dkk (2012) memberikan definisi kehamilan secara berbeda. Kehamilan


adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi (pematangan
sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan
dan pertumbuhan zigot kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan
plasenta dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm)
(Manuaba, dkk., 2012).
• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian kehamilan mengacu pada
definisi hamil, yaitu kondisi di mana sel telur dibuahi oleh sel sperma hingga pada
akhirnya menghasilkan janin dalam rahim.

• World Health Organization (WHO) juga menjelaskan tentang definisi kehamilan atau
yang dalam Bahasa Inggris disebut sebagai pregnancy.
Menurut WHO, pregnancy atau kehamilan adalah proses sembilan bulan atau lebih di
mana seorang perempuan membawa embrio dan janin yang sedang berkembang di
dalam rahimnya.

Berdasarkan beberapa definisi kehamilan tersebut dapat disimpulkan bahwa kehamilan


merupakan bertemunya sel telur dan sperma yang telah matang sehingga terjadilah
nidasi dan tumbuh berkembang sampai aterm.
B. ASMA
1. DEFINISI
Asma adalah radang kronis pada jalan nafas yang berkaitan dengan obstruksi
reversible dari spasme, edema, dan produksi mucus dan respon yang berlebihan
terhadap stimuli. (Varney, Helen. 2003)
Asma dalam kehamilan adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas terutama
sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala periodik berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat, dan batuk yang ditemukan pada wanita hamil. Asma yang
terkendali dengan baik tidak memiliki efek yang berarti pada wanita yang hamil,
melahirkan ataupun menyusui. Asma mungkin membaik, memburuk atau tetap tidak
berubah selama masa hamil, tetapi pada kebanyakan wanita gejala-gejalanya
cenderung meningkat selama tiga bulan terakhir dari masa kehamilan. Dengan
bertumbuhnya bayi dan membesarnya rahim, sebagian wanita mungkin mengalami
semakin sering kehabisan nafas. Tetapi ibu-ibu yang tidak menderita asmapun
mengalami hal tersebut karena gerakan diafragma/sekat rongga badan menjadi
terbatas.
 
2. PENYEBAB
Sebagian besar penyempitan pada saluran nafas disebabkan oleh semacam 
reaksi alergi. Alergi adalah reaksi tubuh normal terhadap alergen, yakni zat-zat yang
tidak berbahaya bagi kebanyakan orang yang peka. Alergen menyebabkan alergi pada
orang-orang yang peka. Alergen menyebabkan otot saluran nafas menjadi mengkerut
dan selaput lendir menjadi menebal. Selain produksi lendir yang meningkat, dinding
saluran nafas juga menjadi membengkok. Saluran nafas pun menyempit, sehingga
nafas terasa sesak. Alergi yang diderita pada penderita asma biasanya sudah ada sejak
kecil. Asma dapat kambuh apabila penderita mengalami stres dan hamil merupakan
salah satu stress secara psikis dan fisik, sehingga daya tahan tubuh selama hamil
cenderung menurun, daya tahan tubuh yang menurun akan memperbesar
kemungkinan tersebar infeksi dan pada keadaan ini asma dapat kambuh. (Ilmu
Penyakit Dalam)
  Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma bronkiale atau sering
disebut sebagai faktor pencetus adalah :
a. Alergen
Alergen adalah sat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat menimbulkan
serangan asma, misalnya debu rumah, tungau debu rumah (Dermatophagoides
pteronissynus) spora jamur, serpih kulit kucing, bulu binatang, beberapa makanan
laut dan sebagainya.
b. Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza merupakan salah satu
faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asthma bronkiale. Diperkirakan
dua pertiga penderita asthma dewasa serangan asthmanya ditimbulkan oleh infeksi
saluran nafas (Sundaru, 1991).
c. Stress
Adanya stressor baik fisik maupun psikologis akan menyebabkan suatu keadaan
stress yang akan merangsang HPA axis. HPA axis yang terangsang akan
meningkatkan adeno corticotropic hormon (ACTH) dan kadar kortisol dalam
darah. Peningkatan kortisol dalam darah akan mensupresi immunoglobin A (IgA).
Penurunan IgA menyebabkan kemampuan untuk melisis sel radang menurun yang
direspon oleh tubuh sebagai suatu bentuk inflamasi pada bronkhus sehingga
menimbulkan  asma bronkiale.
d. Olahraga / kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asma bronkial akan mendapatkan serangan asma bila
melakukan olah raga atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda
paling mudah menimbulkan serangan asthma. Serangan asthma karena kegiatan
jasmani (Exercise induced asthma /EIA) terjadi setelah olah raga atau aktifitas fisik
yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olah raga.
e. Obat-obatan
Beberapa pasien asthma bronkiale sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti
penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.
f. Polusi udara
Pasien asma  sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap
rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau
yang tajam.
g. Lingkungan kerja
Diperkirakan 2-15% pasien asma bronkial pencetusnya adalah lingkungan kerja
(Sundaru, 1991).

3.TANDA DAN GEJALA


Keluhan yang biasanya dirasakan saat terjadi asma, yaitu :
a. Nafas pendek
b. Nafas terasa sesak dan yang paling khas pada penderita asma adalah terdengar
bunyi wising yang timbul saat menghembuskan nafas.
c. Kadang-kadang batuk kering menjadi salah  satu  penyebabnya
d. Pada kehamilan, biasanya serangan asma akan timbul pasa usia kehamilan 24
minggu sampai 36 minggu dan pada akhir kehamilan serangan jarang terjadi.

4. KLASIFIKASI ASMA
Klasifikasi Asma berdasarkan National Asthma Education Program (NAEPP) yaitu :
1. Asma Ringan
- Singkat (< 1 jam ) eksaserbasi symptomatic < dua kali/minggu.
- Puncak aliran udara ekspirasi > 80% diduga akan tanpa gejala.
2. Asma Sedang
- Gejala asma kambuh >2 kali / mingggu
- Kekambuhan mempengaruhi aktivitasnya
- Kekambuhan mungkin berlangsung berhari-hari
- Kemampuan puncak ekspirasi /detik dan kemampuan volume ekspirasi
berkisar antara 60-80%.
3. Asma Berat
- Gejala terus menerus menganggu aktivitas sehari-hari
- Puncak aliran ekspirasi dan kemampuan volume ekspirasi kurang dari 60%
dengan variasi luas
- Diperlukan kortikosteroid oral untuk menghilangkan gejala.

5. KOMPLIKASI
a. Pengaruh Asma Terhadap Kehamilan
Asma sewaktu kehamilan terutama asma yang berat dan tidak terkontrol dapat
menyebabkan peningkatan resiko komplikasi perinatal seperti preeklampsi, kematian
perinatal, prematur dan berat badan lahir rendah.
Pada asma yang sangat berat dapat mengakibatkan kematian ibu. Mekanisme
yang dapat menerangkan ini adalah hipoksia akibat dari asma yang tidak terkontrol,
akibat pengobatan asma, atau faktor patogenetis.
Walaupun beberapa mekanisme yang pasti belum diketahui tetapi dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa manajemen yang baik sewaktu kehamilan akan
memberikan hasil yang baik pada periode perinatal.
Penelitian Shiliang Liu terhadap 2193 wanita dengan asma dibandingkan
dengan 8772 wanita yang dipilih secara random sebagai kelompok kontrol di Canada,
menemukan bahwa asma pada ibu hamil secara signifikan berhubungan dengan
beberapa kondisi seperti kelahiran preterm, bayi kecil atau besar dari usia kehamilan,
preeklampsia, hipertensi selama kehamilan, perdarahan antepartum, korioamnionitis
dan persalinan dengan seksio sesar. Kelainan terhadap janin didapatkan bayi besar
dari usia kehamilan 12,4%, bayi kecil dari masa kehamilan 12,2% dan persalinan
preterm 10%.
Efek pada ibu :
Komplikasi untuk ibu pada asma yang tidak terkontrol adalah kemungkinan :
1. Abortus
2. Perdarahan vagina
3. Persalinan premature
4. Solusio plasenta 2,5%
5. Korioamnionitis 10,4%
Efek pada janin :
Kompensasi yang terjadi pada fetus adalah :
1. Menurunnya aliran darah pada uterus
2. Menurunnya venous return ibu
3. Kurva dissosiasi oksiHb bergeser ke kiri
Sedangkan pada ibu yang hipoksemia, respon fetus yang terjadi :
1. Menurunnya aliran darah ke tali pusat
2. Meningkatnya resistensi pembuluh darah paru dan sistemik
3. Menurunnya cardiac output
Asma yang tidak ditangani dapat menyebabkan BBLR (Berat badan Lahir
rendah). Jika ibu sering mengalami serangan asama selama hamil, maka dapat
menyebabkan suplai oksigen ke janin yang sangat diperlukan sel darah merah untuk
mengangkut nutrisi ke janin menjadi teganggu sehingga janin dapat mengalami
hipoksia dan pertumbuhannya menjadi terhambat (IUGR).

6. PENANGANAN/PENGOBATAN
a. Mencegah timbulnya stress
b. Mencegah penggunaan obat seperti aspirin  semacamnya yang dapat menjadi pencetus
timbulnya serangan
c. Pada penderita asma ringan dapat digunakan obat local yang berbentuk inhalasi atau
peroral seperti isoproterenol
d. Serangan asma yang ringan diatasi dengan pemberian bronkodilator hirup misalnya
isoproterenol yang akan memperlebar penyempitan saluran udara pada paru-paru.
Tetapi obat ini tidak boleh terlalu sering digunakan.
e. Serangan asma yang lebih berat biasanya diatasi dengan infus aminofilin.
Serangan asma yang sangat berat (status asmatikus) diatasi dengan pemberian infus
kortikosteroid. Jika terdapat infeksi, diberikan antibiotik.
f. Setelah suatu serangan, bisa diberikan tablet yang mengandung teofilin untuk
mencegah serangan lanjutan. Bronkodilator dan kortikosteroid banyak digunakan oleh
ibu hamil dan tidak menimbulkan masalah yang berat.
 
Obat asma dibedakan menurut fungsinya, yaitu obat untuk melebarkan saluran
nafas (bronkodilator) mengurangi bengkak saluran nafas (anti inflamasi), dan untuk
memudahkan pengeluaran lendir. Selain itu obat dapat diberikan melalui peroral, inhaler,
infuse, suntikan dan melalui rectal. Namun bagi ibu hamil yang paling aman digunakan
adalah melalui inhaler (Alupen efeknya paling keras, Ventolin, Bereotech, Inflamide
efeknya paling lembut ), karena efeknya tidak terlalu berdampak dan langsung focus pada
saluran nafas, selain itu dosisnya lebih kecil, sehingga relative tidak akan mempengaruhi
janin dalam kandungan.
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik
dan pengobatan farmakologik
a. Pengobatan non farmakologik
1) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
2) Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
3) Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
b. Pengobatan farmakologik
1) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberikan 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol (Alupent, metrapel).
2) Metil Xantin
Golongan metil xantin adalah aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
dewasa diberikan 125-200 mg 4x sehari.
3) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol (beclometason dipropinate)
dengan disi 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
4) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
5) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2x1 mg perhari. Keuntungannya
dapat diberikan secara oral.
6) Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
Pengobatan selama serangan status asthmatikus
1) Infus RL:D5  = 3:1 tiap 24 jam
2) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
3) Aminophilin bolus 5mg/kgbb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutkan drip RL atau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20
mg/kg bb/24 jam.
4) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara subkutan.
5) Antibiotik spektrum luas.

 
 
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2000. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC


Cunningha, F. Gary. 2006. Obstetric Williams. Edisi 21. Volume. 2. Jakarta: EGC
Doengoes, A. Marylin. 2000. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Jakarta: EGC
Manuaba, I Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Price, Sylvia & Wilson Lorraine. 2006. Buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai