KEHAMILAN
1. DEFINISI
• Kehamilan didefinisikan secara berbeda-beda oleh beberapa ahli, namun pada
prinsipnya memiliki inti yang sama. Wiknjosastro (2009), mendefinisikan kehamilan
sebagai suatu proses yang terjadi antara perpaduan sel sperma dan ovum sehingga
terjadi konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari atau 40
minggu dihitung dari haid pertama haid terakhir (HPHT).
• World Health Organization (WHO) juga menjelaskan tentang definisi kehamilan atau
yang dalam Bahasa Inggris disebut sebagai pregnancy.
Menurut WHO, pregnancy atau kehamilan adalah proses sembilan bulan atau lebih di
mana seorang perempuan membawa embrio dan janin yang sedang berkembang di
dalam rahimnya.
4. KLASIFIKASI ASMA
Klasifikasi Asma berdasarkan National Asthma Education Program (NAEPP) yaitu :
1. Asma Ringan
- Singkat (< 1 jam ) eksaserbasi symptomatic < dua kali/minggu.
- Puncak aliran udara ekspirasi > 80% diduga akan tanpa gejala.
2. Asma Sedang
- Gejala asma kambuh >2 kali / mingggu
- Kekambuhan mempengaruhi aktivitasnya
- Kekambuhan mungkin berlangsung berhari-hari
- Kemampuan puncak ekspirasi /detik dan kemampuan volume ekspirasi
berkisar antara 60-80%.
3. Asma Berat
- Gejala terus menerus menganggu aktivitas sehari-hari
- Puncak aliran ekspirasi dan kemampuan volume ekspirasi kurang dari 60%
dengan variasi luas
- Diperlukan kortikosteroid oral untuk menghilangkan gejala.
5. KOMPLIKASI
a. Pengaruh Asma Terhadap Kehamilan
Asma sewaktu kehamilan terutama asma yang berat dan tidak terkontrol dapat
menyebabkan peningkatan resiko komplikasi perinatal seperti preeklampsi, kematian
perinatal, prematur dan berat badan lahir rendah.
Pada asma yang sangat berat dapat mengakibatkan kematian ibu. Mekanisme
yang dapat menerangkan ini adalah hipoksia akibat dari asma yang tidak terkontrol,
akibat pengobatan asma, atau faktor patogenetis.
Walaupun beberapa mekanisme yang pasti belum diketahui tetapi dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa manajemen yang baik sewaktu kehamilan akan
memberikan hasil yang baik pada periode perinatal.
Penelitian Shiliang Liu terhadap 2193 wanita dengan asma dibandingkan
dengan 8772 wanita yang dipilih secara random sebagai kelompok kontrol di Canada,
menemukan bahwa asma pada ibu hamil secara signifikan berhubungan dengan
beberapa kondisi seperti kelahiran preterm, bayi kecil atau besar dari usia kehamilan,
preeklampsia, hipertensi selama kehamilan, perdarahan antepartum, korioamnionitis
dan persalinan dengan seksio sesar. Kelainan terhadap janin didapatkan bayi besar
dari usia kehamilan 12,4%, bayi kecil dari masa kehamilan 12,2% dan persalinan
preterm 10%.
Efek pada ibu :
Komplikasi untuk ibu pada asma yang tidak terkontrol adalah kemungkinan :
1. Abortus
2. Perdarahan vagina
3. Persalinan premature
4. Solusio plasenta 2,5%
5. Korioamnionitis 10,4%
Efek pada janin :
Kompensasi yang terjadi pada fetus adalah :
1. Menurunnya aliran darah pada uterus
2. Menurunnya venous return ibu
3. Kurva dissosiasi oksiHb bergeser ke kiri
Sedangkan pada ibu yang hipoksemia, respon fetus yang terjadi :
1. Menurunnya aliran darah ke tali pusat
2. Meningkatnya resistensi pembuluh darah paru dan sistemik
3. Menurunnya cardiac output
Asma yang tidak ditangani dapat menyebabkan BBLR (Berat badan Lahir
rendah). Jika ibu sering mengalami serangan asama selama hamil, maka dapat
menyebabkan suplai oksigen ke janin yang sangat diperlukan sel darah merah untuk
mengangkut nutrisi ke janin menjadi teganggu sehingga janin dapat mengalami
hipoksia dan pertumbuhannya menjadi terhambat (IUGR).
6. PENANGANAN/PENGOBATAN
a. Mencegah timbulnya stress
b. Mencegah penggunaan obat seperti aspirin semacamnya yang dapat menjadi pencetus
timbulnya serangan
c. Pada penderita asma ringan dapat digunakan obat local yang berbentuk inhalasi atau
peroral seperti isoproterenol
d. Serangan asma yang ringan diatasi dengan pemberian bronkodilator hirup misalnya
isoproterenol yang akan memperlebar penyempitan saluran udara pada paru-paru.
Tetapi obat ini tidak boleh terlalu sering digunakan.
e. Serangan asma yang lebih berat biasanya diatasi dengan infus aminofilin.
Serangan asma yang sangat berat (status asmatikus) diatasi dengan pemberian infus
kortikosteroid. Jika terdapat infeksi, diberikan antibiotik.
f. Setelah suatu serangan, bisa diberikan tablet yang mengandung teofilin untuk
mencegah serangan lanjutan. Bronkodilator dan kortikosteroid banyak digunakan oleh
ibu hamil dan tidak menimbulkan masalah yang berat.
Obat asma dibedakan menurut fungsinya, yaitu obat untuk melebarkan saluran
nafas (bronkodilator) mengurangi bengkak saluran nafas (anti inflamasi), dan untuk
memudahkan pengeluaran lendir. Selain itu obat dapat diberikan melalui peroral, inhaler,
infuse, suntikan dan melalui rectal. Namun bagi ibu hamil yang paling aman digunakan
adalah melalui inhaler (Alupen efeknya paling keras, Ventolin, Bereotech, Inflamide
efeknya paling lembut ), karena efeknya tidak terlalu berdampak dan langsung focus pada
saluran nafas, selain itu dosisnya lebih kecil, sehingga relative tidak akan mempengaruhi
janin dalam kandungan.
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik
dan pengobatan farmakologik
a. Pengobatan non farmakologik
1) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
2) Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
3) Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
b. Pengobatan farmakologik
1) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberikan 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol (Alupent, metrapel).
2) Metil Xantin
Golongan metil xantin adalah aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
dewasa diberikan 125-200 mg 4x sehari.
3) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol (beclometason dipropinate)
dengan disi 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
4) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
5) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2x1 mg perhari. Keuntungannya
dapat diberikan secara oral.
6) Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
Pengobatan selama serangan status asthmatikus
1) Infus RL:D5 = 3:1 tiap 24 jam
2) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
3) Aminophilin bolus 5mg/kgbb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutkan drip RL atau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20
mg/kg bb/24 jam.
4) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara subkutan.
5) Antibiotik spektrum luas.
DAFTAR PUSTAKA