Dosen Pengampu :
Dr. Dendi,SpOG
Disusun Oleh :
Calista Kheisya Delviana (P17324422014)
Deswitha Avrillia Maharanie (P17324422015)
Tanda khas dari asma berupa obstruksi saluran pernapasan yang reversibel akibat
konstriksi otot polos bronkus, kongesti vaskuler, produksi mukus yang kental, dan
edema mukosa saluran pernapasan. Selain itu, juga dijumpai adanya inflamasi saluran
pernapasan dan meningkatnya respon terhadap berbagai stimuli seperti iritan-iritan,
infeksi virus, aspirin, udara dingin, dan latihan fisik. Proses inflamasi disebaban oleh
respon sel mast, eosinofil, limfosit, dan epitelium bronkus yang mengakibatkan
disekresikannya mediator-mediator inflamasi seperti histamin, leukotrien,
prostaglandin, sitokin, dan lain sebagainya. IgE juga memegang peranan penting dalam
patofisiologi dari asma.
2.4 Efek Kehamilan Terhadap Asma
Tidak ada bukti bahwa kehamilan memiliki efek yang dapat diprediksi terhadap asma
yang telah ada sebelumnya. Gluck dan Gluck (2006) melaporkan bahwa sekitar
sepertiga kasus mengalami perberatan penyakit, sepertiga kasus lainnya mengalami
menifestasi klinis yang lebih ringan dibandingkan sebelum kehamilan, dan sepertiga
terakhir tidak mengalami perubahan manifestasi klinis asma sebelum dan sesudah
kehamilan. Namun, Hendler et al (2006) melaporkan bahwa wanita dengan tingkat
keparahan asma yang lebih berat memiliki kemungkinan eksaserbasi asma yang lebih
besar dalam kehamilan.
Secara umum, Schatz et al (2003) melaporkan bahwa sekitar 20% wanita dengan
tingkat keparahan asma ringan dan sedang akan mengalami eksaserbasi asma
intrapartum.
Menurut National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP), ibu dengan
pengobatan asma rutin sebelum kehamilan disarankan untuk tetap melanjutkan
pengobatan asma karena dinilai lebih aman daripada risiko yang mungkin timbul akibat
eksaserbasi asma karena penghentian pengobatan .
Selain membahayakan ibu hamil, serangan asma saat persalinan juga berdampak bagi
janin. Kematian janin dalam kandungan menjadi hal yang ditakuti akibat serangan
asma pada ibu hamil. Sesak napas yang muncul akibat kekurangan oksigen selama
serangan berlangsung dapat menyebabkan janin ikut kekurangan oksigen. Kondisi ini
ditandai dengan tidak adanya pergerakan janin dan denyut janin saat pemeriksaan
kandungan.
2.9 Penatalaksanaan Asma pada Akhir Kehamilan
Secara umum, obat untuk tata laksana asma pada akhir kehamilan dapat diberikan
seperti biasanya karena sudah tidak terjadi organogenesis. Sebagian besar obat
memiliki efek teratogenik hanya pada awal kehamilan. Paparan obat asma seperti
bronkodilator dan antiinflamasi tertentu selama periode tersebut dapat meningkatkan
risiko omfalokel, atresia esofagus, dan atresia rektal. Namun, risiko tersebut juga
masih terbilang kecil.
Obat-obatan asma yang dapat digunakan pada akhir kehamilan adalah golongan short-
acting β-agonists seperti salbutamol dan golongan kortikosteroid inhalasi seperti
budesonide dan fluticasone. Namun, meskipun kortikosteroid inhalasi dianjurkan,
kortikosteroid sistemik seperti prednison hanya disarankan bila gejala asma tidak
membaik dengan terapi lain.
2.11