Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.

1 Edisi Desember 2012

MODELTERPADU PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMBOTO


Riset Pengembangan Model melalui Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) di Kabupaten
Gorontalo, 2009

Razak H. Umar
Dosen IAIN Sultan Amai Universitas Gorontalo

Abstract
Watershed Conditions (DAS) Limboto has faced seriously problems of highly rates of erosion,
sedimentation, spread of critical land, shift functions of forests and rarity quality water of river as
a resutt of floods that always happen, water scarcity and the silting up of Lake Limboto. Therefore,
the research has conducted as an integral part ofan effort to develop a model ofintegrated
watershed management through mechanisms of payments for environment services (PES) and
identify institutional forms. Through Valuation Method and Dynamic System ver.2.5 with 84 people
of sample is found that preserving watershed area of Limboto will manage by integrated
watershed management through the mechanisms of Payments for Environmental Services (PES)
has potential to do in light of community participation and willingness to maintain the forest while
maintaining the sustainability of the future of Environment and to proven society of social-and
economic matters as has showed by analysis ofdynamic systems.
Key Words: Watershed managament, Payments for Environmental Services through education.

PENDAHULUAN tangkapan. Keberadaan hutan sebagai


daerah resepan air tentu sangat rentan
Terjadinya degradasi dan kerusakan
terhadap ancaman aktifitas manusia
lingkungan merupakan fakta bahwa
demikian halnya pada bagian hilir.
kemampuan sumber daya alam untuk
Timbulnya beragam permasalahan
menyediakan barang dan jasa yang
tersebut di atas di sebabkan oleh
dibutuhkan bagi pertumbuhan eko-
beberapa hal penting diantaranya;
nomi saat ini semakin menurun.
(1) bahwa pengelolaan DAS yang
(Meadows,1980:34). Dalam konteks
dilakukan masih bersifat sektoral.
perubahan lingkungan global, kondisi
Kebijakan otonomi daerah dalam tata
sumberdaya alam Indonesia dengan
kelola lingkungan hidup berimplikasi
mega-biodiversity diperhadapkan pada
adanya kebijakan ekonomi dan politik
masalah pencemaran lingkungan
yang berbeda antar wilayah, peme-
dan kerusakan kawasan Daerah
rintah daerah yang lebih mengejar
Aliran Sungai (DAS). Indikator
pertumbuhan ekonomi dan sering
kerusakan kawasan hutan saat ini
mengabaikan keseimbangan ekologi,
ditunjukan oleh bertambahnya status
(2) masih tingginya ancaman masyara-
DAS kritis dari tahun ke tahun.
kat untuk memanfaatkan hutan dalam
Kondisi DAS Limboto Propinsi menopang ekonomi keluarga, (3)
Gorontalo pun tak jauh berbeda dengan Pembuangan limbah domestik yang
DAS lainnya di Indonesia. Sebagai suatu berasal dari pemukiman penduduk
kesatuan tata air, DAS Limboto menyebabkan buruknya kualitas air
dipengaruhi oleh kondisi bagian hulu sungai, pada beberapa bagian di
khususnya kondisi biofisik daerah wilayah hilir air sungai berwarna hitam

11
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

dan bau yang menyengat. Pencemaran warga untuk membuka areal bagi
air sungai juga menyebabkan terkonta- pertanian dan perkebunan. Demikian
minasinya sumur-sumur dangkal halnya enceng gondok dan penggunaan
penduduk di wilayah hilir DAS alat tangkap ikan tradisional seperti
Limboto. (4) adanya pencemaran bibilo yang merusak ekosistem danau
sungai yang terjadi pada bagian hilir, dan mempercepat pendangkalan, Pada
maraknya pemukiman penduduk di tataran pengelolaan DAS Limboto,
bantaran sungai dan meningkatnya alih kebijakan pengelolaan belum mencer-
fungsi lahan menjadi areal perkebunan. minkan keterpaduan berbagai pihak
(5) belum adanya model pengelolaan dengan beragam kepentingan. Masing-
DAS Limboto terpadu yang menga- masing melaksanakan program dinas/
komodir beragam kebutuhan, baik kantor dan badan, upaya pengelolaan
kebutuhan masyarakat yang tinggal di DAS Limboto masih terbatas pada
daerah Hulu dan Hilir serta (6) upaya-upaya koordinatif lintas Satuan
minimnya dukungan kelembagaan. Kerja Perangkat Pemerintah (SKPD),
Pengelolaan DAS Limboto yang dapat NGO dan Perguruan Tinggi. Penge-
mewadahi berbagai kepentingan antar lolaan DAS Limboto belum mencer-
sektor dan pelaku. Lembaga yang dapat minkan terakomodirnya permasalahan
dipercayai, profesional dan akuntabel masyarakat di wiiayah tangkapan air
untuk mempertemukan dan menjaga serta kebutuhan masyarakat di wilayah
kesepakatan mekanisme PJL dalam hilir misalnya pengairan bagi petani,
upaya konservasi hutan dan keles- banjir dan kebutuhan air bagi PDAM
tarian Danau Limboto. Limboto.
Fakta atas kondisi DAS Limboto ini Kompleksitas permasalahan DAS
disebabkan sebagai akibat praktek dari Limboto tentunya tidak dapat diatasi
alih fungsi lahan menjadi areal dengan kebijakan dan program yang
perkebunan. Penggunaan lahan yang sifatnya parsial dan jangka pendek.
tidak sesuai dengan kaidah konservasi Karena itu mekanisme pengelolaan-
menyebabkan seringnya terjadinya nyapun haruslah memperhatikan
longsor, erosi sehinga siklus hidrologi esensi masalah dan keterpaduan antar
alamiah terganggu. Resepan air hujan sektor maupun aktor. Perlunya
ke dalam tanah berkurang, sebagian diinsiatif pendekatan pengelolaan DAS
besar menjadi air larian. Tekanan Limboto yang mengakomodir beragam
terhadap fungsi DAS Limboto juga kepentingan, pendekatan yang beru-
dipengaruhi oleh perilaku masyarakat paya mempertemukan masalah dan
yang bermukim di bagian tengah dan solusi pemecahannya. Pada tahun 2005
hilir sungai. Praktek yang terjadi pemerintah daerah melalui surat
misalnya; kebiasaan masyarakat keputusan Gubernur no 206 tahun
membuang sampah di sungai, perke- 2005 teiah membentuk Forum DAS
bunan pada lahan sempadan sungai Limboto beranggotakan Dinas terkait,
serta penggunaan pupuk anorganik di Perguruan Tinggi dan Masyarakat
kalangan petani. Aliran air sungai (NGO), namun belum sepenuhnya
menyempit, sungai tidak dapat dapat menekan laju kerusakan hutan
menampung besamya volume air dan pendangkalan Danau Limboto.
sehingga banjir dapat terjadi sewaktu- Minimnya kewenangan yang dimiliki
waktu. Di bagian hilir kondisi danau forum DAS serta ego sektoral dinas/
Limboto semakin menyempit, areal badan/kantor pemerintahan menye-
danau yang menjadi daratan digunakan babkan program pengelolaan DAS

12
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

Limboto masih bersifat parsial. lolaan SDA dan lingkungan yang lebih
Program rehabilitasi dan konservasi baik. Hal ini terutama didasarkan pada
hutan belum ditunjang oleh program kenyataan bahwa dalam banyak kasus
Dinas Pertanian melalui pengolahan manfaat privat dari upaya konservasi
tanah konservasi demikian halnya lebih rendah dari manfaat publik
dengan belum maksimalnya program (Binney,2004). Mekanisme insentif
pemberdayaan masyarakat miskin/ sebagai imbal jasa lingkungan adalah
terpencil oleh dinas Sosial. Pada sisi bertemunya keseimbangan (ekuilibi-
lainnya pihak PDAM Limboto yang rum) antara kesediaan menerima
menggandalkan sumber air di sungai imbalan (willingness to accept) dengan
Limboto (Biyonga) tidak mempunyai kemampuan membayar imbalan
upaya nyata perlindungan sumber- (willingness to pay) yang di dasarkan
sumber air di daerah tangkapan air. atas prinsip buttun up dan berkelan-
Masing-masing berjalan apa adanya jutan (Salim, 2010). Pendekatan
tanpa upaya yang sungguh-sungguh pengelolaan DAS Limboto melalui PJL
dan berkesinambungan. Sejumlah diharapkan dapat memenuhi hajat
permasalahan ini jika tidak dianti- hidup masyarakat yang tinggal di
sipasi, maka dikhawatirkan dapat hutan, petani dan pihak perusahaan
menimbulkan ketegangan dan bahkan Daerah (PDAM Limboto)
konflik akibat benturan kepentingan
manakala permintaan (demand) tidak ACUAN TEORETIK
lagi seimbang dengan ketersediaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan
sumber daya air untuk pemenuhannya Pengelolaannya
(supply). Oleh karena itu perlu upaya
secara proporsional dan seimbang David (2000:45) mengemukakan
antara pengembangan, pelestarian, dan bahwa Daerah Aliran Sungai di
pemanfaatan sumber daya air baik definisikan sebagai "a region or area
dilihat dari aspek teknis maupun aspek bounded peripherally by a water parting
legal. Pengelolaan yang menekankan (topographic divide) and draining
pada pendekatan pembayaran jasa ultimately to a particular watercourse
lingkungan melalui "one river, one plan, or body of water", sebagai sebuah
and one integrated management". kawasan
Pengelolaan DAS Limboto terpadu yang dibatasi oleh pemisah topografis,
melalui pendekatan Pembayaran Jasa yang menampung, menyimpan dan
Lingkungan (PJL) adalah upaya sadar mengalirkan curah hujan yang jauh di
seluruh komponen terkait untuk atasnya ke sungai utama yang
mengembalikan fungsi DAS sebagai- bermuara ke danau atau lautan.
mana mestinya. Pendekatan imbal jasa Definisi yang sama dikemukakan oleh
lingkungan adalah bagian dari upaya Linsley (1980:231) dan Sessa
meningkatkan taraf hidup masyarakat, (2007:126). Linsley menyatakan ; a
modal sosial dan pengakuan atas hak drainage basin is a watershed that
masyarakat akan membangkitkan collects and discharges its surface
motivasi seseorang/kelompok (agents) streatn flow through one specific area
mengelola sumber daya alam, mereka limits area set", atau suatu wilayah
diberikan akses serta insentif (Miskin, daratan yang secara topografik dibatasi
2001). Pemberian insentif ini sangat oleh punggung-punggung gunung yang
diperlukan, terutama berkaitan dengan menampung dan menyimpan air hujan
upaya-upaya konservasi dalam penge- untuk kemudian menyalurkannya ke

13
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

laut melalui sungai utama. Sessa keseluruhan suatu sistem flufial yakni :
menambahkan bahwa disamping (a) Bentuk geometrik DAS (b)
dibatasi oleh punggung bukit yang Karakteristik tanah, (c) jenis Vegetasi,
menjadi pemisah topografis juga oleh (d) aspek Hidrologi dan klimatologi. (e)
batuan sebagai pemisah bagian bawah aspek Hidrolika dan sedimentasi serta
tanah. Wilayah daratan DAS menurut (f) Aspek Geologi.
Asdak (2002:4) disebut dengan daerah
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
tangkapan air (catchment area) yang
(Watershed management) didefinisikan
terdiri dari sumberdaya alam dan
oleh Sutterland (1972:121) "is the
manusia sebagai pemanfaatnya. Dalam
management of all the natural resources
pengertian lain Isobel (1988:126)
of a drainage basin, to protect maintain
mengemukakan bahwa DAS sebagai
or improve its water yield. Pengelolaan
keseluruhan daerah kuasa (regime)
DAS dilakukan untuk mengatur
sungai yang menjadi alur pengatur
sumberdaya alam utama yaitu tanah
(drainage) utama, sehingga batas DAS
dan air. Suatu pengelolaan DAS yang
merupakan garis bayangan sepanjang
baik agar penggunaan tanah dan air
punggung pegunungan atau tebing/
dapat memperhitungkan prinsip
bukit yang memisahkan sistem aliran
konservasi untuk mencapai hasil yang
yang satu dari yang lainnya, atau satu
optimum, sebab tata guna lahan
kesatuan ekosistem didalamnya
termasuk jenis dan kerapatan tanaman
terdapat berbagai komponen yang
menggambarkan komponen utama
masing-masing memiliki struktur dan
yang mempengaruhi kapasitas tanah
fungsi yang saling terkait satu dengan
untuk menyerap air. Setiawan (1999 :
lainnya. Ekosistern DAS dibagi menjadi
34-36). Pengelolaan DAS secara
bagian hulu, tengah dan hilir. Masing-
terpadu mengisyaratkan adanya
masing bagian pada DAS secara
pemahaman komprehensif keterkaitan
biogeofisik menurut Asdak(2002:11-
antara komponen-komponen daur
15) mempunyai ciri-ciri tertentu.
hidrologi dan komponen penyusun
Terdapat beberapa istilah mengenai
ekosistem suatu DAS. Proses interaksi
DAS diantaranya; watershed, drainage
antara kegiatan dan pengaruhnya pada
basin, drainage area, atau river basin.
ekosistem DAS perlu diinventarisasi,
DAS terbentuk secara alamiah dalam
misalnya berkaitan dengan iklim, suhu
sebuah siklus hidrologi, dalam sistem
udara, presipitasi, tanah air larian, air
hidrologi ini karakteristik DAS akan
permukaan, air bawah tanah, kualitas
terkait secara spesifik dengan jenis
air, erosi, sedimentasi, perubahan iklim
tanah, tataguna lahan, topografi,
dan sistem sosial ekonomi, selain itu
kemiringan dan panjang lereng.
dalam kerangka keterkaitan biofisik
Karakteristik biofisik DAS ini akan
wilayah hulu-hilir suatu DAS patut
berpengaruh terhadap besar kecilnya
diperhatikan faktor kelembagaan dan
proses evapotranspirasi, infiltrasi,
pengaruh eksternalitasnya. Asdak
perkolasi, air larian, aliran permukaan,
(2002:5). Dalam konteks kelembagaan
kandungan air tanah dan aliran sungai.
DAS dinamika dan perkembangan
Asdak (2002:16). Kinori dan Mevarach
kelembagaan lokal akan sangat diten-
yang di kutip oleh Kodoatie (2002:43)
tukan oieh sejauh mana kelembagaan
menyebutkan bahwa terdapat
ini beradaptasi terhadap perubahan
sejumlah faktor yang berpengaruh
sosial yang terjadi. Secara empiris,
terhadap karakteristik hidrolik suatu
kemampuan beradaptasi tersebut
DAS yang merupakan bagian dari
dapat ditelaah dari aspek historis dan

14
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

riwayat masing-masing kelembagaan pelaksanaan (Actuating), pengawasan


lokal di DAS tersebut. Tingkat dan pengendalian (Controlling).
kemampuan beradaptasi ditunjukkan
Keempat aspek ini menjadi bagian yang
oleh sejauh mana tingkat keberlanjutan
saling mempengaruhi dan menguatkan.
kelembagaan (institutional sustaina-
Pengelolaan DAS yang baik akan
bility). Ukuran tingkat keberlanjutan
tergantung pada kematangan dalam
kelembagaan tersebut menurut
perencanaan serta kualitas evaluasi
Usmara (2003:76) dapat dinilai berda-
program pengelolaan. Pengelolaan DAS
sarkan variabel-variabel partisipasi,
terpadu merupakan mekanisme
good governance, kompleksitas, dan
pemanfaatan, perlindungan dan
derajat kemorosotan (deterioration).
pelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS)
Meinzen Dick et al., dan Dinar et al, terhadap aspek perencanaan, pengor-
dalam Fauzi (2007:180) menjelaskan ganisasian, pelaksanaan, serta
bahwa pentingnya peran kelembagaan monitoring dan evaluasi melalui
pada tingkat komunal dalam proses pendekatan holistik dan partisipatif
alokasi sumberdaya air khususnya dalam satu kesatuan fisik, biologi,
melalui alokasi berdasarkan pengguna sosial, ekonomi dan politik pengelolaan
(user based). Norma sosial yang DAS yang berkelanjutan dan
merupakan bagian dari aspek kelem- berkeadilan. Keterpaduan pengelolaan
bagaan akan memberikan insentif dibangun secara partisipatif dan
untuk konservasi jika didukung oleh berkesinambungan antar berbagai
aturan penggunaan air yang berlebi- pihak untuk kepentingan kesejahteraan
han. Demikian halnya organisasi efektif bersama.
yang dilandasi oleh kepercayaan (trust)
akan menghasilkan tingkat efesiensi
yang tinggi dalam pengelolaan sumber Pembayaran Jasa Lingkungan
daya air tanpa kepercayaan seperti itu, The Regional Forum on Payment
transaksi pembayaran untuk layanan Schemes for Environmental Services in
lingkungan tidak mungkin Watersheds merumuskan bahwa
berkelanjutan, transpa-ran, dan efektif. pembayaran Jasa Lingkungan (PJL)
The Regional Forum on Payment didefinisikan sebagai mekanisme
Schemes for Environmental Services in kompensasi dimana penyedia jasa
Watersheds tahun, 2003 telah (service providers) dibayar oleh
merumuskan sejumlah syarat lainnya penerima jasa (service users). Transaksi
yang perlu diperhatikan agar ini bersifat sukarela (voluntary) yang
pengelolaan jasa lingkungan berhasil melibatkan paling tidak satu penjual
dengan baik adalah: (a) Adanya proses (one seller), satu pembeli (one buyer)
partisipasi antar pelaku dalam serta jasa lingkungan yang terdefinisi
pengambilan keputusan. (b) Adanya dengan baik (well-defined environ-
transparansi dalam pembayaran. (c) mental service). Dalam hal ini menurut
Adanya kejelasan atas hak dan Wunder (2005:27) berlaku prinsip-
kewajiban dan (d) Adanya lembaga
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerahprinsip bisnis(DAS)
Aliran Sungai "hanya membayar bila
Limboto
pengelola jasa lingkungan. Selanjutnya jasa telah diterima". Dalam konteks
dalam pengelolaan kelembagaan yang pengelolaan DAS, PJL didefinisikan
baik George R Terry (2005:23) menge- sebagai implementasi mekanisme
mukakan empat fungsi manajemen pasar untuk memberi kompensasi
yakni: perencanaan (Planning), pengor- kepada pemilik lahan (upstream
ganisasian (Organizing), penggerakan tandowners) di hulu dalam rangka

15
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

memelihara atau mengubah suatu kontrol untuk mengendalikan peman-


penggunaan lahan yang dapat mempe- faatan lingkungan yang cenderung
ngaruhi ketersediaan (availability) berlebihan serta telah terjadi alokasi
dan/atau mutu (quality) sumberdaya yang salah (misallocation) dalam
air di hilir (downstream water penggunaan faktor produksi. Ketiadaan
resources). Konsep Pembayaran jasa ukuran dan harga pada barang atau
lingkungan ini terkait interaksi antara jasa lingkungan dapat menyebabkan
konsep ekologi dan ekonomi, ouput kegagalan pasar yang dapat memper-
dari proses ekologi menjadi input bagi cepat terjadinya degradasi lingkungan.
proses ekonomi, demikian pula Memberikan harga terhadap jasa
sebaliknya, Nick (2002:3-15). Hukum lingkungan akan membantu melaku-
Thermodinamika dalam energi di kan mekanisme kontrol dalam meman-
dalam sistem ekologi memperjelas faatkan dan mengendalikan lingku-
keterkaitan proses ini. Jasa lingkungan ngan. Valuasi Ekonomi lingkungan
yang terkait dengan fungsi ekosistem memberikan beberapa pilihan-pilihan
DAS dapat menurut Rosa (2004:21) (making choices) untuk pemanfaatan
diklasifikasikan menjadi: (1) jasa Sumber daya alam dan lingkungan
penyediaan (provisioning services), (2) (yang dinikmati oleh publik) dari
jasa pengaturan (regulating services), berbagai alternatif yang ada. Terdapat
(3) jasa cultural (cultural services), dan beberapa kriteria yang dapat
(4) jasa pendukung (supporting digunakan untuk menilai berjalannya
services). Rosa mengemukakan bahwa skema PJL diantaranya ; (a) aspek
konsep PES ini dapat diterapkan pada konteks, (b) pelaku, (c) pembayaran
pengelolaan DAS, konservasi keaneka- dan sistem pembayaran, (d)
ragaman hayati dan carbon segues- pelaksanaan serta (e) monitoring dan
tration. Sejalan dengan ini Wunder evaluasi. Untuk penilaian sumber daya
(2005:67) mengidentifikasi terdapat 4 alam dan lingkungan yang bersifat non-
(empat) tipe jasa lingkungan yang saat pasar, Fauzi (2007:213) mengemu-
ini mengemuka, yaitu carbon seques- kakan terdapat dua teknik penilaian
tration and storage, perlindungan yakni penilaian langsung (revealed
kehati, perlindungan DAS dan peles- Willingness to Pay)" dan Penilaian tidak
tarian keindahan bentang alam. langsung (survei). Beberapa metode
yang dapat digunakan untuk
Mekanisme PES digagas atas fakta
memberikan nilai pada jasa lingkungan
bahwa tingginya laju degradasi
adalah Willingness to Pay (WTP).
lingkungan hidup dan sumber daya
Penilaian harga air dengan Willingness
alam (SDA). Laporan Millennium
to Pay (WTP) dan Willingness to accept
Ecosystem Assessment (MEA) menyim-
(WTA) dilakukan dengan cara
pulkan bahwa dua pertiga jasa
menanyakan secara langsung kepada
lingkungan yang terkait dengan
pengguna jasa lingkungan tentang
kesejahteraan manusia sedang menga-
berapa nilai atau harga yang akan
lami degradasi atau dimanfaatkan
diberikan atas jasa lingkungan tertentu
secara tidak berkelanjutan (MEA
yang biasa disebut dengan Contingent
2002). Oleh karena itu Emil Salim
Valuation Method, (CVM). Analisa
(2010:21) menyatakan perlunya
kesediaan membayar atau menerima
pemberian nilai (harga) pada setiap
kompensasi dapat dilakukan dengan
jasa lingkungan, tidak adanya harga
melihat variasi kompensasi yang diha-
lingkungan menyebabkan sistem pere-
rapkan oleh masing-masing konsumen.
konomian tidak memiliki mekanisme

16
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

Model Sistem Dinamik memasukan data ke dalam model SFD,


Sistem adalah kumpulan obyek yang (d) melakukan simulasi model dan
saling berinteraksi dan bekerja sama melakukan validasi. Berdasarkan
untuk mencapai tujuan logis dalam beberapa kajian teoretik dan konsep-
suatu lingkungan yang kompleks. tual tersebut di atas maka yang
Obyek yang menjadi komponen dari dimaksud pemodelan sistem dinamis
sistem dapat berupa obyek terkecil dan dalam penelitian ini adalah deskripsi
bisa juga berupa sub-sistem atau logis dari sistem yang disederhanakan
sistem yang lebih kecil lagi (Forrester, dalam upaya pengelolaan Daerah
1982:3). Salah satu cara untuk dapat Aliran Sungai (DAS) secara terpadu
merancang, menganalisis dan mengo- agar mudah dipahami, dianalisis dan
perasikan suatu sistem adalah dengan dikembangkan dalam realitas. Model
melakukan pemodelan. Model adalah pengelolaan DAS Terpadu dalam pene-
suatu penggambaran abstrak dari litian ini adalah pengelolaan DAS yang
sistem dunia nyata untuk aspek-aspek dilaksanakan secara integratif dan
tertentu, atau merupakan penyeder- menyeluruh melalui: (i) perencanaan,
hanaan sistem, karena sistem sangat (ii) pengorganisasian, (iii) pelaksanaan,
kompleks, tidak mungkin membuat dan (iv) monitoring dan evaluasi terha-
model yang dapat mengambarkan dap komponen-komponen; biofisik dan
seluruh proses yang terjadi dalam sosial-ekonomi melalui mekanisme
sistem Manetch (1997). Model disusun pembayaran jasa lingkungan oleh
dan digunakan untuk memudahkan masyarakat hulu dan masyarakat hilir
dalam pengkajian sistem karena sulit secara sukarela, transparan dan
dan hampir tidak mungkin untuk partisipatif.
bekerja pada keadaan sebenarnya. Oleh
karena itu, model hanya memper-
hitungkan beberapa faktor dalam METODOLOGl PENELITIAN
sistem untuk mencapai tujuan yang Penelitian ini bertujuan untuk menga-
telah ditetapkan sebelumnya (Harta- nalisis potensi jasa lingkungan DAS
sari, 2007). Model bertujuan untuk Limboto untuk mengintegrasikannya
memudahkan pemahaman mengenai dalam pengelolaan DAS secara terpadu
sistem yang diamati, memudahkan serta menemukenali model kelemba-
dilakukannya manipulasi dan eksperi- gaan DAS Limboto yang terpadu dan
men-eksperimen dalam usaha kolaboratif melalui mekanisme pemba-
pemecahan masalah. Jenis permodelan yaran jasa lingkungan. Penelitian ini
dapat dilakukan melalui simulasi berlokasi di DAS Limboto Propinsi
komputer misalnya dengan system Gorontalo yang merupakan DAS
dynamics. Asumsi yang digunakan prioritas karena penopang sumberdaya
dalam paradigma system dynamics air dan lingkungan serta kelestarian
adalah bahwa struktur fenomena Danau Limboto. Sampel dalam
merupakan suatu kumpulan (assembly) penelitian ini adalah informan terpilih
dari struktur-struktur kausal yang yang berada di wilayah hulu dan hilir
melingkar dan tertutup (causal loop Sub DAS Biyonga DAS Limboto.
structure). Untuk melakukan pemode- Karakteristik sasaran penelitian ini
lan sistem, Boedhi (2001:36) menge- adalah informan masyarakat dan
mukakan siklus permodelan yakni : (a) petani terpilih yang berada di wilayah
konseptualisasi, (b) menetapkan hulu dan hilir Sub DAS Biyonga DAS
variabel stock dan variabel flow (c) Limboto serta stakeholder sebagai

17
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

informan kunci teknik pengumpulan


data yang dilakukan melalui
wawancara menggunakan kuesioner Permasalahan
Pengumpulan Data Desain Model
dan Focus group Discussion (FGD). AnalisisKebutuhan
Data/informasi penelitian diperoleh
dan dihimpun dari data sekunder
berupa publikasi resmi pemerintah
daerah, Forum, DAS dan Badan 1. Analisis
Data
pengelola DAS Limboto serta hasil-
hasil studi lainnya mengenai
pengelolaan DAS terpadu dan PES di Model Terpadu Imple- 2. Desain
Indonesia. PengelolaanDAS 5. Validasi
mentasi
Penelitian ini menggunakan metode
3. Telaah
kualitatif deskriptif melalui pendekatan
4. Simu-
pengembangan model pengelolaan lasi
Daerah Aliran Sungai (DAS) terpadu,
dengan pertimbangan bahwa informasi
mengenai pengelolaan DAS dan lui mekanisme Payment on Environ-
bentuk-bentuk kelembagaan yang mental Services (PES) yang diterapkan
mendukung mekanisme pengelolaan dengan pendekatan kebijakan harga air
dapat diperoleh melalui wawancara diharapkan mampu mengatasi masalah
dan fokus group discussion. Adapun ketersediaan air. Dana yang berasal
langkah-langkah yang ditempuh dalam dari PES dialokasikan untuk membia-
pengembangan model Pengelolaan DAS yai pengelolaan lingkungan hutan dan
Limboto adalah seperti terlihat pada lahan melalui pengelolaan DAS
gambar berikut ini. Limboto yang terpadu agar fungsi tata
Desain pengembangan model pengelo- air berkelanjutan.
laan DAS Limboto secara terpadu Kesiapan kelembagaan masyarakat
dilakukan dengan prinsip simbiosis yang partisipatif dan dipercaya
mutualisme dalam tata keseimbangan menjadi syarat penting untuk pemben-
alam, dimana melalui mekanisme tukan kelembagaan dalam mekanisme
pembayaran jasa lingkungan diharap- pembayaran jasa lingkungan. Kelemba-
kan menjadi komplemen dari upaya gaan ini dapat dilakukan atas inisiatif
konservasi pengelolaan hutan dan pemerintah, masyarakat atau pihak
DAS secara lestari. Upaya ini bertujuan swasta. Menyatukan beragam kepen-
memberikan insentif bagi masyarakat tingan antar hulu dan hilir membutuh-
yang memelihara lingkungan dan kan kapasitas dan kapabilitas pengelola
bukan memungut pajak tambahan. yang baik. Selain itu ketidaksigapan
pengelola dan lemahnya struktur
Pengelolaan DAS terpadu menjadi kelembagaan kadang menjadi pemicu
kunci pengelolaan DAS yang berke- gagalnya implementasi mekanisme
lanjutan. Rehabilitasi dan konservasi pembayaran jasa lingkungan di DAS
hutan/lahan di DAS Limboto termasuk Limboto. Egoisme sektoral dan domi-
tata guna lahan yang tepat diperlukan nasi kepentingan elit birokrasi dan
untuk menjaga keberlanjutan DAS dan politik perlu diminimalisir agar kelem-
stabilitas ketersediaan air. Koreksi bagaan DAS Limboto tetap berkesinam-
kegagalan pasar jasa lingkungan mela- bungan. Adapun kerangka konsep

18
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

desain pengembangan Model Pengelo- (marginal user cost, MUC) dan (c) Biaya
laan DAS Limboto Terpadu melalui lingkungan marginal (marginal
mekanisme Pembayaran Jasa Lingku- environmental cost, MEC).
ngan dapat dilihat pada gambar
berikut.

Suplai Air

Masyarakat Legalitas Masyarakat


Hilir Hulu
Legislasi

Petani Asosiasi P3AI


Konservasi
Masyarakat Iuran Air Pemda PEMBIAYAAN Rehabilitasi

PDAM HTR
Otorita

Community Capacity
Riset Action Plan
Assesment Building

Suplai Dana

Kerangka Konsep Model Pengembangan DAS Limboto Terpadu


Melalui Pembayaran Jasa Lingkungan

Untuk melakukan penilaian terhadap Untuk mendeskripsikan secara logis


jasa lingkungan yaitu penilaian mengenai sistem pengelolaan Daerah
terhadap harga air, dalam penelitian ini Aliran Sungai (DAS) secara terpadu
menggunakan dua pendekatan yakni; agar mudah dipahami, dianalisis dan
Contingent Valuation Method (CFM) dan dikembangkan dalam realitas, maka
Full Cost Pricing. Contingent Valuation dilakukan analisis pemodelan sistem
Method (CVM) adalah penilaian harga dinamik. Penyederhanaan sistem
air dengan cara menanyakan secara dinamis ini terutama untuk menilai
langsung pengguna jasa lingkungan pengelolaan DAS yang dilaksanakan
tentang berapa nilai atau harga yang secara integratif dan menyeluruh
akan diberikan atas jasa lingkungan. melalui : perencanaan, pengorganisa-
Terdapat dua cara yang digunakan sian, pelaksanaan serta monitoring dan
yakni melaiui Willingness to Pay (WTP) evaluasi terhadap komponen-kompo-
dan Willingness to Accept (WTA). nen biofisik dan sosial-ekonomi melalui
Pendekatan perhitungan harga air mekanisme pembayaran jasa lingku-
dengan metode Full cost pricing dilaku- ngan oleh masyarakat hulu dan
kan pada tiga komponen pembiayaan masyarakat hilir secara sukarela,
masing-masing : (a) Biaya Produksi transparan dan partisipatif. Bentuk
Marginal (Marginai production cost; permodelan yang digunakan adalah
MPC), (b) Biaya hilangnya kesempatan sistem dinamik dengan menggunakan
untuk memanfaatkan sumber daya perangkat lunak Power Simulation
alam, pembiayaan ini termasuk dalam (POWERSIM 2.5) Pemodelan ini dipilih
kategori biaya pemanfaatan marjinal karena sangat relevan dengan

19
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

karakteristik objek penelitian yang yang dialami (Willengness to Accept;


berpijak pada sistem ekologi DAS. WTA) dan kedua, pendekatan Full Cost
Pricing untuk menghitung nilai penga-
Adapun langkah-langkah dalam simu-
daan air berdasarkan nilai investasi
lasi permodelan tersebut adalah:
pengadaan infrastruktur dan biaya
Pertama, memetakan masalah berda-
sosial. Nilai Kesediaan Membayar
sarkan data lapangan. Yang hasilnya
(Willingness to Pay-WTP) Masyarakat
berupa diagram Simpal Kausal (Causal
di wilayah Hilir.
Loop Diagram. Kedua, bentuk diagram
Simpal Kausal selanjutnya dilakukan Berdasarkan hasil perhitungan harga
sistem pengelolaan DAS terpadu air melalui pendekatan WTP/WTA dan
melalui Stock Flow Diagram (SFD). Full Cost Pricing maka diperoleh
Pada tahap ini dilakukan pemasukan beberapa pilihan penetapan harga air
data kedalam model komputer tersebut untuk DAS Limboto sebagai berikut :
yang menggunakan perangkat lunak Pilihan pertama, Jika model penge-
POWERSIM 2.5. Tahap Ketiga adalah lolaan DAS Limboto akan diarahkan
melakukan Validasi dan Uji Sensitifitas. pada mekanisme pembayaran jasa
Muhammadi, Erman Aminullah dan lingkungan di sektor Pertanian maka
Budhi Soesilo (2001: 3-6). potensi pembiayaan pemeliharaan
hutan yang terkumpul dari petani
Selanjutnya informasi model ini untuk
adalah Rp. 86.656.5QO,-/tahun. Biaya
analisis model pengembangan pengelo-
ini belum termasuk perhitungan jasa
laan dan kelembagaan DAS Limboto.
lingkungan pada PDAM Limboto yang
Analisis kelembagaan menggunakan
menggunakan sumber air sungai
metode eksploratif yang dilakukan
Biyonga. Pilihan kedua, Jika model
dengan menganalisis aktor-aktor
pengelolaan DAS Limboto akan diarah-
(stakeholder) terkait dengan pengelo-
kan pada mekanisme pembayaran jasa
laan DAS. Analisis ini difokuskan pada
lingkungan melalui upaya penghijaun
aspek-aspek manajemen DAS Limboto
kembali lahan-lahan kritis di daerah
yakni perencanaan, pengorganisasian,
hulu, maka potensi pembiayaan
pelaksanaan serta monitoring dan
melalui pendekatan perhitungan Full
evaluasi. Aspek-aspek ini menjadi
Cost Pricing berbeda sesuai jenis
acuan untuk menilai hal-hal penting
saluran irigasi. Besarnya biaya mulai
terkait tahapan pengembangan skema
dari Rp 1.927.302 s.d Rp 3.238.146
PJL baik menyangkut aspek teknis,
para pelaku, sistem pembayaran,
pelaksanaan dan sistem monitoring Pengembangan Model Pengelolaan
dan evaluasinya. DAS Terpadu melalui PJL di DAS
Limboto
HASIL PENELITIAN Pengembangan Model Pengelolaan DAS
Perhitungan Harga Air Terpadu yang dilakukan berdasarkan
Perhitungan nilai ekonomi jasa lingku- simulasi model terhadap harga air pada
ngan pada penelitian ini dilakukan harga Rp. 491.003 diperoleh bahwa
melalui dua pendekatan : pertama, hingga pada tahun 2050 kondisi hutan
Contingent Valuation Methode yakni di kawasan DAS Limboto akan terjaga
perhitungan jasa lingkungan berda- serta meningkatnya kesejahteraan dan
sarkan kesediaan membayar (Willeng- ketersediaan air. Jika mekanisme PJL
ness to Pay; WTP) dan kesediaan untuk dilakukan maka pada tahun 2050 luas
menerima kompensasi atas kerugian DAS Limboto termasuk di dalamnya

20
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

hutan mencapai 7,192 Ha naik 24.791 skema PJL dapat ditempuh dengan
ha dan kenaikan nilai Pembayaran Jasa melakukan penyempurnaan kelem-
lingkungan mencapai Rp. 1.261.649 bagaan pengelolaan DAS yang ada
dari Rp. 491.003 tahun 2009. Simulasi secara terpadu melalui mekanisme
model ini juga menunjukan bahwa PJL. Pengembangan skema ini
terjadi peningkatan tingkat pendapatan bertujuan untuk upaya konservasi
masyarakat hingga sebesar Rp. hutan dengan mengusahakan alter-
4.973.409. Ketersediaan air pun natif pembiayaan perlindungan
demikian, hingga tahun 2050 tersedia ekosistem DAS Limboto, mening-
air yang akan dialirkan dari hutan yang katkan kesejahteraan masyarakat
terjaga sebesar 1.812.165 m3/detik. dan meminimalisasi potensi konflik
Kondisi ini terjadi saat jumlah antar warga masyarakat hulu dan
penduduk di kawasan DAS Limboto hilir. Selain itu perlunya dukungan
pada tahun 2050 mencapai 66.371 peraturan yang memberi rasa
Jiwa. Hasil selengkapnya dapat dilihat kapastian hukum bagi pihak-pihak
pada tabel Simulasi Pembayaran Jasa yang terlibat dalam imbal jasa
Lingkungan Di DAS Limboto. lingkungan, sebab prinsip kesukare-
Kelayakan dan Efektiftas Model laan (voluntary basis) yang meru-
Pengembangan Pengelolaan DAS pakan basis mekanisme imbal jasa
Terpadu melalui PJL di DAS Limboto lingkungan sangat rentan adanya
ketidakpatuhan sehingga merugikan
Konsep Pengembangan Model Penge- banyak pihak. Dalam konteks penge-
lolaan DAS Limboto Terpadu dilakukan lolaan DAS Limboto skema imbal
melalui pendekatan mekanisme PJL. jasa lingkungan perlu diorientasikan
Fokus pengembangan diarahkan pada pada upaya konservasi DAS dan
empat subsistem penting dalam penge- kesadaran untuk tidak mengomer-
lolaan yang meliputi : sub sistem fungsi sialkan air, dengan demikian potensi
hutan, sub sistem ketersediaan air, sub skema Imbal jasa lingkungan akan
sistem kependudukan dan sub sistem berfungsi sebagai instrumen
kesejahteraan/pendapatan yang saling pengendali alokasi optimal peman-
berkaitan dengan kondisi hutan yang faatan SDA dapat diwujudkan.
terjaga akan memberi arti ketersediaan
air bagi kehidupan. Pertambahan popu- 2. Para Pelaku
lasi penduduk tiap tahun membutuh- Pelaku dalam transaksi PJL pada
kan ketersediaan air yang diperlukan dasarnya terdiri dari penyedia jasa
bagi proses peningkatan kesejahteraan. (provider) dan penerima manfaat
Terjaminnya kesejahteraan mendu- (user), untuk menjembatani kepenti-
kung berjalannya mekanisme pemba- ngan kedua pihak biasanya dibutuh-
yaran jasa lingkungan di DAS Limboto kan perantara (mediator). Keterli-
sehingga pendanaan untuk pembia- batan pihak-pihak ini membutuhkan
yaan rehabilitasi hutan dan lahan di suatu Badan, asosiasi/forum yang
kawasan hutan di DAS Limboto. dapat bertindak sebagai pengelola
Tahapan pengembangan Skema PJL di dana, pelaksana kegiatan dan penja-
DAS Limboto dapat dilakukan pada min atas terlaksananya kesepaka-
aspek-aspek penting yakni: tan-kesepakatan secara efisien dan
efektif. Badan Pengelola ini dapat
1. Aspek Konteks
difungsikan sebagai koordinator
Berdasarkan konteks wilayah DAS pelaksanaan pengelolaan ditingkat
Limboto, maka pengembangan sumber air. Cakupan kerja Badan

21
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

Pengelola ini meliputi seluruh dapat dilakukan dengan lebih baik.


wilayah DAS Limboto. Untuk menja- Demikian halnya
min efisiensi, efektifitas dan Kompetensi mengelola perlu diisi
akuntabilitas maka badan Pengelola dengan tenaga-tenaga yang memiliki
perlu melibatkan unsur-unsur kompetensi dalam pengelolaan
Pemerintahan Propinsi, Kabupaten/ ekosistem DAS, mempunyai integri-
Kota, masyarakat (LSM dan tas, dan syarat-syarat lainnya yang
Perguruan Tinggi), dan wakil-wakil akan diputuskan kemudian. Dalam
providers dan users perlu dibentuk. hal mekanisme PJL di DAS Limboto
3. Sistem Pembayaran maka terdapat beberapa mekanisme
yang dapat dilakukan untuk upaya
Nilai kesepakatan pembayaran
imbal jasa lingkungan pada dasarnya konservasi di wilayah hulu, yakni
pembayaran dapat dilakukan
ditentukan berdasarkan mekanisme
dengan sejumlah uang yang
mempertemukan kepentingan dan
dimasukkan dalam tarif palanggan
keinginan para pihak yang akan
air oleh pihak PDAM Limboto atau
terlibat dalam transaksi PJL, oleh
oleh petani melalui pemberian
karena itu untuk mencapai kesepa-
barang/bahan yang digunakan
katan bersama dalam skema PJL DAS
untuk pembangunan infrastruktur
Limboto, maka perlu diperhatikan
pelayanan kesehatan dan pendi-
kepemilikan informasi tentang
dikan di daerah hulu (Desa
potensi ekonomi jasa air, kejelasan
Dulamayo dan Kelurahan Biyonga).
klaim atas biaya kompensasi,
Cara lain misalnya dengan membe-
mekanisme negosiasi. Faktor-faktor
rikan pembayaran dalam bentuk
ini biasanya sangat berpengaruh
bibit tanaman bagi masyarakat.
terhadap hasil akhir nilai
kesepakatan. Agar mekanisme ini 5. Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
berjalan dengan baik maka duku- Pelaksanaan monitoring dan
ngan peraturan akan membantu evaluasi dilakukan secara partisi-
memberikan kepastian kontinuitas patif oleh masyarakat maupun
pembayaran serta pertanggung- kalangan NGO dan Perguruan Tinggi
jawaban pengelolaan. di Gorontalo. Tahapan Monev dalam
4. Pelaksanaan skema ini diarahkan pada keselu-
Pada tahapan ini dibutuhkan suatu ruhan proses pengembangan skema
perencanaan pengelolaan jasa air PJL di DAS Limboto baik dari aspek
yang baik. Ketiadaan pengelola pada fisik, keuangan, kesepakatan
tingkat tapak (sumber-sumber air) kerjasama maupun status penca-
akan meningkatkan risiko dan paian kelestarian sumberdaya air
ketidakpastian akan kelestarian dalam DAS. Proses evaluasi dan
(kuantitas dan kualitas) sumber air. pengendalian dilakukan pada
Jaminan kuantitas dan kualitas tingkat pertama dilakukan oleh
barang/jasa yang dipertukarkan pengelola tingkat tapak bersama-
akan meningkat pula. Oleh karena- sama dengan PDAM, dengan pihak
nya kehadiran pengelola pada yang berkepentingan lainnya,
tingkat tapak dan Badan Pengelola sedangkan evaluasi untuk level DAS
pada tingkat DAS sangat diperlukan, dilakukan oleh Badan Pengelola
sehingga proses-proses manajemen yang hasilnya dilaporkan kepada
Badan Pengawas, Badan Pengawas

22
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

dapat melakukan cross-check. instansi yang menangani suatu urusan


Apabila diperlukan dapat melibat- tertentu, sedangkan koordinasi kewi-
kan tenaga ahli dari luar dan layahan terhadap dua atau lebih
melibatkan stakeholder lainnya. wilayah dengan program tertentu
dibawah pelaksanaan dan pengen-
dalian kepala wilayah. Beberapa model
Bentuk Kelembagaan DAS Limboto kelembagaan yang dapat digunakan
Terpadu untuk implementasi imbal jasa
Pengelolaan DAS yang Terpadu lingkungan adalah :
mensyaratkan tata kelola organisasi Pilihan pertama, mekanisme Pemba-
yang baik pada tahap perencanaan, yaran Melalui organisasi pemakai/
pengorganisasian, implementasi serta pengguna air. Bahwa dalam rangka
monitoring dan evaluasi (MONEV). menjaga fungsi Dumalayo untuk
Koordinasi yang kuat diharapkan penyediaan air, sebagai mekanisme
seperti jaring laba-laba yang saling pembayaran PJL dapat diinisiasi oleh
menguatkan. Tugas dan fungsi tidak pengguna melalui kelompoknya
akan berjalan jika didominasi masing-masing. Petani dapat melalui
kelompok dan personal tertentu, organisasi Petani Pengguna Pemakai
apabila salah satu jejaring dalam tidak Air (P3AI), pelanggan PDAM melalui
seimbang, maka akan menimbulkan asosiasi pelangan atau dapat pula
konflik, dan tidak dapat menciptakan melalui pengelola Danau Limboto yang
suasana harmonis antar lembaga, yang terintegrasi dengan pengelolaan DAS
akhirya akan menghambat pencapaian Limboto. Model ini dapat dimulai
tujuan dari forum DAS Limboto. melalui inventarisasi kebutuhan para
Kesuksesan suatu forum dalam pengguna dalam komunitasnya, serta
melakukan koordinasi sangat erat kapasitas sumber daya yang tersedia.
hubungannya dengan personal know- Pilihan kedua, Mekanisme Pembayaran
ledge dan perilaku stakeholders yang Melalui Forum DAS Limboto. Penga-
terlibat. Oleh karena itu jaringan turan terhadap mekanisme PJL di DAS
kerjasama antar lembaga dalam forum Limboto dapat diorganisir melalui
hendaklah dilakukan secara transpa- wadah forum DAS. Forum DAS Limboto
ran, independen, netral dan profesional ini adalah sebuah wadah bersama
dalam menghadapi permasalahan yang pemangku kepentingan yang bersifat
terkait dengan DAS Limboto. Lembaga- independen dan terbuka, bertugas
lembaga yang terkait perlu melakukan melakukan koordinasi dengan berbagai
pemantapan mekanisme kerja dengan pihak misalnya kepada pihak regulator
memahami ketentuan dan aturan (pemerintah dan legislatif), implemen-
koordinasi yang berlaku. Dalam hal ini tator (badan, dinas, kantor teknis
pemerintah kabupaten/kota di Propin- terkait), developer (dan pihak donor),
si Gorotalo (kabupaten Gorontalo, valuator (perguruan tinggi auditor
kabupaten Gorontalo Utara dan kota independen) dan pihak user pengguna
Gorontalo) dapat melakukan koordi- (pihak industri, masyarakat pengguna
nasi melalui koordinasi fungsional, air PDAM dan petani).
instansional, dan kewilayahan. Koor-
Pilihan ketiga, Mekanisme Pembayaran
dinasi fungsional dilaksanakan antara
melalui Pemerintah Daerah. Sembilan
dua atau lebih intansi yang mempunyai
puluh persen wilayah DAS Limboto
progam yang berkaitan erat, koordinasi
berada di wilayah administrasi kabupa-
instansional terhadap beberapa

23
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

ten Gorontalo, Letak kewilayahan ini Limboto secara terpadu. Selain itu
berpotensi dikelola melalui pengaturan aspek legalitas, kapasitas dan infra-
PJL untuk kepentingan rehabilitasi strukur kelembagaan menjadi bagian
hutan dan konservasi tanah. Peme- yang perlu diperhatikan. Pembentukan
rintah daerah yang mempunyai Organi- kelembagaan ini dapat diinsiasi oleh
sasi pemerintah kecamatan dan kelura- pihak pemerintah, masyarakat atau
han/desa yang dapat dimobilisasi. Perguruan Tinggi. Penginsiatif dapat
melakukan sosialisasi, studi-studi
kelayakan agar memperoleh dukungan
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI dan kesepakatan bersama. Kesepa-
Kesimpulan katan sebaiknya dituangkan dalam
bentuk peraturan yang mengikat.
Pertama, bahwa potensi yang terdapat
di DAS Limboto dapat dikembangkan Rekomendasi Kebijakan
dengan model pengelolaan DAS Mekanisme pembayaran jasa lingku-
Limboto secara terpadu melalui
ngan yang dipaduserasikan dalam
mekanisme PJL. Hal ini didasarkan atas pengelolaan Daerah Aliran Sungai
pertimbangan bahwa hasil simulasi (DAS) terpadu begitu kompleks dan
model melalui sistem dinamik
tidak mudah. Meskipun demikian
menunjukan bahwa jika mekanisme kesadaran akan tanggungjawab
PJL ini dijalankan dalam pengelolaan manusia sebagai wakil tuhan di bumi
DAS Limboto maka akan terjadi
(khalifah) mendorong upaya bersama
perubahan signifikan terhadap kondisi menyelamatkan lingkungan hidup yang
hutan, kondisi sosial dan ekonomi sernakin rusak. Oleh karena itu,
masyarakat di DAS Limboto. Melalui
kaitannya dengan pengelolaan DAS
pengembangan model ini sumber- dalam satu kesatuan sistem hidrologi
sumber air tetap terjaga dan dan keterpaduan pengelolaanya, maka
pendangkalan Danau Limboto akibat
beberapa hal yang dapat dilakukan
sedimentasi dapat dikurangi. Meskipun kedepan sebagai sumbangsih saran
demikian faktor-faktor pertumbuhan kebijakan adalah:
penduduk dan desakan pembukaan
lahan dan kebutuhan pemukiman Pertama, Pemerintah atau pemerintah
penduduk menjadi bagian yang perlu daerah dapat melakukan pengelolaan
diperhatikan. DAS dalam satu kesatuan hidrologis.
Pengelolaan yang hendak memadukan
Kedua, untuk mendukung dilaksana- komponen-komponen ekologi, ekono-
kannya model pengelolaan DAS mi dan sosial. Pendekatan pengelolaan
Limboto terpadu ini, maka dapat
melalui mekanisme Pembayaran Jasa
dipilih beberapa bentuk kelembagaan Lingkungan (PJL) misalnya dapat
yang ada misalnya berupa forum menjadi altematif pemecahan permasa-
pelanggan PDAM Limboto, Kelompok
lahan DAS yang semakin kompleks.
Petani Pengguna Air, Forum DAS
Limboto maupun kelembagaan yang Kedua, dalam kerangka pengembangan
diinsiasi/dibentuk oleh pemerintah. model pengeloiaan melalui pendekatan
Agar mekanisme ini berjalan dengan PJL, maka dukungan kelembagaan
baik, maka keterlibatan dan menjadi penting. Oleh karena itu
kepercayaan berbagai pihak sangat kelembagaan yang ada dapat berupa
penting untuk menjamin kelangsungan kelembagaan formal maupun sosial
dan keberlanjutan pengelolaan DAS yang berkembang dalam masyarakat.

24
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

Modal sosial dan kearifan lokal yang pengelolaan DAS Limboto ditengah
dimiliki, perlu dikelola kearah yang keterbatasan dana karena besarnya
lebih baik, memperhatikan beragam investasi yang dibutuhkan. Mekanisme
kepentingan antar sektor dan pelaku. imbal jasa lingkungan cukup potensial
saat ini.
Ketiga, kelembagaan Forum DAS
Limboto yang ada agar dapat direvi- Keenam, perlunya dukungan legalitas
talisasi baik kapasitas maupun tata (peraturan) pemerintah terhadap hak
kelola organisasinya. Hal ini penting pengelolaan dan kepemilikan (property
mengingat semakin kompleksitasya right) atas sumber daya air akan sangat
permasalahan DAS, kelangkaan sumber membantu mewujudkan tata kelola
daya air dan potensi diimplemen- DAS yang berkelanjutan. Pengakuan
tasikannya pembayaran imbal jasa hak ini (acces, witdrawal, dan exclusion)
lingkungan, membutuhkan kesiapan terutama bagi masyarakat komunal
kelembagaan yang kuat dan kesigapan lokal yang dekat dengan sumber daya
pengelola. Demikian halnya partisipasi air. Penegasan hak-hak ini akan
berbagai pemangku kepentingan mendorong terjadinya proses pertuka-
menjadi kunci sukses pengelolaan DAS ran antara pengguna di hulu dengan di
Limboto secara terpadu melalui pende- hilir, sehingga lebih mudah menerap-
katan pembayaran jasa lingkungan. kan pendekatan pembayaran jasa
Keempat sebagai langkah awal lingkungan dalam pengeloiaan DAS
implementasi pengelolaan DAS secara terpadu di kabupaten Gorontalo.
terpadu sepatutnya pengidentifikasian
permasalahan dan potensi DAS DAFTAR FUSTAKA
Limboto secara kompehensif dapat 1. Arifin, Bustanul. Transaction Cost
dilakukan. Mengingat keterbatasan Analysis of Lowland-upland Relations
cakupan dan waktu penelitian ini, in Watershed Services; Lessons from
maka perlu diiakukan penelitian lebih Community-Based Forestry Manage-
menyeluruh berbagai aspek terkait ment in Sumatera, Indonesia.
dengan penilaian jasa lingkungan DAS Ouarterly Journal of Interational
Limboto. Misalnya mengenai kearifan Agricuture, Vol 45(4)
lokal, modal sosial, kapasitas kelem- 2. Asdak, Chay. Hidrologi dan
bagaan masyarakat, adaptasi dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
mitigasi bencana serta peluang Yogyakarta : Gadjah Mada University
perdagangan karbon, CDM dan REDD+. Press, 2004
Kelima Dalam rangka memulihkan dan 3. Chapman, Duane. Environmental
mendayagunakan sungai dan pemeli- Economics; Theory, Applications, and
haraan kelestarian DAS Limboto, maka Policy.; Wesley Longman, Inc 1999.
diperlukan kebijakan (peraturan) 4. Callan Scott J & Janet M Thomas.
pemerintah yang mengatur tentang Environmental Economics and Mana-
pengelolaan DAS terpadu melalui gement ; Economy, Policy, and Appli-
pendekatan pembayaran jasa lingku- cations. The Dryden Press, 2000.
ngan. Usaha ini sejak dini dapat 5. Dixon, John. A And Maynard. M
digalakkan dengan membangun Hufschmidt. Economic Valuation
kesadaran bersama tentang pentingnya Techniques For The Environment : A
perlindungan pada sumber-sumber air Case Study Workbook. The Johns
di hulu DAS Limboto. Instrumen Hopkins Univesity Press. 1986.
ekonomi menjadi alternatif bagi

25
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012

6. Dharmawan.A.H. Sistem tata pemeri- Marwoto, Ir. dkk Evaluasi tutupan


ntahan sumber daya alam dan ling- lahan untuk produksi air berkelan-
kungan di DAS Citanduy. Perspektif jutan. Jurnal Geografi, Vol. 1 Januari
Politik ekologi, Project Working 2008.
Paper Series(09) Environmental 12. Prasetyo L.B, Perubahan penutupan
Partnership System. PSP-IPB beker- /penggunaan lahan, degradasi lahan
jasama dengan Partnership for dan upaya penanggulangannya. Studi
Govemance Reform in Indonesia kasus di daerah Citanduy. Pusat Studi
UNDP, Bogor 2005 pembangunan IPB tahun 2005
7. Fauzi, Akhmad Ph.D Ekonomi 13. Randall J.F Bruins & Matthew T.
Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Heberling, Economics and Ecological
Teori dan Aplikasi. Jakarta; Gramedia Risk Assesment; Aplications to Water-
Pustaka Utama 2006. shed Magamenet. New York : CRC
8. Forrester, Jay W. Principles Of Sys- Press Rosa, Herman K Susan and D
tems ,text and workbook Chapters 1 Leopoldo. Compensation for Ecosys-
through 10. MIT Press Cambridge, tem Services and Rural Communities;
Massachusetts, and London, 1982. Lessons from the Americas. El
9. Garrod, Guy J. Economic Valuation of Savador : Prisma 2.004.
The Environment ; Methods and Case Regulasi, pedoman dan Laporan
Studies. Adward Elgar Press, 1999. terkait DAS
10. Ginting, Sabar. Peluang & Tantangan
Jasa Lingkungan dalam Era Perdaga- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
ngan Bebas. Makalah Lokakarya tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Posisi Jasa lingkungan Indonesia Lingkungan Hidup
dalam menghadapi era perdagangan PP Rl Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Bebas, Jakarta: Kementerian Lingku- Pembagian Urusan Pemerintahan
ngan Hidup, 25 Juni 2003. Antara Pemerintah, Pemerintahan
11. Insist Press, Pengelolaan Daerah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Aliran Sungai : sebuah pendekatan Dasrah Kabupaten/Kota.
Negosiasi. Yogyakarta : cet II, 2008
Kodoatie, Robert J Ph.D dan Roestam PP Rl Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Sjarief, Ph.D, Pengelolaan Sumber Pengelolaan Sumber Daya Air
Daya Air terpadu. Yogyakarta , Andi Pedoman Teknis Pengelolaan Daerah
Offset 2008, Jakarta, Yarsif Watam- Aliran Sungai Terpadu. TKPSDA Tahun
pone, 2006 2003.

26
Razak H. Umar : Model Terpadu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto

Anda mungkin juga menyukai