Anda di halaman 1dari 61

PENGARUH PENGUNGKAPAN BALANCE SCORECARD

TERHADAP KINERJA KEUANGAN (FINANCIAL


PERFORMANCE) DENGAN COST OF EQUITY SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Jasa Transportasi Se-Asia
Tenggara pada tahun 2008-2019 )

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi


Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Ahmad Fadhila Pinayani
144020308

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2020
PENGARUH PENGUNGKAPAN BALANCE SCORECARD
TERHADAP KINERJA KEUANGAN (FINANCIAL
PERFORMANCE) DENGAN COST OF EQUITY SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Jasa Transportasi Se-Asia
Tenggara pada tahun 2008-2019 )

DRAFT SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi


Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Ahmad Fadhila Pinayani
144020308

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2020
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar


pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan, seberapa besar
pengaruh moderasi Cost of Equity dalam pengungkapan Balance
Scorecard terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
verifikatif. Populasi dari penelitian ini adalah Sektor Transportasi
penerbangan Asia Tenggara yang terdaftar di SKYTRAX periode
2008-2019 sebanyak 4 perusahaan. Metode penelitian sampel
menggunakan teknik purposive sampling dengan total 4 perusahaan
yang memenuhi kriteria.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji asumsi klasik,
analisis korelasi, moderarating regresion analysis, pengujian hipotesis
menggunakan uji t, dan koefeisien determinasi. Pengolahan data
menggunakan E-Views 11 student version.
Berdasarkan penelitian ini menunjukan bahwa Balance
Scorecard berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
, sedangkan Cost of Equity memoderasi pengaruh Balance Scorecard
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan berpengaruh positif terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan.
Kata Kunci:Non Financial Measures, Balance Scorecard, Value Relevance,
Capital Asset Pricing Methods, Cost of Equity dan Return on Assets (Kinerja
Keuangan).
ABSTRACT

This research aims to find out how much profitability affects the value of the
company, how much the moderation of Cost of Equity influences the balance
scorecard disclosure on the Company's Financial Performance.
The research method used is descriptive and verifiative analysis. The
population of this study is southeast Asian aviation transportation sector registered
with SKYTRAX for 2008-2019 as many as 4 companies.The sample research
method uses purposive sampling techniques with a total of 4 companies that meet
the criteria.
Data analysis is conducted using classic assumption tests, correlation analysis,
moderarating regresion analysis, hypothesis testing using t test, and koefeisien
determination.Data processing using E-Views 11 student version.
Based on this research shows that Balance Scorecard has a positive effect on
the Company's Financial Performance, while the moderation of Cost of Equity
balance scorecard relationship to the Company's Financial Performance negatively
impacts although it is not significant and cost of equity moderation positively
affects the relationship of Value Relevance Assessment to the Company's Financial
Performance.
Keywords: Non Financial Measures, Balance Scorecard, Value Relevance,
Capital Asset Pricing Methods, Cost of Equity and Return on Assets.
PERNYATAAN

(Program Studi Strata 1)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik sarjana, baik di Universitas Pasundan maupun di perguruan tinggi
lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembingbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis jelas dicantumkan sebagai acuan
dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam
daftar nama pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.

Bandung, Oktober 2020


Yang membuat pernyataaan

(Ahmad Fadhila Pinayani)

NRP 144020308
PENGARUH PENGUNGKAPAN BALANCE SCORECARD
TERHADAP KINERJA KEUANGAN (FINANCIAL
PERFORMANCE) DENGAN COST OF EQUITY SEBAGAI
VARIABEL MODERASI

DRAFT SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi


Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan

Bandung, Oktober 2020


Mengetahui,

Pembimbing,

Isye Siti Aisyah, SE., M.Si, Ak., CA

Dekan, Ketua Program Studi Akuntansi,

Dr. Atang Hermawan, SE., M.SIE. Ak., Isye Siti Aisyah, SE., M.Si, Ak., CA

KATA PENGANTAR
Assalammu’laikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

usulan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengungkapan Balance Scorecard

Terhadap Kinerja Keuangan (Financial Performance) dengan Cost Of Equity

sebagai Variabel moderasi (Studi Kasus Perusahaan Sektor Jasa

Transportasi Penerbangan Se-Asia Tenggara pada tahun 2008-2019”, sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pasundan.

Dalam penyusunan penelitin ini, penulis tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Untuk

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda.

Penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang tentunya penulis

belum mampu membalas pengorbanan Ayahanda Bapak Ani

Pinayani , dan Ibunda Ibu Lina Marlina Susana yang telah

membesarkan, mendidik dan akan selalu memberikan doa restu,

perhatian, kasih sayang, serta dukungan yang tidak ternilai harganya

demi kelancaran dan keberhasilan penulis dalam segala hal. Serta

kepada yang terhormat Ibu Isye Siti Aisyah, SE., M.Si, Ak., CA

selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan,

arahan, saran, dan pemikirannya, serta bersedia meluangkan waktunya

untuk membantu penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.

Tidak lupa dalam kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis


menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Eddy Yusuf, Sp., M.Si., M.Kom. Selaku Rektor

Universitas Pasundan.

2. Dr. Atang Hermawan, SE., M.SIE. Ak., Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Dan Bisnis Universitas Pasundan.

3. Isye Siti Aisyah, SE., M.Si, Ak., Selaku Ketua Program studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pasundan.

4. Mochammad Ridwan, S.E., Ak., M.Si., CA. Selaku Sekertaris Program

Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pasundan.

5. Budi Septiawan, SE., M.Ak.selaku Dosen Wali.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Pasundan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis

selama proses perkuliahan. Dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis Universitas Pasundan.

7. Saudara dan orang-orang terdekat keluarga yang selalu mendukung dan

memberikan penulis pembelajaran hidup.

8. Teman – teman kelas AK-F 2014 yang mendukung dan membantu dalam

perkuliahan Rizal, Restu, Rully, Razi, Trisna, Herdanang, dan semua

mahasiswa Akuntansi UNPAS 2014.


Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi

yang positif bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Allah

SWT membalas semua amal dan kebaikan kepada pihak-pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan usulan penelitian ini. Amin.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, Oktober 2020


Peneliti

Ahmad Fadhila Pinayani


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GRAFIK vii
DAFTAR TABEL viii
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian 11
a. Identifikasi Masalah 11
b. Rumusan Masalah 11
1.3. Tujuan Penelitian 12
1.4. Kegunaan Penelitian 13
1.4.1. Kegunaan Teoristis 13
1.4.2. Kegunaan Praktis 14
1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian 15

BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 16


2.1. Kajian Pustaka 16
2.1.1. Teori Sinyal (Signaling Theory) 16
2.1.2. Teori Agen (Agency Theory) 16
2.1.3. Pengungkapan Balance Scorecard 18
2.1.4. Performance Perusahaan 19
2.1.6. Cost of Equity 19
2.1.7. SKYTRAX 20
2.2. Kerangka Pemikiran 21
2.2.1. Pengaruh Pengungkapan Balance Scorecard terhadap Performance Perusahaan
21
2.2.2. Besarnya Cost of Equity memoderasi Pengaruh Pengungkapan Balance Scorecard
terhadap Performance Perusahaan 21
2.3. Hipotesis 25
BAB III : METODE PENELITIAN 26
3.1. Pendekatan Penelitian 26
3.2. Variabel Penelitian 26
3.3. Unit Analisis dan Unit Observasi 27
3.3.1. Unit Analisis 27
3.3.2. Tempat Penelitian 27
3.4. Definisi Variabel dan Pengukurannya 27
3.4.1. Variabel Independen 28
1. Non Financial Measures 28
2. Value Relevance 32
3.4.2. Variabel Moderasi 34
1. Definisi Cost of Equity 35
2. Pengukuran Cost of Equity 35
3.4.3. Variabel Dependen 36
1. Definisi Kinerja36
2. Pengukuran Kinerja 37
3.5. Operasional Variabel 38
3.6. Populasi dan Sample 41
3.6.1. Populasi 41
3.6.2. Sample 42
3.6.3. Teknik Sampling 43
3.7. Kriteria Penilaian Variabel 44
3.7.1. Kriteria Balance Scorecard 44
3.7.2. Kriteria Capital Assets Return 45
3.7.3. Kriteria Capital Assets Pricing Model 46
3.7.3. Kriteria Penilaian Earning Return on Assets 46
3.8. Analisis Assosiatif (Verifikatif) 49
3.8.1. Uji Asumsi Klasik 50
1. Uji Normalitas 50
2. Uji Multikolinearitas 51
3. Uji Heteroskedastisitas 52
4. Uji Autokorelasi 53
3.8.2. Uji Hipotesis 54
3.8.3. Analisis Parsial 57
3.8.4. Analisis Regresi Moderasi 57
3.9. Koefisien Determinasi 58
3.10. Model Penelitian 61
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan .......................................................................
BAB IV : Kesimpulan dan Saran .......................................................................................
Daftar Pustaka ix
Lampiran-lampiran xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Tabel Operasional Variabel Independen, Moderasi dan Dependen38


Tabel 1.2. Populasi Industri Penerbangan di Asia Tenggara terdaftar di SKYTRAX 41
Tabel 1.3. Tabel Scale Balance Scorecard 45
Tabel 1.4. Kriteria Capital Ratio 46
Tabel 1.5. Kriteria Earning Ratio 49
Tabel 1.6. Uji Statistik Durbin-Watson 54
Tabel 1.7. Pedoman untuk memberikan Interprestasi koefisien korelasi 58
DAFTAR GAMBAR
Earning After Tax Garuda Indonesia, AirAsia dan Singapore Airlines (dalam USD) 8
Biaya Operasional Garuda Indonesia, AirAsia dan Singapore Airlines(dalam USD) 8
Model Penelitian 60
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan industri pesawat terbang komersial yang semakin meningkat

pasca-Perang Dunia ke-2 itu dimanfaatkan oleh para negara yang mempunyai

maskapai penerbangan nasional, termasuk juga negara-negara di Asia Tenggara yang

tergabung dalam ASEAN. Maskapai-maskapai itu memainkan peranan penting

sebagai penyambung antar-wilayah dan antar-pulau, sebagai penyambung antara satu

negara dengan negara lainnya, sebagai transportasi diplomatik, dan juga transportasi

pariwisata yang mendatangkan keuntungan ekonomis bagi maskapai-maskapai

tersebut.

Salah satunya Indonesia yang merupakan negara yang berpenduduk besar terdiri

dari beberapa pulau yang potensi ditiap pulau berbeda-beda. Sehingga ada

perusahaan-perusahaan maskapai penerbangan yang didirikan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat banyak dengan tujuan yang berbeda-beda. Adapun definisi

perusahaan sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003 adalah Setiap

bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik

persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang

mempekerjakan pekerja buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk

lain.

Namun seiring berjalannya perusahaan tersebut setiap adanya konsumen yang

membutuhkan jasa tersebut pasti ada biaya dan beban yang membutuhkan modal.

Adapun Modal menurut Munawir (2006:19) adalah hak kekayaan perusahaan yang

terdiri atas kekayaan yang disetor atau yang berasal dari luar perusahaan dan

kekeyaan itu hasil aktivitas usaha itu sendiri. Dengan nilai jual yang ditawarkan

perusahaan berbeda-beda maka permodalan pasti berbeda dalam kinerja perusahaan


mampu memenuhi kebutuhan konsumen tersebut ada kalanya perusahaan

meningkatkan biaya operasional yang melebihi kekuatan modal dimilikinya maka dari

itu setiap perusahaan memerlukan investor jangka panjang.

Investasi adalah penanaman modal untuk salah satu atau lebih aktiva yang

dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan

keuntungan di masa-masa yang akan datang berdasarkan kutipan dari Sunariyah

(2011:4). Namun setiap investor yang menanamkan sahamnya berharap mendapatkan

keuntungan yang sebesar-besarnya maka dari itu Investor memerlukan laporan

perusahaan. Laporan perusahaan berupa informasi akuntansi dan berkelanjutan

(Sustainability reporting) Karena menilai kinerja tidak hanya finansialnya saja karena

non financial juga berpengaruh terhadap kinerja financial.

Maka dari itu berdasarkan penelitian Beaver 2002 (dalam Puspitaningtyas, 2010;

2012) pengungkapan non finansial merupakan informasi penting bagi investor

semakin banyak informasi yang di terima investor dapat melihat prospek dari

perusahaan yang akan diberikan modal dan pengukuran penilaian relevansi yang

mampu menjelaskan (explanatory power) nilai suatu perusahaan berdasarkan

informasi akuntansi akan mempermudah investor dalam membaca dan mengukur

pantas atau tidaknya perusahaan tersebut diberikan dana dari sang investor. Adapun

fenomena yang terjadi di PT. Garuda Indonesia , AirAsia dan Singapore Airlines dari

2008-2019 sebagai berikut :

Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) pada perdagangan Kamis

(13/11/2014), ditutup melemah 24 poin atau 4,81 persen ke level Rp 475 per saham

Saham GIAA di perdagangan hari ini (13 November 2014) sempat menyentuh level

tertinggi di angka Rp 499 per saham dan terendah di posisi Rp 473 per saham. Adapun

volume transaksi saham GIAA sebanyak 5,60 juta lot, dengan frekuensi 856 kali senilai
Rp 2,78 miliar

Seperti diketahui, berdasarkan laporan keuangan Garuda Indonesia yang belum diaudit

(unaudited), sepanjang kuartal III 2014, Garuda Indonesia menderita kerugian sebesar

219,54 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,67 triliun (kurs tengah BI, Rp 12.191 per dolar

AS). Sementara pada kuartal III 2013, Garuda juga sempat menelan kerugian hingga

15,01 juta AS atau sekitar Rp 183,04 miliar

Laporan Keuangan Garuda Indonesia juga menyebutkan, pendapatan usaha

perseroan tercatat naik menjadi 2,81 miliar dolar AS dari sebelumnya hanya 2,68

miliar dolar AS. Kendati pendapatan usaha naik, beberapa pos beban perseroan,

seperti beban usaha, dan beban keuangan sepanjang periode tersebut terus mengalami

peningkatan. (TRIBUNNEWS.COM, 13 November 2014). Menurut Supriyono

(2011:14) expense (beban) adalah biaya yang dikorbankan atau dikonsumsi dalam

rangka memperoleh pendapatan (revenue) dalam suatu periode akuntansi tertentu.

Adapun beban perseroan adalah segala beban biaya yang timbul akibat pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab perseroan sepanjang periode tersebut.

PT Garuda Indonesia (Persero) disarankan mencari solusi komprehensif agar tidak terus

merugi. Hal itu dikatakan Ketua Bidang Organisasi Badan Pengurus Pusat Himpunan

Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI), Anggawira.

Saran itu bercermin dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia yang mencatatkan

kerugian sebesar 283,7 juta USD atau sekitar Rp 3,8 triliun. Angka itu meningkat hingga

200 % dari kerugian pada kuartal pertama sekitar 99,0 juta USD atau setara Rp 1,319

triliun.

“HIPMI sebelumnya sudah memberikan early warning kepada Garuda Indonesia karena

terus merugi. Ke depan perlu ada solusi yang komprehensif agar maskapai penerbangan

kebanggaan kita ini bisa survive,” ujar Anggawira dalam keterangan persnya, Kamis
(10/8/2019) di Jakarta.

Kerugian Garuda, imbuhnya, disinyalir akibat peningkatan biaya operasional dan

pembelian bahan bakar avtur.

Ongkos operasional penerbangan Garuda Indonesia, disebutkan Anggawira mencapai

lebih dari dari Rp 16 triliun lebih tinggi dari kuartal pertama sebesar Rp 8 triliun.

“Hingga saat ini, kami melihat biaya bahan bakar merupakan sumber terbesar biaya

operasional dengan presentase diatas 50 % kemudian disusul dengan biaya pembelian

pesawat, reparasi, pembayaran asuransi yang semua dihitung menggunakan kurs dollar

USD sementara produk jasa penerbangan domestiknya dijual dengan nilai rupiah,” kata

Anggawira.

Tingginya ongkos operasional rupanya juga berpengaruh pada utang Garuda Indonesia

yang nilainya cukup besar.

Untuk hutang jangka pendek di kuartal kedua total hutang mencapai 1,891 juta USD

sedangkan hutang jangka panjang sebesar 1,163 juta USD.

Sementara di kuartal sebelumnya tercatat 1,798 juta USD untuk hutang jangka pendek

dan 1,174 juta USD untuk hutang jangka panjang.

“Utang yang membelit Garuda Indonesia harus menjadi konsen pemerintah,” ujar

Anggawira.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat kerugian bersih (net loss) selama semester

pertama 2019 sebesar US$ 283,8 juta. Di luar non-recurring expense, total kerugian

bersih perseroan mencapai US$ 138 juta.

(Sumber : TRIBUNJABAR.CO.ID,10 Agustus 2019)

Adapun Kasus yang menimpa AirAsia sebagai berikut:

AirAsia melaporkan biaya unit tidak berubah untuk kuartal ini meskipun kenaikan harga

bahan bakar rata-rata 9 persen menjadi $ 83 per barel dan biaya pemeliharaan yang lebih
tinggi selama kuartal tersebut, dibantu oleh pemanfaatan pesawat yang lebih tinggi dan

rasionalisasi rute. Untuk mengurangi tekanan biaya, kelompok itu mengatakan

mendorong lebih banyak penjualan tambahan dan memastikan kinerja yang lebih baik

oleh semua maskapai rekanan.

Volume penumpangnya naik 16 persen tetapi tertinggal peningkatan 19 persen

dalam kapasitas, mengetuk faktor muatannya sebesar 2 poin persentase menjadi 87

persen, sesuai dengan harapan untuk musim ini. AirAsia juga memproyeksikan faktor

muatan rata-rata 87 persen untuk kuartal kedua.

“Untuk melayani dengan lebih baik permintaan yang meningkat di kawasan itu,

grup ini juga berencana untuk menambah bersih tiga pesawat tambahan melalui sewa

operasi pada kuartal kedua,” kata maskapai itu. CEO Grup Tony Fernandes mengatakan

dalam sebuah pernyataan bahwa grup tersebut akan menjalani latihan daftar sekunder

untuk operasi di Indonesia tahun ini. “Kami juga berada di jalur yang benar untuk

mendaftarkan AirAsia Filipina pada paruh kedua 2019.”

Fernandes, yang membangun AirAsia dari operasi dua pesawat pada 2002, kini

menargetkan ekspansi cepat di pasar intinya di Asia Tenggara. Grup ini juga memisahkan

bisnisnya menjadi transportasi penerbangan dan divisi digital untuk memberikan

kejelasan dan fokus bisnis yang lebih baik di setiap divisi.

Pekan lalu, Fernandes menuduh regulator industri, Komisi Penerbangan

Malaysia menekan maskapai untuk membatalkan penerbangan yang dimaksudkan untuk

mengangkut para pemilih pulang ke pemilihan umum baru-baru ini yang melihat

kekalahan koalisi berkuasa lama Malaysia.

Regulator telah membantah tuduhan tersebut dan mengajukan pengaduan polisi terhadap

Fernandes. Saham AirAsia ditutup turun 1,2 persen pada Kamis, sementara pasar saham

lokal turun 1,6 persen.


(Sumber : CEO Grup AirAsia Tony Fernandes berbicara selama konferensi pers di kantor

pusat AirAsia di Sepang, Malaysia 13 Desember 2019).

Dan kasus yang menimpa Singapore Airlines sebagai berikut:

Pendapatan Singapore Airlines (SIA) FY16 telah menurun 2,2% menjadi S $

15,2 miliar yang disebabkan oleh hasil yang lebih rendah di maskapai induk dan bisnis

kargo. Seandainya biaya bahan bakar tidak turun secara signifikan, penurunan

pendapatan bisa lebih besar.

Biaya bahan bakar bersih SIA untuk 2016 turun 18,9% menjadi S $ 4,5b

meskipun harga rata-rata bahan bakar jet turun 41,3%, karena sebagian diimbangi oleh

kenaikan kerugian lindung nilai sebesar 107,4%. OCBC Investment Research

memperkirakan bahwa melucuti item-item non-operasi satu-off tertentu, FY16 core

PATMI naik 95,0% menjadi S $ 701,6 juta tetapi masih berada di bawah ekspektasi

jalanan. Ke depan, faktor utama yang dikatakannya adalah apakah penurunan biaya unit

SIA dari bahan bakar jet yang lebih murah mampu melampaui prospek hasil yang lemah.

(Sumber : Business Singapore Review Publikasi 16 Mei 2016)

Earning After Tax


3,000,000,000

2,500,000,000

2,000,000,000

1,500,000,000

1,000,000,000

500,000,000

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
-500,000,000

-1,000,000,000

Garuda Indonesia Air Asia Singapore Airlines Thai Airways

Gambar 1.1 Earning After Tax Garuda Indonesia, AirAsia dan Singapore Airlines (dikonversi dalam USD)
Total Expense
14,000,000,000

12,000,000,000

10,000,000,000

8,000,000,000

6,000,000,000

4,000,000,000

2,000,000,000

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Garuda Indonesia AirAsia Singapore Airlines Thai Airways

Gambar 1.2 Biaya Operasional Garuda Indonesia, AirAsia dan Singapore Airlines(dalam USD)

Dari kasus diatas terlihat bahwa kinerja keuangan yang terus menurun tidak

sebanding dengan biaya yang terus meningkat akibatnya mempangaruhi perusahaan

tersebut dalam menjalankan usahanya. Maka dampaknya investor akan menjadi memilih

yang biaya operasionalnya lebih rendah karena menjadi ragu untuk menginvestasikan

dana sehingga membuat pergerakan saham melemah bisa dilihat di tahun 2017

perusahaan AirAsia menjadi kinerja perusahaan tertinggi bahkan trennya terus naik

sampai akhir 2019 diantara perusahaan PT. Garuda Indonesia, Thai Airways dan

Singapore Airlines.

Pada penelitian sebelumnya penemuan yang ditemukan oleh Ludovicus Sensi

Wondabio (2007) menunjukkan bahwa pengungkapan NFM (NFMD) terbukti

berhubungan positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA). Bersamaan

juga dengan secara statistik terbukti signifikan. Dari hasil pengujian penelitiannya,

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengungkapan NFM dalam

laporan tahunan.

Terlihat bahwa luasnya pengungkapan NFM berhubungan positif dengan ERC

dengan tingkat signifikansi 5 % (nilai koefisien regresi adalah 1,375). investor cukup
yakin dengan pengungkapan NFM, sehingga investor menggunakan informasi yang

terkandung dalam NFM sebagai signal positif dalam menilai persistensi earning suatu

perusahaan.

Namun menurut penelitian Esna dan Chandra (2016) Luas pengungkapan Non

Finansial Measures (NFM) yang diukur dengan indeks ternyata tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Return on Asset (ROA)

dan Price Book Value (PBV) melalui biaya modal yang diukur dengan Cost Of Equity

(COE), artinya luas pengungkapan NFM tidak membantu investor untuk

mengestimasi resiko yang timbul dari ketidakpastian prospek perusahaan.

Ketidakmampuan mengukur resiko tersebut membuat pengungkapan tersebut tidak

menjadi faktor yang menentukan besaran biaya modal. Sebagai akibat tidak

dipengaruhinya biaya modal, maka kinerja perusahaan baik kinerja keuangan maupun

kinerja pasar tidak dipengaruhi oleh pengungkapan tersebut.

Maka dari itu, dalam penelitian ini akan mencari kebenarannya dengan

diujicobakan terhadap sektor jasa transportasi penerbangan 4 makapai penerbangan

dengan tujuan mengetahui perkembangan perusahaan maskapai tersebut selama 2008 –

2019 terutama PT. Garuda Indonesia sebagai maskapai dalam negeri serta sebagai

BUMN sehingga dengan adanya 4 maskapai penerbangan yang luar negeri dijadikan

perbandingan. Dengan kinerja sebagai variabel independennya perusahaan dapat terlihat

secara jelas bahwa aset merupakan salah satu indikator profitabilitas perusahaan sebagai

tolak ukur investor untuk menginvestasikan dananya agar tidak beresiko dalam

pengambilan keputusannya.

Dengan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Pengungkapan Balance Scorecard terhadap Kinerja

Keuangan (Financial Performance) melalui Cost of Equity sebagai variabel


moderasi Studi Kasus Sektor Transportasi Jasa Penerbangan Se-Asia Tenggara

dari tahun 2008-2019”

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

a. Identifikasi Masalah

Keterjadian Berdasarkan pada uraian fenomena diatas,penulis mengidentifikasikan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Perusahaan PT. Garuda Indonesia, AirAsia, Thai Airways dan Singapore Airlines

pada tahun 2008-2019 dalam pengeluaran operasionalnya mengalami kenaikan

sehingga menjadi tambahan biaya dalam menjalankan bisnisnya.

2. Perusahaan PT. Garuda Indonesia, AirAsia, Thai Airways dan Singapore Airlines

pada tahun 2008-2019 banyak mengeluarkan modal aktivitas usahanya yang harus

membeli avtur menjadi 50% dari biaya operasional yang beriringan dengan

meningkatnya piutang usaha .

3. Berdasarkan laporan keuangan yang dilaporkan oleh perusahaan

menginformasikan membengkaknya beban operasional sehingga bagi investor

akan menimbulkan kerugian yang mengakibatkan akan menurunkan saham

modalnya terhadap perseroan karena menurunnya permintaan saham.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi penelitian di atas, penulis merumuskan masalah tentang

Pengaruh Pengungkapan Balance Scorecard terhadap Financial Performance melalui

Cost of Equity sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini akan dibahas
mengenai :

1) Bagaimana Pengungkapan Balance Scorecard pada PT. Garuda Indonesia,

AirAsia, Thai Airways dan Singapore Airlines pada tahun 2008-2019.

2) Bagaimana Cost of Equity pada PT. Garuda Indonesia, AirAsia, Thai Airways

dan Singapore Airlines pada tahun 2008-2019.

3) Bagaimana Financial Performance pada PT. Garuda Indonesia, AirAsia, Thai

Airways dan Singapore Airlines pada tahun 2008-2019.

4) Seberapa besar pengaruh pengungkapan Balance Scorecard terhadap

Financial Performance pada PT. Garuda Indonesia, AirAsia, Thai Airways

dan Singapore Airlines pada tahun 2008-2019.

1.3. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui Pengungkapan Balance Scorecard pada PT. Garuda

Indonesia, AirAsia, Thai Airways dan Singapore Airlines pada tahun

2008-2019.

2) Untuk mengetahui Cost of Equity pada PT. Garuda Indonesia, AirAsia,

Thai Airways dan Singapore Airlines pada tahun 2008-2019.

3) Untuk mengetahui Financial Performance pada PT. Garuda Indonesia,

AirAsia, Thai Airways dan Singapore Airlines pada tahun 2008-2019

4) Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh Balance Scorecard terhadap

Financial Performance pada PT. Garuda Indonesia, AirAsia, Thai

Airways dan Singapore Airlines pada tahun 2008-2019

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teori berupa


bukti empiris dalam bidang Akuntansi Biaya khususnya tentang pengaruh

pengungkapan Balance Scorecard terhadap Financial Performance Perusahaan serta

diharapkan dapat memberikan tambahan informasi, wawasan, dan referensi di

lingkungan akademis serta bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan seperti:

1. Memberikan tambahan informasi mengenai pengungkapan Balance Scorecard

meningkatkan Financial Performance Perusahaan.

2. Memberikan tambahan informasi mengenai Cost of Equity meningkatkan

Financial Performance Perusahaan.

3. Memberikan informasi bahwa banyak cara yang dapat dilakukan untuk upaya

meningkatkan Financial Performance Perusahaan.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan gambaran yang

bermanfaat secara langsung maupun tidak langsung bagi berbagai pihak, yaitu:

1. Bagi penulis

a. Memberikan gambaran, menambah wawasan, dan pengalaman mengenai

Pengungkapan Balance Scorecard dan Pengaruhnya terhadap Financial

Performance Perusahaan.

b. Memberikan gambaran, menambah wawasan, dan pengalaman mengenai

pengaruh Cost of Equity sebagai variabel moderasi terhadap Financial

Performance bagi Perusahaan.

c. Memberikan gambaran, menambah wawasan, dan pengalaman mengenai

pengungkapan Balance Scorecard melalui Cost of Equity untuk meningkatkan

Financial Performance perusahaan.

2. Bagi Perusahaan
a. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk perusahaan terkait

tentang pengaruh pengungkapan Balance Scorecard terhadap Financial

Performance Perusahan.

b. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk perusahaan terkait

tentang pengaruh Cost of Equity terhadap Financial Performance Perusahaan.

c. Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi untuk perusahaan terkait tentang

upaya untuk menigkatkan kinerja manajerial.

d. Sebagai bahan kajian bagi para investor atau calon investor untuk menanamkan

modalnya.

3. Bagi pihak lain

a. Memberikan informasi mengenai upaya meningkatkan Financial performance

Perusahaan melalui pengungkapan Non Financial Measures.

b. Memberikan informasi mengenai upaya meningkatkan Financial performance

Perusahaan dengan diungkapnya Balance Scorecard dan mengontrol Cost of

Equity.

c. Memberikan informasi mengenai upaya-upaya yang dapat dilaksanakan untuk

meningkatkan Financial performance Perusahaan.

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Perusahaan PT. Garuda Indonesia, AirAsia, Thai

Airways dan Singapore Airlines tahun 2008-2019 yang di informasikan dalam

website masing-masing maskapai yaitu

 https://www.garuda-indonesia.com/other-countries/en/investor-relations/index ,

 http://investor.thaiairways.com/en,

 https://ir.airasia.com/ar.html/,

 https://www.singaporeair.com/en_UK/sg/about-us/investors-relations/
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2020 sampai dengan

selesai.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Menurut Jama’an dalam Suryani (2015:30) Teori Sinyal adalah

“Sinyal yang berupa informasi mengenai mengenai apa yang sudah dilakukan

oleh perusahaan untuk merealisasikan keinginan pemilik .”

Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting,

karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi

tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya

menyajikan keterangan, catatan atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini

maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana

efeknya pada perusahaan.

2.1.2. Teori Agen


Menurut Jensen dan Meckling dalam Ningtias (2015:40) adalah

“Teori agensi akan terjadi apabila proporsi kepemilikan manajer atas saham
kurang dari 100%, sehingga manajer bisa mengejar kepentingannya sendiri
dan tidak berdasarkan memaksimalkan nilai perusahaan dalam pengambilan
keputusan khususnya kepurusan pendanaan.
Hubungan kontrak kerja sama tersebut berupa pemberian wewenang oleh

principal kepada agent untuk bekerja demi pencapaian tujuan principal. Manager

diangkat oleh pemilik untuk menjalankan operasional perusahaan karena pemegang

saham memiliki keterbatasan dalam mengelola perusahaan.

Pemegang saham menilai kinerja berdasarkan kemampuan manajer dalam

menghasilkan laba perusahaan. Sebaliknya, manajer berusaha memenuhi tuntutan

pemegang saham untuk menghasilkan laba yang maksimal agar mendapatkan

kompensasi atau insentif yang diinginakan. Namun, manajer seringkali melakukan

manipulasi saat melaporkan kondisi perusahaan kepada pemegang saham agar


tujuannya dapat tercapai.

Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai dengan apa

yang sebenarnya terjadi atau tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang

sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan informasi yang dimiliki antara

manajer dengan pemegang saham. Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui

keadaan yang ada dalam perusahaan dari pada pemengang saham.

2.1.3. Pengungkapan Balanced Scorecard


a. Definisi
Menurut definisi Norton dan Kaplan dalam Sumarsan (2013:219) Balanced
Scorecard adalah :
“Sebuah perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan
secara luas baik dalam organisasi yang berorientasi laba maupun dalam
organisasi nirlaba di seluruh dunia dalam kegiatan-kegiatan usaha
untuk menyelaraskan visi dan strategi organisasi, meningkatkan
komunikasi internal dan eksternal, dan mengawasi kinerja organisasi
sesuai dengan tujuan strategik perusahaan. ”
Menurut Mulyadi (2014:3) menjelaskan definisi Pengungkapan Balance
Scorecard sebagai berikut:
“Balance Scorecard merupakan alat manajemen kontemporer yang di
desain untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
melipatgandakan Kinerja Keuangan luar biasa secara
berkesinambungan.”

2.1.4. Performance Perusahaan


Menurut Amstrong dan Baron dalam Irham Fahmi (2013:2) Kinerja
adalah:
“Kinerja adalah hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat

dengan tujuan strategis organisasi atau perusahaan, kepuasan

konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.”

Menurut Ismail Nawawi Uha (2013:21) mendefinikan bahwa:


“Kinerja didefinisikan berdasarkan 2 segi, yaitu kinerja individu dan
kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja perseorangan
dalam organisasi. Dan kinerja organisasi adalah hasil kerja keseluruhan
suatu organisasi dalam mencapai tujuan.
Dan menurut Hery (2016:222) menjelaskan bahwa:
“Pengukuran kinerja merupakan salah satu komponen penting di dalam
sistem pengendalian manajemen untuk mengetahui tingkat
keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan,
baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.”
2.1.5. Cost Of Equity
Menurut Sutrisno, (2011:150):
“Biaya modal adalah semua biaya yang secara rill dikeluarkan oleh

perusahaan dalam rangka mendapatkan sumber dana yang digunakan

untuk investasi perusahaan.”

Menurut I made sudana (2013:133) pengertian biaya modal (Cost Of

Equity) sebagai berikut :

“Biaya modal merupakan tingkat pendapatan minimum yang


disyaratkan pemilik modal. Dari sudut pandang perusahaan yang
memperoleh dana, tingkat pendapatan yang disyaratkan tersebut
merupakan biaya atas dana yang diperoleh perusahaan. Besar kecilnya
biaya modal suatu perusahaan tergantung pada sumber dana yang
digunakan perusahaan untuk membiayai investasi, khususnya sumber
dana yang bersifat jangka panjang”.
2.1.6. SKYTRAX

Skytrax adalah perusahaan konsultan Britania Raya yang melakukan riset mengenai

maskapai penerbangan. Perusahaan ini melakukan survei untuk menentukan

maskapai, bandar udara, hiburan dalam pesawat, staff, dan elemen perjalanan udara

terbaik lainnya. Selain survei ini, Skytrax juga memiliki forum maskapai

penerbangan tempat penumpang pesawat dapat memberikan ulasan untuk dilihat

oleh calon penumpang lain. Skytrax juga dikenal dengan Penghargaan Maskapai

Dunia dan Penghargaan Bandar Udara Dunia Tahunan.

Maskapai dengan awak kabin terbaik sedunia:

 Garuda Indonesia (2014,2015 dan 2016) Posisi ke-1

Maskapai dengan awak kabin, kelas ekonomi dan hiburan terbaik sedunia:

 Singapore Airlines Awak kabin posisi ke-3, Kelas Ekonomi Posisi ke-2 dan

Hiburan Posisi ke-3 pada tahun 2016

Maskapai berbiaya hemat terbaik dunia dan maskapai berbiaya hemat terbaik Asia:

 Airasia Group Posisi ke-1 (2008-2015)


2.2. Kerangka Pemikiran

2.2.1. Pengaruh Pengungkapan Balance Scorecard terhadap Performance


Perusahaan
Menurut sahiti (2016), Balance Scorecard telah berkontribusi untuk
meningkatkan Kinerja Perusahaan. Dan menurut penelitian Fajar M.,Kamal dan
Tresani, Nurahma (2019:54-59) pengaruh pengungkapan Balance Scorecard
dengan 3 perspektif Pelanggan, Bisnis Internal dan Pembelajaran & Pertumbuhan
(Customer, Internal Business Process and Learning &Growth) semua variabel
secara simultan 56,2 % berpengaruh terhadap kinerja termasuk dalam penelitian
Yassin, Aqli et al. (2016) 3 perspektif tersebut berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pengaruh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ludovicus Sensi
Wondabio (2007) menemukan hubungan yang positif signifikan antara
Pengungkapan Balance Scorecard dengan Financial Performance Perusahaan.

2.2.2. Peran Cost of Equity memoderasi Pengaruh Pengungkapan Balance


Scorecard terhadap Performance Perusahaan
Dan didalam penelitian Ainurani, Mirza et al (2014:2) Biaya modal yang
minimum mencerminkan nilai perusahaan yang maksimum sehingga
meningkatkan kinerja perusahaan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Esna Muriana Hutabarat dan Chandra
Situmeang (2017) menemukan hubungan yang negatif secara statistic meskipun
tidak signifikan hal ini disebabkan oleh hal yang diungkapkan perusahaan bukan
hanya peluang – peluang perusahaan tetapi juga resiko – resiko yang ada dalam
perusahaan sehingga menyebabkan turunnya respon pasar meskipun tidak
signifikan antara Pengungkapan Balance Scorecard terhadap Financial
Performance melalui Cost Of Equity.

Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
(X)
Customer Perspektif
Pelanggan Setia
Fajar M.,Kamal dan Tresani, Pelanggan Baru
Nurahma (2019:54-59)
Internal Business Process
Pelayanan kepada
pelanggan

Learning and Growth


Perspektif
Produktifitas Karyawan (M)
Perputaran Karyawan
Cost Of Equity
Ainurani, Mirza
(2014:2) Biaya Modal
Minimum

Resiko-resiko
perusahaan
Sahiti (2016)

(Y)
Menigkatnya Financial
2.3. Hipotesis
Performance
Menurut Sugiyono (2014:64), Perusahaan
hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis dalam rumusan masalah ini adalah

sebagai berikut:

Hipotesis 1 : Balance Scorecard berpengaruh signifikan terhadap Performance

Perusahaan

Hipotesis 2 : Balance Scorecard tidak berpengaruh signifikan terhadap

Performance Perusahaan

Hipotesis 3 : Peran Cost of Equity terhadap Balance Scorecard berpengaruh

signifikan terhadap Performance Perusahaan


Hipotesis 4 : Peran Cost of Equity terhadap Balance Scorecard berpengaruh

signifikan terhadap Performance Perusahaan


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian pada dasarnya untuk menunjukkan kebenaran dan

pemecahan masalah atas apa yang diteliti untuk mencapai tujuan. Oleh karena

itu, dilakukan suatu metode yang tepat dan relevan untuk tujuan yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2017:2-3), metode penelitian adalah: “… cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan data tertentu.

Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan,

yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Data yang diperoleh melalui penelitian

itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu

valid. Tujuan dan kegunaan penelitian secara umum yaitu bersifat penemuan,

pembuktian, dan pengembangan.”

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah

deskriptif kualitatif. (Teori Metode Kualitatif), Menurut Mukhtar (2013: 10)

metode penelitian deskriptif kualitatif adalah

“Sebuah metode yang digunakan peneliti untuk menemukan

pengetahuan atau teori terhadap penelitian pada satu waktu tertentu.”

3.2 Variabel Penelitian

Objek penelitian adalah objek yang diteliti dan di analisis. Menurut

Sugiyono (2016:38), objek penelitian adalah: “… suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


kesimpulannya”.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian yaitu Pengukuran

Balance Scorecard sebagai variabel independen. Financial Performance

Perusahan sebagai variabel dependen. Dengan Cost of Equity sebagai Variabel

Moderasi. Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan PT. Garuda Indonesia,

PT. AirAsia, Thai Airways dan Singapore Airlines periode 2008-2019.

3.3 Unit Analisis dan Unit Observasi

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah Perusahaan Sektor

Transportasi Jasa Penerbangan Se-Asia Tenggara dengan menganalisis

perusahaan yang sudah memenuhi kriteria penelitian PT. Garuda Indonesia,

AirAsia, Thai Airways dan Singapore Airlines 2008-2019.

3.3.2 Tempat Penelitian

Unit observasinya adalah laporan keuangan tahunan perusahaan yang

meliputi laporan posisi keuangan (total aset dan total liabilitas) ,laporan laba

rugi (laba bersih) dan Catatan atas Laporan Keuangan yang diperoleh dari

investor relations bersumber dari website resmi masing-masing maskapai

penerbangan dan laporan tahunan serta pengungkapan sustainability report

yang diperoleh dari website perusahaan dan database.globalreporting.org.

3.4 Definisi Variabel dan Pengukurannya

Menurut Sugiyono (2017:38), variabel penelitian adalah: “… segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya”

3.4.1 Variabel Independen


Menurut Sugiyono (2017:39), variabel independen adalah: “…

variabel yang sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent.

Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas

adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel

independen dalam penelitian ini diantaranya:

1. Balance Scorecard (X1)

Menurut definisi Norton dan Kaplan dalam Sumarsan (2013:219) Balanced


Scorecard adalah :
“Sebuah perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan
secara luas baik dalam organisasi yang berorientasi laba maupun dalam
organisasi nirlaba di seluruh dunia dalam kegiatan-kegiatan usaha
untuk menyelaraskan visi dan strategi organisasi, meningkatkan
komunikasi internal dan eksternal, dan mengawasi kinerja organisasi
sesuai dengan tujuan strategik perusahaan. ”
Menurut Mulyadi (2014:3) menjelaskan definisi Pengungkapan Balance
Scorecard sebagai berikut:
“Balance Scorecard merupakan alat manajemen kontemporer
yang di desain untuk meningkatkan kemampuan perusahaan
dalam melipatgandakan Kinerja Keuangan luar biasa secara
berkesinambungan.”
Alat pengukuran pengungkapan Balance Scorecard :

 Balance Scorecard ( menggunakan 3 perspektif )

Menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2001:7) Balance

Scorecard (BSC) merupakan Suatu metode penelitian yang

mencakup empat perspektif untuk mengukur Kinerja Perusahaan,

yaitu Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Prespektif

Proses Bisnis Internal dan Perspektif Pembelajaran dan

Pertumbuhan.

Balance Scorecard (BSC) menekankan bahwa pengukuran kinerja

keuangan dan non keuangan harus merupakan bagian dari


informasi bagi seluruh pegawai dari semua tingkatan bagi

organisasi.

A. PERSPEKTIF PELANGGAN (Customer Perspective)

Filosofi manajemen terkini telah menunjukkan peningkatan

pengakuan atas pentingnya konsumen focus dan konsumen

satisfaction. Perspektif ini merupakan leading indicator. Jadi, jika

pelanggan tidak puas maka mereka akan mencari produsen lain

yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang buruk dari

perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan

meskipun saat ini kinerja keuangan terlihat baik.

Mengukur kinerja Perspektif Pelanggan (Amin Widjaja:2009)

yang paling dominan pada setiap perusahaan adalah tolok ukur

ditinjau dari sudut pandang pelanggan berikut , yaitu:

Market Share (pangsa pasar); Pengukuran ini mencerminkan

bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada,

yang meliputi: jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume

unit penjualan. Pengukurannya:

Penjualan
o X 100%
Jumlah Penjualan
Customer Retention (retensi pelanggan); Mengukur tingkat

di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan

konsumen.

Jumlah Pelanggan Lama


o X 100%
Jumlah Pelanggan

Customer Acquisition (akuisisi pelanggan); mengukur

tingkat di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru

atau memenangkan bisnis baru.


Jumlah Pelanggan Baru
o X 100%
Jumlah Pelanggan

B. PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL (Internal

Business Process Perspective)

Proses bisnis internal merupakan serangkaian aktivitas yang


digunakan untuk memberikan kepuasan pelayanan pada
konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar
tingkat kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen, yang
diukur dengan rumus AETR (Administrative Expanse to Total
Revenue) untuk mengukur seberapa besar tingkat kualitas
pelayanan yang diberikan kepada konsumen.
Biaya Administrasi
AETR= Total Pendapatan
(Sumber : Rangkuti 2017:105)
C. PERSPEKTIF PEMBELAJARAN & PERTUMBUHAN

(Learning & Growth Perspective)

Hasil dari pengukuran ketiga perspektif balanced scorecard


sebelumnya biasanya akan menunjukkan kesenjangan yang besar
antara kemampuan orang, sistem, dan prosedur yang ada saat ini
dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan.
Inilah alasan mengapa perusahaan harus melakukan investasi di
ketiga faktor tersebut untuk mendorong perusahaan menjadi
sebuah organisasi pembelajar (learning organization). Maka dari
itu salah satu bergeraknya organisasi adanya perputaran karyawan
menjadi penting dengan terus berputarnya karyawan yang akan
selalu menjadi pembelajar akan meningkatkan pelayanan yang
kurang maksimal sehingga akan berdampak terhadap produktifitas
dan kinerja. Adapun pengukurannya sebagai berikut:
1. Tingkat Perputaran Karyawan
Kepuasan kinerja yang lebih tinggi berkaitan dengan
rendahnya tingkat perputaran karyawan. Tingkat perputaran
karyawan menunjukkan dengan kepuasan yang diperoleh oleh
karyawannya, jika karyawan merasa puas maka kemungkinan
besar mereka akan bertahan lebih lama, dan sebaliknya jika
karyawan kurang puas maka biasanyya menunjukkan tingkat
perputaran yang dialami oleh perusahaan akan lebih tinggi.
jumlah karyawan yang keluar
Tingkat Perputaran Karyawan=
jumlah Karyawan tahun berjalan

(Sumber : Yuwono. S, dkk, 2002: 113-114)

2. Tingkat Produktivitas Karyawan


Penilaian ini digunakan untuk mengetahui tingkat
produktivitas karyawan Perusahaan yang diteliti.
Laba Operasi
Tingkat Produktifitas Karyawan=
Jumlah Karyawan
(Sumber: Kaplan dan Norton, 2000: 113)

Dari ketiga perspektif tersebut terdapat hubungan sebab akibat

yang merupakan penjabaran tujuan dan pengukuran dari masing-

masing perspektif. Hubungan berbagai sasaran strategic yang di

hasilkan dalam perencanaan strategic dengan kerangka Balanced

Scorecard menjanjikan peningkatan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan kinerja keuangan. Kemampuan ini sangat diperlukan

oleh perusahaan yang memasuki lingkungan bisnis yang

kompetitif.

3.4.2. Variabel Moderasi


Menurut Jogiyanto (2012:169) mendefinisikan variabel moderasi yaitu:

“Suatu Variabel Independen lainnya yang dimasukkan ke dalam model

karena mempunyai efek kontingensi dari hubungan variabel dependen

dan variabel independen sebelumnya.”

Menurut Sugiyono (2013:64) variabel moderasi adalah


“...variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah)

hubungan antara variabel independen dan dependen.”

Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah Cost Of Equity.

1. Definisi Cost of Equity

Menurut Sutrisno (2011:150) mendefinisikan Cost of Equity adalah:

“Biaya modal adalah semua biaya yang secara rill dikeluarkan oleh

perusahaan dalam rangka mendapatkan sumber dana yang digunakan

untuk investasi perusahaan.”

Menurut I made sudana (2013:133) pengertian biaya modal (Cost Of

Equity) sebagai berikut :

“Biaya modal merupakan tingkat pendapatan minimum yang


disyaratkan pemilik modal. Dari sudut pandang perusahaan yang
memperoleh dana, tingkat pendapatan yang disyaratkan tersebut
merupakan biaya atas dana yang diperoleh perusahaan. Besar kecilnya
biaya modal suatu perusahaan tergantung pada sumber dana yang
digunakan perusahaan untuk membiayai investasi, khususnya sumber
dana yang bersifat jangka panjang”.

Dan didalam penelitian Esna M dan Chandra (2017) menghasilkam bahwa


Cost Of Equity (Biaya Ekuitas) sebagai pengukur meningkatnya
perusahaan

2. Pengukuran Cost of Equity

Menurut (Jogiyanto 2013:207) menjelaskan rumus Capital Assets Pricing


Model (CAPM) sebagai berikut :

Rumus E (Ri) = Rf +βi {E(Rm) - Rf}

Keterangan :

E (Ri) : Tingkat pengembalian yang diharapkan metode CAPM

Rf : Tingkat pengembalian bebas risiko

Rm : Tingkat pengembalian pasar


β : Risiko beta

Fungsi utama Capital Assets Pricing Model (CAPM) menurut Zubir


(2011), yaitu:
1. Sebagai tolok ukur (benchmark) dalam mengevaluasi tingkat
pengembalian (rate of return) suatu investasi
2. Membantu dalam menduga atau memprediksi expected return suatu
aset yang atau belum diperdagangkan di pasar.
Asumsi-asumsi yang mendasari standar CAPM menurut Tandelilin
(2010 : 187), yaitu sebagai berikut :
1. Semua investor mempunyai distribusi profitabilitas tingkat return di
masa depan yang identik, karena mereka mempunyai harapan atau
ekspektasi yang hampir sama. Semua investor menggunakan sumber
informasi seperti tingkat return, varians return, dan matriks korelasi
yang sama dalam kaitannya dengan pembentukan portofolio yang
efisien.
2. Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama, misalnya
satu tahun.

3. Semua investor dapat meminjam (borrowing) atau meminjamkan


(lending) uang pada tingkat return yang bebas risiko (risk-free rate of
return)

4. Tidak ada biaya transaksi

5. Tidak ada pajak penghasilan

6. Terdapat banyak sekali investor, dan tidak suka ada satu pun
investor yang dapat mempengaruhi harga suatu sekuritas. Semua
investor adalah price-taker

7. Pasar dalam keadaan seimbang (equilibrium).

3.4.3. Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2016:39), Variabel Dependen/Variabel Terikat


adalah Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel dependen yang akan
diteliti adalah Performance Perusahaan (Kinerja Perusahaan).

1. Definisi Kinerja

Menurut Helfert (1996) mendefinisikan Kinerja Perusahaan sebagai


berikut:

“Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas


perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau
prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang dimiliki. “

Menurut Ceacilia Srimindarti (2004:53) mendefinisikan Kinerja


Perusahaan sebagai berikut:
“Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk
sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada
suatu periode dengan referensi pada jumlah standar seperti biaya-biaya
masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi,
pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya”
Menurut Ismail Nawawi Uha (2013:212), kinerja didefinisikan
berdasarkan 2 segi, yaitu:

“Kinerja individu dan kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil


kerja perseorangan dalam organisasi. Dan kinerja organisasi adalah
hasil kerja keseluruhan suatu organisasi dalam mencapai tujuan.”

2. Pengukuran Kinerja

Dan menurut Hery (2016:222) adalah Pengukuran kinerja merupakan


salah satu komponen penting di dalam sistem pengendalian manajemen
untuk mengetahui tingkat keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan
yang telah di tetapkan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka
panjang.

- Pengukuran Kinerja di tinjau dari kinerja akuntansi


Return Of Assets (Accounting Based Variabel) sebagai proxy kinerja
keuangan perusahaan

Menurut Kasmir (2012:201):

“ROA adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aset
yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan
ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
menunjukan efektifitas manajemen dalam menggunakan asset untuk
memperoleh pendapatan.”
Indikator profitabilitas yang berdasarkan ROA memiliki keunggulan
yaitu menurut (Antony dan Govindarajan, 2002:349) :

1. Merupakan indikator pengukuran yang komprehensif untuk melihat


keadaan suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang ada.
2. Mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam tingkat absolute.

3. Merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit


organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit
usaha.

Return On Asset (ROA) dapat dihitung menurut Kasmir (2012:202) yaitu :

Earning After Tax


ROA =
Total Assets

3.5 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menjabarkan variabel


penelitian ke dalam konsep indikator yang bertujuan untuk memudahkan
pengertian dan menghindari perbedaan persepsi dalam penelitian ini.
Operasional variabel independen dalam penelitian ini adalah Balance
Scorecard Maesures Sedangkan operasional variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Financial Performance dan operasional variabel
moderasi dalam penelitian ini adalah Cost of Equity yang dapat dilihat dalam
Tabel 1.1
Tabel 1.1

Tabel Operasionalisasi Variabel Independen, Moderasi & Dependen


Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala
Variabel Pengukuran
Pengungkap “Balance 1. Perspektif
an Balance Scorecard pelanggan - Retensi pelanggan:
Scorecard menerjemah (Customer
(X) kan misi dan perspective) Jumlah Pelanggan Lama Rasio
X 100%
strategi ke Jumlah Pelanggan
dalam
berbagai -Akuisisi Pelanggan:
tujuan dan Rasio
ukuran.” Jumlah Pelanggan Baru
X 100%
(Robert S. Jumlah Pelanggan
Kaplan and
David P. -Pangsa Pasar
Norton Penjualan Rasio
X 100%
2001:22) Jumlah Penjualan
(Sumber:Amin Widjaja:2009)
2. Perspektif Biaya Administrasi Rasio
proses bisnis AETR= Total Pendapatan
internal (Sumber : Rangkuti 2017:105)
(internal
bussines
perspective)

3. Perspektif Tingkat Perputaran Karyawan= Rasio


pembelajaran jumlah karyawan yang keluar
dan jumlah Karyawan tahun berjalan
pertumbuhan (Sumber : Yuwono. S, dkk, 2002:
(learning and 113-114)
growth
perspective) Tingkat Produktifitas Karyawan=
(Sumber: Laba Operasi
Robert S. Jumlah Karyawan
Kaplan and (Sumber: Kaplan dan Norton,
David P. 2000: 113)
Norton yang
dialihbahasak
an oleh Peter
R Yoso Pasla
2000:43-95)
Cost Of Biaya CAPM =
Equity modal
(M) adalah E (Ri) = Rf +βi {E(Rm) - Rf}
semua -
biaya (Jogiyanto 2013:207)
yang Keterangan :
E (Ri) : Tingkat Rasio
secara
rill pengembalian yang
dikeluark diharapkan metode CAPM
an oleh Rf : Tingkat pengembalian
perusaha bebas risiko
an dalam Rm : Tingkat pengembalian
rangka pasar
mendapat β : Risiko beta
kan
sumber
dana
yang
digunaka
n untuk
investasi
perusaha
an
(Sutrisno,
2011:150)
Kinerja “ROA Penilaian Kinerja Akuntansi: Rasio
(Performanc adalah Rasio
e) (Y) rasio Profitabilitas ROA
yang -Return Of Earning After Tax
=
menunju Assets Total Assets
kan hasil ( Kasmir, 2012:202)
(return)
atas
jumlah
aset yang
digunaka
n dalam
perusaha
an.
Selain
itu, ROA
memberi
kan
ukuran
yang
lebih
baik atas
profitabil
itas
perusaha
an karena
menunju
kan
efektifita
s
manajem
en dalam
menggun
akan
asset
untuk
mempero
leh
pendapat
an.”
Kasmir
(2012:201)

3.6. Populasi dan Sample.

3.6.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2016:80) mendefinisikan populasi sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah 6 perusahaan pada industri
penerbangan daerah Asia Tenggara yang terdaftar di SKYTRAX selama periode tahun
2008-2019 berturut-turut.
Tabel 1.2.
Populasi Jasa Transportasi Penerbangan di Asia Tenggara
terdaftar di SKYTRAX
Sumber : Website SKYTRAX Peringkat Dunia
  PERINGKAT DI SKYTRAX BERDASARKAN TAHUN
Nama
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Perusahaan
Singapore
1 2 2 2 3 3 3 2 3 2
Airlines
Garuda
 42 26   19 11 8 7 8 11 10 9
Indonesia
Air Asia 27   25 20  22 24 31 25 23 26 28
Thai
 24 17   13 9 15 14 19 13 11 10
Airways
Bangkok
 35 26  32  27 31 20 23 20 21 21
Airways
Malay
15  17   14 10 14 18 24 34 31 34
Airways

3.6.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2016:81) mendefinisikan sampel adalah

sebagai berikut:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang


dimiliki oleh populasi tersebut. Pengukuran sampel merupakan
suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil
dalam melaksanakan penelitian suatu objek. Untuk menentukan
besarnya sampel bisa dilakukan dengan statistik atau berdasarkan
estimasi penelitian. Pengambilan sampel ini harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar
dapat berfungsi atau dapat menggambarkan keadaaan populasi
yang sebenarnya, dengan istilah lain harus representatif
(mewakili).”
Dalam penelitian ini yang menjadi Sampel adalah 4 perusahaan (4 x 12

tahun= 48) perusahaan industri penerbangan yang terdapat di


SKYTRAX dari tahun 2008-2019. Jumlah tersebut cukup sedikit, hal

ini dapat disebabkan karena di Asia Tenggara sendiri masih banyak

industri penerbangan yang belum mempublikasikan laporan

keuangannya. Untuk indusrti penerbangan yang kami sample

merupakan perusahaan terbaik Se-Asia Tenggara (Singapore Airlines),

perusahaan dengan low-cost terbaik Se-Asia Tenggara bahkan Sedunia

(AirAsia, Thai Airways) yang dibandingkan dan Thai airways menjadi

populasi juga karena ketersediaan data dari 2008-2019 dengan PT.

Garuda Indonesia sebagai perusahaan penerbangan di Indonesia.

3.6.3 Teknik Sampling

Menurut Sugiyono (2016:82) terdapat dua teknik sampling yang dapat

digunakan, yaitu:

“1. Probability Sampling


Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (Anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini
meliputi, simple random sampling, proportionate stratifed
random sampling, disproportionate stratifies random sampling,
sampling area (cluser).
2. Non Probability Sampling
Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota,
aksidental, purposive, jenuh, snowball.”

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu

nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling.

Menurut Sugiyono (2016:85) bahwa:


“purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu.”

Alasan menggunakan teknik Purposive Sampling adalah karena

tidaksemua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena

yang diteliti. Olehkarena itu, penulis memilih teknik Purposive

Sampling yang menetapkanpertimbangan-pertimbangan atau kriteria-

kriteria tertentu yang harus dipenuhioleh sampel-sampel yang

digunakan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel yaitu perusahaan yang

memenuhi kriteria tertentu. Adapun kriteria yang dijadikan sebagai

sampel penelitian yaitu:

1. Perusahaan Jasa Penerbangan Asia Tenggara yang terdaftar di

SKYTRAX dan bursa di negara setempat secara berurut-turut selama

periode tahun 2008-2019

2. Perusahaan Jasa Penerbangan daerah Asia Tenggara yang berprestasi

selama periode tahun 2008-2019 di SKYTRAX

3. Perusahaan Jasa Penerbangan yang menyediakan sustainability

report dan annual report secara berturut-turut selama periode tahun

2008-2019.

4. Perusahaan Jasa Penerbangan yang menyediakan data yang terkait

dengan variabel peneilitian.

3.7. Kriteria Penilaian Variabel

3.7.1. Kriteria Penilaian Balance Scorecard

Cara pengukuran dalam Balance Scorecard adalah mengukur

secara seimbang antara perspektif yang lainnya dengan tolok ukur


masing-masing perspektif, menurut Mulyadi (2001), Kriteria

keseimbangan digunakan untuk menunjukan sampai sejauhmana

sasaran strategik kita capai seimbang di semua perspektif.

Skor dalam tabel kriteria adalah skor standar, jika kinerja

semua aspek dalam perusahaan adalah “baik”. Skor diberikan

berdasarkan Rating Scale berikut :

Tabel 1.3.

Rating Scale Balance Scorecard

Score Nilai

-1 Kurang

0 Cukup

1 Baik

Sumber : Mulyadi (2001)

3.7.2. Kriteria Penilaian CAPM

Capital Asset Pricing Model (CAPM) Langkah-langkah dalam

melakukan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mencari harga penutup saham harian dari saham perusahaan

maskapai penerbangan melakui website www.duniainvestasi.com

selama Sepuluh tahun Desember 2008 – Desember 2019.

2. Gunakan indeks harga JII/IHSG/ISSI sebagai pasar dan carilah

datanya www.duniainvestasi.com.

3. Mencari data suku bunga SBI bulanan melalui website www.bi.go.id

4. Tingkat pengembalian saham individu (Ri). Menggunkan program

MS Excel, rumus untuk menghitung Ri adalah:

𝑅𝑖 = Pt − Pi−1 Pt−1
Keterangan :

Ri = actual return saham

Pt = harga pada waktu t

Pt−1 = harga waktu sebelumnya

Analisis dengan melakukan pengelompokan saham yang efisien

berdasarkan CAPM. Menurut Jogiyanto (2013) saham yang efisien

adalah saham-saham

dengan tingkat pengembalian individu lebih besar dari tingkat

pengembalian yang diharapkan [(Ri) > E(Ri)]. Keputusan investasi

terhadap saham yang efisien maupun tidak efisien adalah sebagai

berikut:

a. Saham efisien.

Keputusan yang diambil oleh investor adalah mengambil atau

membeli saham. Keadaan saham efisien menunjukkan bahwa

tingkat pengembalian saham individu (Ri) lebih besar daripada

tingkat pengembalian yang diharapkan [E(Ri)].

b. Saham tidak efisien.

Keputusan yang diambil oleh investor adalah menjual saham

sebelum harga saham turun. Keadaan saham tidak efisien

menunjukkan bahwa tingkat pengembalian individu (Ri) lebih kecil

daripada tingkat pengembalian yang diharapkan [E(Ri)].

Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar

deviasi, maksimum, dan minimum. Statistik deskriptif dimaksudkan

untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data


sampel tersebut (Ghozali, 2016).

3.7.4. Kriteria Penilaian Earning ROA


Untuk dapat melihat peniliaian atas variabel tersebut, dapat dibuat
dengan tabel distribusi di bawah ini. Berikut langkah-langkahnya:
a. Menentukan laba sebelum pajak pada laporan keuangan di
perusahaan yang diteliti.
b. Menentukan total assets pada laporan keuangan di perusahaan yang
diteliti.
c. Menghitung return on assets dengan cara membagi laba sebelum
pajak dengan total assets.
d. Menentukan jumlah kriteria, yaitu 5 kriteria.
e. Menghitung nilai rata-rata (mean) perubahan dari variabel penelitian
tersebut.
f. Menentukan nilai maksimum dan nilai minimun pada variabel
penelitian tersebut. Standar terbaik ROA menurut Bank Indonesia
adalah 1,5%.
g. Mencari range (jarak interval kelas) dengan cara menghitung selisih
nilai maksimum dan minimum kemudian dibagi 5 kriteria.
h. Kriteri kesimpulan.

Tabel 1.5.
Kriteria Earning Rasio
Rasio Kriteria
ROA > 1,5% Sangat tinggi
1,25% < ROA ≤ 1,5% Tinggi
0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup tinggi
0% < ROA ≤ 0,5% Rendah
ROA ≤ 0% Sangat rendah

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004

3.8. Analisis Assosiatif (Verifikatif)


Analisis asosiatif digunakan untuk mencari kebenaran dari hipotesis

yang diajukan. Menurut Sugiyono (2017: 36), penelitian asosiatif adalah:

“… penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua


variabel atau lebih. Dalam penelitian ini maka akan dapat dibangun
suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan
mengontrol suatu gejala.”
Dalam penelitian ini analisis asosiatif digunakan untuk mengetahui

ada tidaknya pengaruh Balance Scorecard terhadap Financial Performance

serta seberapa besar pengaruh Cost of Equity memoderasi pengaruh Balance

Scorecard terhadap Financial Performance Perusahaan.

3.8.1 Uji Asumsi Klasik

Untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan, maka harus

terlebih dahulu memenuhi uji asumsi klasik agar penelitian tidak bias dan

untuk menguji kesalahan model regresi yang digunakan dalam penelitian. Uji

asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji

multikolineritas, dan uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi variabel

dependen untuk setiap nilai variabel independen tertentu berdistribusi

normal atau tidak dalam model regresi linear, asumsi ini ditunjukkan oleh

nilai error

(ε) yang berdistribusi normal. Model regresi yang baik adalah model

regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal,

sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.

Menurut Ghozali (2011:160), uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal, seperti diketahui bahwa uji t dan f


mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai variabel independen

dan variabel dependen berdistribusi normal.

Menurut Singgih Santoso (2012:393), dasar pengambilan

keputusan bisa dilakukan berdasarkan pada probabilitas (Asymptotic

Significance), yaitu:

1) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah
normal.

2) Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah

tidak normal.

2. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2011:105), uji multikolinearitas bertujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel independen (bebas). Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi diantara variabel independen (bebas). Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai

korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat

pada besaran Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Dasar

pengambilan keputusan dengan tolerance value atau variance inflation

factor (VIF) dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF ˂ 10, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel

independen dalam model regresi.


2) Jika nilai tolerance ˂ 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapat

disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen

dalam model

regresi.

Menurut Singgih Santoso (2012:236), rumus yang digunakan


adalah sebagai berikut:

1 1
VIF= atau Tolerance =
Toleranc
e VIF

3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2013:139), uji heteroskedastisitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lainnya. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Untuk menguji heteroskedastisitas salah satunya dengan melihat

penyebaran dari varians dengan menggunakan grafik scatterplot antara

lain nilai prediksi variabel dependen (terikat) yaitu ZPRED dengan

residualnya SPERSID, dimana sumbu X adalah yang diprediksi dan

sumbu Y adalah

residual. Menurut Imam Ghozali (2012:139), dasar pengambilan

keputusan yang diambil adalah sebagai berikut:


1) Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola

yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedasitisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.
4. Uji Autokolerasi

Menurut Winarno (2015: 29) autokorelasi adalah: “Hubungan

antara residual satu dengan residual observasi lainnya”, salah satu

asumsi dalam penggunaan model OLS (Ordinary Least Square) adalah

tidak ada autokolerasi yang dinyatakan E (ei,ej) 0 dan i≠j, sedangkan

apabila ada autokolerasi maka dilambangkan E (ei,ej) ≠ 0 dan I ≠ j.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Uji Durbin-Watson untuk

menguji autokolerasinya. Uji Durbin-Watson merupakan salah satu uji

yang banyak digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

autokolerasi (baik negatif atau positif). Berikut adalah tabel Uji Durbin-

Watson dalam Winarno (2015: 531), dapat dilihat dalam tabel 3.13 di

bawah ini:

Tabel 1.6.
Uji Statistik Durbin-Watson
Nilai Statistik d Hasil

0<d<DL Ada autokolerasi positif

dL<d<du Ragu-ragu

Du<d<4-du Tidak ada kolerasi positif/negatif

4-du<d<4-Dl Ragu-ragu

4-dL<d<4 Ada kolerasi negatif

3.8.3. Uji Hipotesis (Uji t)


Menurut Sugiyono (2010:250), uji t (t-test) melakukan pengujian

terhadap koefisien regresi secara parsial, pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui signifikan peran secara parsial antara variabel independen

terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel

independen lain dianggap konstan.


Pengujian hipotesis ini dimaksudkan untuk mengetahui ada atau

tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan

variabel dependen. Peneliti menetapkan uji signifikan, dengan

penetapan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha).

Hipotesis nol (H0) adalah suatu hipotesis yang menyatakan bahwa

tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan

variabel dependen. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis

yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

Adapun langkah-langkah dalam melakukan uji statistik t adalah


sebagai berikut:

Pengungkapan Balance Scorecard tidak berpengaruh signifikan terhadap


Financial Performance Perusahaan

Pengungkapan Balance Scorecard berpengaruh signifikan


terhadap Financial Performance Perusahaan
H01: (β1 = 0)

Cost of Equity tidak memoderasi Pengungkapan Balance


Scorecard tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial
Ha1: (β1 ≠ 0)
Performance Perusahaan

Cost of Equity memoderasi Pengungkapan Balance Scorecard tidak


berpengaruh signifikan terhadap Financial Performance
Perusahaan
H02: (β2 = 0)

Kriteria untuk penerimaan atau penolakan hipotesis nol (H0) yang


Ha2: (β2 ≠ 0)
digunakan adalah sebagai berikut:

• H0 diterima apabila : H0 : βj = 0

• H0 ditolak apabila : H0 : βj ≠ 0

Apabila Ho diterima, maka hal ini diartikan bahwa pengaruh variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen dinilai tidak signifikan dan

sebaliknya apabila Ho ditolak, maka hal ini diartikan bahwa pengaruh variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen dinilai berpengaruh secara

signifikan.

3.5.4.3. Uji Regresi Linear Sederhana

Menurut Danang Sunyoto (2016:47) tujuan analisis regresi untuk mengetahui

besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Menurut

Sugiyono (2016:261), analisis regresi sederhana didasarkan pada hubungan

fungsional atau kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.

Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:

Y = a + bX

Keterangan:

Yʹ = Nilai yang diprediksikan

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

X = Nilai variabel independen

3.8.3. Analisis Parsial

Analisis kolerasi parsial ini digunakan untuk mengetahui kuat atau lemahnya

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dapat dihitung

dengan koefisien korelasi.

Jenis korelasi hanya bisa digunakan pada hubungan variabel garis lurus (linier) adalah

korelasi Pearson Product Moment (r). Menurut Sugiyono (2016: 228):

“… teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan


hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval
atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama”.

Rumus korelasi Pearson Product Moment (r) adalah sebagai berikut:berbentuk interval
atau ratio dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama”. Rumus

korelasi Pearson Product Moment (r) sebagai berikut:

r √n−2
t=
√ 1−¿ ¿

Sumber: Sugiyono, (2016: 228)

Kolerasi PPM (Pearson Product Moment) dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak

lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ + 1). Apabila nilai r = -1 artinya kolerasi negatif sempurna; r = 0

artinya tidak ada kolerasi; dan r = 1 berarti kolerasi sangat kuat. Arti harga r akan

dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r pada Tabel 1.7.

Tabel 1.7.
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0, 399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono, (2016: 231)

3.8.4. Analisis Regresi Moderasi (Moderate Regretion Analysis)

Menurut Ghozali (2013:229) moderated regression analysis (MRA) adalah

pendekatan analitik yang mempertahankan integritas sampel dan memberikan dasar

untuk mengontrol pengaruh variabel moderator. Moderated regression analysis

dinyatakan dalam bentuk model persamaan sebagai berikut :

Y=α+β1X1+ β2X2+ β3X1X2+ε

Keterangan :

Y : Variabel dependen

α : Konstanta (intercept)
β1,β2 : Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen

X1X2 : Variabel Independen

Β3 : Koefisien regresi dari interaksi X1 dan X2

X1*X2 : Interaksi antara variabel X1 dan X2

ε : Error Term

3.9. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ini berfungsi untuk mengetahui besarnya pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penggunaannya, koefisien

determinasi menurut Wiratma Sujarweni (2012: 188) ini dinyatakan dalam rumus

persentase (%) dengan rumus sebagai berikut:

Kd = r x 100%

Keterangan:

Kd = Koefisien determinasi

r = Koefisien korelasi yang dikuadratkan

Koefisien Determinasi (Kd) merupakan kuadrat dari koefisien kolerasi sebagai

ukuran untuk mengetahui kemampuan masing-masing variabel yang digunakan dalam

penelitian. Nilai Kd yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel

independen yaitu pengaruh Balance Scorecard dan Value Relevance terhadap

variabel dependen yaitu Financial Performance Perusahaan serta seberapa besar

pengaruh variabel moderasi yaitu Cost of Equity dalam memoderasi pengaruh

Balance Scorecard dan Value Relevance terhadap Financial Performance Perusahaan

dinyatakan dalam persentase. Proses pengolahan data dalam penelitian ini akan

dilakukan dengan bantuan E-Views versi 11 Student Version.


3.10 Model Penelitian

Model penelitian merupakan abstraksi dari fenomena yang sedang diteliti.

Model penelitian menggambarkan hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen dan variable moderasi yang mempengaruhi kedua variabelnya

dalam bentuk gambar.

Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui pengaruh

Pengungkapan Balance Scorecard terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan melalui

Cost of Equity sebagai Variabel Moderasi, maka hubungan antar variabel dapat

digambarkan dalam model penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1.
Model Penelitian

Pengungkapan Balance
Scorecard (X1)
-Retensi Pelanggan
-Akuisisi Pelanggan
-Pangsa Pasar Performance (Y)
Amin Widjaja (2009) Return On Asset (ROA)
Kasmir (2012:202)
-Perspektif Bisnis
Internal
Administrative Expanse
to Total Revenue
Rangkuti (2017:105)
H3
- Perspektif
Pertumbuhan
Turnover Employee
Yuwono. S, dkk (2002: Cost Of Equity (M)
113-114) Capital Assets Pricing Model
(CAPM)
Productivity Employee Jogiyanto (2013:207)
Kaplan dan Norton
(2000: 113)

Anda mungkin juga menyukai