Anda di halaman 1dari 12

2023

Bentuk dan Mekanisme Pendirian Badan Usaha


Bidang Pendidikan
Silmy Halwany Ajda Haifa
220416027
Tugas Karya Ilmiah Mata Kuliah Kewirausahaan
Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini,
Universitas Muhammadiyah Bandung. Email: silmyhalwany03@gmail.com
Abstrak

Berbagai bentuk-bentuk badan usaha yang ada dalam menjalankan usaha, salah
satunya merupakan badan usaha berbentuk badan hukum pendidikan untuk
menyelenggarakan pendidikan formal. Dalam pendiriannya usaha bidang
pendidikan harus melalui beberapa tahapan mekanisme dan syarat-syarat agar
usaha pendidikan tersebut menjadi legal dalam pelaksanaannya sehingga
masyarakat dapat mempercayai anak-anaknya untuk menitipkan anaknya untuk di
didik secara formal melewati 3 tahapan yaitu pendirian, pengesahan dan
pengumuman. Belajar dari kasus Yayasan Assadiqqi di daerah Pekanbaru Riau
sangat memprihatinkan dikarenakan yayasan yang sudah bertahun-tahun berdiri
nyatanya yayasan tersebut belum terdaftar sehingga sekolahnyapun tidak berizin
sehingga mempersulit siswa-siswa yang sedang melakukan ujian sehingga hasil
ujiannya tertolak yang juga menyebabkan lulusan - lulusan dari sekolah tersebut
tidak melanjutkan pendidikannya (putus sekolah) ini merupakan bukti nyata
kelalaian para pengelola yayasan yang tidak cermat dalam mendaftarkan
yayasannya agar terdaftar sehingga aktifitas yang dilakukan yayasan tersebut
dianggap ilegal karena tidak memiliki izin untuk menyelenggarakan atau
mendirikan sekolah sekalipun. Maka dari itu, penulisan karya ilmiah ini bertujuan
untuk memaparkan bentuk dan mekanisme dalam mendirikan badan usaha
terutama dalam bidang pendidikan agar menjadi pedoman untuk mendirikan
yayasan yang terintegrasi dengan sekolah sebagai salah satu bidang usaha yang
diajukan untuk kelegalitasan usaha tersebut yang berbentuk sekolah sehingga
mempermudah bagi orang-orang yang tertarik dalam membangun usaha di bidang
pendidikan.

Kata kunci: Pendirian, Badan Usaha, Bidang Pendidikan

1
2023

1. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan


oleh Pemerintah atau masyarakat harus berbentuk badan hukum pendidikan. Hal
ini diatur di dalam pasal 53 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). 1
Sebenarnya, UU Sisdiknas
mengamanatkan pengaturan lebih lanjut tentang badan hukum pendidikan dalam
bentuk undang-undang. Namun, pada 31 Maret 2010 UU No. 9 Tahun 2009
tentang Badan Hukum Pendidikan sudah dibatalkan (dinyatakan tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat) oleh Mahkamah Konstitusi (MK) karena dinilai
bertentangan dengan UUD 1945. Walaupun UU BHP dibatalkan, pasal 53 ayat (1)
UU Sisdiknas yang menjadi payung hukum UU BHP tetap berlaku. MK
menyatakan pasal 53 ayat (1) konstitusional sepanjang frasa “badan hukum
pendidikan” dimaknai sebagai sebutan fungsi penyelenggara pendidikan dan
bukan sebagai bentuk badan hukum tertentu. Melalui putusannya, MK ingin
memperkuat keberagaman dari lembaga pendidikan. Artinya, satuan pendidikan
memang harus berbentuk badan hukum. Namun, tidak boleh dibatasi badan
hukum tertentu.2

Seseorang tidak dapat mendirikan institusi pendidikan formal (sekolah) yang


berbentuk Persekutuan Komanditer atau CV. CV bukanlah badan hukum karena
kekayaannya tidak dipisahkan (tidak memiliki kekayaan sendiri). Masing-masing
badan hukum memang memiliki karakteristik sendiri. Sebagian besar bertujuan
untuk kependingan usaha atau mencari keuntungan. Sementara karakteristik
pendidikan, sifatnya nirlaba. Karena itu, bentuk badan hukum yang paling tepat
adalah yayasan. Menurut pasal 1 angka 1 UU No. 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan Sebagaimana Telah Diubah dengan UU No. 28 Tahun 2004 (UU
Yayasan), yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Namun, yayasan
1
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang RI Nomor Nomor 20 Tahun 2003.
Jakarta: Depdiknas.
2
Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta:
Tidak diterbitkan.

2
2023

tidak otomatis bisa menyelenggarakan pendidikan. Yayasan harus membentuk


badan usaha untuk menjalankan bidang usaha yang sesuai dengan tujuannya.3

Selain yayasan, perkumpulan bisa menjadi bentuk badan hukum bagi lembaga
pendidikan, selama perkumpulan itu disahkan dengan akta notaris. Namun, dasar
hukum dari perkumpulan hanya ada di Staatsblad 1870 No. 64. Sementara,
yayasan memiliki undang-undang tersendiri dalam UU Yayasan. Undang-Undang
No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Sebagaimana Telah Diubah dengan UU No.
28 Tahun 2004

2. KAJIAN TEORI

A. Badan Usaha

Berbagai unit bisnis dalam pengelolaan perusahaan dilakukan oleh pengelola


tergantung dari jenis dan karakter bisnisnya. Ini karena usaha ini diciptakan
ratusan tahun yang lalu berbagai jenis transaksi maju dan mundur yang sesuai
perkembangan saat ini. 4Badan Usaha adalah badan hukum ekonomi untuk
mendirikan perusahaan untuk melakukan bisnis apa pun tetap dan
berkesinambungan, mapan, bekerja dan hidup di wilayah Negara Indonesia untuk
memperolehnya Laba/Keuntungan.5 Adapun pengertian menurut Dominic
Salvatore badan usaha adalah suatu organisasi yang mengombinasikan dan
mengordinasikan berbagai sumber daya untuk tujuan memproduksi atau
menghasilkan barang barang atau jasa untuk dijual. 6Perkembangan dunia usaha
tersebut, membuat para pelaku usaha untuk bersaing satu sama lain untuk mencari
peluang keuntungan yang lebih besar melalui berbagai cara. Hal demikian
mendorong para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya untuk mendirikan
badan usaha. Secara umum, badan usaha itu terdiri atas dua bentuk, yaitu badan

3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
4
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 35.
5
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaan di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm. 34.
6
USAHA, L. B. (2022). Bentuk-Bentuk Badan Usaha. Kewirausahaan (E-bisnis dan
Ecommerce), 263.

3
2023

usaha yang berbadan hukum, dan badan usaha yang tidak berbadan hukum.7
Badan usaha yang tidak berbadan hukum terdiri atas tiga, yaitu Persekutuan
Perdata, Firma dan Persekutuan Komanditer. Sedangkan badan usaha yang
berbadan hukum terdiri atas tiga, yaitu Perseroan Terbatas, Yayasan dan
Koperasi.

B. Yayasan

Dalam sistem hukum Common Law, Yayasan dikenal pula sebagai “Charitable
Foundation” yang menurut definisi Black’s Law Dictionary adalah :

“An organization dedicated to education, health, relief of the poor, etc.:


organized for such purposes and not for profit and recognized as such for tax
purposes under I.R.C chapter 509(a).”

Menurut Prof. Drs. S.S.T. Kansil, S.H dan Christine S.T. Kansil, S.H., M.H,
Yayasan adalah suatu badan hukum yang melakukan kegiatan dalam bidang
sosial. Dari beberapa ilustrasi diatas, secara umum dapat disimpulkan bahwa
yayasan merupakan suatu organisasi yang melakukan kegiatan sosial (amal) yang
tidak bertujuan untuk mencari keuntungan.8

a) Dasar Hukum Yayasan

Yayasan secara khusus diatur dalam Undang Undang Nomor 28 Tahun 2004
tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Menurut Pasal 1 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, menentukan bahwa :

“Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.”

Yayasan merupakan suatu badan hukum yang untuk dapat menjadi badan hukum
wajib memenuhi kriteria dan persyaratan tertentu yang ditentukan oleh Undang
7
Abdul R. Saliman, 2005, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Kharisma Putra Utama, Jakarta, hlm.
99
8
Arie Kusumastuti Maria Suhardi, Hukum Yayasan di Indonesia, (Jakarta : Indonesia LegaL Center
Publishing, 2002), hlm. 13-14

4
2023

Undang Yayasan. Adapun kriteria yang ditentukan adalah yayasan terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan, kekayaan yayasan diperunutkkan untuk mencapai
tujuan yayasan, yayasan mempunyai tujuan tertentu dibidang social, keagamaan
dan kemanusiaan, yayasan tidak mempunyai anggota.

Sedangkan persyaratan yang ditentukan agar yayasan dapat diperlakukan dan


memperoleh status sebagai badan hukum adalah pendirian yayasan sebagai badan
hukum harus mendapat pengesahan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia.9

b) Ciri - Ciri Yayasan

Yayasan harus dapat berperan sebagai wadah untuk mengembangkan kegiatan


sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Yayasan harus bersifat sebagai berikut :

i. Sosial (social) ;

ii. Keagamaan (religious) ;

iii. Kemanusiaan (humanity).

Oleh karena sifat-sifat tersebut di atas, maka para anggota Pembina, pengurus dan
pengawas yayasan harus bekerja secara sukarela, yakni tanpa menerima gaji, upah
atau honor tetap, serta tidak boleh bertujuan untuk memperkaya diri para pendiri,
Pembina, pengurus dan pengawas yayasan.10

c) Pertanggungjawaban Yayasan

Yayasan terdiri atas kekayaan yang dipisahkan adalah konsekuensi logis dari
bentuk hukum yayasan sebagai badan hukum, dimana kekayaan suatu badan
hukum itu harus dipisahkan dari kekayaan para pendirinya dan juga dari kekayaan
organ yayasan lainnya. Jadi kekayaan yayasan bukan merupakan kekayaan para
pendiri yayasan dan juga bukan merupakan kekayaan organ yayasan. Akibatnya,
para pendiri yayasan berikut organ yayasan tidak akan mendapat manfaat apapun
dari kekayaan yayasan dan hasil kekayaan dan kegiatan usaha yayasan tersebut.

9
Arie Kusumastuti Maria Suhardi, , Ibid, hlm. 15 dan 16
10
Arie Kusumastuti Maria Suhardi, Ibid, hlm. 15 dan 16

5
2023

Tanggung jawab para pendiri berikut organ yayasan adalah terbatas pada
kekayaan yayasan.11

3. STUDI KASUS

TEMPO.CO , Pekanbaru: Nasib 14 Murid Madrasah Ibtidaiyah Assadiqqi,


Pekanbaru yang gagal ikut ujian nasional lantaran sekolah tidak memiliki izin
belum jelas. Pertemuan antar lembaga merekomendasikan para murid untuk
mengikuti ujian Paket A. Namun Dinas Pendidikan Pekanbaru tidak dapat
memastikan lantaran status sekolah yang tidak memiliki legalitas.

“Solusi terbaiknya ujian Paket A, tapi sekolah ini tidak jelas statusnya,” kata
Kepala Seksi Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Pekanbaru, Firdaus, saat
ditemui Tempo, di kantor Ombudsman Riau, Rabu, 27 Mei 2015. Menurut
Firdaus, hasil pertemuan antar lembaga yakni Ombudsman, kantor Kementerian
Agama Pekanbaru, dan Yayasan Assadiqqi memberikan solusi agar para murid
dapat mengikuti ujian paket A. Namun persoalannya kata Firdaus, dalam aturan
ujian paket A, murid yang akan didafatarkan ke Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
untuk mengikuti ujian harus dari lembaga sekolah yang terdaftar dan memiliki
izin. “Sedangkan sekolah ini tidak jelas statusnya,” kata dia. Firdaus mengakui,
ujian paket A merupakan solusi terbaik agar para murid dapat memperoleh ijazah
dan meneruskan ke jenjang SMP. Namun lantaran sekolah tersebut tidak berizin,
tidak dapat dipastikan para murid bisa mengikuti ujian Paket A sesuai aturan
standar legalitas sekolah yang telah ditentukan. Dinas Pendidikan Pekanbaru akan
berkoordinasi dengan pemerintah Provinsi Riau untuk membahas masalah
tersebut. “Kami akan bicarakan dulu ke sentra pelayanan pendidikan di tingkat
provinsi,” katanya. Ketua Ombudsman Riau Ahmad Fitri mengaku bakal
memantau masalah tersebut hingga tuntas. Dia menilai ujian paket A merupakan
solusi terbaik. “Pemerintah menjamin ijazah paket A dapat diakui keabsahannya,
bisa digunakan untuk melanjutkan ke sekolah negeri,” katanya.

Wakil Ketua Yayasan Assadiqqi Ipan Febriawan tidak mau berkomentar banyak
terkait sekolah tidak berizin. “Nanti kita selesaikan semuanya,” ujarnya singkat.
11
Arie Kusumastuti Maria Suhardi, Ibid, hlm. 44

6
2023

Persoalan ini terungkap jelang Ujian Nasional 18-21 Mei 2015. Sebanyak 14
murid kelas VI MI Assidiqqi tidak dilibatkan dalam Ujian Nasional. Sekolah
tersebut ditolak panitia penyelenggara UN lantaran tidak memiliki izin.

Yayasan Assadiqqi telah berdiri sejak 2008 dan telah meluluskan 30 murid: 16
siswa pada 2014 dan 14 murid tahun 2015. Masalah di sekolah tersebut
sebenarnya sudah terjadi sejak tahun lalu. Ke-16 murid lulusan 2014 belum
diberikan ijazah oleh pihak sekolah, sehingga banyak murid ditolak masuk
sekolah menengah pertama negeri. Bahkan ada yang tidak sekolah. Sejauh ini,
belum ada sanksi tegas untuk yayasan Assadiqqi.12

Dari kasus diatas bisa diambil kesimpulan bahwa bahkan sebuah yayasan yang
sudah bertahun-tahun pun masih berpotensi tidak terdaftar secara hukum yang
melegalkan aktifitasnya sehingga menghambat terhadap perkembangan anak didik
dalam menempuh pendidikan. Dan menjadikan anak didiknya malah menjadi
putus sekolah akibat dari kelalaian para pengelola yayasan tersebut.

4. METODE PENELITIAN

Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode


pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan
penelitian. Studi Literatur adalah merupakan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku buku, majalah yang berkaitan
dengan masalah dan tujuan penelitian. Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang
sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian.
13
Pengertian Lain tentang Studi literatur adalah mencari referensi teori yang
relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan.

Secara Umum Studi Literatur adalah cara untuk menyelesaikan persoalan dengan
menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Dengan kata
lain, istilah Studi Literatur ini juga sangat familier dengan sebutan studi pustaka.

12
https://nasional.tempo.co/read/670100/sekolah-tak-berizin-nasib-14-siswa-tak-jelas
13
Danial dan Wasriah. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan UPI

7
2023

Dalam sebuah penelitian yang hendak dijalankan, tentu saja seorang peneliti harus
memiliki wawasan yang luas terkait objek yang akan diteliti. 14Jika tidak, maka
dapat dipastikan dalam persentasi yang besar bahwa penelitian tersebut akan
gagal.

5. PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pendirian Yayasan
Sebelum disahkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
(“UU Yayasan”), di Indonesia tidak ada peraturan perundang-undangan yang
secara khusus mengatur tentang yayasan. Kata yayasan memang terdapat dalam
beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Pasal 365, 899,
900, 1680) dan Rv (Pasal 6 ayat 3, dan pasal 236), namun dalam pasal-pasal
tersebut tidak terdapat definisi ataupun "aturan main" yang jelas tentang yayasan.
Maka yang dijadikan pedoman pendirian adalah UU Yayasan telah diubah oleh
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (“UU 28/2004”).

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. 15 Yayasan mempunyai organ yang
terdiri atas pembina, pengurus, dan pengawas.16 Pada dasarnya ada 3 tahapan
dalam proses pendirian yayasan. Tahapan tersebut ialah:

1. Pendirian

Pendirian yayasan dapat dilakukan oleh satu orang atau lebih ("orang" di sini
dapat berarti perseorangan ataupun badan hukum), dengan memisahkan sebagian
harta kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal.17 Dasar pendirian yayasan ini
dapat berupa kesepakatan para pendiri yayasan untuk melakukan kegiatan sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan ataupun dapat berdasar kepada suatu surat wasiat. 18
14
Handriani, D. J. (2019). Proses Adaptasi Ikatan Mahasiswa Fakfak Di Kota Bandung (Doctoral
dissertation, Universitas Komputer Indonesia). Hlm. 60
15
Pasal 1 angka 1 UU Yayasan
16
Pasal 2 UU Yayasan
17
Pasal 9 ayat (1) dan Penjelasan Pasal 9 ayat (1) UU Yayasan
18
Pasal 9 ayat (1) jo Pasal 9 ayat (3) dan Pasal 1 angka 1 UU Yayasan

8
2023

Proses pendiriannya sendiri dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam
bahasa Indonesia,19 kecuali untuk pendirian yayasan oleh orang asing atau
bersama-sama dengan orang asing akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.20 Dalam hal ini telah diatur dalam Bab V Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Yayasan
(“PP Yayasan”) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008
tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Yayasan (“PP 2/2013”).

Namun karena tidak menjelaskan apakah pendirian yayasan yang dimaksud


didirikan oleh orang Indonesia atau terdapat orang asing, maka penulis hanya
akan membahasnya jika didirikan oleh orang Indonesia.Perlu diketahui bahwa
jumlah kekayaan awal yayasan yang didirikan oleh orang Indonesia, yang berasal
dari pemisahan harta kekayaan pribadi pendiri, paling sedikit senilai Rp 10 juta. 21
Yang dimaksud dengan "senilai" adalah apabila harta kekayaan yang dipisahkan
tidak dalam bentuk uang rupiah, nilai harta kekayaan tersebut sama dengan Rp 10
juta.22 Apabila pendirian yayasan yang Anda maksud adalah berdasarkan surat
wasiat, maka harus dilakukan dengan surat wasiat terbuka23 dan dilaksanakan
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 9 PP Yayasan berikut:

Pendirian yayasan langsung dimuat dalam surat wasiat yang bersangkutan dengan
mencantumkan ketentuan anggaran dasar yayasan yang akan didirikan; atau
pendirian yayasan dilaksanakan oleh pelaksana wasiat sebagaimana diperintahkan
dalam surat wasiat oleh pemberi wasiat sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah ini.

2. Pengesahan

Status badan hukum bagi yayasan baru timbul setelah akta pendirian yayasan
memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.24 Untuk
19
Pasal 9 ayat (2) UU Yayasan
20
Pasal 9 ayat (5) UU Yayasan
21
Pasal 6 ayat (1) PP Yayasan
22
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) PP Yayasan
23
Pasal 8 PP Yayasan
24
Pasal 11 ayat (1) UU 28/2004

9
2023

memperoleh pengesahan, pendiri atau kuasanya mengajukan permohonan


pengesahan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui notaris yang
membuat akta pendirian yayasan tersebut. Notaris wajib menyampaikan
permohonan pengesahan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam
jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal akta
pendirian yayasan ditandatangani.25

Pengesahan terhadap permohonan tersebut diberikan atau ditolak dalam jangka


waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.26

Apabila permohonan pengesahan ditolak, maka penolakan pengesahan oleh


Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia wajib diberitahukan secara tertulis
disertai dengan alasannya kepada pemohon. Alasan penolakan tersebut adalah
bahwa permohonan yang diajukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam undang-
undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.27 Perlu dipahami bahwa perbuatan
hukum yang dilakukan oleh pengurus atas nama yayasan sebelum yayasan
memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab pengurus secara
tanggung renteng.28

3. Pengumuman

Akta pendirian yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum wajib
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Pengumuman
tersebut dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam jangka
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian
Yayasan disahkan. Pengumuman dikenakan biaya yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.29 Setelah ketiga proses tersebut dijalankan (pendirian,
pengesahan, dan pengumuman), maka yayasan tersebut telah sah didirikan
menjadi suatu badan hukum.

25
Pasal 11 ayat (2) dan (3) UU 28/2004
26
Pasal 12 ayat (2) UU 28/2004
27
Pasal 13 UU Yayasan
28
Pasal 13A UU 28/2004
29
Pasal 24 ayat (1), (2), dan (4) UU 28/2004

10
2023

6. PENUTUP

Berdasarkan dari kajian pustaka diatas bahwa untuk mendirikan suatu usaha di
Bidang pendidikan yang berbentuk usaha yang berbadan hukum yang berupa
Yayasan yang proses awalnya dari akta notaris untuk membagi bidang usahanya
dibidang pendidikan keberlangsungan aktifitas pendidikan yang formal yang
kemudian disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
diumumkan dalam tambahan Berita Negara Republik Indonesia sehingga
Lembaga Pendidikan ini sah secara hukum karena berhubungan dengan
keberlanjutan pendidikan peserta anak didik dalam menempuh pendidikannya dan
agar bisa bersaing dengan penyedia penyelenggara pendidikan formal lainnya
dengan penawaran yang lebih menarik tentunya.

REFERENSI

Arie Kusumastuti Maria Suhardi. 2003. Hukum Yayasan di Indonesia. Jakarta:


Abadi

11
2023

Asyhadie, Z. (2005). Hukum Bisnis. Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, PT


RajaGrafindo, Jakarta.
Danial, E., & Wasriah, N. (2009). Metode penulisan karya ilmiah. Bandung:
Laboraturium Pendidikan Kewarganegaraan.
Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan. Jakarta: Tidak diterbitkan.
Fuady, M. (2002). Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern.
Handriani, D. J. (2019). Proses Adaptasi Ikatan Mahasiswa Fakfak Di Kota
Bandung (Doctoral dissertation, Universitas Komputer Indonesia).
INDONESIA, P. R. (2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Saliman, A. R. (2005). Hukum bisnis untuk perusahaan. Teori dan Contoh Kasus,
Jakarta: Prenada Media Group.
USAHA, L. B. (2022). Bentuk-Bentuk Badan Usaha. Kewirausahaan (E-bisnis
dan Ecommerce), 263.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 perubahan atas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan UndangUndang
tentang Yayasan.
Website
https://nasional.tempo.co/read/670100/sekolah-tak-berizin-nasib-14-siswa-tak-
jelas

12

Anda mungkin juga menyukai