Hasil
Hasil
masalah kebersihan itu susah kita pernah ada program kerja bakti setiap jumat itu tapi
mereka cuma tinggal saja tidak ikut kerja bakti, bahkan biasa sambil kerja bakti kita dia
ada bakar ikan, itulah kesadaran nya orang sana yang masih kurang. Karena itu dia
prinsipnya di manapun dia berada dia tetap jadi nelayan, jadi tidak ada pikirannya untuk
masa depan. Masalah pendidikan juga itu jarang sekali anak-anak suku Bajo yang
bersekolah karena begitulah tidak berpikir panjang”
(ED,Staf Kelurahan, 33 tahun)
Dari hasil wawancara salah satu staf Kelurahan Bajoe mengenai budaya hidup masyarakat
suku Bajo yang membuat mereka masih belum memperhatikan masalah kebersihan dan
kesehatan.Hal tersebut dikarenakan masyarakat berpegang dalam satu prinsip yaitu di manapun
dan bagaimanapun itu mereka tetap menjadi nelayan. Alasan tersebut juga membuat hamper dari
semua anak-anak di Bajo tersebut tidak bersekolah karena lebih mementingkan pekerjaan nya
sebagai Nelayan.
“Biasa ada bantuan APD alat pelindung diri dari pusat bekerjasama dengan
Puskesmas yang dikasih itu lengkap satu tas ada baju, jas hujan, kaos tangan, topi,
kacamata.lalu bagikan ke beberapa Nelayan tapi memang tidak semua karena terbatas kan
dari pusat ji dan sebenarnya itu hanya sampel untuk nelayan.kalau semuanya juga mau
dikasih butuh dana banyak apalagi ini dari pusat ji bukan dari puskesmas, karena
puskesmas lebih ke pelayanan nya ji”
(CM, Staf K3KL, 29 tahun)
Salah satu Staf Tenaga kesehatan dari Puskesmas Bajoe, mengatakan bahwa bantuan alat
pelindung diri dari pusat yang bekerja sama dengan pihak Puskesmas sudah pernah dilakukan.
Pembagian alat pelindung diri untuk nelayan berupa baju,kaos tangan dan topi yang lengkap.
Namun pembagian APD tersebut belum merata untuk semua nelayan, karena faktor bantuan
yang masih terbatas.Petugas kesehatan juga menambahkan, kalau persoalan alat pelindung diri
itu bukan bagian dari program puskesmas karena mereka hanya fokus kepada pemberian
“Kalau penyuluhan kesehatan sudah pernah ada, otomatis kalau yang namanya
program PISPEKA itu pasti tentang kesehatan sama pemeriksaan kesehatan, tapi kalau
berbicara tentang penyuluhan khusus K3 pasti mereka bilang tidak pernah, padahal untuk
perilaku kesehatan itu sudah ada ”
(CM,Staf K3KL, 29 tahun)
Menurut salah satu petugas kesehatan, sudah ada penyuluhan yang pernah dilaksanakan di
“Kalau khusus K3 itu ada namanya pemantauan lingkungan kerja, yang kedua itu
pembinaan pekerja di tempat kerja,program kami dari puskesmas untuk K3 itu memang
untuk industri informal, jadi kami adakan pembinaan pekerja di tempat kerjanya jadi kita
turun langsung di tempat kerja untuk nelayan dan warga sekitar ada juga pemeriksaan
kesehatan nelayan di POS UKK”
(CM,Staf K3KL, 29 tahun)
Petugas kesehatan juga menambahkan bahwa program dari Puskesmas yang khusus K3
seperti pemeriksaan tempat kerja dan lingkungan kerja sudah ada.Dan pemeriksaan kesehatan
“Ada banyak faktor dek yang pertama itu takut membayar,ada juga yang sudah punya
bpjs, sama yang kedua itu budayanya orang disana adat-adatnya itu semua yang susah
untuk diubah perilakunya, seperti biasa ada yang Cuma pakai minyak gosok saja. Jadi saya
Tanya lain kali datangki saja langsung ke puskesmas cari saya, tidak dipersulit ji yang
namanya pelayanan kesehatan itu tidak dipersulit. Tapi yang jelasnya itu kami terus
berusaha dek toh bagaimana pelayanan kesehatan itu berjalan dengan baik”
(CM,Staf K3KL, 29 tahun)
Tenaga kesehatan menambahkan hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
faktor biaya yang mahal. Nelayan takut jika konsultasi masalah kesehatan di instansi kesehatan
akan membutuhkan biaya yang mahal. Selanjutnya, faktor budaya dan adat setempat yang masih
kental dengan kepercayaan untuk berobat dengan cara tradisional. Mereka lebih memilih untuk