Anda di halaman 1dari 20

ID FOOD Innovation Day 2023

E-Commerce sebagai Integrator Ekosistem Bisnis


Perdagangan di ID-FOOD

Nama Peserta :
1. Hemly Jambo (Pembimbing)
2. Hendy Aristianto (Ketua Tim)
3. Bagus Kurniawan (Wakil Ketua Tim)
4. Ardi Rustamsyah (Sekretaris Tim)
5. Diki Setiawan (Anggota)
6. Nauvan Sani P (Anggota)
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : E-commerce Sebagai Integrator Ekosistem


Bisnis Perdagangan di ID-FOOD

Bidang Karya Inovasi : Kepemimpinan Teknologi

Nama Peserta : Hendy Aristianto (Ketua)

Nama Anggota : 1. Bagus Kurniawan (Wakil Ketua)


Kelompok 2. Ardi Rustamsyah (Sekretaris)
3. Diki Setiawan (Anggota)
4. Nauvan Sani P (Anggota)

Penanggung Jawab : Hemly Jambo (Pembimbing)

Nomor Telpon :
Penanggung Jawab

Alamat Email :
Penanggung Jawab

Perusahaan : PT Perusahaan Perdagangan Indonesia

Alamat Perusahaan : Jl. Abdul Muis No 8, Jakarta Pusat


Daftar isi
Abstrak
PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) merupakan
Perusahan BUMN yang bergerak pada bidang bisnis perdagangan
domestik, internasional, pergudangan, dan logistic. PPI merupakan
gabungan dari 3 perusahaan niaga yaitu PT Tjipta Niaga (persero), PT
Dharma Niaga (persero) dan PT Pantja Niaga (persero) ditahun 2003.
Setelah itu, ditahun 2021, PPI dan PT BGR Logistik Indonesia melakukan
merger sehingga PPI sebagai induk perusahaan dan BGR menjadi anak
perusahaan dari PPI. PPI dibawah naungan ID-FOOD yang bergerak
dibidang Perdagangan Logistik, Pertanian, Argoindustri, serta Peternakan
dan Perikanan. PPI sebagai agregator dari Holding Pangan BUMN harus
mendukung ekosistem bisnis yang dimiliki oleh ID-FOOD dalam
pendistribusian produk pangan dan non pangan.
PPI memiliki berbagai varian komoditi perdagangan, baik pangan
maupun nonpangan yang didukung oleh anak perusahaan yang bergerak
sebagai logistic dan distributor untuk mendukung aktivitas bisnis
perdagangan. Walaupun sudah ada inisiasi untuk memanfaatkan
teknologi dalam menjalankan proses bisnisnya namun secara umum
masih secara semi tradisional. Banyak proses bisnis yang dilakukan
masih dengan cara manual, hal tersebut terjadi dikarenakan kurang
optimalnya PPI dalam menggunakan teknologi terutama support peran
PPI sebagai agregrator dalam holding Pangan BUMN.
Proses bisnis yang dilakukan secara tradisional atau manual,
menimbulkan beberapa dampak yang kurang baik bagi perusahaan salah
satunya ketidakefisiensi dan hilangnya potensi buyer dipasar, apalagi
bergabungnya PPI dalam holding Pangan BUMN mengakibatkan semakin
bertambahnya variasi produk dan ekosistem bisnis. Maka dari itu
diperlukan perubahan agar terciptanya proses bisnis yang efektif dan
efisien.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setelah bergabungnya PPI menjadi bagian dari ID-FOOD, banyak
tantangan dalam ekosistem bisnis yang muncul. Salah satunya yaitu daya
saing. Daya saing merupakan tantangan dalam perencanaan strategi dan
teknologi yang digunakan untuk menentukan goals perusahaan. Daya
saing yang dimiliki oleh PPI masih kurang dibandingkan dengan
kompetitor. Kalahnya daya saing terhadap kompetitor dikarenakan rasio
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan masih tinggi. Rasio biaya yang
tinggi terjadi karena beberapa faktor sehingga membuat harga barang
yang diperjualbelikan tidak dapat berkompetisi dengan para pesaing,
akibatnya margin keuntungan yang diterima oleh PPI rendah.
Faktor yang menyebabkan rasio biaya tinggi salah satunya adalah
fasilitas pendukung dan infrastruktur bisnis milik PPI masih kurang
memadai. Beberapa komponen didalam fasilitas maupun infrastruktur
masih menggunakan cara yang manual. Fasilitas pendukung yang kurang
memadai mengakibatkan pembiayaan logistik tinggi, keterlambatan alur
proses bisnis seperti administrasi serta delivery. Infrastruktur yang kurang
memadai akan menyebabkan kurangnya informasi terkait penjualan-
pembelian, trend dipasar, tidak efisiensinya proses bisnis yang
mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan terhadap pelayanan PPI.
Apalagi dengan bergabungnya PPI dengan holding pangan BUMN ID-
FOOD, jaringan cover area penjualan PPI akan semakin luas, jenis produk
semakin banyak serta ekosistem bisnis yang beraneka ragam.
Timbulnya tantangan dan permasalahan yang kompleks, PPI harus
menilai titik letak kekuatan dan kelemahan didalam perusahaan, melihat
posisi PPI didalam pasar, melakukan riset dengan melihat kecenderungan
perilaku dari buyer/customer, mengembangkan strategi dalam
meningkatkan produk, meningkatkan pengembangan karyawan serta
memiliki system yang terintegrasi berbasis teknologi agar ekosistem
bisnisnya tidak terganggu.
1.2 Ide Dasar
Dalam menemukan metode pencarian alternatif, tim kami
melakukan diskusi dengan menggunakan metode brainstorming. Metode
brainstorming yang dilakukan mengajak untuk tiap-tiap individu dengan
latar belakang, skill, pemikiran, permasalahan serta pengalaman yang
berbeda untuk mengidentifikasi masalah, menganalisis lalu
menyelesaikan permasalahan yang terjadi secara bersama. Sehingga
berdasarkan hasil diskusi tersebut dapat dituangkan kedalam analisis
strengths, weakness, opportunity, threat (SWOT). Berikut adalah
beberapa Analisa SWOT yang telah menjadi bahan diskusi oleh tim
terhadap penggunaan e-commerce sebagai integrator bisnis perdagangan
di ID-FOOD:
SWOT Analisis :

N Strengths Weakness
o
1. Established Customer Base Limited Online Presence
2. Product Expertise Technological Cap
3. Supply Chain Management Change in Operations
4. Physical Infrastructure Resource Constraints

N Opportunities Threads
o
1. Global Reach Intense Competition
2. Market Expansion Cybersecurity Risks
3. Enhanced Customer Experience Changing Consumer Behavior
4. Data-Driven Insights Infrastructure challenges

Strengths / Kekuatan:
1. Established Customer Base : Perusahaan telah memiliki basis
pelanggan dan pengenalan merk sehingga diarahkan saat bertransisi ke
e-commerce.
2. Product Expertise : Perusahaan memiliki pengetahuan mendalam
tentang produk, yang dapat menjadi keunggulan kompetitif di ruang e-
commerce.
3. Supply Chain Management : Perusahaan sudah memiliki jaringan rantai
pasokan yang efisien dan hubungan dengan supplier, yang dapat
dimanfaatkan dalam operasi e-commerce.
4. Physical Infrastructure : Gudang, pusat distribusi, dan infrastruktur
transportasi yang ada dapat digunakan logistik untuk mendukung operasi
e-commerce.
Weaknesses / Kelemahan:
1. Limited Online Presence : Perusahaan memiliki pengalaman dan
kehadiran terbatas di marketplace, sehingga sulit untuk bersaing dengan
pemain e-commerce yang sudah ada terlebih dahulu.
2. Technological Gap : Mengadopsi e-commerce memerlukan investasi
dalam teknologi, pengembangan situs web, dan pemasaran online, yang
mungkin menjadi kelemahan perusahaan yang tidak memiliki kemampuan
digital.
3. Change in Operations : Pergeseran dari proses tradisional ke e-
commerce membutuhkan perubahan operasional, seperti pemenuhan
pesanan, logistic, dan layanan pelanggan, yang mungkin menimbulkan
tantangan pada awalnya.
4. Resource Constraints : Perusahaan mungkin menghadapi kendala
sumber daya dalam hal tenaga terampil, anggaran, dan waktu untuk
berinvestasi dalam transformasi e-commerce.
Opportunities / Peluang:
1. Global Reach : E-commerce menawarkan akses ke basis pelanggan
yang lebih luas, memungkinkan perusahaan memperluas jangkauan
mereka di luar pasar dan memasuki buyer luar/internasional.
2. Market Expansion : E-commerce memberikan kesempatan untuk
mendiversifikasi penawaran produk, memasuki segmen pasar baru, dan
mengeksplorasi pasar baru yang mungkin tidak ada dalam perdagangan
secara tradisional.
3. Enhanced Customer Experience : E-commerce memungkinkan
pengalaman pelanggan yang dipersonalisasi, kampanye pemasaran yang
ditargetkan, dan pembelian online yang nyaman, yang dapat menarik dan
mempertahankan pelanggan.
4. Data-Driven Insights : Platform e-commerce menghasilkan data
pelanggan yang berharga, memungkinkan perusahaan memperoleh
wawasan tentang perilaku pelanggan, preferensi, dan tren pasar.
Threats / Ancaman :
1. Intense Competition : persaingan e-commerce sangat kompetitif,
dengan competitor yang telah mendominasi pasar. Perusahaan mungkin
menghadapi tantangan yang lebih besar termasuk dalam hal menarik
pelanggan.
2. Cybersecurity Risks : E-commerce menghadapkan bisnis pada
ancaman keamanan siber, seperti pelanggaran data dan penipuan online,
yang membutuhkan logistik dan keamanan yang kuat.
3. Changing Consumer Behavior : Preferensi dan perilaku konsumen
berkembang, dengan meningkatnya permintaan untuk belanja online.
Gagal beradaptasi dengan perubahan ini dapat menyebabkan hilangnya
pangsa pasar.
4. Infrastructure Challenges: E-commerce membutuhkan konektivitas
internet yang andal, logistic yang efisien, dan jaringan pengiriman jarak
jauh. Infrastruktur yang tidak memadai di wilayah tertentu dapat
menghambat keberhasilan transisi menuju e-commerce.

Jumlah Pengguna Internet di Indonesia

273.8
300 215.63
250
200
150
100
50
0
2022
*dalam Jutaan
Jumlah Populasi Jumlah Pengguna Internet
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi ekonomi digital
yang sangat besar. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh
Asosiasi Penyelanggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2022,
pengguna internet di Indonesia mencapai 215,63 juta orang setara
dengan 78% dari total populasi yang ada di Indonesia dan akan diprediksi
semakin meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2021 terdapat peningkatan
pengguna belanja online yang semula dari 11% meningkat menjadi 25%.
Peningkatan ini didominasi oleh kelompok millennials (26 – 35 tahun)
sebanyak 48%, selanjutnya kelompok gen Z (18 – 25 tahun) sebanyak
23%. Hal ini menjadi sebuah peluang yang besar, dimana pada kelompok
umur tersebut berada difase bonus demografi dimana penduduk usia
produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif, sehingga
lite time tingkat konsumtif mereka masih panjang.

Gross Merchandise Value 2021


$70

$60

$50

$40

$30

$20

$10

$-
Indonesia Vietnam Thailand Filipina Malaysia Singapore

Gross Merchandise Value 2021

Pertumbuhan pengguna platform e-commerce dalam melakukan


belanja secara online di Indonesia sangat tinggi. Berdasarkan laporan e-
Conomy SEA 2021 yang dipublish oleh Temasek, Google, serta Bain &
Company menyebutkan nilai ekonomi digital Indonesia melalui
perdagangan e-commerce yang tercermin dari Gross Merchandise Value
(GMV) pada tahun 2021 tercatat sebanyak US$ 70 Miliar. Pada tahun
2022 East Ventures-Digital Competitives Index (EV-DCI) menghitung daya
saing digital diseluruh provinsi yang ada di Indonesia yaitu sebesar 35,2
poin. Adapun poin tersebut masih sangat rendah bagi pasar di Indonesia
yang telah menjadi pasar ekonomi internet tertinggi di Asia Tenggara
sebesar 40%.
Maka dari itu diperlukan inovasi untuk membuat sebuah wadah
platform e-commerce yang dapat mencakup semua lini yang ada dalam
ekosistem bisnis, sehingga pasar ekonomi digital di Indonesia semakin
tumbuh. Dengan e-commerce, bisnis dapat menjual produk atau layanan
mereka secara online, yang berarti mereka dapat menjangkau pelanggan
yang tersebar secara geografis. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan
penjualan dan pendapatan. Selain itu, e-commerce memungkinkan bisnis
beroperasi 24/7, yang berarti pelanggan dapat berbelanja kapan saja,
siang atau malam. Kemudahan ini juga dapat menyebabkan peningkatan
penjualan perusahaan.

BAB 2
INOVASI
2.1 Bentuk Inovasi

 Tujuan dan sasaran inovasi

Tujuan ide/inovasi untuk diciptakannya teknologi e-commerce


sebagai integrator ekosistem bisnis perdagangan ID-FOOD yaitu untuk
membangun daya saing melalui pemanfaatan teknologi informasi dengan
menyediakan teknologi yang adaptif. Dengan menyediakan teknologi yang
adaptif dapat menjadi akselelator pertumbuhan perdagangan secara
elektronik bagi sebuah bisnis. E-commerce sebagai integrator ekosistem
bisnis perdagangan ID-FOOD berperan dalam menghubungkan semua
elemen bisnis dalam rantai nilai perdagangan ID-FOOD. E-commerce
memungkinkan ID-FOOD untuk menjual produk mereka secara online
kepada pelanggan, sehingga memperluas jangkauan pasar mereka.
Sebagai integrator ekosistem bisnis, e-commerce juga memungkinkan ID-
FOOD untuk bekerja sama dengan pemasok, distributor, dan mitra lainnya
dalam rantai pasokan. Melalui platform e-commerce, ID-FOOD dapat
dengan mudah berkomunikasi dan berkoordinasi dengan semua pihak
terkait seperti pemasok, distributor, mitra, dan pelanggan.
Penggunaan e-commerce dalam elemen bisnis dapat membantu
pelaku bisnis untuk menerapkan strategi time to market agar jauh lebih
efektif dalam pelaksanaannya. Time to market mengacu pada jumlah
waktu yang diperlukan untuk produk atau layanan untuk dikembangkan,
diproduksi, dan tersedia untuk dijual atau digunakan di pasar. Ini adalah
metrik penting untuk bisnis, terutama dalam industri yang kompetitif,
karena berdampak langsung pada kemampuan mereka untuk
memanfaatkan peluang pasar dan mendapatkan keunggulan kompetitif.
Konsep time to market mencakup keseluruhan proses
pengembangan produk, dimulai dari ide atau konsep awal dan dilanjutkan
melalui desain, produksi, pengujian, dan distribusi. Ini mencakup semua
aktivitas yang diperlukan untuk mengubah ide menjadi produk nyata yang
dapat diluncurkan dan dijual kepada pelanggan. Sehingga pelaku bisnis
dapat menetapkan strategi penjualannya dengan tepat tanpa melewatkan
tren yang ada dipasar.
Penggunaan e-commerce ini juga dapat menerapkan Superior
Product/Service. Dalam konteks produk atau jasa, "superior" mengacu
pada kualitas atau karakteristik yang membuatnya menonjol dan unggul
dibandingkan dengan yang lain di pasar. Produk/jasa unggulan memiliki
fitur unik, fungsionalitas, atau manfaat yang memberikan nilai tambah,
kualitas, atau kinerja kepada pelanggan.
Selain itu juga, penggunaan e-commerce terdapat bagian dari
Comply to Governance. Comply to governance ini mengacu pada
kepatuhan terhadap kerangka hukum, peraturan, dan etika yang mengatur
praktik dan operasi bisnis. Ini melibatkan mengikuti undang-undang,
peraturan, standar industri, dan prinsip etika yang relevan dengan industri
atau pasar tertentu. Kepatuhan terhadap tata kelola sangat penting untuk
memenangkan daya saing pasar
Singkatnya, kepatuhan terhadap tata kelola sangat penting untuk
memenangkan daya saing pasar karena memastikan perilaku legal dan
etis, mengelola risiko, meningkatkan reputasi, membangun kepercayaan
di antara pemangku kepentingan, dan memberikan keunggulan kompetitif.
Dengan memasukkan tata kelola sebagai elemen inti dari strategi bisnis
mereka, perusahaan dapat memposisikan diri untuk sukses jangka
panjang di pasar.
Untuk dapat memanfaatkan platform e-commerce sebagai
integrator ekosistim bisnis perdagangan di ID-FOOD dengan baik,
diperlukan penguatan ekosistem digital yang meliputi sumber daya
manusia, perangkat komunikasi, dan infrastruktur digital. Pemerintah juga
perlu memberikan dukungan berupa regulasi, insentif, dan fasilitasi bagi
pelaku ekonomi kreatif yang ingin masuk ke ekosistem digital. Dengan
demikian, e-commerce dapat menjadi salah satu solusi untuk
mengembangkan sektor ekonomi kreatif di Indonesia, khususnya di
bidang pangan.
 Deskripsi teknis inovasi
 Kondisi sebelum inovasi (kekurangan/kerugian yang ada, hasil yg
belum optimal)
Proses bisnis yang dilakukan PPI saat ini masih dilakukan dengan
cara semi tradisional. Sedangkan ekosistem bisnis pada PPI semakin luas
dikarenakan telah bergabung dengan Holding Pangan BUMN ID-FOOD.
Beberapa proses bisnisnya hingga kini masih dilakukan dengan cara
manual, fasilitas yang tidak mendukung, kurangnya sistem yang capable
dalam operasional bisnis, infrastruktur pendukung bisnis yang belum
memadai serta budaya kerja yang tidak mengikuti perkembangan zaman.
Hal tersebut menimbulkan beberapa dampak yang tidak baik bagi
perusahaan karena proses bisnis yang tidak efisien mengakibatkan
terjadinya missed opportunity terhadap pelanggan.

 Kondisi setelah inovasi

Implementasi teknologi terhadap bisnis khususnya penggunaan


platform e-commerce, dapat memberikan banyak dampak positif kepada
perusahaan. Salah satunya meningkatkan penjualan karena
memungkinkan bisnis menjangkau buyer atau calon buyer yang lebih luas,
system yang beroperasi selama 24/7, mengurangi biaya overhead yang
dapat mengganggu cashflow perusahaan, serta memberikan pengalaman
berbelanja yang nyaman dan mudah bagi pelanggan. Apabila
pengembangan e-commerce pada proses bisnis dapat dimanfaatkan
dengan baik, bukan tidak mungkin dapat menghasilkan profit lebih kepada
PPI.

 Tahapan/roadmap inovasi
Untuk mencapai inovasi bisnis yang dilakukan, tim kami melakukan
penyusunan roadmap bisnis dalam e-commerce sebagai integrator
ekosistem bisnis perdagangan di ID-FOOD. Pertama tim inti melakukan
perencanaan dan strategi untuk dapat memetakan kebutuhan dan
menyusun program kerja dalam mengintegrasi ekosistem bisnis.
Selanjutnya pemilihan platform dilakukan agar bisnis yang akan dijalankan
sesuai dengan tujuan perusahaan. Kemudian tim IT melakukan desain
dan pengembangan situs web yang akan memudahkan user dalam
mengakses komponen menu pilihan maupun fasilitas yang ada pada
platform. Lalu tim IT mengatur penempatan dalam produk katalog sesuai
dengan komoditasnya masing-masing serta membangun manajemen
konten dalam software digunakan untuk menambahkan isi dari suatu situs
web. Tim IT dan tim keuangan melakukan kolaborasi dalam sistemasi
pembayaran secara online, dapat melalui QRIS, Mobile Banking, Fintech
yang terintegrasi dengan laporan keuangan perusahaan. Kemudian tim IT
memastikan bahwa software maupun hardware yang digunakan tidak
mengalami kendala ketika sedang berjalan. Selanjutnya tim marketing
membuat konten yang menarik sehingga dapat menarik user untuk
memasang toko maupun iklan yang tersedia pada platform tersebut. Dan
yang terakhir Tim IT akan melakukan monitoring secara berkala dan
melakukan upgrading untuk mendapatkan system yang optimal.
2.2 Implementasi/rencana Implementasi

 Kebutuhan Kompetensi dan sumber daya


 Tahapan penerapan inovasi/rencana implementasi
 Kegiatan monitoring inovasi
 Kelayakan implementasi inovasi

BAB 3
MANFAAT
Qcdsm
Quality = pelayanan yang lebih baik
Cost = memangkas jalur rantai pasok penjualan (distribusi)
Delivery = pengiriman yang cepat (berkerjasama dgn pihak lain (gojek,
grab dll)
Safety = security, keamanan dalam proses bisnis (penjualan dan
pembelian), SSL
healthy :
environment : nilai jual thd membantu para petani
moral :
BAB 4
KREATIFITAS DAN STANDARISASI INOVASI
4.1 Keunggulan Inovasi
E-commerce yang akan dikembangkan sebagai integrator
ekosistem bisnis perdagangan di ID-FOOD memiliki keunggulan inovasi
yang lebih dibandingkan dengan e-commerce pada umumnya. Contohnya
seperti shopee, e-commerce shopee pada awalnya memiliki model bisnis
C2C (costumer to costumer) akhirnya shopee beralih ke model hybrid
dengan menambahkan model bisnis B2C (business to costumer),
sedangkan model bisnis yang akan dikembangkan pada e-commerce ID-
FOOD ini memiliki 3 model bisnis, yaitu B2G (business to government),
B2B (business to business) serta B2C (business to costumer). Dengan
keunggulan dengan memiliki lebih banyak model bisnis dibandingkan
dengan kompetitor, PPI dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Dengan
support dari Holding Pangan BUMN, banyak komoditas perdagangan
yang ditawarkan pada e-commerce ID-FOOD. Pasar yang lebih luas
secara tidak langsung akan mengundang para pelaku bisnis seperti
penjual dan pembeli baik luar maupun dalam negeri dalam bertransaksi
pada e-commerce tersebut.
4.2 Standarisasi Inovasi

BAB 5
RISIKO DAN MITIGASI
5.1 Risiko Inovasi
Saat beralih dari transaksi manual ke e-commerce dalam
implementasi proyek inovasi, ada beberapa risiko yang harus diperhatikan
oleh organisasi. Faktor risiko utama meliputi:
1. Keamanan Data: E-commerce melibatkan transfer, data pelanggan
dan informasi keuangan yang sensitif. Salah satu risiko utama
adalah potensi pelanggaran data, di mana individu yang tidak
berhak mendapatkan akses ke informasi sensitif ini. Hal ini dapat
menyebabkan kerugian finansial, kerusakan reputasi, dan
konsekuensi hukum.
2. Keandalan Sistem: E-commerce sangat bergantung pada
infrastruktur teknologi, termasuk server, jaringan, dan aplikasi
perangkat lunak. Gangguan atau kegagalan apa pun dalam sistem
ini dapat menyebabkan downtime situs web, masalah pemrosesan
pesanan, atau kegagalan transaksi. Keandalan sistem yang buruk
dapat menyebabkan pelanggan frustrasi, kehilangan penjualan,
dan merusak reputasi merek.
3. Pengalaman Pengguna: Transisi dari transaksi manual ke e-
commerce mengharuskan pengguna beradaptasi dengan platform
online baru. Jika situs web atau aplikasi e-commerce memiliki
antarmuka pengguna yang kompleks atau sulit dinavigasi, hal itu
dapat menyebabkan frustrasi pengguna, pembelian yang
terbengkalai, dan penurunan kepuasan pelanggan.
4. Penipuan Pembayaran: Platform e-commerce adalah target yang
menarik untuk penipuan pembayaran, termasuk penipuan kartu
kredit, pencurian identitas, dan serangan phishing. Penipu mungkin
mencoba mengeksploitasi kerentanan dalam sistem pemrosesan
pembayaran atau mengelabui pelanggan agar mengungkapkan
informasi pribadi mereka.
5. Inventory Management: Perpindahan dari sistem manajemen
inventaris manual ke e-commerce membutuhkan pelacakan
inventaris yang akurat dan real-time. Tingkat persediaan yang tidak
akurat dapat menyebabkan penjualan berlebih, kehabisan stok,
pengiriman tertunda, dan pelanggan yang tidak puas.
5.2 Mitigasi Risiko Inovasi
A
BAB 6
POTENSI PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN

BAB 7
KESIMPULAN

LAMPIRAN

Potensi pengembangan dalam ekosistem e-commerce

 Mengembangakan dalam hal kegiatan event menjadi secara virtual


antar penjual dan pembeli.
 Melakukan pemasaran secara virtual di dalam aplikasi e-commerce
dapat melalui ads dan pop up ads.

Kendala tambahan latar belakang:


perputaran cashflow, pencairan piutang yang lama / persediaan, piutang
macet
Abstraksi
Perusahaan perdagangan tradisional mengacu pada bisnis yang terlibat
dalam pembelian dan penjualan barang atau jasa melalui saluran
konvensional, seperti toko ritel fisik, pasar grosir, atau penjualan langsung.
Perusahaan-perusahaan ini biasanya mengandalkan interaksi tatap muka,
proses manual, dan transaksi offline untuk menjalankan bisnis mereka.

Namun, dengan munculnya e-commerce dan meningkatnya dominasi


belanja online, banyak perusahaan perdagangan tradisional menyadari
kebutuhan untuk menyesuaikan dan mengubah proses penjualan mereka
agar tetap kompetitif di era digital. Transformasi ini melibatkan
pemanfaatan teknologi dan membangun kehadiran online melalui platform
e-commerce.

Berikut adalah beberapa aspek kunci dari proses transformasi dari


perdagangan tradisional ke e-commerce:

1. Membangun kehadiran online: Langkah pertama adalah membuat situs


web e-niaga yang kuat atau menyiapkan akun di pasar online populer. Ini
memungkinkan perusahaan perdagangan untuk memamerkan produk
atau layanannya, memberikan informasi terperinci, dan memfasilitasi
transaksi online.

2. Pemasaran dan branding digital: Untuk menarik pelanggan ke platform


online mereka, perusahaan perdagangan perlu mengadopsi strategi
pemasaran digital. Ini termasuk pengoptimalan mesin telusur (SEO), iklan
bayar per klik, pemasaran media sosial, pembuatan konten, dan teknik
lain untuk meningkatkan visibilitas merek dan menjangkau audiens yang
lebih luas.

3. Merampingkan operasi: Transisi ke e-commerce melibatkan pemikiran


ulang dan pengoptimalan berbagai proses bisnis. Ini mungkin termasuk
mendigitalkan manajemen inventaris, pemrosesan pesanan, dan logistik,
serta menerapkan gateway pembayaran online dan sistem otomatis untuk
pengiriman dan pelacakan.
4. Meningkatkan pengalaman pelanggan: E-commerce memungkinkan
perusahaan perdagangan untuk memberikan pengalaman pelanggan
yang mulus dan personal. Mereka dapat menawarkan fitur seperti
rekomendasi yang dipersonalisasi, ulasan pelanggan, opsi pencarian
mudah, dukungan pelanggan 24/7, dan berbagai metode pembayaran.
Perbaikan ini bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan
mendorong pembelian ulang.

5. Menyesuaikan penetapan harga dan strategi bersaing: E-commerce


sering kali melibatkan transparansi harga yang lebih besar dan persaingan
yang meningkat. Perusahaan perdagangan perlu menganalisis tren pasar,
strategi penetapan harga pesaing, dan perilaku konsumen untuk
menyesuaikan model penetapan harga dan posisi kompetitif mereka.

6. Mengintegrasikan saluran offline dan online: Banyak perusahaan


perdagangan tradisional memiliki toko fisik atau membangun hubungan
dengan pengecer fisik. Untuk mengoptimalkan transformasi e-niaga
mereka, mereka dapat menjelajahi opsi untuk mengintegrasikan saluran
online dan offline. Ini mungkin melibatkan penawaran layanan klik-dan-
kumpulkan, memungkinkan pengembalian di dalam toko untuk pembelian
online, atau memanfaatkan toko fisik mereka sebagai pusat pemenuhan.

7. Analisis dan wawasan data: E-commerce memberi perusahaan


perdagangan sejumlah besar data tentang perilaku pelanggan, preferensi,
dan tren penjualan. Memanfaatkan alat dan teknik analitik data, bisnis
dapat memperoleh wawasan berharga untuk membuat keputusan
berdasarkan data, meningkatkan strategi pemasaran, dan
mengoptimalkan penawaran produk mereka.

Penting untuk diperhatikan bahwa transformasi ke e-commerce


membutuhkan perencanaan yang matang, investasi dalam infrastruktur
teknologi, dan pelatihan karyawan. Ini juga melibatkan adaptasi budaya
perusahaan untuk merangkul transformasi digital dan mengikuti tren dan
teknologi e-commerce yang berkembang.
Dengan merangkul e-commerce, perusahaan perdagangan tradisional
dapat memperluas jangkauan pasar mereka, memasuki segmen
pelanggan baru, meningkatkan penjualan, dan tetap kompetitif dalam
lanskap bisnis yang selalu berubah didorong oleh perdagangan online.

Kajian Pustaka
(1) Peta Jalan E-commerce dan Manfaatnya Bagi Ekosistem
Perdagangan Online .... https://iprice.co.id/trend/insights/peta-jalan-
e-commerce-dan-manfaatnya-bagi-ekosistem-perdagangan-online-
indonesia/.
(2) Merunut Perkembangan e-Commerce di Indonesia - detikFinance.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5484706/merunut-
perkembangan-e-commerce-di-indonesia.
(3) Penguatan Ekosistem Digital dalam Sektor Ekonomi Kreatif di
Indonesia.
https://kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif/Penguatan-
Ekosistem-Digital-dalam-Sektor-Ekonomi-Kreatif-di-Indonesia.
(4) Kemendag: 4 Juta UMKM Masuk dalam Ekosistem E-Commerce -
Bisnis Finansial.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20210913/12/1441547/kemendag-
4-juta-umkm-masuk-dalam-ekosistem-e-commerce.
(5) (Penguatan Ekosistem Digital dalam Sektor Ekonomi Kreatif di
Indonesia.
https://kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif/Penguatan-
Ekosistem-Digital-dalam-Sektor-Ekonomi-Kreatif-di-Indonesia.
(6) Data pengguna internet
https://dataindonesia.id/digital/detail/apjii-pengguna-internet-
indonesia-21563-juta-pada-20222023
(7) EV-DCI
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/04/06/daya-saing-
digital-indonesia-naik-pada-2023-didorong-kesiapan-sdm-hingga-
peran-pemerintah#:~:text=East%20Ventures%2DDigital
%20Competitiveness%20Index,yang%20digunakan
%200%2D100%20poin
(8) Data kelompok umur pembeli online
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/03/riset-
milenial-paling-gemar-belanja-online-saat-pandemi
(9) https://www.cnbcindonesia.com/tech/20230215145223-37-
414052/warga-ri-habiskan-rp-851-t-buat-belanja-online-beli-apa-
aja#:~:text=Menurut%20laporan%20terbaru%20dari%20firma,ke
%2Dtahun%20(YoY).
(10) https://store.sirclo.com/blog/tren-belanja-online-2022/
(11) Data perbandingan GMV asia tenggara
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/11/ekonomi-
digital-indonesia-tertinggi-di-asia-tenggara

Anda mungkin juga menyukai