Anda di halaman 1dari 19

BAB III

DASAR TEORI

Casing merupakan suatu pipa baja yang berfungsi untuk menjaga kestabilan lubang
bor agar tidak runtuh, menutup zona yang bertekanan abnormal, zona lost dan sebagainya.
Sesudah suatu pemboran mencapai kedalaman tertentu, maka didalaman lubang bor tersebut
penting dipasang casing setelah itu dilanjutkan dengan penyemenan (Ariadji, 2016). Program
casing ini merupakan tahap pertama pada perencanaan konstruksi sumur. Apabila semua
program casing dan penyemenan sudah dilakukan dan mencapai formasi produktif, kemudian
sumur dikomplesi dengan melakukan perforasi untuk memproduksi fluida hidrokarbon
kepermukaan. Casing mempunyai fungsi penting dalam pengeboran dan penyelesaian sumur.
Adapun beberapa fungsi casing yaitu sebagai berikut
1. Mencegah Gugurnya Dinding Sumur
Pada formasi batuan yang tidak terkonsolidasi dengan baik, kegiatan pemboran melalui
formasi seringkali mengakibatkan lubang bor yang lebih lebar. Pembesaran lubang bor
disebabkan runtuhnya dinding lubang bor, lebih jauh apabila lapisan lunak ini berganti-ganti
dengan lapisan keras sehingga akan memberikan efek pembelokan terhadap drill string.
2. Mencegah Terkontaminasinya Air Tanah Oleh Lumpur Pemboran
Menyeimbangkan tekanani formasi saat pengeboran membutuhkan
penggunaan jenis lumpur pengeboran tertentu. Lumpur dengan densitas yang tinggi
digunakan untuk mencegah air masuk ke lubang bor dan menyebabkan kontaminasi. Lumpur
pemboran ini membantu menjaga tekanan hidrostatis dalam formasi, memastikan kelancaran
proses pemboran. Saat lumpur mengalir dalam lubang bor melalui bukaan dalam formasi,
lumpur tersebut menumpuk di dinding lubang bor. Masuknya filtrati lumpur ke dalam
formasi bisa menyebabkan adanya air. Untuk mencegah kontaminasi air formasi, dipasang
casing.
3. Menutup Zona Bertekanan Abnormal dan Zona Loss Zona
Tekanan abnormal merupakan zona yang bisa menyebabkan terjadinya well kick, yaitu
sasat fluida formasi masuk ke dalam sumur. Selain itu, jika cairan ini membentuk gassdan
tidak segeraidiproses, akan terjadi semburan liar (blow out) yang berbahaya, tetapi
kerugiannya akan sangat besar. Zona lost adalah zona dimana lumpur pemborang menghilang
kedalam formasi.
4. Membuat Diameter Sumur Tetap
Seperti disebutkan sebelumnya mud cake terbentuk di dinding lubang bor sebagai
akibat dari waktu yang dibutuhkan dan permeabilitas batuan tempat lumpur dibor. Semakin
tinggi permeabilitasnya, maka mud cake akan semakin tebal. Oleh karena itu, dengan
memasang casing diameter lubang bor akan tetap terjaga. Ini akan sangat membantu jika kita
membutuhkan data volum annulus secara tepat.
5. Mencegah Hubungan Langsun Antar Formasi
Misalnya jika sebuah sumur dirancang untuk mendapatkan minyak dan gas dari
lapisaniyang berbeda untuk diproduksi bersama, maka akan dipasang casing dan packer
untuk memisahkan dua lapisan produktif.
6. Sebagai Tempat BOP dan Peralatan Produksi
Blow out preventer (BOP) adalah suatu alat untuk mencegah terjadinya semburan liar,
menahan tekanan sumur yang berada dalam kondisi kick. BOP ditempatkan pada surface
casing. alat produksi yang dipasang pada casing. contohnya Xmas tree dan lain-lain.
3.1. Jenis Jenis Casing
Dalam melakukan pemboran suatu sumur diperlukan berbagai jenis casing untuk
menunjang kegiatan pemboran tersebut. Casing yang digunakan tersedia dalam berbagai
ukuran dan dibutuhkan pada kedalaman yang berbeda. Jenis-jenis casing yang digunakan
adalah sebagai berikut:
3.1.1. Conductor Casing
Conductor casing dipasang pada permukaan yang dangkal yang merupakan sebuah
rangkaian pipa pendek yang memiliki Panjang (90 ft - 150 ft) dan diameter (16 inch - 30
inch). Biasanya digunakan sebagai pipa casing dalam kondisi tanah lembek seperti rawa-rawa
atau lepas pantai (sering disebut stove pipe). Conductor casing berbungsi untuk mencegah
kerusakan pada strukturstanah dasar menara bor dan lepas pantai. Pipa conductor juga dapat
digunakan untuk melindungiicasing selanjutnya dari korosi dan sebagai menopang beban
wellheadsdilokasi dimana kondisi tanahitidak mendukung.
3.1.2. Surface Casing
Casing ini dipasang cukup dalam sehingga dinding lubang bor tidak runtuh dalam
formasi yang tidakikompak di dekat permukaan. Ini adalah titiksawal untuk tetap berada di
sumur yang sudah selesai. Diameter surface casing harus lebih kecil dari conductorscasing.
kedalaman pemasangan mungkin hanya perkiraan (200 ft), tetapi dalam beberapa kasus bisa
ribuan kaki (ditentukan oleh aturan setempat). Pipa ini juga dipasang sebagaiipelindung dari
tanah.

3.1.3. Intermediate Casing


Casing ini dipasang dizona tekanan berlebih untuk melindungi sumur dari lapisan
bermasalah, seperti zona garam yang bergerak atau serpih gua. Tujuan utama memasang
casing intermediat adalah untuk melindungi lubang bor. Casing ini digunakan untuk
menutupi lapisan/formasi yang lemah dan kemungkinan dapat rusak oleh lumpur yang
memilikiidensitas tinggi yang dibutuhkan pada pemboran.

3.1.4. Production Casing


Production casing merupakan rangkaian casing terakhir yang dibangun untuk
mengisolasi zona produksi. Dalam formasi produkif dan zona beragam yang ditembus oleh
lubangi bor, casing produksi digunakan untuk mengisolasi cairan yang tidak diinginkan.
Untuk penggantian dan perawatan, casing produksi atau oil string dapat ditarik atau diangkat
keluar untuk penggantian dan diperbaikan. Oil string (tubing) ini harus dibuat dari pipa yang
terbaik yang tersedia yang dapat menahan berbagai situasi.

3.1.5. Liner
Liner merupakan suatu rangkaian yang tidak sampai kepermukaan
merupakan pipa yang terpendek dan dipasangimulai dari dasar lubangisampai pada suatu titik
100 ft atau lebihidi atas bagian bawah intermediate casing. Mekanisme yang disebut
gantungan menggantung liner dari serangkaian caing di atasnya. Liner string sering kali
disemen, namun terkadang diabaikan. Keuntungan utama dari liner adalah lebih murah dan
hanya membutuhkan sejumlah kecil pipa untuk diletakkan di permukaan. Gambar (3.1)
merupakan jenis-jenis casing.
Gambar 3. 1 Jenis Casing (Herriot, 2005).

3.2. Spesifikasi Casing


3.2.1. Diameter
Diameter luar (OD), diameter dalam (ID), dan drift diameter adalah tiga (3) jenis
diameter yang terdapat pada casing. Ukuran dinding casing luar diukur dalam diameter luar
(OD). Diameter dalam dan ketebalan casing (drift diameter) adalah dua parameter yang
terkait erat dengan diameter luar.

3.2.2. Berat Nominal


Berat nominals casing adalah berat rata-rata badan dan couplings persatu satuan
Panjang. Satuan lbs per foot (lbs/ft) sering digunakan dan kilo gram per meter (kg/m). dalam
penerapan matematika berat nominal, berat casing dapat dicari dengan menggunakan rumus:

W = BN x L
Keterangan:
W : Berat Casing (lbs)
BN : Berat Nominal (lbs/ft)
L : Panjang Casing (ft)
Lubang sumur diimana casing harus memiliki lumpur didalamnya, dimana lumpur
tersebut akan memberikan gaya apung (bouyency) pada casing sehingga menyababkan berat
casing didalam lumpur dapat dicari menggunakan rumus:

Wm = W (1-0.015 x Bjm)
Keterangan:
W : Berat casing di udarah (lbs)
Wm : Berat casing dalam lumpur (lbs)
Bjm : Berat jenis lumpur (ppg)
(1-0.015 x Bjm): Buoyancy factor

3.2.3. Tipe Sambungan


Dalam rangkaiaan casing, yaitu menghubungkan casing, yaitu menghubungkan casing
yang satu dengan lainnya dengan sistem ulir. Adapun beberapa jenis sambungan yaitu:
a. Round Thread and Coupling
Round Thread and Coupling memiliki bentuk ulir seperti huruf (V) dan memiliki 8-10
butir per inci. Ada dua jenis sambungan ini, seperti long thread and coupling dan short thread
and coupling. Long thread and coupling memiliki kekuatan tarik (tension strength) 3% lebih
tahan dari pada shorts thread and coupling.

b. Butter Thread and Coupling


Sambungan ini memiliki bentuk ulir trapesium dan memiliki lima ulir per inci. Buttre
thread and coupling digunakan pada beban tension yang tinggi atau pada rangkaian
casingsyang panjang.
c. Extreme Line Casing
Sambungan ini memiliki ulir yang terpasang pada badan casing. Bentuk thread atau
ulirnya seperti trapesium atau persegi dan memiliki lima ulir tiap inchi. Extreme line casing
ini memiliki ketahanan yang besar terhadap kebocoran. Diameter yang memiliki lima ulir tiap
inchi yaitu untuk ukuran 8 5/8 inch - 10 ¾ inch. Sementara itu untuk diameter kecil (7 inch)
memiliki enam ulir per inch. tipe sambungan casing dapat di lihat pada gambar (3.2).
Gambar 3.2 Tipe Sambungan Casing (Borgoyne, 1991)
3.2.4. Grade Casing
Grade casing menyatakan kualitas casing berdasarkan minimum yield strength. Grade
sangat erat kaitannya dengan kekuatan casing terutama besarnya tegangan yang dapat
diterapkan pada casing tersebut. Casing N-80 memiliki minimum yield strength 80000 psi
dan K-55 memiliki minimum yield strength 55000 psi. Oleh karena itu semakin tinggi grade
casing semakin kuat casing 15 terhadap beban tension. Angka di bagian belakang casing
menunjukkan besar minimum yield strength casing dalam ribuan psi. Grade casing
berdasarkan standart API (American Petroleum Institute) dapat dilihat pada table (3.1)

Tabel 3.1 Spesifikasi Grade Casing API (Rasyid, 2021)


3.2.5. Length Range
Length range adalah interval Panjang casing. Length range casing dibagi menjadi tiga
(3) yaitu pada tabel (2.3).
Tabel 3. 2 API Length Range (Heriot, 2005)

3.2. Perhitungan Casing Maximum Load


Metode maximum load adalah metode yang digunakan untuk mendesain casing
yang mengasumsikan kondisi terburuk yang dapat terjadi pada masing-masing
pembebanan casing. Pada metode maximum load, penentuan jenis kondisi dilakukan
berdasarkan kondisi terburuk yang dialami oleh rangkaian casing.
Kondisi-kondisi tersebut adalah:
1. Beban burst maksimal terjadi pada saat sumur mengalami kick.
2. Beban collapse maksimal terjadi pada saat sumur mengalami lost circulation.
Pada metode maximum load, burst merupakan kriteria pertama dalam
menentukan pemilihan casing. Hasil sementara perencanaan ini kemudian diuji
mengikuti urutan terhadap beban collapse, tension dan terakhir beban biaxial.
Apabila ada salahsatu langkah pengujian dari ketiga beban tersebut terdapat beban
yang tidak terpenuhi maka desain harus diulang dari beban burst dan selanjutnya
kembali seperti langkah semula diuji terhadap beban collapse, tension dan beban
biaxial hingga terpenuhi semuanya.
Pada perencanaan pemasangan casing pada suatu sumur bor secara garis besar
harus memenuhi delapan syarat utama, yaitu:
a. Tahan terhadap beban burts
b. Tahan terhadap beban collapse
c. Tahan terhadap beban tension
d. Tahan terhadap beban tension yang diakibatkan oleh deviasi lubang bor
e. Tidak ada kebocoran pada sambungan-sambungan casing
f. Tahan terhadap beban kompresi
g. Tahan terhadap beban puntiran (torsi)
h. Tidak mudah terkena korosi.

3.2.1. Surface Casing


1. Beban Burst
Beban burst untuk surface casing dihasilkan oleh kolom gas yang mengisi
seluruh casing. Tekanan injeksi pada kedalaman surface casing relative rendah
sehingga batas tekanan maksimum pada permukaan dapat diabaikan. Ini juga bisa
berarti bahwa tekanan peralatan BOP lebih tinggi dari pada tekanan gas di 17
permukaan. Hal ini menyebabkan batasan tekanan maksimum hanya terdapat pada
kaki casing yang sama dengan tekanan injeksi.
Di kaki casing:
IP = 0.052 (Gfr + SF) D
IP = 0.052 (Gfr + 1) Ls
Dengan asumsi gradien hidrostatik gas = 0.115 psi/ft sehingga tekanan gas di
permukaan yaitu tekanan injeksi dikurang tekanan hidrostatik gas di permukaan.
Ps = IP – 0.052 ppg
Ls = [0.052 (Gfr + 1) - 0.115] Ls
Garis penghubung titik Ps dan titik IP disebut garis beban burst (garis A) pada
gambar (3.3). Faktanya bahwa casing juga mengalami tekanan eksternal sifatnya
membantu casing untuk menahan beban burst. Pada metode maximum load
mengasumsikan bahwa tekanan diluar casing minimal sebesar tekanan hidrostatik
kolom air asin.
Jadi:
Pe = 0.052 pf. Ls
Pe = 0.465 Ls

Beban burst pada surface casing dapat dilihat pada gambar (3.3).

Gambar 3. 3 Beban Burst pada Surface Casing (Rubiandini, 2012)

2. Beban Collapse
Untuk surface casing biasanya dilakukan penyemenan sampai kepermukaan.
Ketinggi kolom semen ini menaruh beban collapse buat casing yang besarnya sama
dengan tekanan hidrostatik cement. Karena kedalaman surface casing relatif dangkal,
lost circulation yang terjadi bisa mengakibatkan kolom lumpur turun sampai dibawah
kaki casing. Beban collapse pada surface casing bisa dilihat pada gambar (3.4).
Gambar 3.4 Beban Collapse pada Surface Casing (Rubiandini, 2012)

Pe = 0.052 × ps × Ls
Untuk menghitung tekanan dual stage cementing (Sahbudin,2014) bias
menggunakan persamaan berikut.

P hydro (lead, tail) = 0.052 x densitas cement x (length top – length bottom) ft

3.2.2. Intermediate Casing


1. Beban Burst
Load burst pada intermediat casing dibentuk oleh dua jenis fluida yaitu lumpur
terberat yang dipakai juga gas. Dengan memakai densitas lumpur terberat dalam
perhitungan berarti tekanan hidrostatis lumpur didalam casing akan tinggi, oleh
karena itu diharapkan casing yang menggunakan kualitas terkuat. Beban burst untuk
intermediat casing bisa di gambar
Gambar 3. 5 Beban Burst pada Intermediate Casing (Rubiandini, 2012)

Tekanan injeksi (psi) Pada kaki casing


IP = 0.052 (Gfr+1) D
IP = 0.052 (Gfr + 1) Li
Untuk kedua Batas tekanan maksimum akan di tentukan seberapa tinggi kolom
masing-masing fluida sehingga dapat memberikan beban burststersbesar. Untuk
lumpur dan gas yang berada di dalam intermediat casing, sehingga
Hm+Hg = Li.
Dengan gradient hidrostatik gas = 0.115 psi/ft.
Maka:
IP = Ps+Pm+Pg
Maka
IP 0.052(Gfr+1) Li-Ps-0.052pmHm+0.115Hg
Rumus di atas adalah dua persamaan menggunakan dua variable yang tidak
diketahui (Hm dan Hg), jadi:
Ada dua kemungkinan posisi buat kolomigas dan lumpur didalam casing.
Pertama, kolomsgas dibagian atas dan kolom lumpur dibagian bawahi (garis
putusputus), dan kedua, kolom gasidibagian bawah dan kolom lumpur diposisi atas
(garis A). Dari ke dua pilihan tersebut terlihat jelas bahwa kemungkinan keduanya
memberikan beban burstsyang paling besar (gambars3.5). Dalam perhitungan,
mungkin keduanya ini akan digunakan
Seperti diketahui bahwa diluar casing juga mempunyai tekanan yang
membantu casing untuk menahanibeban ledakan minimal sebesar gradient
hidrostatiksair asin = 0.465 psi/ft.
Jadi:
Pe = 0.052 pf. Li
Pe = 0.465. Li

3. Beban Collapse
Beban runtuh dalam intermediat casing terdiri tekanan hidrostatik lumpur saat
casing dipasang dan tekanan hidrostatik cement. Beban collapse dalam intermediate
casing pada gambar (3.6).

Gambar 3. 6 Beban Collapse pada Intermediate Casing (Rubiandini, 2012)

P1 = 0.052 pm1 Lm1


P2 = 0.052 (pm1Lm1 + psHs)
Kondisi terburuk terjadi ketika lumpur terberati (garis putus-putus) terjadi
kehilangan sirkulasi, oleh karena itu kolom lumpur di casing turun. Hilangnya
sirkulasi dapat disebabkan oleh penurunan gradient tekanan formasi. Namun perlu
diperhatikan bahwaibatas minimum gradient tekanan formasi sama dengan tekanan
hidrostatiksair asin atau 0.465 pembebanan, dianggap gradien tekanan formasi turun
sampai kebatas minimumnyahtersebut.
Untuk interval kedalaman lubang tanpa casing dapat diharapkan bahwa
tekanan formasi terkecil akan berada tepat di bawah casing shoe. Oleh karena itu
kolom slurry terberat dalam casing akan berkurang hingga terjadi kesetimbangan
tekanan hidrostatik slurry dengan tekanan formasi dikaki casing. Dengan demikian
kondisi ini akan memberikan tinggi kolom lumpur tersisa (Lm2) di dalam casing
yang paling terkecil. Oleh karena itu, tekanan formasi minimum di casing shoe, yaitu:
P3 = 0.465 D2
Dan tekanan hidrostatik lumpur terberat pada kaki casing setelah lost adalah
P3 = 0.052 pm2Lm2
= 0.052 pm2 (D2-D3)
Sehingga:
𝐷3 = 0.052𝑝𝑚2𝐷2−0.465𝐷2 0.052𝑝𝑚2)
𝐷3 = (1 − 1.8942 𝑝𝑚2 ) 𝐷2

3.2.3. Production Casing


1. Beban Burst
Dalam casing produksi, perhitunganibeban burststidak didasarkan pada situasi
saat lumpur mengalamickick. Jadi batasan tekanan maksimumsdipermukaan dan
dikaki casing tidak gunakan. Burst load pada casing produksi dilihat pada gambar
(3.7).
Gambar 3. 7 Beban Burst pada Production Casing (Rubiandini, 2012)

THP : Tubing Head Pressure (psi)


P PF : Density packer fluida (ppg)
Pf : Density fluid (ppg)
Ps : pressure di surface (psi)
Pe : pressure dil uar casing (psi)
a : burst load
b : pressure di luar casing
c : Resultans = a - b
d : Garis designs = c × design factor
Kondisi terburuk untuk burst terjadi ketika bocor di rangkaian pipa dekat
dengan surface dan menyebabkan fluid pruduksi, untuk hal ini diambil gas, ke dalam
packersfluid. Mengabaikan lost di sepanjang tubing, tekanan gas di packerrfluid di
permukaan sama dengan tekanan gas pada packersfluida di surface sama pada
tekanan di dasar sumur.
Tekanan di surface:
Ps = BHP (8.19)
Tekanan dikaki casing:
Pcs = Ps + 0.052 ppf. Lpd.
Umumnya density packersfluid di gunakan yang ringan agar tidak
menimbulkan beban burst yang besar pada casing shoe.
Tekanan luar casing seperti yang diketahui yaitu minimum dari tekanan
hidrostatiks air asin.
Pe = 0.052. pf. Lpd
Pe = 0,465 Lpd

2. Beban Collapse
Sama halnya pada intermediat casing, maka beban collapse pada production
casing juga terdiri atas tekanan hidrostatik lumpur saat casing dipasang dan tekanan
hidrostatik semen dianulus. Beban collapse pada production casing pada gambar
(3.8).
P1 = 0.052.pm.Lm
P2 = P1+0.052p sHs

Gambar 3. 8 Beban Collapse pada Surface Casing (Rubiandini, 2012)

Keterangan pada gambar


Pm : Density mud saat casing dipasang (ppg)
Ps : Densitas cement (ppg)
Lm : Tinggi kolom lumpur (ft)
Hs : Tinggi kolom cement (ft)
D : Kedalaman (ft) P : Pressure (ft)
3. Beban Tension
Beban tension merupakan beban yang disebabkan oleh berat rangkaian casing
yang digantungkan di dalam sumur, namun jika terdapat lumpur didalam sumur
tersebut, maka lumpur akan memberikan gaya apung pada casing. Beban tension
dapat diperhatikan pada gambar (2.5).
Keterangan:
1, 2, 3 : Section casing
D : Kedalaman (ft)
L : Length casing (ft)
BF : Bouyancy Factor

Gambar 3.9 Beban Tension (Rubiandini, 2012)

ƿm
𝐵𝐹 =1−
65.5
Cara I:
WM1. = L1.Wa1.BF
Cara II:
WM2 = WM1 + L2.Wa2.BF
Cara III:
WM3 = WM1 + L3.Wa3.BF
Beban tension di surface:
Ts = WM1 + L2.WM2.WM3
Titik netral seperti yang dijelaskan diatas merupakan titik untuk rangkaian
casing dimana beban baxial adalah 0 (nol). Posisi kedalaman titik netral bisa
ditentukan dengan rumus:
BV
𝑇𝑁 = D1 − D1
W1
Keterangan pada gambar diatas (2.5)
a : Garis beban tension
b : Garis beban tension + 100.000 lbs
c : Garis beban tension × 1.6c
Pada gambar, b dan c berpotongan oleh karena itu garis desain tension
merupakan yang tercetak tebal. Garis desain tension dipakai untuk menguji body
yield strength dan joint strength casing yang digunakan. Ini juga digunakan pada
perhitungan beban biaxial.

4. Beban Baxial
Misalnya terdapat suatu rangkaian casing dengan burst dan collapse rating
tertentu dan berada di dalam lumpur, maka pada casing bagian atas tension akan
menyebabkan kenaikan burst rating dan penurunan collapse rating. Sedangkan pada
bagian bawah compression akan menyebabkan penurunan burst rating dan menaikkan
collapse taring.
Dapat di lihat dengan adanya tension akan mengurangi collapse resistance dan
meningkatkan burst resistance. Sementara compression dapat mengurangi burst
resistence dan meningkatkan collapse resistance. Berikut adalah gambar (2.6) kurva
ellips beban biaxial.

Gambar 3.9 Kurva Ellips Beban Biaxial (Rubiandini, 2012)

Untuk menghitung besarnya penurunanc collapse rating suatu casing pada


beban tension tertentu bisa digunakan langkah berikut:
Tentukan factor beban baxsial
beban tension
𝑥 =
body yield strength
Masukkan harga x kedalam tabel (2.3) dan tentukan factor collapse strength y.
maka collapse rating yang dihasilkan dari koreksi terhadap beban tension yaitu: y x
collapse rating.
Tabel 3.3 Tension Stress Ratio (x) dan Collapse Ratio (y) (Rubiandini,2012)

Anda mungkin juga menyukai