Anda di halaman 1dari 12

BAB CASING

Pemasangan casing merupakan salah tujuan utama kegiatan pengeboran untuk mengamankan kontak
dengan reservoir yang mengandung hidrokarbon dan untuk menjaga kestabilan lubang sumur. Casing
perlu di disain secara optimum untuk mendapatan well integrity yang baik dan juga tidak
membahayakan lingkungan.

Disain casing merupakan tanggung jawab utama dari drilling engineer yang mempertimbangkan
banyak hal mulai dari keekonomian, resiko-resiko operasional pengeboran sampai ke target
kedalaman, dan yang utama mempertimbangkan keselamatan. Untuk itu diperlukan pengalaman
yang komprehensif terkait formasi dan lapangan, yang biasanya dilakukan dengan mempelajari data-
data dokumentasi dan catatan pengeboran sumur-sumur sebelumnya (offset wells).

Rangkaian casing biasa nya sebagai berikut:

 Conductor casing
Biasanya di piling dengan hammer. Guna casing ini untuk menjaga stabilitas tanah permukaan
dan menopang wellhead
 Surface casing
Bersama dengan conductor casing menopang BOP yang akan digunakan untuk pengeboran
section berikut nya.
 Intermediate casing
Casing atau liner untuk mengisolasi formasi yang memiliki hazard-hazard (resiko operasi
pengeboran) antar depth surface dan depth production casing.
 Production casing
Casing atau liner yang menembus target reservoir yang akan diproduksikan.

Dalam disain casing sumur pengeboran, akan ditentukan hal-hal sebagai berikut:

1. Casing setting depth


2. Properties casing (conductor sampai production casing)

I. Casing Setting Depth

Penentuan kedalaman masing-masing casing adalah hal penting dalam disain casing karena
kedalaman yang tepat akan memberi keamanan untuk kelancaran pengeboran. Misalnya penentuan
casing intermediate, bertujuan untuk mengisolasi dan mengamankan formasi sepanjang kedalaman
casing tersebut di pasang. Ketika casing intermediate sudah di pasang dan disemen maka berarti zona
tersebut sudah aman dan tidak memberikan pengaruh lagi untuk pengeboran casing production
berikut nya. Namun jika casing intermediate di pasang lebih dangkal dari kedalaman yang seharusnya,
maka ketika pengeboran production casing berikut nya akan beresiko terganggu dan tidak lancar
karena pengeboran tersebut akan menghadapi resiko dari section production casing ditambah resiko
pengeboran dari sebagian section formasi yang seharusnya sudah ditutup dengan casing
intermediate.
Casing

Kedalaman akhir pengeboran (Target Depth = TD) tergantung pada kedalaman target reservoir yang
akan di eksploitasi. Biasa nya dari evaluasi subsurface sudah menentukan TD sumur yang akan menjadi
kedalaman section casing produksi, sehingga tim drilling tinggal menentukan kedalaman casing keatas
nya. Kerjasama antara tim pengeboran dengan tim surface sangat penting disini untuk mengetahui
formasi yang akan di tembus, dan untuk penentuan kedalaman casing-casing lainnya.

Ukuran casing bermacam-macam, sesuai dengan kebutuhan. Namun 80 persen disain casing sumur
pengembangan di Indonesia menggunakan ukuran sebagai berikut mulai dari conductor sampai
production:

Gambar 1 Disain Casing

Untuk sumur eksplorasi atau sumur-sumur yang akan menembus banyak hazard dengan kedalaman
yang signifikan, rangkaian diatas bisa ditambah satu section casing lagi, dengan mulai melakukan
pengeboran dengan menggunakan conductor casing dari ukuran 30 atau 36 inch. Setelah itu maka
surface casing nya dillanjutkan menggunakan ukuran 20” (yang pada disain sebelumnya ukuran 20”
sebagai conductor), setelah itu akan berturut-turun ukuran casing nya 13-3/8”, 9-5/8”, dan 7”.
Susunan casing ini dari ukuran yang besar ke yang kecil jamak di pakai di industry, karena terkait
dengan peralatan yang sudah umum di gunakan untuk ukuran tersebut.
Tidak masalah menggunakan ukuran casing yang berbeda, karena sepanjang material casing nya
sesuai dengan availability yang disebut di API-5CT, maka material casing tersebut bisa di order untuk
dibuat oleh manufacturing. Namun biasanya akan terjadi ketidakpraktisan di lapangan ketika banyak
ketidak siapan peralatan penunjang seperti ukuran diameter bit untuk diameter lubang casing
tersebut, atau alat running casing yang khusus, dan lainnya, sehingga akan membuat keterlambatan
progres pekerjaan. Akan berbeda kasusnya ketika memakai ukuran yang umum, ketika kita butuh alat

Teknik Pemboran I - STT Migas Balikpapan


Casing

atau sparepart yang berhubungan dengan diameter casing tersebut, akan gampang meminjam dari
lokasi dan perusahaan service yang lain.

Kedalaman casing ditentukan oleh banyak faktor, utama nya oleh dua faktor berikut:

 Tekanan Formasi (Pore Pressure dan Fracture Pressure)


 Wellbore stability

Gambar 2 Penentuan casing depth mempertimbangkan tekanan formasi

Namun penentuan kedalaman casing juga mempertimbangkan hal-hal lain seperti:

 Isu formasi seperti


- Isolasi aquifer
- Shallow gas
- Corrosive zones
- Formasi yang sesuai untuk setting shoe casing
- Cutting injections
 Regulation/ Company Policy
 Penyesuaian kebutuhan pengeboran directional
 Hole cleaning
 Differential sticking
 Hookload limitations
 Future sidetracts

Teknik Pemboran I - STT Migas Balikpapan


Casing

Di lapangan saat operasi pengeboran hal-hal diatas dapat dilihat dari permasalahan-permasalahan
yang sering ditemui saat pengeboran yang akan menjadi input dalam penentuan kedalaman casing
sumur berikut nya, seperti yang disebut pada PUPOPKU halaman 61.

1. Bit Balling
Adalah keadaan dimana pahat terbungkus oleh gumpalan serbuk bor yang berasal dari batuan
lempung (clay) sebagai akibat dari debit pemompaan yang kurang memadai, serta sifat
(properties) dan tipe lumpur yang kurang mendukung sehingga serbuk bor tidak terangkat
semua dan akhirnya lengket pada pahat bor.
2. Lost Circulation (Hilang Lumpur)
3. Key Seat
Terjadi karena adanya perubahan arah dan kemiringan lubang bor yang drastic (high dog leg
severity).
4. Differential Sticking
Terjadi karena menempelnya sebagian rangkaian ke dinding lubang bor saat pipa dalam
kondisi diam karena mud cake yang terbentuk terlalu tebal yang disebabkan oleh perbedaan
yang terlalu tinggi antara berat lumpur dengan tekanan formasi pada batuan porous. Gejala
ini ditandai dengan rangkaian tidak dapat diputar dan digerakkan tetapi sirkulasi tetap ada.
5. Sloughing Shale (Lapisan Runtuh/ Dinding Lubang Bor Gugur)
Terjadi karena keadaan dinding lubang yang tidak stabil, kerusakan oleh hidrasi atau
diakibatkan oleh tekanan tinggi (over pressure) dari formasi sehingga berpotensi
mengakibatkan rangkaian terjepit. Masalah ini umumnya terjadi pada daerah lapisan shale,
batu bara (coal) atau batuan pasir lepas (unconsolidated sand).
6. Tight Hole
Adalah penyempitan lubang terbuka di beberapa tempat, biasanya terjadi pada batuan clay
atau gumpalan batu yang diselubungi oleh clay, dimana sifat clay yang mudah mengembang
setelah menyerap air dari lumpur (swelling). Tight hole ini diketahui pada saat cabut / turun
rangkaian pipa pemboran saat pahat melewati interval tertentu pada lubang bor, dengan
indikasi adanya drag dan torsi yang berlebihan.
7. Kick
8. Back Off Pipe
Adalah usaha melepas sebagian dari rangkaian yang berada diatas tiitik jepit.
9. Pemancingan / Fishing Job
Kegiatan yang bertujuan untuk menangkap dan mengangkat peralatan yang tertinggal
didalam lubang bor.
10. Loss in Hole untuk Sumber Radio-Aktif (LWD (Logging While Drilling) / EWL (Electric Wireline
Logging)).

Teknik Pemboran I - STT Migas Balikpapan


Casing

II. Properties Casing

Properties material casing mengacu pada standar yang dibuat The American Petroleum Institute (API)
yaitu API 5CT, yang berlaku sekarang adalah edisi 10 sejak July 1, 2019. Setiap pabrikan pembuat
material akan memproduksikan macam-macam tipe dan ukuran casing, dan buyer akan membeli jika
pabrikan hanya mempunyai lisensi API, untuk menjamin casing nya sesuai standar API.
Properties casing meliputi:

1. Diameter Luar Casing (Outside Diameter OD)


2. Berat per panjang (Berat ini akan menentukan ketebalan casing)
3. Grade
4. Tipe Coupling
5. Panjang Casing

1. Outside Diameter (OD)


OD merupakan properties dasar yang memberikan info tentang ukuran casing, yang dihtung dari
sisi terluar casing. Ketika ada disain tentang casing 20”, maka itu berarti OD casing nya adalah 20”.
Begitu pun tentang casing 13 3/8”, 9 5/8” atau casing 7”, maka setiap casing tersebut memberikan
informasi bahwa OD nya adalah 13 3/8”, 9 5/8” dan casing 7”.

Gambar 3 Diameter Casing

2. Berat per panjang


Biasa disebut juga dengan istilah ’pounder’ karena satuan nya adalah ppf atau pound (lb) per
feet. Untuk punder yang berbeda akan memberikan ketebalan dinding casing yang berbeda. Karena
ukuran OD bersifat tetap, maka jika pounder berbeda, ketebalan Inner Diameter (ID) akan berbeda
dan menyesuaikan.
OD dan ID sering dipakai dalam penentuan volume annulus baik untuk perhitungan lumpur atau pun
cementing.

3. Grade Casing
Untuk menyatakan kekuatan material casing, API menentukan dalam bentuk grade. Grade
terdiri dari huruf yang dikuti 2 atau 3 digit angka seperti N-80. Angka tersebut menyatakan nilai
minimum yield strength material tersebut dalam ribu psi. Sesuai urutan alpabet, makin ke belakang
huruf nya menyatakan yield strength yang makin besar, dimana L-80 memiliki yield strength yang lebih
besar dibanding K-55, dimana L-80 memiliki yield strength minimum 80,000 psi dan K-55 memiliki yield
strength minimum 55,000.
Teknik Pemboran I - STT Migas Balikpapan
Casing

Gambar 4 Diameter Casing

Yield strength merupakan tegangan yang masih mampu dipikul material dengan kembali ke bentuk
semula atau kondisi plastis, tanpa mengalami perubahan bentuk yang permanen. Sedangkan tensile
strength merupakan tegangan maksimum yang mampu dipikul suatu benda setelah melewati kondisi
plastis dengan perubahan bentuk yang permanen sebelum akhirnya putus.

Grade Casing menurut standar API 5CT, setiap group memiliki komposisi kimia dan kekuatan yang
berbeda-beda.
Tanda masing-masing group juga berbeda sehingga memudahkan saat aplikasi dilapangan.
⎯ Group 1: All casing and tubing in Grades H, J, K, N and R
⎯ Group 2: All casing and tubing in Grades C, L, M and T
⎯ Group 3: All casing and tubing in Grade P
⎯ Group 4: All casing in Grade Q

Untuk memudahkan dan kondisi yang sering di temui di lapangan, grade dibagi menjadi 2, yaitu
Low Grade ( Group 1 )
Lowgrade biasanya digunakan untuk sumur yang tingkat kesulitannya rendah atau sedang.
Contoh pipa yang mempunyai jenis Low-grade:
J55, K55

High Grade ( Group 2.3.4)


High grade biasanya digunakan untuk sumur yang tingkat kesulitannya tinggi.
Contoh pipa yang mempunyai jenis Hi-grade
L80, L80Cr, N80, P110
(Cr= chrome, biasa digunakan pada formasi yang korosif akibat kandungan sulfur atau CO2 yang
tinggi)

Teknik Pemboran I - STT Migas Balikpapan


Casing

Untuk melihat kekuatan masing-masing grade casing pada ukuran yang sama, lihat pada tabel resmi
keluaran API atau apllikasi-aplikasi yang sudah banyak beredar, termasuk di playstore.

4. Tipe Coupling (Sambungan)

Rangkaian casing sampai kedalaman target yang direncanakan, terdiri dari sambungan banyak
casing yang saling terhubung melalui sambungan atau treaded and coupled connection, yang harus
dapat mencegah kebocoran.

Standar tipe sambungan yang diatur API sebagai berikut:

- Short thread connection (STC)


- Long thread connection (LTC)
- Buttress thread connection (BTC)
- Extreme line (EL)

Gambar 5 Tipe Sambungan Casing

Ketika perusahaan migas melakukan order material casing kepada manufaktur, biasanya
sudah menyatakan sambungan apa yang akan di pakai dan dipasang pada setiap sambungan casing
oleh manufacture. Sambungan yang di pasang pada kepala casing akan berfungsi sebagai ‘mur’ dan
bagian bawah casing akan berfungsi sebagai ‘baut’.

Teknik Pemboran I - STT Migas Balikpapan


Casing

Gambar 6 Material Casing

5. Panjang Casing

Dalam bahasa lapangan, istilah ’joint’ digunakan untuk menyebut satu ’batang’ casing. Jadi
kebutuhan 200 casing, biasa disebut dengan 200 joint casing.
Panjang setiap casing mengikuti standar dan klasifikasi yang telah diatur API, dan dikategorikan
dalam simbol R (Range) dan mempunyai 3 macam tipe:
R1 = 16 - 25 feet (setara 4.8 - 7.6 m)
R2 = 25 - 34 feet (setara 7.6 - 10.4 m)
R3 = 34 - 48 feet (setara 10.4-14.6m)

1 ft (feet) = 0.3048 m

Teknik Pemboran I - STT Migas Balikpapan


Casing

Lubang pengeboran akan selalu lebih besar dari diameter casing yang akan di masukkan. Dan biasanya
untuk setiap ukuran casing sudah ada ukuran lubang yang sesuai dan biasa digunakan, meski untuk
alasan-alasan tertentu seperti kebutuhan hidraulika pengeboran ukuran lubang bisa berbeda dari
yang biasa digunakan. Ketika diameter casing ditunjukan oleh outer diameter material casing, maka
diameter lubang berasal dari diameter bit yang digunakan.
Padanan ukuran lubang dan diameter casing sebagai berikut:

D Casing (inch) ≈ D Hole (inch)


20 26 jika conductor 30” atau 36”
13-3/8 17-1/2
9-5/8 12-1/4
7 8-1/2

Sedangkan untuk ukuran casing lainnya maka ukuran lubangnya akan menyesuaikan dengan
kebutuhan.

Teknik Pemboran I - STT Migas Balikpapan


Casing

BORNEO PETROLEUM COMPANY BORNEO PETROLEUM COMPANY


CASING DESIGN
CASING DESIGN
Mawar-1 Well
Bara-10 Well

30" Pile Driven

± 80 ft
20" Pile Driven
± 100 ft

26" hole @710 ft ± 700 ft


20", 94 K-55, R-3, BTC, Casing

± 2,200 ft
17 1/2" hole @2,210 ft
13 3/8", 54.5 ppf, K-55, R-3, BTC, Casing
± 4,200 ft
17 1/2" hole @4,210 ft
13 3/8", 54.5 ppf, K-55, R-3, BTC, Casing

± 3,500 ftMD/ 3,430 ftTVD


12 1/4" hole @3,510 ft
± 7,000 ftMD/ 6,850 ftTVD
9 5/8", 43.5 ppf, L-80, R-3, BTC, Casing
12 1/4" hole @7,010 ft
9 5/8", 43.5 ppf, L-80, R-3, BTC, Casing

8 1/2" hole @5,810 ft ± 5,800 ftMD/ 5,680 ftTVD


8 1/2" hole @8,010 ft ± 8,000 ftMD/ 7,680 ftTVD

7", 26 ppf, L80, R-3, BTC, Casing 7", 26 ppf, L80, R-3, BTC, Casing

Gambar 7 Contoh Disain Casing

Teknik Pemboran I - STT Migas Balikpapan


Casing

Gambar 8 Contoh Disain Casing

Dari disain casing pada Gambar 8.4, pada section 12 1/4 ” hole, dinyatakan data properties nya sebagai
berikut:
- OD casing 9.625 inch
- Grade casing L-80
- Pounder nya 47 lb/ft
- Tipe Coupling nya BTC
- Lenght nya masuk Range 3

Berapakah Inner Diameter (ID) casing 9 5/8” tersebut?


Dari tabel API, didapatkan ID = 8,681 inch
Berapa joint kah casing 9 5/8” jika rata-rata R3 41 ft ?
Jumlah casing 9 5/8 = 5,000 ft/ 41 ft = 121.9 = 122 joint.

Teknik Pemboran I - STT Migas Balikpapan


Casing

Teknik Pemboran I - STT Migas Balikpapan

Anda mungkin juga menyukai