Anda di halaman 1dari 19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan suatu penelitian, diperlukan kajian pustaka

penelitian-penelitian terdahulu guna mendukung jalanya penelitian yang akan

dilakukan.

Penelitian dari Diniaty dan Mulyadi (2016) dengan judul “Analisis

Beban Kerja Fisik Dan Mental Karyawan Pada Lantai Produksi Dipt Pesona

Laut Kuning “.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui klasifikasi

beban kerja fisik dan mental di lantai produksi dan penyebab dari beban kerja

fisik dan mental tersebut.Beban kerja fisik diukur berdasarkan cardiovascular

load (CVL) dan beban kerja mental diukur dengan metode NASA –Task Load

Index (NASA– TLX). Berdasarkan hasil analisis CVL, karyawan yang

menerima beban kerja fisik yang perlu perbaikan berjumlah 3 orang dari 15

orang karyawan dengan persentase CVL masing – masingnya adalah 38,12 %,

32,12% dan 35,40 %. Sedangkan dari hasil analisis NASA – TLX diperoleh 3

karyawan dengan kategori beban kerja sangat tinggi, 6 karyawan dengan

kategori tinggi, 5 karyawan dengan kategori sedang dan 1 karyawan dengan

kategori rendah. Dengan persentase, karyawan tergolong sangat tinggi sebesar

20 %, sedangkan karyawan tergolong tinggi sebesar 40 % dan karyawan

tergolong Sedang sebesar 33,33 % serta karyawan tergolong rendah sebesar

6,67 %. Kedua metode pengukuran beban kerja, yaitu CVL dan NASA-TLX

9
10

mendapatkan hasil analisis yang berbeda karena elemen kerja kerja yang

diterima karyawan berbeda.

Penelitian Puteri dan Sukarna. (2017) dengan judul “Analisis Beban

Kerja Dengan Menggunakan Metode Cvl dan Nasa-Tlx di Pt. Abc”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beban kerja yang dialami oleh

engineer leader pada Departemen Desain dan Operasional di PT. ABC.

Beban kerja yang diukur adalah beban kerja fisik dan mental. Beban kerja

fisik diukur berdasarkan cardiovascular load (CVL). Beban kerja mental

diukur dengan menggunakan metode NASA-Task Load Index (NASA-TLX).

Berdasarkan hasil analisis CVL, beban kerja fisik yang diterima engineer

proyek memiliki presentase CVL sebesar 31,16%, dengan hasil perbaikan

menjadi 23,38%. Sedangkan dari hasil analisis NASA-TLX, beban kerja

mental yang diterima engineer proyek yaitu dengan skor NASA-TLX 74,2%

dengan hasil perbaikan menjadi 51,6%, sedangkan skor NASA-TLX engineer

head office 61,5% dengan hasil perbaikanmenjadi 47,66%.

Penelitian Hakiim dkk (2018) dengan judul” Analisis Beban Kerja

Fisik Dan Mental Menggunakan Cvl Dan Nasa-Tlx Pada Divisi Produksi Pt X

“. Tujuan utama untuk menganalisa seberapa besar beban kerja fisik dan

mental yang terdapat pada divisi yang berbeda-beda. Pengukuran CVL

(Cardivascular Load) dan NASA TLX (National Aeronautics and , Space

Administration Task Load Index) bertujuan untuk mengindentifikasi pekerja

dari PT X yang memiliki beban mental tertinggi, sehingga dalam manfaatnya

mampu memahami di setiap divisi pekerja pada bagian-bagian yang spesifik.


11

Hasil pengukuran CVL didapat bahwa posisi pekerjaan untuk operator bubut

manual 2 dan operator quality control menunjukkan tingkat performa yang

paling tinggi (90 denyut/menit) dan performa terendah (78 denyut/menit) pada

operator milling manual 2 dan operator assembling. Persentase CVL

(31,72%) yang disarankan adanya perbaikan atau recovery adalah pekerja

dengan posisi operator assembling. Pengukuran beban kerja mental NASA

Task Load Index (TLX) diperoleh kategori beban kerja tinggi pada operator

mesin milling manual 2 sebesar 75,3% . Hal ini menunjukkan faktor frustasi

yang menyebabkan pekerja mengalami tekanan dan frustasi yang bisa

meningkat tiap waktunya.


12

Tabel 2.1 Mapping Jurnal


NO JUDUL PAPER PENULIS LBM METODE HASIL PENELITIAN
Analisis Beban Diniaty & PT. Pesona Laut Kuning cardiovascular load Berdasarkan hasil analisis CVL,
Kerja Fisik Dan Mulyadi (2016) merupakan salah satu (CVL) dan beban karyawan yang menerima beban
Mental Karyawan perusahaaan yang bergerak kerja mental diukur kerja fisik yang perlu perbaikan
Pada Lantai dibidang vulkanisir ban, dengan metode NASA berjumlah 3 orang dari 15 orang
Produksi Dipt yaitu perusahaan yang –Task Load Index karyawan dengan persentase CVL
Pesona Laut Kuning memproduksi ban bekas (NASA– TLX). masing – masingnya adalah 38,12 %,
menjadi ban baru. Subjek penelitian ini 32,12% dan 35,40 %. Sedangkan dari
Terjadinya lembur adalah seluruh hasil analisis NASA – TLX
(overtime) dan tidak karyawan yang tergolong sangat tinggi sebesar 20 %,
tercapai target produksi bekerja di lantai sedangkan karyawan tergolong tinggi
adalah salah satu penyebab produksi yaitu 15 sebesar 40 % dan karyawan
1.
terjadinya masalah internal orang karyawan. tergolong Sedang sebesar 33,33 %
perusahaan terutama pada serta karyawan tergolong rendah
karyawan perusahaan sebesar 6,67 %.
tersebut.
13

JUDUL PAPER PENULIS LBM METODE HASIL PENELITIAN


NO
Analisis Beban Puteri & PT. ABC merupakan Penelitian Berdasarkan hasil analisis CVL,
Kerja Dengan Sukarna. (2017) perusahaan Jepang yang menggunakan beban kerja fisik yang diterima
Menggunakan bergerak di bidang usaha pendekatan Beban engineer proyek memiliki
Metode Cvl Dan jasa konstruksi mekanikal, kerja fisik diukur presentase CVL sebesar 31,16%,
Nasa-Tlx Di Pt. Abc elektrikal, dan sistem berdasarkan denganhasilperbaikanmenjadi
komunikasi. Kegiatannya cardiovascular load 23,38%. Sedangkan dari hasil
yakni menyediakan jasa (CVL). Beban kerja analisis NASA-TLX, beban kerja
keteknikan untuk menujang mental diukur dengan mental yang diterima engineer
pembangunan industri di menggunakan metode proyek yaitu dengan skor NASA-
Indonesia. Tingginya target NASA-Task Load TLX 74,2%
yang harus di capai untuk Index (NASA-TLX). denganhasilperbaikanmenjadi
2. mendapatkan proyek tender 51,6%, sedangkan skor NASA-
tidak sejalan dengan hasil TLX engineer head office 61,5%
tender yang didapatkan. denganhasilperbaikanmenjadi
Dari hasil wawancara 47,66%.
kelelahan engineer leader
dan banyaknya jumlah jam
kerja berbanding terbalik
dengan produktivitas
pekerja.
14

NO JUDUL PAPER PENULIS LBM METODE HASIL PENELITIAN


Analisis Beban Hakiim dkk PT X merupakan produsen CVL (Cardivascular Hasil pengukuran CVL didapat
Kerja Fisik Dan (2018) spare part berbagai mesin Load) dan NASA bahwa posisi pekerjaan untuk
Mental serta peralatan produksi. TLX (National operator bubut manual 2 dan
Menggunakan Cvl Penerapan sistem Aeronautics and operator quality control
Dan Nasa-Tlx Pada produksinya yaitu make to Space Administration menunjukkan tingkat performa
Divisi Produksi Pt X order, Sehingga pesanan Task Load Index) yang paling tinggi (90
model baik dari bentuk, denyut/menit) dan performa
jumlah, bahan, waktu terendah (78 denyut/menit) pada
disesuaikan berdasarkan operator milling manual 2 dan
permintaan masing-masing operator assembling. Persentase
konsumen yang berbeda. CVL (31,72%) yang didasarkan
3. Masalah utamanya beberapa adanya perbaikan atau recovery
pola dalam perusahaan adalah pekerja dengan posisi
kerap kali menjadi operator assembling. Pengukuran
terabaikan khususnya dalam beban kerja mental dengan Nasa
performa kinerja pegawai TLX diproleh kategori beban
perusahaan. kerja mental tinggi pada operator
mesin millingmanual 2 sebesar
75,3 %. Hal ini menunjukan
faktor frustasi yang
menyebabkan pekerja mengalami
tekanan dan frustasi yang
meningkat setiap waktunya.
15

B. Landasan Teori

1. Definisi Ergonomi

Menurut Nurmianto (2004), Istilah ergonomi berasal dari bahasa

latin, yaitu terdiri atas kata dasar “Ergon” dan “Nomos” (hukum alam)dan

dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam

lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,

engineering, manajemen dan desain atau perancangan.

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi menurut Tarwaka,

dkk (2004) adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya

pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja

fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

b) Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas

kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna

dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia

produktif maupun setelah tidak produktif.

c) Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek

teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja

yang dilakukan sehingga tercipta kualitas hidup yang tinggi.

Menurut Wickens (2004), bidang kajian ergonomi dikelompokkan

menjadi sistem sensor visual, kognitif, kontrol, rekayasa antropometri,

biomekanika kerja, fisiologi kerja, tekanan dan beban kerja, keselamatan

kerja dan pencegahan kecelakaan kerja, interaksi manusia dan komputer,


16

otomasi dan transportasi. Sedangkan menurut Sutalaksana (1979), kajian

bidang ergonomi yang secara lengkap meliputi seluruh perilaku manusia

dalam bekerja, dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

a) Antropometri

b) Faal Kerja

c) Biomekanika Kerja

d) Penginderaan

e) Psikologi Kerja

Menurut Pheasant (2003) ada beberapa manfaat ergonomi, yaitu :

1) Peningkatan hasil produksi, yang berarti menguntungkan secara

ekonomi. Hal ini antara lain disebabkan oleh:

a. Efisiensi waktu kerja yang meningkat.

b. Meningkatnya kualitas kerja.

c. Kecepatan pergantian pegawai (labour turnover) yang relatif

rendah.

2) Menurunnya probabilitas terjadinya kecelakaan, yang berarti:

a. Dapat mengurangi biaya pengobatan yang tinggi. Hal ini cukup

berarti karena biaya untuk pengobatan lebih besar daripada biaya

untuk pencegahan.

b. Dapat mengurangi penyediaan kapasitas untuk keadaan gawat

darurat
17

3) Dengan menggunakan antropometri dapat direncanakan atau

didesain:

a. Pakaian kerja

b. Workspace

c. Lingkungan kerja

d. Peralatan/ mesin

e. Consumer product

Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan

masalah. Pertama, melakukan identifikasi masalah yang sedang dihadapi

dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Kedua, menentukan

prioritas masalah dan masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih

dahulu. Kemudian dilakukan analisis untuk menentukan alternatif

intervensi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan ergonomi

(Anies, 2005) :

a. Kondisi fisik, mental dan sosial harus diusahakan sebaik mungkin

sehingga didapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

b. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan

antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan otot.

c. Lingkungan kerja harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi

tubuh dan anggota tubuh sehingga dapat bergerak secara leluasa dan

efisien.
18

d. Pembebanan kerja fisik dimana selama bekerja peredaran darah

meningkat 10 s/d 20 kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-

otot yang bekerja memaksa jantung untuk memompa darah lebih

banyak.

e. Sikap tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan

dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk

merencanakan tempat kerja dan perlengkapan yang dipergunakan,

diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling

alamiah dan memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang

dibutuhkan.

2. Pengertian Beban Kerja

Beban kerja dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara

kapasitas atau kemampuan pekerjaan dengan tuntutan pekerjaan yang

harus dihadapi. Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik, maka

masing-masing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda.

Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi

yang berlebihan dan overstress, sebaliknya intensitas pembebanan yang

terlalu rendah meungkinkan rasa bosan dan kejenuhan atau understress.

Oleh karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas pembebanan yang

optimum yang ada di antara kedua batas ekstrim tadi dan tentunya berbeda

antara individu yang satu dengan yang lainnya (Meshkati dalam Tarwaka,

2010).
19

Menurut Manuaba (2000) dalam Tarwaka, dkk (2004) bahwa

secara umum beban kerja seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang

kompleks, baik internal maupun eksternal. Faktor internal beban kerja

meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, dan status

gizi,) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, kepuasan,).

Sedangkan faktor eksternal beban kerja meliputi, tugas-tugas

(kompleksitas pekerjaan, tanggung jawab dan sebagainya, organisasi kerja

(waktu kerja, shift kerja, sistem kerja dan sarana kerja) dan kondisi

lingkungan kerja (lingkungan kerja fisik, kimia, biologis dan psikologis).

Kondisi lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja

seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung (Manuaba, 2000;

Astrand & Rodahl, 1997; Grantham, D. 1992). Kondisi mikroklimat,

kebisingan, getaran, penerangan dan kualitas udara yang melebihi nilai

ambang batas atau standar yang telah direkomendasikan, dapat

memperlemah fungsi tubuh, menurunkan kinerja dan pada akhirnya

menurunkan produktivitas kerja. Pada penelitian ini kondisi lingkungan

dicermati adalah mikroklimat, kebisingan, penerangan.

Menurut Oesman (2010) kerja manual dan berulang-ulang pada

kondisi lingkungan yang panas merupakan salah satu faktor yang

berpotensi meningkatkan beban kerja fisik dan terjadinya kecelakaan kerja

sehingga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja

(keluhanmuskuloskeletal dan kelelahan). Salah satu upaya perlindungan

terhadap operator dari bahaya dan risiko dalam bekerja adalah dengan
20

perbaikan kondisi kerja melalui intervensi ergonomi yang berpatokan pada

prinsip fitting the task to the man. Agar tercipta kondisi kerja dan

lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien, serta tercapainya

produktivitas yang setinggi-tingginya diperlukan pemanfaatan fungsional

tubuh manusia secara optimal dan maksimal (Kroemer & Grandjean,

2000).

Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

pengeluaran energi pemulihan energi selama proses kerja berlangsung.

Faktor yang mempengaruhi pemulihan energi antara lain adalah lamanya

waktu istirahat, periode istirahat dan frekuensi istirahat. Untuk mengetahui

tingkat kelelahan kerja akibat aktivitas fisiologis selama bekerja dapat

dilakukan dengan melakukan pengukuran denyut jantung, konsumsi

oksigen (Molen et al., 2007) dan tekanan darah (Hsu et al., 2008;

Abdelhamid & Everett, 2002).

Denyut nadi kerja (nadi saat kerja fisik) yaitu denyut nadi yang

diukur pada saat subjek sedang melaksanakan pekerjaan. Kecepatan

denyut nadi yang terjadi saat bekerja adalah sebagai akibat dari kecepatan

dari metabolisme dalam tubuh (Grandjean, 1988; Adiputra, 2002).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Beban Kerja

Menurut Munandar (2001) terdapat dua aspek yang menjadi beban

kerja yaitu :

a) Beban Kerja Sebagai Tuntutan Fisik.


21

Kondisi kerja tertentu dapat menghasilkan prestasi kerja yang

optimal di samping dampaknya terhadap kinerja pegawai, kondisi fisik

berdampak pula terhadap kesehatan mental seorang tenaga kerja.

Kondisi fisik pekerja mempunyai pengaruh terhadap kondisi fatal dan

psikologi seseorang. Dalam hal ini bahwa kondisi kesehatan pegawai

harus tetap dalam keadaan sehat saat melakukan pekerjaan, selain

istirahat yang cukup juga dengan dukungan sarana tempat kerja yang

nyaman dan memadai.

b) Beban Kerja Sebagai Tuntutan Tugas.

Kerja shif atau kerja malam sering kali menyebabkan kelelahan

bagi para pegawai akibat dari beban kerja yang berlebihan. Beban

kerja berlebihan dan beban kerja terlalu sedikit dapat berpengaruh

terhadap kinerja pegawai.

Menurut Soleman (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi beban

kerja ada dua, yaitu sebagai berikut:

a) Faktor Eksternal

Adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, antara lain

yaitu:

1) Tugas (Task). Meliputi tugas bersifat seperti, stasiun kerja, tata

ruang tempat kerja, kondisi ruang kerja, kondisi lingkungan kerja,

sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan tugas

yang bersifat mental meliputi, tanggung jawab, kompleksitas

pekerjaan, emosi pekerjaan dan sebagainya.


22

2) Organisasi kerja. Meliputi lamanya waktu kerja, waktu istirahat,

shift kerja, sistem kerja dan sebagainya.

3) Lingkungan kerja. Lingkungan kerja dapat memberikan beban

tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja

biologis dan lingkungan kerja psikologis.

b) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat

dari reaksi beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stresor,

meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi,

kondisi kesehatan, dan sebagainya), dan faktor psikis (motivasi,

persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan sebagainya).

Pada penelitian ini, untuk mengukur beban kerja yang dialami

operator baik fisik maupun mental, digunakan dua pendekatan yaitu

pendekatan Cardiovaskular Load (%CVL) dan The National

Aeronautical and Space Administration Task Load Index (NASA-

TLX).

4. Cardiovaskular Load (%CVL)

Pada analisa beban kerja fisik salah satu alat dapat digunakan untuk

menghitung denyut jantung adalah telemetri dengan menggunakan seperti

rangsangan Electroardio Graph (ECG). Apabila peralatan tersebut tidak

tersedia dapat memakai stopwatch dengan metode 10 denyut. Dengan

metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut

(Mutia,2014) :
23

Denyut 10 denyut
Denyut Nadi ( Menit ) = waktu perhitungan x 60 ... (1)

Cardiovascular Strain merupakan suatu estimasi untuk menentukan

klasifikasi beban kerja bedasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang

dibandingkan dengan denyut nadi maksimum. Klasifikasi beban kerja

dapat didasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan

dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskular

(cardiovascular load = % CVL) (Manuaba,2000).

Manuaba dan Vanwonterghem (1996) dalam Widodo (2008: 35)

menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi

kerja yang dibandingkan dengan denyutnadi maksimum karena beban

kardiovaskular (cardiovascular load = % CVL) yang dihitung dengan

rumus:

100 x ( Denyut Nadi Kerja – Denyut Nadi Istirahat)


%CVL = ... (2)
Denyut NadiMax −Denyut Nadi Istirahat

Di mana denyut nadi maskimum adalah (220-umur) untuk laki-laki

dan (200-umur) wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan

dibandingkan dengan klasifikasi yang telah telah ditetapkan sebagai

berikut (Mutia,2014):

1. < 30% = Tidak terjadi kelelahan

2. 30-<60% = Diperlukan perbaikan

3. 60-<80 = Kerja dalam waktu singkat

4. 80-<100% = Diperlukan tindakan segera


24

5. >100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas

Sedangkan penentuan Konsumsi Energi dan Waktu Istirahat

diperoleh dari data yang dibutuhkan berupa Denyut Nadi Kerja, berat

badan dan umur dengan menghitung ketiga variable tersebut menggunakan

rumus ketetapan pengukuran konsumsi energi pada pria menurut Keytel et

al (2005) dalam Wicaksono, 2009 :

Eep = -55.0969 + (0.63009 x HR) + (0.1988 x W) + (0.2017 x A)

5. The National Aeronautical and Space Administration Task Load Index

(NASA-TLX)

Nasa - Tlx (Task Load Index) adalah alat penilaian subjektif

multidimensi yang mengukur beban kerja yang dirasakan, untuk menilai

tugas, sistem, atau efektivitas tim dari kinerja (Hancock & Meshkati, 1988,

h.154). Metode Nasa-TLX dikembangkan oleh Sandra G. Hart dari

NASA Ames Research Center serta Lowell E. Staveland dari San Jose

State University pada tahun 1981’ (Hancock dan Meshkati, 1988, h.154).

Metode NASA-TLX, dikembangkan oleh Sandra G. Dari NASA-

Ames Research Center dan Lowell E. Staveland dari San Jose State

University pada tahun 1981, yang dikutip oleh (Simanjuntak, 2010).

Metode ini dikembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran

subjektif yang terdiri dari skala sembilan faktor (kesulitan tugas, tekanan

waktu, jenis aktivitas, usaha fisik, usaha mental, performansi, frustasi,

stress, dan kelelahan). Dari sembilan faktor ini disederhanakan lagi

menjadi 6 faktor, yaitu: Kebutuhan Fisik (KF), Kebutuhan Mental (KM),


25

Kebutuhan Waktu (KW), Performansi (P), Usaha (U), dan Tingkat

Frustasi (TF). Penyederhanaan ini berdasarkan pertimbangan praktis

(NASA-Task Load Index) pembuatan skala rating beban kerja. Penjelasan

dari setiap aspek pekerja adalah sebagai berikut:

a) Kebutuhan Fisik: Seberapa banyak pekerjaan ini membutuhkan

aktivitas fisik (misalnya: mendorong, mengangkat, memutar, dan lain-

lain).

b) Kebutuhan Mental: Seberapa besar pekerjaan ini membutuhkan

aktivitas mental dan perseptualnya (misalnya: menghitung, mengingat,

membandingkan, dan lain-lain).

c) Kebutuhan Waktu: Seberapa besar tekanan waktu pada pekerjaan ini.

Apakah pekerjaan ini perlu di selesaikan dengan cepat dan tergesa-

gesa, atau sebaliknya dapat dikerjakan dengan santai dan cukup waktu.

d) Performansi: Tingkat keberhasilan dalam pekerjaan. Seberapa puas

atas tingkat kinerja yang telah dicapai.

e) Usaha: Seberapa besar tingkat usaha (mental maupun fisik) yang

dibuthkan untuk memperoleh performansi yang diinginkan.

f) Tingkat Frustasi: Seberapa besar tingkat frustasi terkait dengan

pekerjaan. Apakah pekerjaan menyebalkan, penuh stres, dan tidak

memotivasi, ataukah sebaliknya, menyenangkan, santai, dan

memuaskan.
26

Menurut Hancock dan Meshkati (1988), langkah-langkah

pengukuran beban kerja mental menggunakan metode Nasa- tlx sebagai

berikut:

a) Penjelasan indikator beban mental yang akan diukur

b) Pembobotan (Weighted)

c) Pemberian Rating

Gambar 2.1 Rating sheet Nasa-TLX

Skor beban mental Nasa - TLX didapatkan dari bobot dan rating

untuk setiap indikator yang dikalikan kemudian dijumlahkan dan dibagi

15. Data dari tahap pemberian (rating) untuk memperoleh beban kerja

(mean weighted workload) adalah sebagai berikut (Hancock dan Meshkati,

1988) :

a) Menghitung nilai produk

Indikator = Rating x Bobot Faktor...(3)


27

b) Menghitung Weighted Workload (WWL)

WWL = ∑ Indikator......................... (4)

c) Menghitung rata – rata WWL

Rata-rata = ∑ Indikator /15........... (5)

d) Interpretasi Hasil Nilai Skor

Tabel 2.2 Skor Nasa-TLX

Golongan Beban Kerja Nilai

Rendah 0-9
Sedang 10-29
Agak Tinggi 30-49
Tinggi 50-79
Sangat Tinggi 80-100

Anda mungkin juga menyukai