Pengalaman terakit profesionalisme kedokteran yang pernah saya alami adalah saat
saya bekerja di Faskes 1 Puskesmas Rawat Inap, dimana ada pasien seorang bapak usia 45
tahun, dengan diagnosis CAD dan DHF, yang telah ditinggalkan oleh istrinya, bekerja
serabutan dan hidup hanya dengan seorang anaknya yang masih sekolah dasar. Bapak
tersebut tidak memiliki biaya untuk perawatan di puskesmas, dan tidak pula memiliki BPJS.
Pasien tersebut bersikeras untuk APS dari puskesmas karena alasan tidak ada biaya.
Sebetulnya pasien tersebut indikasi untuk dirujuk ke RS karena keterbatasan sarana
penunjang dan obat-obatan di puskesmas. Hanya saja karena pasiennya keberatan, kami
pun berusaha untuk memberikan tatalaksana pasien semaksimal mungkin sesuai dengan
SOP dan ketersediaan sarana yang ada. Dengan alasan kemanusiaan, saya pun akhirnya
memberikan bantuan biaya perawatan pasien supaya pasien bisa terus melanjutkan
perawatannya sampai kondisi pasien stabil dan layak untuk berobat jalan.