Anda di halaman 1dari 31

Laporan kasus

SKIZOFRENIA PARANOID

F.20.0

Oleh :
Rizki Akbar Mujahid, S.Ked (14A011044)
M. Chandra Fahlevi, S.Ked (14A012108)

Pembimbing :
dr. H, Asyikin Noor, Sp.KJ, MAP

UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas Kedokteran ULM/RSUD Ulin Banjarmasin
Banjarmasin
Agustus, 2016
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Tempat, Tanggal lahir : 15 April 1970

Usia : 46 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Handil Baru , Kabupaten Banjar

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

Suku : Banjar

Status Perkawinan : Janda

Tanggal Masuk : 1 Agustus 2016

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis dengan anak pasien pada tanggal

1 Agustus 2016 di IGD Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.

A. KELUHAN UTAMA

Mengamuk

KELUHAN TAMBAHAN

Berbicara kacau

1
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis dengan anak pasien (Tn. M) 22 Tahun

Fase Prodormal (Juni 2016): pasien bicara sendiri, berperilaku aneh ,pikiran

tidak wajar, gangguan fungsi peran, dan gangguan fungsi sosial

Pada bulan Juli pasien mengalami perubahan perilaku. Pasien mulai sering

menyendiri dikamar untuk memandangi foto wali dan mulai berbicara sendiri.

Pasien seakan-akan berbicara dengan wali dan memberikan ceramah pada

anaknya. Pasien masih mau bertemu dengan tetangga, namun selalu menceramahi

dengan mengatakan perihal bahwa mereka ummat yang berdosa. Pasien sering

membersihkan halaman rumah dan bekas orang yang bertamu menggunakan tanah

karena di anggap najis dan perlu disucikan. Pasien awalnya senang memasak

makanan di rumah untuk anaknya, tapi semenjak berbicara sendiri pasien tidak

mau lagi memasak dan kedapur. Pasien tetap mandi dan berpakaian seperti biasa

namun pasien tidak mau makan nasi, hanya mau makan buah roti dan air mineral

karena menurut pasien merupakan makanan para wali. Pasien juga mulai tidak

mau minum obat yang diberikan oleh anaknya. Pasien mengatakan dirinya telah

sembuh.

Fase Aktif (Juli 2016) : Pasien gaduh gelisah, berhalusinasi, waham.

Pada 1 bulan SMRS pasien, pasien mulai gaduh gelisah dan tidak bisa tidur.

Pasien melihat bayangan yang dianggap pasien ialah wali yang merasuki dirinya.

Saat merasa dirasuki oleh wali , pasien merasa dikendalikan dan tidak dapat

melawan lalu mulai mengamuk serta mengutuk tetangga sekitar karena memiliki

banyak dosa. Pada saat pasien datang ke IGD awalnya tenang dan kooperatif.

2
Berbicara dengan baik dan sadar kalau dirinya sedang sakit. Setelah disuruh

dokter untuk minum obat, pasien mulai mengamuk dan melempar obat ke dokter,

serta mengutuk dan menceramahi dokter karena merasa di rasukin oleh wali dan

dikendalikan.

Autoananmnesis

Pasien agak sulit untuk di ajak berbicara dan terkadang diam setelah ditanya.

Pasien mengaku bernamah Sariah. Mengaku pernah menikah 4 kali dan yang

terakhir dengan Habib Husein. Pasien mengatakan suaminya yang ke4 sudah

meninggal dunia. Pasien mengatakan diantar oleh anaknya karena ingin berobat.

Saat ditanyakan kenapa mengamuk, pasien mengatakan bahwa dirinya dirasuki

oleh wali dan dibisikan untuk mengamuk agar tidak meminum obat yang

diberikan karena haram. Pasien sangat membanggakan dirinya sebagai istri muda

seorang habib dan menceritakan dulu tinggal dengan habib di pesantren.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Fase Prodormal (Awal Tahun 2009): Berbicara sendiri, gangguan fungsi

peran, gangguan fungsi sosial.

Pasien bercerai dengan suami ke-4 pada awal tahun 2009. Setelah bercerai pasien

mulai menunjukkan perubahan perilaku. Pasien sering menangis dan menyendiri

dikamar. Pasien juga tidak ingin makan kecuali dipaksa oleh anak pasien. Pasien

muali berbicara sendiri dikamar dan terkadang mengunci kamar dan tidak ingin

diganggu. Kebutuhan pasien disediakan oleh anaknya.

3
Fase Akut (Desember Tahun 2009): Gaduh gelisah, waham dan halusinasi.

Pasien mengamuk dirumah dan melemparkan baran-barang didalam kamar

sehingga dibawa anak pasien ke RSUD Anshari Saleh untuk rawat inap. Pasien

juga berteriak bahwa dia ialah istri habib dan merasa tidak sakit. Pasien mendapat

obat Haloperidol, Trifluoperazine dan Trihexylphenidil saat dirumah sakit. Pasien

di rawat selama 3 bulan. Lalu di bolehkan untuk rawat jalan karena keluhan

seperti mengamuk dan berbicara kacau tidak muncul dalam 1 bulan terakhir saat

dirawat.

Fase Residual (Tahun 2010)

Pada bulan Maret pasien diperbolehkan pulang dari RSUD Anshari saleh dan

dilakukan rawat jalan. Pasien mendapat obat lodomer, clozapine dan

trihexylphenidil saat dirumah. Pasien rajin minum obat karena di awasi oleh

anaknya. Saat dirumah pasien sudah mulai bagus dalam merawat diri dan

mengurus rumah. Tapi pasien terkadang senang menyendiri di dalam kamar dan

terkadang berbicara sendiri , merasa berbicara dengan suami pasien.

Fase Akut (Juni Tahun 2010)

Pada bulan Juni pasien kembali mengamuk dirumah. Pasien tidak mau minum

obat yang diberikan oleh anaknya. Pasien mulai berbicara kacau dan merasa

dirasuki oleh jin putih yang sering mendatanginya di kamar. Karena sangat

mengganggu keluarga dan tetangga sekitar ,pasien di bawa kembali ke RSUD

Anshari saleh untuk dirawat. Pasien kemudian di rawat selama 6 bulan di RSUD

4
Anshari saleh. Pasien mendapat obat Lodomer , Clozapine dan trihexylphenidil

saat di RSUD. Setelah mendapat terapi selama 6 bulan pasien di bolehkan untuk

pulang kerumah karena dinyatakan sembuh.

C. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

a) Riwayat Prenatal

Berdasarkan anamnesa dengan anak pasien, tidak ada data yang didapat.

b) Riwayat Infanticy/Masa Bayi (0-1,5 tahun) Basic Trust vs Mistrust

Berdasarkan anamnesa dengan anak pasien, tidak ada data yang didapat.

c) Riwayat Early Childhood/ Masa kanak (1,5-3 tahun) Autonomy vs

shame and doubt

Berdasarkan anamnesa dengan anak pasien, tidak ada data yang didapat.

d) Riwayat Pre School Age/ Masa Prasekolah (3-6 Tahun) Initiative Vs

Guilt

Berdasarkan anamnesa dengan anak pasien, tidak ada data yang didapat.

e) Riwayat School Age/masa sekolah (6-12 tahun) Industry vs Inferiority

Berdasarkan anamnesa dengan anak pasien, tidak ada data yang didapat.

f) Riwayat Adolescence (12-20 tahun) Identity vs Role diffusion/Identity

Confusion

Berdasarkan anamnesa dengan anak pasien, tidak ada data yang didapat.

g) Riwayat Young Afulthood/Masa Dewasa Awal (21-40 tahun) Intimacy

vs Isolation

5
Pasien merupakan baik dan senang bergaul dengan tetangga sekitar.

Hubungan pasien dengan anaknya baik.

h) Riwayat pendidikan

Pasien bersekolah sampai SMP dan lulus.

i) Riwayat pekerjaan

Setelah tamat SMP pasien bekerja sebagai petani dan membantu kedua

orang tua pasien.

j) Riwayat perkawinan

Pasien 4 kali menikah dan keseluruhan bercerai. Pernikahan terakhir tahun

2008 dengan Habib Husein dan kemudian di awal tahun 2009 bercerai.

Suami ke-4 merupakan seorang ulama dan os dijadikan sebagai istri.

Pasien sangat membanggakan dirinya sebagai istri seorang ulama tapi

kemudian diceraikan.

RIWAYAT KELUARGA

Genogram:

IV
I
III

II

6
Keterangan:

= Penderita = Perempuan

= Laki-Laki = Meninggal

= cerai

OS anak kedua dari tiga bersaudara , tidak ada riwayat keluarga serupa tentang

keadaan beliau.

D. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Pasien tinggal bersama dengan anak pertama dari suami pertama di dampingi

istrinya. Anak pasien sangat berharap pasien dapat sembuh.

E. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGAN

Pasien sadar sekarang pasiennya sedang sakit dan tidak tahu penyebab

sakitnya.

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT

1. Status Interna :

Tekanandarah : 140/90 mmHg

Nadi : 103 X/menit

Frekuensi napas : 23X/ menit

Suhu tubuh : 36,5 C

 Kulit

Inspeksi : purpura (-), anemis (-), ikterik (-), hiperpigmentasi (+)

Palpasi : nodul (-), sklerosis (-), atrofi (-)

 KepaladanLeher

Inspeksi : normosefali

7
Palpasi : pembesaran KGB (-/-), peningkatan JVP (-/-)

Auskultasi : bruit (-)

 Mata

Inspeksi : konjungtivaanemis (-/-), skleraikterik (-/-), merah(-),

perdarahan (-), mataberair (-), ptosis (-), Pandangankabur (-/-),

pupil isokorkiridankanan.

Funduskopi : tidak dilakukan

 Telinga

Inspeksi : serumen minimal, sekret (-/-)

Palpasi : nyeri mastoid (-/-)

 Hidung

Inspeksi : epistaksis (-/-)

Palpasi : nyeri (-/-)

 Mulut

Inspeksi : perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-),

leukoplakia (-)

 Toraks

Inspeksi : simetris

Palpasi : fremitus vokalsimetris

Perkusi : sonor

Auskultasi : suaranapasvesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)

 Jantung

Inspeksi : iktustidaktampak

8
Palpasi : iktusterabapada ICS V midclaviculasinistra

Perkusi : bataskanan: ICS IV lineasternalisdektra

Bataskiri: ICS V lineamidklavikulasinistra

Auskultasi : S1 S2 tunggal, irama regular, murmur (-), gallop (-)

 Abdomen

Inspeksi : bentukpermukaan abdomen rata normal, sikatrik (-), striae (-),

hernia (-)

Auskultasi : peristaltik usus (+) normal 6x/ menit

Perkusi : timpani

Palpasi : shifting dullness (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), massa

(-)

Nyeritekan (-) - - -

- - -

- - -

Punggung

Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi : nyeri (-) nyeriketokginjal (-)

Ekstremitas

Inspeksi : gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises (-)

Palpasi : panas (-), nyeri (-), massa (-), edema (-)

2. Status Neurologis

Nervus I – XII : Dalam batas normal

Rangsang Meningeal : Tidak ada

9
Gejala peningkatan TIK : Tidak ada

Refleks Fisiologis : Dalam batas normal

Refleks patologis : Tidak ada

IV. STATUS MENTAL

A. DeskripsiUmum

1. Penampilan

Pasien seorang perempuan, terawat dan tidak terlalu gemuk, mengenakan kaos

berwarna biru, memakai celana panajng hitam serta menggunakan jilbab biru.

2. Kesadaran : Keadaan bingung

3. Perilaku dan aktivitas motorik : hiperaktif

4. Pembicaraan : irama datar dengan pembicaraan spontanitas

5. Sikap terhadap pemeriksa : tidak kooperatif

6. Kontak psikis : kontak ada, tidak wajar, dan tidak dapat

dipertahankan.

B. Keadaan

 Afek/mood : hiperthym

 Ekspresi afektif :

1. Stabilitas : labil

2. Pengendalian : Pasien tidak dapat mengendalikan

emosinya secara wajar

3. Sungguh-sungguh/tdk : sungguh-sungguh

4. Dalam/dangkal : dalam

10
5. Skala diferensiasi : sempit

6. Empati : tidak dapat diraba rasakan

7. Arus emosi : lambat

C. Fungsi Kognitif

 Kesadaran : Keadaan bingung

 Daya konsentrasi : berkurang

 Orientasi

Waktu :+

Tempat :+

Orang :+

Situasi :+

 Daya ingat

Segera : bagus

Jangka pendek : bagus

Jangka panjang : bagus

 Pikiran Abstrak : Susah dievaluasi

D. Gangguan Persepsi

 Halusinasi A/V/G/T/O : +/+/-/-/-

 Ilusi A/V/G/T/O : -/-/-/-/-

 Depersonalisasi / derealisasi : -/-

11
E. Proses pikir

 Bentuk pikir : dereistik

 Arus pikir : blocking

 Isi pikir :

o Preokupasi : (-)

o Waham : waham kebesaran

F. Pengendalian Impuls : baik

G. Daya nilai

Daya nilai sosial : terganggu

Uji daya nilai : terganggu

Penilaian realitas : terganggu

H. Tilikan : tilikan 4 (menyadari dirinya sakit dan

butuh bantuan tetapi tidak memahami

penyebab sakitnya)

I. Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Anamnesis :

 Pada tahun 2009 pasien menunjukan prodormal dari skizofrenia yaitu:

Berbicara sendiri, berperilaku aneh ,pikiran tidak wajar,gangguan fungsi

peran, dan gangguan fungsi sosial.

12
 Pada Desember tahun 2009 pasien menunjukan Fase Akut yaitu : Gaduh

gelisah, waham dan halusinasi.

 Pasien menunjukan gejala aktif skizofrenia pada tahun 2009, 2010 dan

2016 yaitu: gaduh gelisah, waham dan halusinasi

 Gejala aktif lain terlihat lebih jelas pasca perceraian: yaitu gaduh gelisah, ,

mengamuk, melempar barang-barang dikamar, mendengar bisikan,

melihat sosok wali, dan merasa dirasuki oleh wali.

 Pasien masuk RSUD Anshasri Saleh pada tahun 2009 dan 2010

 Kondisi Pasien tahun 2016 dengan terlihat berbicara sendiri, suka

menyendiri dikamar, tidak bisa tidur, berbicara kacau dan mengamuk

 Kesadaran : Keadaan bingung

 Psikomotor : hiperaktif

Afek/mood: hiperthym

Stabilitas : labil

Pengendalian : Pasien tidak dapat mengendalikan

emosinya secara wajar

Sungguh-sungguh/tdk : sungguh-sungguh

Dalam/dangkal : dalam

Skala diferensiasi : sempit

Empati : tidak dapat diraba rasakan

Arus emosi : lambat

13
 Halusinasi: Auditorik dan Visual (+)

 Waham : (+)

 Stressor psikososial diduga karena: perceraian dengan suami yang

keempat

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Aksis I : F.20.0 SKIZOFRENIA PARANOID

2. Aksis II : none

3. Aksis III : Hipertensi Grade 1 (I00-I99)

4. Aksis IV : Perceraian

5. Aksis V : GAF 45 (Gejala berat (serious), disabilitas berat)

VII. DAFTAR MASALAH

A. Masalah terkait fisik

Pasien memiliki riwayat Hipertensi grade 1 sejak tahun 2010.

B. Masalah terkai psikologis

Adanya gangguan persepsi berupa halusinasi audio dan visual, terdapat

gangguan pada isi pikir berupa waham kebesaran. Ada gangguan pada

perilaku, gangguan fungsi peran dan gangguan fungsi sosial

VIII. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia ad bonam

Fase prodormal : dubia ad bonam

Diagnosis stressor : dubia ad malam

Gangguan sistemik : dubia ad bonam

14
Perjalan penyakit : dubia ad malam

Usia saat menderita : dubia ad bonam

Pendidikan : dubia ad malam (SMP)

Perkawinan : dubia ad malam

Aktivitas pekerjaan : dubia ad bonam

Ekonomi : dubia ad bonam

Lingkungan sosial : dubia ad bonam

Pengobatan psikiatri : dubia ad bonam

Kesimpulan : dubia ad bonam

IX. RENCANA TERAPI

Psikofarmaka : Clozapine 2 x 25 mg

Haloperidol 2 x 5 mg

Trihexylphenidyl 2x2mg

Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga

 Menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan dan agar selalu memberikan

dukungan kepada pasien

 Bimbingan agama, shalat berjamaah, dan pengajian

IX. DISKUSI

1. Skizofrenia

1.1 Definisi

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau

15
deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan

pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh

penyimpangan yang fundamental dan kharacteristik dari pikiran dan persepsi

,serta oleh afek yang tidak wajar. Kesadaran yang jernih tetap

terpelihara,walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Skizofrenia adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani; “schizein” yang

berarti “terpisah” atau “pecah” dan “phrenia” yang berarti “jiwa”. Arti dari kata-

kata tersebut menjelaskan tentang karakteristik utama dari gangguan skizofrenia,

yaitu adanya pemisahan antara pikiran, emosi, dan perilaku dari orang yang

mengalaminya.2

1.2 Etiologi 2

1.2.1 Model Diatesis-stres

Merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor lingkungan.

Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan

spesifik (diatessis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang

menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.

Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis

(missal kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diatesis

selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti penyalahgunaan

obat, stress psikososial , dan trauma.

Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat

menerangkan mengapa orang tersebut dapat menjadi skizofren. Semakin besar

kerentanan seseorang maka stressor kecilpun dapat menyebabkan menjadi

16
skizofren. Semakin kecil kerentanan maka butuh stressor yang besar untuk

membuatnya menjadi penderita skizofren. Sehingga secara teoritis seseorang

tanpa diathese tidak akan berkembang menjadi skizofren, walau sebesar apapun

stressornya.2

1.2.2. Faktor Neurobiologi

Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya

kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui

bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu ddengan

munculnya simptom skizofrenia.

Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat

seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan

ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi

pada satu area mungkin melibatkan proses patologis primer pada area yang lain.

Dua hal yang menjadi sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan

neuropatologis muncul pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan

stressor lingkungan dan sosial.2

Hipotesa Dopamin

Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas

neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari

meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine,

turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi

dari faktor-faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa :

17
a. Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik dengan

kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine D2.

b. Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat

menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.

1.2.3. Faktor Genetika

Penelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan

merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren.

Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat

anggota keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan

keluarga dekat. Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan keberadaan

pengaruh genetik melebihi pengaruh lingkungan pada munculnya skizofrenia, dan

kembar satu telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami

skizofrenia.

1.2.4. Faktor Psikososial

1.2.4.1 Teori Tentang Individu Pasien

a. Teori Psikoanalitik

Freud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi

perkembangan, yang muncul lebih awal daripada gangguan neurosis. Jika

neurosis merupakan konflik antara id dan ego, maka psikosis merupakan konflik

antara ego dan dunia luar. Menurut Freud, kerusakan ego (ego defect)

memberikan kontribusi terhadap munculnya simptom skizofrenia. Disintegrasi

ego yang terjadi pada pasien skizofrenia merepresentasikan waktu dimana ego

belum atau masih baru terbentuk.

18
Konflik intrapsikis yang berasal dari fiksasi pada masa awal serta

kerusakan ego-yang mungkin merupakan hasil dari relasi obyek yang buruk-turut

memperparah symptom skizofrenia. Hal utama dari teori Freud tentang

skizofrenia adalah dekateksis obyek dan regresi sebagai respon terhadap frustasi

dan konflik dengan orang lain.

Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan

oleh kesulitan interpersonal yangyang etrjadi sebelumnya, terutama yang

berhubungan dengan apa yang disebutnya pengasuhan ibu yang salah, yaitu cemas

berlebihan.

Secara umum, dalam pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia,

kerusakan ego mempengaruhi interprestasi terhadap realitas dan kontrol terhadap

dorongan dari dalam, seperti seks dan agresi. Gangguan tersebut terjadi akibat

distorsi dalam hubungan timbal balik ibu dan anak.

Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki makna simbolis bagi

masing-masing pasien. Misalnya fantasi tentang hari kiamat mungkin

mengindikasikan persepsi individu bahwa dunia dalamnya telah hancur.

Halusinasi mungkin merupakan substitusi dari ketidakmampuan pasien untuk

menghadapi realitas yang obyektif dan mungkin juga merepresentasikan

ketakutan atau harapan terdalam yang dimilikinya.

b. Teori Psikodinamik

Berbeda dengan model yang kompleks dari Freud, pandangan

psikodinamik setelahnya lebih mementingkan hipersensitivitas terhadap berbagai

stimulus. Hambatan dalam membatasi stimulus menyebabkan kesulitan dalam

19
setiap fase perkembangan selama masa kanak-kanak dan mengakibatkan stress

dalam hubungan interpersonal.

Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif diasosiasikan dengan

onset akut sebagai respon terhadap faktor pemicu/pencetus, dan erat kaitannya

dengan adanya konflik. Simptom negatif berkaitan erat dengan faktor biologis,

dan karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi tertentu. Sedangkan

gangguan dalam hubungan interpersonal mungkin timbul akibat konflik

intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan dengan kerusakan ego yang

mendasar.

Tanpa memandang model teoritisnya, semua pendekatan psikodinamik

dibangun berdasarkan pemikiran bahwa symptom-simptom psikotik memiliki

makna dalam skizofrenia. Misalnya waham kebesaran pada pasien mungkin

timbul setelah harga dirinya terluka. Selain itu, menurut pendekatan ini, hubungan

dengan manusia dianggap merupakan hal yang menakutkan bagi pengidap

skizofrenia.

c.Teori Belajar

Menurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-

kanak ia belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir

yang tidak rasional dengan meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya juga

memiliki masalah emosional.

1.2.4.2 Teori Tentang Keluarga

Beberapa pasien skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami

nonpsikiatrik-berasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku keluarga yang

20
patologis, yang secara signifikan meningkatkan stress emosional yang harus

dihadapi oleh pasien skizofrenia.

1.2.4.3 Teori Sosial

Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak

berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia. Meskipun ada data pendukung,

namun penekanan saat ini adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu

timbulnya onset dan keparahan penyakit

1.3 Kriteria Diagnostik Skizofrenia 1,2,4

Pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ III

 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. -Thought echo

Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya

(tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun

kualitasnya berbeda, atau

-Thought insertion or withdrawal

Isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau

isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal)

dan

-Thought broadcasting

Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umumnya

mengetahuinya.

21
b. -Delusion of control

Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatukekuatan tertentu dari luar

- Delusion of influence

Wahamtentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar

- Delusion of passivity

Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan

dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan

tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).

- Delusion perception

Pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi

dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

-Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku

pasien ,atau

-Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai

suara yang berbicara) atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan

diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau

berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

22
 Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak

relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,

dan stupor

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons

emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi

harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau

medikasi neureptika.

 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodromal);

 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi

23
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self

absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

1.4 Klasifikasi 1,2,4

Dalam PPDGJ III Skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang

mempunyai spesifikasi masing-masing yang kriterianya didominasi dengan hal-

hal sebagai berikut :

1. Skizofrenia Paranoid

2. Skizofrenia Hebefrenik

3. Skizofrenia Katatonik

4. Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)

5. Depresi Pasca Skizofrenia

6. Skizofrenia Residual

7. Skizofrenia Simpleks

8. Skizofrenia lainnya

9. Skizofrenia YTT

2. Skizofrenia Paranoid

II.1 Definisi

Skizofrenia paranoid merupakan salah satu dari beberapa jenis skizofrenia,

yaitu suatu penyakit mental yang kronis di mana seseorang kehilangan kontak

dengan kenyataan/ realitas (psikosis). Skizofrenia paranoid adalah skizofrenia

yang terdiri dari kelainan psikosis yang berkembang perlahan – lahan di tandai

24
dengan waham yang menetap, tidak bisa berubah, sistematis dan mempunyai

alasan – alasan yang tidak masuk akal.Penderita dengan skizofrenia paranoid,

kemampuan mereka dalam berpikir dan berfungsi dalam kehidupan sehari-hari

mungkin lebih baik dibandingkan dengan jenis lain dari skizofrenia. Mereka

mungkin tidak memiliki banyak masalah dengan emosi, ingatan, konsentrasi.

Namun, skizofrenia paranoid merupakan suatu kondisi serius, dialami seumur

hidup yang dapat menyebabkan banyak komplikasi termasuk perilaku bunuh diri.

Meskipun demikian, dengan pengobatan yang efektif mereka dapat mengelola

gejala skizofrenia paranoid dan bekerja untuk menjalani hidup sehat dan bahagia.

Tanda skizofrenia paranoid antara lain:

 Halusinasi pendengaran, seperti mendengar suara-suara

 Delusi, seperti percaya rekan kerja ingin meracuni Anda

 kegelisahan

 kemarahan

 emosi datar

 kekerasan

 Banyak berargumentasi (berdebat)

 Merasa diri penting atau memandang orang lain rendah.

 Pikiran dan perilaku bunuh diri

Dengan skizofrenia paranoid, mereka cenderung akan terpengaruh oleh masalah

mood (perasaan) atau masalah dengan pemikiran, konsentrasi dan perhatian.

Gejala – gejala menurut PPDGJ III :

 Proses pikir diluar sentral cukup baik.

25
 Struktur kepribadianya yang retak

 Gerakan cukup harmonis

 Keadaan efektif umumnya stabil, bila ada perubahan di dahului perubahan

waham.

Gejala kunci:

Delusi (waham) dan halusinasi adalah gejala yang membuat skizofrenia paranoid

paling berbeda dari jenis lain dari skizofrenia.

 Delusi. Pada skizofrenia paranoid, delusi yang umum adalah bahwa

mereka sedang dipilih untuk sesuatu hal yang terkait dengan sesuatu yang

berbahaya.  Misalnya, mereka mungkin percaya bahwa pemerintah

mengawasi setiap langkah yang mereka  lakukan atau bahwa ada rekan

kerja yang meracuni makan siangnya. Mereka juga mungkin memiliki

waham kebesaran (delusi keagungan) – keyakinan bahwa mereka bisa

terbang, bahwa mereka terkenal atau bahwa mereka memiliki hubungan

dengan orang terkenal, misalnya. Mereka berpegang pada keyakinan palsu

meskipun tidak ada bukti.  Delusi dapat mengakibatkan agresi atau

kekerasan jika mereka percaya mereka harus bertindak membela diri

terhadap orang orang yang ingin mencelakai mereka.

 Halusinasi suara.  Sebuah halusinasi pendengaran adalah persepsi suara –

suara dimana tidak ada orang lain yang ikut mendengar. Suara mungkin

suara tunggal atau suara banyak orang. Suara-suara mungkin berbicara

baik kepada mereka atau satu sama lain. Suara-suara tersebut biasanya

tidak menyenangkan. Suara suara tersebut dapat membuat kritik

26
berkelanjutan dari apa yang penderita pikirkan atau lakukan, atau

membuat komentar kejam tentang kesalahan nyata atau kesalahan

khayalan dari penderita. Suara juga dapat memerintahkan penderita

melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Bila seseorang memiliki skizofrenia paranoid, suara-suara tampak nyata.

Penderita mungkin berbicara atau berteriak pada suara tersebut.

2.2 Etiologi Skizofrenia paranoid

 Ambisi yang besar, tetapi tidak mampu mencapai frustasi.

 Ingin mencapai kepribadian dari kecenderungan dan impuls yang tidak

disukai

 Adanya rasa bersalah

Biasanya sering terjadi pada keluarga dengan salah satu orang tua yang bersikap

otoriter keras. Hal ini menimbulkan kebencian terhadap orang tua yang otoriter

dan identitas yang berlebihan dari orang tua lainya. Timbulnya rasa bersalah yang

diatasi dengan cara rasionalisasi. Ide paranoid bervariasi luar, primer ditentukan

oleh kebutuhan utama pemuasan diri dan sekunder ditentukan oleh tipe

rasionalisasi. Pasien seringkali khawatir kalau – kalau wahamnya diragukan

orang. Tipe lainya mempunyai waham kebesaran dimana pasien berubah menjadi

tuhan, atau nabi- nabi, serta mempunyai kekuatan supranatural atau menjadi

pemimpin untuk memperbarui dunia. Pada tipe erotic pasien menjadi percaya

banyak orang yang mencintai dirinya.

Paranoid sering terjadi pada pasien dengan intelegensi yang tinggi, tetapi

energi tidak dipergunakan secara baik. Mungkin hal ini disebabkan karena pasien

27
menemukan bahwa mekanisme pertahanan rasionalisasi dan proyeksi merupakan

mekanisme pertahanan yang memuaskan.Psikoterapi yang paling baik biasanya

bersifat suportif dan redukatif, dengan tidak mengkritik waham secara langsung,

memperkuat kepuasannya atas kesehatan kerja yang dilakukan dalam batas –

batas kemampuanya, membantu adaptasi sosial yang memuaskan.

28
LAMPIRAN

Grafik Perjalanan Penyakit

Nama : Ny. S

Usia : 46 Tahun

Agama : Islam

Status : Janda

Pendidikan terakhir : SMP

2 4 7

3
1
5 6

Keterangan :

1. Awal tahun 2009

2. Desember 2009

3. Maret 2010

4. Juni 2010

5. Januari 2011

6. Juni 2016

7. Juli 2016

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W.S. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Presss :


Surabaya. 1994.
2. Kaplan, I. H. and Sadock, J. B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Perilaku Psikiatri
Klinis, Edisi Ketujuh. Binarupa Aksara Publisher: Jakarta.
3. Olfson, Mark. Treatment Patterns for Schizoaffective Disorder and
Schizophrenia Among Medicaid Patients. Diakses melalui:
www.psychiatryonline.org/data/Journals/
4. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of
Mental disorders (DSM IV TM). American Psychological Association
(APA): Washington DC. 1996.

30

Anda mungkin juga menyukai