Anda di halaman 1dari 5

RESUME

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

“KEPERAWATAN PALIATIF TERHADAP PENYAKIT KANKER”

Dosen Mata Kuliah: Dr. Mashadi Maili, M.Si

Oleh :

Kelompok 1

1. Bismantara I. Saputra 13. Luthfiyana Umar


2. Fillah Hardiyanto 14. Sulistiawati Kadir
3. Mohammad Halid 15. Amalia F. Latief
4. Ferdi Mohi 16. Cicinda P. Hamzah
5. Haikal S. Biu 17. Felniyawati Ahmad
6. Arfadila Idris 18. Kiki Agritis Gani
7. Astuti Alhasni 19. Muliyati W. Akase
8. Dinda R. Kadir 20. Agustin Kasim
9. Ervina Kilo 21. Novyanti Kunding
10. Miftahul J. Hinelo 22. Nining I. Dai
11. Nadia Mozen 23. Sulistiyawaty P. Umar
12. Indah P Lestari

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH GORONTALO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2021/2022
Keperawatan paliatif terhadap penyakit kanker

1. Definisi perawatan

Perawatan paliatif adalah perawatan yang diberikan kepada pasien dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa. Perawatan paliatif memberikan penanganan secara menyeluruh mulai
dari mengatasi nyeri dan gejala lain yang dialami pasien, juga menyediakan pendampingan
psikologis, sosial, dan spiritual.
Perawatan paliatif menurut World Health Organization (WHO) adalah pendekatan yang
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah kesehatan yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan tindakan untuk mengurangi nyeri, masalah fisik,
sosial, dan spiritual yang dihadapi pasien selama pengobatan.
Tujuan dari perawatan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarganya,” kata dr. Yuddi Gumara Sp. An (K), KMN, kepala instalasi perawatan paliatif
Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Satu orang terdiagnosis kanker yang sakit seisi rumah begitu kadang orang berkata. Sebab
meskipun pengobatan kanker saat ini sudah berkembang, tapi tak dapat dipungkiri bahwa
kanker tetap merupakan penyakit yang mengancam jiwa.
Penyakit kanker terdengar menyeramkan, karenanya ketika seseorang mengetahui dirinya
mengidap kanker, ia tak hanya membutuhkan perawatan untuk penyakitnya. Penderita kanker
juga butuh merawat kondisi psikososial, spritual, dan nyeri fisik, baik yang disebabkan oleh
penyakitnya atau yang berasal dari efek pengobatan atau penyebab lain.
Penanganan secara holistik ini diberikan dalam wadah perawatan paliatif. Namun
perawatan paliatif di Indonesia belum menjadi pilihan utama sebagai pendamping
pengobatan.
Di Indonesia masih banyak yang menganggap perawatan paliatif hanya diperuntukkan
bagi pasien yang telah menjelang ajal. Sehingga dalam praktiknya ketika ada pasien yang
dirujuk ke instalasi perawatan paliatif, banyak yang menolak dengan alasan takut,

Perawatan paliatif bukan berarti dokter telah menyerah untuk menyembuhkan pasien. Tapi ini
merupakan pendampingan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Perawatan paliatif bukan vonis kematian

Perawatan paliatif pada pasien kanker bisa dimulai sejak saat pasien didiagnosis.
Perawatan ini bisa dimulai kapan saja ketika kualitas hidupnya menurun atau ketika semangat
pasien menurun lalu menganggap dirinya tidak punya harapan sembuh. 

“Bahkan bagi pasien yang belum terdiagnosis tapi sudah mengalami gejala yang mengarah
kepada kanker, kondisi ini seringkali sudah memengaruhi kualitas hidup pasien,”
 
Pada tahap ini, perawatan paliatif akan memberikan dukungan psikolog agar pasien tidak
putus asa, menangani nyeri, dan mengatasi luka kanker. Sementara itu, dokter kanker akan
menyiapkan penanganan medis yang sesuai untuk mengobati kankernya. Perawatan paliatif
juga mungkin diperlukan saat menjalani pengobatan kanker.

Maria Astheria Witjaksono, MPALLC(FU), dokter paliatif Rumah Sakit Kanker


Dharmais mengatakan bahwa perjalanan pasien kanker itu tidak ringan. Karena itu
butuh dukungan dalam aspek kehidupan lainnya agar pengobatan sesuai dengan yang
diharapkan.

“Masalah komunikasi, masalah informasi, masalah pengambilan keputusan itu perlu


didiskusikan untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal ,” jelas Maria.

Misalnya keputusan untuk melakukan operasi atau tidak. Keputusan ini seringkali
membuat perdebatan antar anggota keluarga. Perawatan paliatif akan dapat memberikan
ruang mediasi bagi keluarga demikian juga. Gejala harus di tatalaksana secara adekuat agar
tercapai kualitas hidup yang baik.

Contoh selanjutnya adalah pendampingan psikologi pada keluarga. Sebab, papar Maria, tidak
jarang seseorang dapat merasa bersalah atas penyakit yang diderita pasangannya. Maka
pendampingan dari perawatan paliatif itu dibutuhkan.
Jika keluarga tidak bisa menemani ke rumah sakit, perawatan paliatif Rumah Sakit Kanker
Dharmais juga memiliki relawan yang siap menggantikan anggota keluarga menemani pasien
saat terapi.

“Di dalam perawatan paliatif kita sangat memperhatikan kebutuhan pasien. Hubungan yang
dekat dengan pasien diperlukan untuk memahami apa yang dirasakan, ketakutan,
kekhawatiran, dan harapannya,” ujar Maria menjelaskan.

Porsi perawatan paliatif yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Semakin buruk
kondisi penyakitnya maka akan semakin banyak peran paliatif.

3. Bahagia di akhir kehidupan

Saat kanker memasuki stadium terminal maka ini diperlukan perawatan paliatif akhir
kehidupan. Stadium terminal adalah akhir dari stadium lanjut dimana tidak ada lagi
pengobatan yang mampu menghentikan progresifitas penyakit. Pada pasien stadium terminal
tujuan utama pengobatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas sisa hidup, mempersiapkan
kematian yang bermartabat,damai, terhindar dari gejala.

“Dengan menikmati waktu di sisa hidupnya yang lebih nyaman, yaitu tinggal di rumah sehat,
rumah penuh kasih sayang, rumah penuh pengertian, pasien mungkin bisa hidup lebih
panjang ,”

Tapi tidak sedikit keluarga pasien yang belum bisa merelakan kondisi stadium terminal ini.
Mereka ingin pasien menerima semua pengobatan yang bisa diberikan, minta untuk masuk
ruang ICU untuk mendapatkan tindakan-tindakan yang mungkin tidak diperlukan.

“Lakukan segalanya, kami bayar berapa pun,” tutur Maria mencontohkan pernyataan yang
kerap disampaikan oleh keluarga pasien karena ingin memberikan segalanya secara
maksimal. Padahal kondisi itu seringkali justru menambah penderitaan pasien.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Maria pada tahun 2007, mayoritas pasien ingin
menghabiskan waktu di akhir kehidupannya bersama keluarga bukan di rumah sakit. Ia ingin
didoakan, dilepas dengan keikhlasan, dan mengetahui kalau anak-anak atau keluarga yang
ditinggalkannya akan saling mendukung dan menguatkan. Ini salah satu tugas perawatan
paliatif yakni berbicara mengenai tujuan hidup, kekhawatiran, dan harapan pasien dalam
menjalani bab akhir kehidupan.

“Keinginan terakhir pasien, harapan, hingga wasiat,” kata Maria. Sehingga jika fisik pasien
sudah tak lagi kuat menanggung penyakitnya, ia bisa pergi dengan ketenangan dan
penerimaan.

Anda mungkin juga menyukai