Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT PADA KASUS KRITIS
(PENYAKIT JANTUNG KORONER)

Disusun Oleh :
Kelompok 4 / Kelas 7B
1. Robbi Atus Solehah 1130017026
2. Candra Aryati Dewi 1130017061
3. Luluk Atun Muzayyanah 1130017064
4. Riski Amelia 1130017065
5. Lailatul Masrurah 1130017079

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020
1. PENDAHULUAN
Lebih dari 2 juta kasus per tahun di Indonesia masyarakat menderita
penyakit Jantung koroner, Penyakit ini menjadi penyakit pembunuh nomor
satu di Indonesia, penyakit jantung koroner sampai saat ini masih menjadi
masalah bagi kesehatan masyarakat dan menjadi perhatian bagi pemerintah
dan juga tenaga-tenaga kesehatan(Ghani, Susilawati and Novriani, 2016).
Ada beberapa factor yang menyebabkan penyakit jantung koroner
khususnya di Indonesia sampai saat ini belum dapat di selesaikan, seperti
faktor budaya, adat-istiadat, agama dan kepercayaan masing-masing
individu (Kandou, 2009). Penyakit jantung koroner adalah salah satu
penyakit degenerative, Faktor resiko utama dari penyakit ini adalah tekanan
darah yang tidak stabil atau tekanan darah tinggi, Tekanan darah ini dapat
dipengaruhi oleh faktor usia, perbedaan jenis kelamin, faktor genetik,
asupan makanan, serta gaya hidup yang tidak sehat (Bertalina, 2017).
Penyakit jantung koroner sangat berkaitan erat dengan penyakit
Hipertensi, dalam suatu penelitian menyebutkan bahwa orang yang
menderita Hipertensi sangat berisiko untuk terkena penyakit jantung
koroner(Defriman Djafri1 , Monalisa1, Fauziah Elytha1, 2017).Penyakit
jantung koroner merupakan suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada
organ jantung yang dapat mengakibatkan gangguan fungsional atau
penyempitanan ateri koroner(Marleni and Alhabib, 2018). Penyakit ini di
sebut sebagai penyakit utama penyebab kematian di dunia, dari tahun-
ketahun tingkat kematian yang di sebabkan oleh penyakit jantung koroner
semakin meningkat(Oemiyati and Rustika, 2017).
Penyakit jantung akan meningkat seiring bertambahnya usia
seseorang, menurut penelitian pada usia 30 tahun lambat laun penyakit
jantung koroner akan meningkat(Kementerian Kesehatan RI, 2017). Selain
faktor risiko yang ada seperti (merokok, obesitas, kadar kolesterol, tekanan
darah tinggi, kurang aktivitas, diabetes mellitus, stres), ada penelitian yang
mengatakan bahwa reaksi peradangan (inflamasi) dari penyakit infeksi
kronis mungkin juga menjadi faktor risiko (Balai Informasi Teknologi LIPI,
2009). Maka dari itu, perlu adanya perhatian oleh masyarakat khususnya
individu agar lebih memperhatikan factor-faktor apa saja yang dapat
menyebabkan penyakit jantung koroner (Nuraeni, 2016).
Selain itu, penyakit jantung koroner juga dapat mengakibatkan
penyakit lainnya seperti hipertensi dan juga penyakit yang lebih parah yaitu
stroke, hal ini disebabkan karena pecahnya pembuluh darah sehingga aliran
darah tersumbat sehingga oksigen tidak dapat masuk ke otak, hal inilah yang
mengakibatkan penyakit stroke(Ghani, Mihardja and Delima, 2016).
Penyakit yang dapat mengakibatkan jantung koroner berikutnya adalah
kolestrol tinggi, hal ini dapat menyebabkan penyakit jantung koroner karena
saat kolestrol kita tinggi maka akan menyumbat aliran darah yang akan
mengalir di seluruh tubuh(Balai Informasi Teknologi LIPI, 2009a). Maka
dari itu, kita perlu menjaga pola makan dan juga gaya hidup yang sehat,
sehingga kita terhindar dari penyakit khususnya penyakit jantung koroner,
mengingat sangat bahayanya penyakit tersebut, karena penyakit ini bermula
dari kebiasaan kita(Wahyuni, Nurrachmah and Gayatri, 2012).
Penyakit jantung koroner merupakan masalah kesehatan yang
sampai saat ini masih menjadi masalah besar bagi tenaga kesehatan, ada
beberapa cara yang dapat di lakukan untuk meminimalisir kasus jantung
koroner, seperti dengan melakukan promosi kesehatan(Majid and Utara,
2008). Dalam melakukan promosi kesehatan kita dapat mempromosikan
kesehatan jantung seperti melalui poster, panflet, leaflet, media social
seperti facebook, Instagram, dan juga melalui film pendek yang memiliki
pesan kesehatan(Darmawan and Zulfa, 2015). Namun sebelum kita
melakukan promosi kesehatan harus ada pendekatan secara langsung pada
masyarakat sehingga masyarakat dapat menerima promosi kesehatan yang
kita lakukan, cara ini sangat mempengaruhi apa yang akan kita sampaikan
kepada masyarakat(Risk, Of and In, 2015).
2. TRIGGER CASE
Dugaan Malpraktik di RS. Wahidin

MAKASSAR – Rachmawaty Sabaruddin melaporkan adanya dugaan


malpraktek yang dilakukan seorang dokter spesialis jantung berinisial A di
Rumah sakir Dr Waahidin Sudirohusodo, Makassar, ke kepolisian Daerah
Sulawesi Selatan Varat kemarin. Ketua tim kuasa hokum Rachmawaty,
Tadjujin Racman, meminta laporan korban segers disikapi kepolisian dengan
melakukan penyelidikan. “Kami juga dokter yang bersangkutan telah
melakukan tindakan yang malah membahayakan nyawa pasien”, ujarnya.
Rachmawaty menduga telah terjadi malpraktek terhadap dia karena kondisinya
malah memburuk pasca pemasangan dua buah cincin (Stent) di jantungnya pada
30 April lalu. “Setelah pemasangan cincin, aya malah merasa sakit dibagian
dada dan bernafas berat. Saya tidak bias tidur jika tidak minum obat penghilang
raa nyeri” ujar warga Kompleks perumahan Griya Prima Tonasa, Biringkanaya,
itu kemarin. Sebelumya korban menjalani perawatan medis di Rumah Sakit
Akademis Jaury Jusuf sejak 20 April lalu. Namun kondisinya tidak membaik.
Dkter yang merawat, junus Alkatiri, merujuk Rachmawaty berobatke RS
Wahidin pada bagian kateterisasi jantung. “Setelah pemeriksaan, jantung saya
ternyata mengalami penyempitan pembuluh koroner. Saya ikuti saran dokter
untuk pemasangan cincin,” ujar Rachmawaty. Namun, setelah pemaangan
cincin, dia mengalami gejala yang lebih buruk. Pasien kemudian kembali
berkonsultasi. Saat konsultasi itu, menurut Rachmawaty, okter A, yang
memasang cincin, mengaku sebenarnya pemasangan cincin itu tidak bias
dilakukan karena pembuluh datah Rachmawaty bagus. “Saya bingung karena
dokter tersebut tetap saja memasang cincin jika tidak perlu. Dokter itu hanya
mengatakan terdapat rasa nyeri dibagian dada sehingga perlu dipasangi cinci,”
ujar Rachmawaty. Khawatir atas kondisi itu, korban lalu melakukan
pemeriksaan di pust Yayasan Jantung Nasional di Rumah Sakit Harapan Kita.
Jakarta. Di rumah sakit ini, kata Rachmawaty, dia ditangani seorang dokter ahli
jantung bernama Doni Firman. “Hasilnya ternyata saya ternyata tidak mengidap
penyakit jantung koroner dan tidak butuh mendapat tindankan pemasangan
cincin.” Ujarnya. Hingga berita ini ditulis, Tempo belum berhasil mendapatkan
knfirmasi dari dokter yang dilaporkan itu. Tempo saat mendatangi RS Wahidin
tak berhasil menemui dokter itu.

3. PEMBAHASAN
Menurut kami, peran dan fungsi perawat memberikan perlindungan
terhadap pasien, keluarga pasien, dan orang – orang disekitar pasien. Para
professional kesehatan terutama perawat harus memahami hak – hak dan
kewajiban pasien sebagai penggunan layanan kesehatan. Dalam pemberian
pelayanan medis oleh rumah sakit, dokter dan perawat merupakan tenaga
medis yang memegang peranan penting. Dokter berwenang melakukan
tindakan Medis tertentu berdasarkan ilmu kedokteran, sedangkan perawat
adalah orang yang di didik menjadi tenaga paraMedis untuk menyelenggarakan
perawatan terhadap pasien atau secara khusus untuk mendalami bidang
perawatan tertentu, seperti ahli anestesi dan ahli perawatan ruang gawat
darurat. Perawat dalam melaksanakan tugasnya haruslah selalu di bawah
pengawasan dokter, sebab dalam praktik keperawatan terdapat fungsi depeden,
dimana dalam fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalam
memberikan pelayanan Medis. Perawat membantu dokter memberikan
pelayanan dalam hal pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang
dokter dan seharusnya dilakukan oleh dokter, seperti pemasangan infus,
pemberian obat dan melakukan suntikan.
Peran dan fungsi perawat yang tidak dilakukan adalah memperhatikan
kondisi pasien dan tindakan medis apa yang sebaiknya dilakukan. Peran
perawat yang tidak dilaksanakan adalah peran perawat sebagai advokat klien,
dimana peran perawat mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang
meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak
untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian. Sedangkan dalam kasus di atas
perawat tidak memberikan pelayanan yang baik serta kelalian dalam
memberikan tindakan medis, dan tidak memberikan informasi yang benar dan
jelas mengenai penyakit pasien. Peran yang belum dilaksanakan ke dua adalah
peran sebagai kolaborator. Peran perawat disini dilakukan karena perawat
bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan
lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya. Dalam kasus di atas menunjukkan kolaborasi yang
dilakukan kurang berhati-hati dan teliti dalam menentukan tindakan yang
dilakukan sehingga berisiko besar terhadap pasien. Dan fungsi yang belum
dijalankan adalah fungsi Interdependent, fungsi ini dilakukan dalam kelompok
tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya.
Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim
dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan
pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Akan tetapi pada kasus di
atas kerja sama yang dibangun antara dokter dan perawat tidak optimal
sehingga terjadi kesalahan pada tindakan medis yang dilakukan oleh tim.
DAFTAR PUSTAKA
Balqis, Ummu., Masyitha, Dian., Febrina, Fera. 2014. Proses Penyembuhan Luka
Bakar Dengan Gerusan Daun Kedondong (Spondias Dulcis F.) Dan
Vaselin Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Secara Histopatologis.
Jurnal Medika Verinaria, Vol. 8 No 1.
Brunner, & Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Rismana, E., Rosidah, I., Prasetyawan., Bunga, O., dan Erna, Y. 2013. Efektifitas
Khasiat Pengobatan Luka Bakar Sediaan Gel Mengandung Fraksi Ekstrak
Pegagan Berdasarkan Analisis Hidroksiprolin dan Histpatologi pada Kulit
Kelinci. Jurnal Bul. Penelit. Kesehat. Volume 41, Nomor 1: 45-60.
Wirastuty, R. Y. 2016. Uji Efektifitas Gel Ekstrak Etanol Kulit Batang Kayu Jawa
(Lannea coromandelica) pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Sebagai
Obat Penyembuhan Luka Bakar. Journal of Pharmaceutical Science and
Herbal Technolog. Volume 1. Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai