Anda di halaman 1dari 3

Nama: Fina Zaidatul Istiqomah

NIM: 16112310010

MERAWAT KEBERAGAMAN INDONESIA


Siapa lagi yang tidak tau tentang negara Indonesia. Negara yang terkenal
akan berbagai budaya dan bahasa yang berbeda-beda mulai dari sabang sampai
merauke. Dan tentunya sudah tidak asing lagi di telinga manca negara bahwa
Indonesia di sebut-sebut sebagai negara Multikultural. Lalu apa arti dari
Multikultural sendiri?. Multikultural berasal dari kata “multi” yang berarti lebih
dari satu atau banyak. Sedangkan kultural adalah budaya. Ungkapan tersebut
sepaham dengan semboyan dalam lambang negara indonesia yaitu Bhinneka
Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu ”. Keberagaman
tersebut menjadi daya pembeda atau keistimewaan yang dimiliki oleh Indonesia.
Dari sekian banyak daerah dengan adat yang berbeda, agama yang juga berbeda-
beda dan bahasa yang semua tidak sama. Namun negara Indonesia tetap berdiri
tegak dalam pluralitas yang menjunjung tinggi Pancasila.
Berkaitan dengan itu bulan lalu saya mengikuti kegiatan perkumpulan
anggota BEM atau mereka menyebutnya SILATDA yang bernaungan di bawah
Pondok Pesantren se-Tapal Kuda. Namun saya menghadiri bukan karena saya
juga anggota, karena saya saat itu sedang bertugas untuk meliput kegiatan
tersebut. Pada waktu akhir acara saya di kasih buku oleh salah satu perwakilan
BEM Universitas Yudharta Pasuruan. Mungkin memang terdengar asing di
telinga saya. Dan ternyata di Indonesia ada universitas yang terkenal sebagai
uneversitas multikultural. Yaitu Uneversitas Yudartha Pasuruan(UYP) yang
letaknya di Jl. Yudharta No. 7, Kembangkuning, Sengonagung, Purwosari,
Pasuruan, Jawa Timur. Uniknya, disana banyak sekali mahasiswa non muslim
bahkan sebagian dosennya juga non muslim. Meskipun UYP merupakan salah
satu universitas yang berdiri di bawah naungan Pondok Pesantren tepatnya
Pondok Pesantren Ngalah Pasuruan (UYP). Pendiri pondok pesantren UYP adalah
KH. Sholeh Bahrudi yang merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam
berdirinya Universitas Yudharta Pasuruan (UYP).
Selain itu Penegasan sebagai kampus multikultural UYP tidak terlepas
oleh kehadiran Gus Dur yang pada saat itu tersenggal masalah dikarenakan
melawan tindakan pemerintah presiden Soeharto sehingga beliau dituduh sebagai
pengikut aliran syiah yang menyimpang. Dan kejadian itu membuat Gus Dur
tidak diterima di masyarakat. Sehingga tidak ada satupun pondok pesantren yang
mau menerima kehadiran beliau kecuali Universitas Yudharta Pasuruan(UYP).
Mereka juga meyakinkannya melalui karya tulis yang berupa buku yang sudah di
terbitkan melalui organisasi BEM. Buku tersebut berjudul “Merawat Kebergaman
Indonesia”. Yang isinya sekumpulan antalogi yang dibuat oleh pihak yang terkait
dengan lembaga UYP, entah itu mahasiswa, alumni dan dosen yang juga
berpartisipasi dalam menegaskan sebagai kampus Multikultural. Antologi
tersebut berisikan tentang sistem pendidikan yang berbasih multikultural dan
bagaimana UYP menjadi Universitas multikultural. Menarik bukan?.
Penerapan sistem pendidikan multikultural dalam kurikulum semua
tingkat program studi di seluruh Fakultas yang ada di Universitas tersebut. Belum
juga kegiatan yang memang sengaja berbasis keberagaman budaya contohnya:
Lintas Agama atau menggelar berbagai pagelaran seni dan budaya yang ada di
indonesia. Konsep tersebut sangatlah bagus. Dimana generasi millenial juga harus
di imbangi dengan dibekali rasa memiliki atau empati dalam keberagaman di
negara kita. Mengingat saat ini banyak sekali masyarakat yang mualai acuh tak
acuh dengan orang lain. Mereka tidak perduli bahkan ada sebagian yang saling
mengumpat di karenakan nilai moral yang dari kian hari semakin hilang. Hal ini
sebagai akibat dari teknologi yang sudah semakin canggih.
Kembali lagi pada isi dari buku tersebut. Bagus Sulistiawan yang
merupakan ketua BEM Universitas Yudharta Pasuruan (UYP) juga mengulas
bahwa “ Kesaksian bahwa UYP menjadi Universitas Multikultural yaitu waktu
Musyawarah Idharoh(Musda) ke-4, Jamiyyah Ahlith Thariqoh Al Mu’tabarah An
Nahdliyah pada hari Senin, 31 Maret 2018. UYP Menegaskan sebagai kampus
multikultural dengan mengundang semua pemangku agama bersama pengasuh
Pondok Pesantren Ngalah dan juga di hadiri oleh TNI dan Polri sebagai fitur
dalam menunjukkan tingginya toleransi di UYP. Tidak hanya itu, saat itu juga
dihadiri oleh perwakilan luar negeri untuk kesaksian dengan bertanda tanda
tangan perdamaian”. Dengan prilaku demikian kita tidak merasa asing
dikarenakan faktor perbedaan agama. Melainkan akan bertambah keyakinan dan
bertambah kenikmatan persaudaraan sebagai pembeda atau keistimewaan negara
kita yaitu Indonesia Raya. Itulah kenapa Universitas Yudharta Pasuruan(UYP)
menjadi salah satu universitas Multikultural. Tentunya kita juga ikut bangga
bukan?. Jadikan perbedaan itu menjadi keistimewaan yang menjadi daya tarik
dari negeri kita. Indonesia Raya!!!

Vina Devina

Anda mungkin juga menyukai