Siapa lagi yang tidak tau tentang negara Indonesia. Negara yang terkenal akan berbagai budaya dan bahasa yang berbeda-beda mulai dari sabang sampai merauke. Dan tentunya sudah tidak asing lagi di telinga manca negara bahwa Indonesia di sebut-sebut sebagai negara Multikultural. Lalu apa arti dari Multikultural sendiri?. Multikultural berasal dari kata “multi” yang berarti lebih dari satu atau banyak. Sedangkan kultural adalah budaya. Ungkapan tersebut sepaham dengan semboyan dalam lambang negara indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu ”. Keberagaman tersebut menjadi daya pembeda atau keistimewaan yang dimiliki oleh Indonesia. Dari sekian banyak daerah dengan adat yang berbeda, agama yang juga berbeda- beda dan bahasa yang semua tidak sama. Namun negara Indonesia tetap berdiri tegak dalam pluralitas yang menjunjung tinggi Pancasila. Berkaitan dengan itu bulan lalu saya mengikuti kegiatan perkumpulan anggota BEM atau mereka menyebutnya SILATDA yang bernaungan di bawah Pondok Pesantren se-Tapal Kuda. Namun saya menghadiri bukan karena saya juga anggota, karena saya saat itu sedang bertugas untuk meliput kegiatan tersebut. Pada waktu akhir acara saya di kasih buku oleh salah satu perwakilan BEM Universitas Yudharta Pasuruan. Mungkin memang terdengar asing di telinga saya. Dan ternyata di Indonesia ada universitas yang terkenal sebagai uneversitas multikultural. Yaitu Uneversitas Yudartha Pasuruan(UYP) yang letaknya di Jl. Yudharta No. 7, Kembangkuning, Sengonagung, Purwosari, Pasuruan, Jawa Timur. Uniknya, disana banyak sekali mahasiswa non muslim bahkan sebagian dosennya juga non muslim. Meskipun UYP merupakan salah satu universitas yang berdiri di bawah naungan Pondok Pesantren tepatnya Pondok Pesantren Ngalah Pasuruan (UYP). Pendiri pondok pesantren UYP adalah KH. Sholeh Bahrudi yang merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam berdirinya Universitas Yudharta Pasuruan (UYP). Selain itu Penegasan sebagai kampus multikultural UYP tidak terlepas oleh kehadiran Gus Dur yang pada saat itu tersenggal masalah dikarenakan melawan tindakan pemerintah presiden Soeharto sehingga beliau dituduh sebagai pengikut aliran syiah yang menyimpang. Dan kejadian itu membuat Gus Dur tidak diterima di masyarakat. Sehingga tidak ada satupun pondok pesantren yang mau menerima kehadiran beliau kecuali Universitas Yudharta Pasuruan(UYP). Mereka juga meyakinkannya melalui karya tulis yang berupa buku yang sudah di terbitkan melalui organisasi BEM. Buku tersebut berjudul “Merawat Kebergaman Indonesia”. Yang isinya sekumpulan antalogi yang dibuat oleh pihak yang terkait dengan lembaga UYP, entah itu mahasiswa, alumni dan dosen yang juga berpartisipasi dalam menegaskan sebagai kampus Multikultural. Antologi tersebut berisikan tentang sistem pendidikan yang berbasih multikultural dan bagaimana UYP menjadi Universitas multikultural. Menarik bukan?. Penerapan sistem pendidikan multikultural dalam kurikulum semua tingkat program studi di seluruh Fakultas yang ada di Universitas tersebut. Belum juga kegiatan yang memang sengaja berbasis keberagaman budaya contohnya: Lintas Agama atau menggelar berbagai pagelaran seni dan budaya yang ada di indonesia. Konsep tersebut sangatlah bagus. Dimana generasi millenial juga harus di imbangi dengan dibekali rasa memiliki atau empati dalam keberagaman di negara kita. Mengingat saat ini banyak sekali masyarakat yang mualai acuh tak acuh dengan orang lain. Mereka tidak perduli bahkan ada sebagian yang saling mengumpat di karenakan nilai moral yang dari kian hari semakin hilang. Hal ini sebagai akibat dari teknologi yang sudah semakin canggih. Kembali lagi pada isi dari buku tersebut. Bagus Sulistiawan yang merupakan ketua BEM Universitas Yudharta Pasuruan (UYP) juga mengulas bahwa “ Kesaksian bahwa UYP menjadi Universitas Multikultural yaitu waktu Musyawarah Idharoh(Musda) ke-4, Jamiyyah Ahlith Thariqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyah pada hari Senin, 31 Maret 2018. UYP Menegaskan sebagai kampus multikultural dengan mengundang semua pemangku agama bersama pengasuh Pondok Pesantren Ngalah dan juga di hadiri oleh TNI dan Polri sebagai fitur dalam menunjukkan tingginya toleransi di UYP. Tidak hanya itu, saat itu juga dihadiri oleh perwakilan luar negeri untuk kesaksian dengan bertanda tanda tangan perdamaian”. Dengan prilaku demikian kita tidak merasa asing dikarenakan faktor perbedaan agama. Melainkan akan bertambah keyakinan dan bertambah kenikmatan persaudaraan sebagai pembeda atau keistimewaan negara kita yaitu Indonesia Raya. Itulah kenapa Universitas Yudharta Pasuruan(UYP) menjadi salah satu universitas Multikultural. Tentunya kita juga ikut bangga bukan?. Jadikan perbedaan itu menjadi keistimewaan yang menjadi daya tarik dari negeri kita. Indonesia Raya!!!
Andika Zuhdi Ramdani - Universitas Brawijaya - Pesona Indah Multikulturalisme Di Kehidupan Pesantren Sebagai Upaya Refleksi Simbol Ke-Bhinneka Tunggal Ika-An