Dipandu oleh jurnalis senior Rosianna Silalahi, talk show ini diikuti tak kurang
dari 1.500 mahasiswa dari delapan perguruan tinggi di Yogyakarta, yakni Universitas
Proklamasi 45, Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Atma Jaya Yogyakarta
(UAJY), Universitas Sanata Dharma, Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta,
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Institut Seni Indonesia
(ISI), dan STIE YKPN. Menurut Mahfud M.D., Pancasila merupakan pijakan paling
utama dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat. Terjaganya persatuan bangsa
Indonesia hanya bisa terwujud selama Pancasila masih menjadi landasannya. "Pancasila
itu menjadi kesadaran filsafat hukum dan sumber kesadaran berbangsa dan bernegara,
Pancasila itu ideologi yang mempersatukan,” terang Profesor Hukum Tata Negara di
Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini. Ia mengingatkan kembali tentang
potensi perpecahan jika generasi muda saat ini tidak lagi merefleksikan Pancasila dalam
kehidupan bersosialisasi mereka sehari-hari. “Radikalisme harus kita tangkal dengan
Pancasila sebagai ideologi pemersatu ikatan kita sebagai bangsa Indonesia," ujar
Mahfud. Hal senada diungkap Inayah Wahid. Putri bungsu Presiden Indonesia keempat
KH Abdurrahman Wahid ini mengatakan Pancasila adalah intisari dari semua nilai-nilai
kearifan yang bersifat universal. Dengan begitu, sampai kapan pun Pancasila tidak akan
ketinggalan zaman, termasuk di tengah generasi milenial sekarang ini.
“Selama ada manusia dan ada kemanusiaan, maka Pancasila akan selalu relevan.
Karena Pancasila selalu bersumber dari nilai-nilai kebaikan yang universal, sehingga
akan selalu sejalan dengan agama apa pun,” ujar Inayah. Sementara itu, Tantri Kotak
melihat minimnya pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila bisa membuat generasi
muda saat ini semakin individualistis dan tidak mempunyai pegangan di tengah arus
informasi global. Oleh karena itu, ia mengajak anak-anak muda saat ini agar terus
berkarya dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila di kehidupan mereka. Tantri
mencontohkan, semangat Pancasila tetap ia tanamkan dalam bermusik melalui beberapa
lagu-lagunya bersama band Kotak.
Pada era globalisasi ini informasi dapat kita peroleh dengan sangat mudah,
bahkan dunia seakan tidak ada sekat yang membatasi lagi. Berbagai budaya asing dapat
dengan mudah masuk ke dalam lingkungan kita, baik itu budaya asing yang positif
maupun yang negatif. Apabila kita tidak memegang teguh identitas kita sebagai bangsa
Indonesia maka jati diri kita sebagai bangsa Indonesia akan semakin luntur seiring
dengan semakin banyaknya budaya asing yang masuk ke dalam lingkungan kita. Dari
hal tersebut penting bagi kita untuk menanamkan kembali rasa cinta dan bangga akan
identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Mulai dari rasa cinta terhadap keanekaragaman
budaya yang kita miliki, seperti halnya tarian-tarian tradisional, bahasa daerah, dll. Cara
yang dilakukan bisa berupa seminar atau berupa karya yang berkaitan dengan Pancasila.
Seperti dalam talk show (gelar wicara) bertajuk “Pancasila di Zamanku” yang
diselenggarakan oleh Bakti Pendidikan Djarum Foundation bekerja sama dengan
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta dan Solidaritas Anak Bangsa (SABANG), di
Grand Pacific Hall, Yogyakarta.
Menurut saya memang talk show semacam ini sangat diperlukan, paling tidak
untuk membangkitkan rasa cinta dan bangga terhadap bangsa Indonesia pada era
globalisasi ini. Selain dalam bentuk talk show, karya-karya yang kekinian dan
bertemakan pancasila menurut saya juga akan menggugah semangat nasionalisme
masyarakat terutama khalayak muda, seperti lagu yang telah dibuat oleh band Kotak
dengan judul lagu ‘Satu Indonesia' dan 'Merah Putihku'. Dengan cara-cara seperti itu
diharapkan kita selaku bangsa indonesia sadar akan pentingnya identitas Negara dan
selalu menjaga jati diri bangsa Indonesia agar tidak luntur karea adanya budaya asing.
DAFTAR PUSTAKA