Anda di halaman 1dari 5

Pancasila di Zamanku, Membumikan

Pancasila pada Generasi Muda


Liputan6.com, Jakarta Di tengah era keterbukaan informasi seperti sekarang ini,
bahaya radikalisme dan perpecahan terus mengintai generasi muda Indonesia. Minimnya
pemahaman terhadap Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara,
membuat anak muda rentan dipecah belah. Oleh karena itu, nilai-nilai kearifan Pancasila
dipandang perlu dibumikan kembali di tengah-tengah kaum muda untuk menguatkan
semangat persatuan. Hal ini mengemuka dalam talk show (gelar
wicara) bertajuk “Pancasila di Zamanku” yang diselenggarakan oleh Bakti Pendidikan
Djarum Foundation bekerja sama dengan Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta dan Solidaritas Anak Bangsa (SABANG), di Grand Pacific Hall,
Yogyakarta, pada Sabtu (3/2). Hadir sejumlah pembicara, yakni pakar hukum tata
negara yang juga mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mohammad Mahfud M.D.,
pemerhati sosial dan pegiat di Wahid Institute Inayah Wulandari Wahid, dan vokalis
band Kotak, Tantri Syalindri Ichlasari biasa disebut Tantri Kotak.

Dipandu oleh jurnalis senior Rosianna Silalahi, talk show ini diikuti tak kurang
dari 1.500 mahasiswa dari delapan perguruan tinggi di Yogyakarta, yakni Universitas
Proklamasi 45, Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Atma Jaya Yogyakarta
(UAJY), Universitas Sanata Dharma, Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta,
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Institut Seni Indonesia
(ISI), dan STIE YKPN. Menurut Mahfud M.D., Pancasila merupakan pijakan paling
utama dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat. Terjaganya persatuan bangsa
Indonesia hanya bisa terwujud selama Pancasila masih menjadi landasannya. "Pancasila
itu menjadi kesadaran filsafat hukum dan sumber kesadaran berbangsa dan bernegara,
Pancasila itu ideologi yang mempersatukan,” terang Profesor Hukum Tata Negara di
Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini. Ia mengingatkan kembali tentang
potensi perpecahan jika generasi muda saat ini tidak lagi merefleksikan Pancasila dalam
kehidupan bersosialisasi mereka sehari-hari. “Radikalisme harus kita tangkal dengan
Pancasila sebagai ideologi pemersatu ikatan kita sebagai bangsa Indonesia," ujar
Mahfud. Hal senada diungkap Inayah Wahid. Putri bungsu Presiden Indonesia keempat
KH Abdurrahman Wahid ini mengatakan Pancasila adalah intisari dari semua nilai-nilai
kearifan yang bersifat universal. Dengan begitu, sampai kapan pun Pancasila tidak akan
ketinggalan zaman, termasuk di tengah generasi milenial sekarang ini.

“Selama ada manusia dan ada kemanusiaan, maka Pancasila akan selalu relevan.
Karena Pancasila selalu bersumber dari nilai-nilai kebaikan yang universal, sehingga
akan selalu sejalan dengan agama apa pun,” ujar Inayah. Sementara itu, Tantri Kotak
melihat minimnya pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila bisa membuat generasi
muda saat ini semakin individualistis dan tidak mempunyai pegangan di tengah arus
informasi global. Oleh karena itu, ia mengajak anak-anak muda saat ini agar terus
berkarya dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila di kehidupan mereka. Tantri
mencontohkan, semangat Pancasila tetap ia tanamkan dalam bermusik melalui beberapa
lagu-lagunya bersama band Kotak.

“Saya dan teman-teman di Kotak punya perhatian yang besar terhadap


nasionalisme dan Pancasila. Kami menciptakan dua lagu yang bisa menggugah
semangat nasionalisme, yaitu 'Satu Indonesia' dan 'Merah Putihku'. Harapannya agar
semangat nasionalisme kita jangan mudah goyah,” ucap vokalis bersuara rock ini.
Respons positif ditunjukkan oleh ribuan peserta yang hadir dengan aktif terlibat selama
acara. Usai talk show, para peserta juga dihibur oleh aksi panggung band Kotak yang
dimotori Tantri.

Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation Primadi H


Serad mengatakan, tema Pancasila harus terus digiatkan kepada generasi muda saat ini.
Derasnya arus informasi saat ini bisa menjadi ancaman jika tidak dibentengi Pancasila
sebagai landasan. “Kami mendorong kaum muda agar bersikap dan bersuara,
menguatkan kembali nilai-nilai Pancasila dan semangat persatuan di lingkungan dan
komunitas mereka. Terlebih dalam era kebebasan informasi dan persaingan global
sekarang ini, ada banyak ideologi baik dari luar maupun internal yang bisa
membelokkan kecintaan kaum muda terhadap warisan budaya dan kearifan yang kita
miliki,” ujar Primadi H Serad.
ANALISIS KASUS

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam budaya,


suku, kepercayaan, ras, dan bahasa. Semua keberagaman tersebut disatukan dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Agar
keberagaman tersebut tetap dapat bersatu maka muncullah dasar Negara yaitu Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum.

Pancasila merupakan salah satu identitas Negara Indonesia, dimana identitas


suatu Negara merupakan ciri khas atau sesuatu yang membedakan antara Negara satu
dengan Negara yang lainnya. Identitas merupakan hal yang penting karena dengan
identitas kita dapat mengetahui jati diri kita. Cara kita mendifinisikan diri kita sendiri
akan berdampak pada pikiran, tindakan, dan keputusan yang akan kita ambil agar dapat
memaksimalkan potensi yang kita miliki. Begitu pula dengan identitas suatu Negara.

Pada era globalisasi ini informasi dapat kita peroleh dengan sangat mudah,
bahkan dunia seakan tidak ada sekat yang membatasi lagi. Berbagai budaya asing dapat
dengan mudah masuk ke dalam lingkungan kita, baik itu budaya asing yang positif
maupun yang negatif. Apabila kita tidak memegang teguh identitas kita sebagai bangsa
Indonesia maka jati diri kita sebagai bangsa Indonesia akan semakin luntur seiring
dengan semakin banyaknya budaya asing yang masuk ke dalam lingkungan kita. Dari
hal tersebut penting bagi kita untuk menanamkan kembali rasa cinta dan bangga akan
identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Mulai dari rasa cinta terhadap keanekaragaman
budaya yang kita miliki, seperti halnya tarian-tarian tradisional, bahasa daerah, dll. Cara
yang dilakukan bisa berupa seminar atau berupa karya yang berkaitan dengan Pancasila.
Seperti dalam talk show (gelar wicara) bertajuk “Pancasila di Zamanku” yang
diselenggarakan oleh Bakti Pendidikan Djarum Foundation bekerja sama dengan
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta dan Solidaritas Anak Bangsa (SABANG), di
Grand Pacific Hall, Yogyakarta.

Menurut saya memang talk show semacam ini sangat diperlukan, paling tidak
untuk membangkitkan rasa cinta dan bangga terhadap bangsa Indonesia pada era
globalisasi ini. Selain dalam bentuk talk show, karya-karya yang kekinian dan
bertemakan pancasila menurut saya juga akan menggugah semangat nasionalisme
masyarakat terutama khalayak muda, seperti lagu yang telah dibuat oleh band Kotak
dengan judul lagu ‘Satu Indonesia' dan 'Merah Putihku'. Dengan cara-cara seperti itu
diharapkan kita selaku bangsa indonesia sadar akan pentingnya identitas Negara dan
selalu menjaga jati diri bangsa Indonesia agar tidak luntur karea adanya budaya asing.
DAFTAR PUSTAKA

liputan6. (2018 05 Februari). Pancasila di Zamanku, Membumikan Pancasila pada


Generasi Muda. Diperoleh 18 Maret 2018, dari
http://www.liputan6.com/citizen6/read/3259101/pancasila-di-zamanku-membumikan-
pancasila-pada-generasi-muda

Kaelan. 2009. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Yogyakarta:


PARADIGMA

Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: PARADIGMA

Anda mungkin juga menyukai