Anda di halaman 1dari 8

SŪRAT-UL-MULK

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Surat-ul-Mulk termasuk kelompok surat Makkiyyah yang menitik-beratkan pada penanaman ‘aqīdah Islam.
Surat ini membicarakan tiga masalah penting, yaitu: menetapkan kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya dalam
menghidupkan kembali manusia setelah mati, mengungkapkan dalil-dalil keesaan Allah dan menjelaskan nasib
akhir orang-orang yang mendustakan hari kebangkitan.

Di awal-awal ayatnya, surat ini menjelaskan masalah pokok pembuktian kebesaran dan kekuasaan Allah. Surat
ini menyebutkan bahwa di tangan Allah-lah kerajaan dan kekuasaan, Dia-lah yang mengawasi seluruh
makhlūq, Yang bertindak di alam ini dengan menciptakan, membuat, menghidupkan dan mematikan. “Maha
Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan.”

Kemudian surat ini membicarakan penciptaan langit dan bumi dan hiasan yang diberikan Allah kepada langit,
yaitu bintang-bintang yang terang. Semuanya menunjukkan kekuasaan dan keesaan Allah. “Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.”

Selanjutnya, surat ini menjelaskan secara singkat orang-orang yang berdosa ketika melihat Jahannam yang
menggelegak dan hampir terpotong-potong karena marah dan murka kepada musuh-musuh Allah. Di surat ini
juga ada perbandingan antara tempat kembali orang mu’min dan orang kafir. Metode perbandingan yang
digunakan al-Qur’ān cara targhīb (memberikan motivasi dan dorongan serta rangsangan)
dan tarhīb (menciptakan perasaan takut). “Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar
suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak.”

Setelah memaparkan sebagian bukti kebesaran dan kekuasaan Allah, surat ini memperingatkan kita agar
jangan sampai tertimpa siksa Allah dan murka-Nya sebagaimana telah menimpa orang-orang kafir. “Apakah
kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir-balikkan bumi bersama
kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang.”

Surat-ul-Mulk ditutup dengan peringatan dan ancaman bagi orang-orang yang mendustakan da‘wah Nabi,
yaitu tertimpa siksa Allah pada saat mereka berharap Nabi Muḥammad s.a.w. mati dan kaum Muslimīn binasa:
“Katakanlah: Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama
dengan aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), tetapi siapakah yang
dapat melindungi orang-orang yang kafir dari siksa yang pedih?”

Keutamaan Surat-ul-Mulk.

Surat ini disebut juga surat al-Wāqiyah (penjaga) dan al-Munjiyah (penyelamat), karena ia menyelamatkan
pembacanya dari siksa kubur. Nabi s.a.w. bersabda: “Ia (surat-ul-Mulk adalah pencegah ia adalah
penyelamat, yang menyelamatkan dari siksa kubur.” (HR. Tirmidzī).

Tinjauan Bahasa.

(‫)طِ بَا ًقا‬: sebagian di atas yang lain.

(‫) ُفطُوْ ٍر‬: retak dan pecah. Seorang penyair berkata:

( ٌ‫)حَ سِ يْر‬: tumpul dan lelah. Penyair berkata:


(‫)ش َِه ْيقًا‬: suara yang tidak disukai seperti suara keledai.

( ُ‫)تَ َميَّز‬: terputus-putus, sebagian terpisah dari yang lain.

(‫) َمنَاك ِِب َها‬: sisinya.

(‫)لَّجُّوْ ا‬: terus-menerus melakukan.

( ُ‫)تَمُوْ ر‬: bergoyang dan bergerak.

(‫)زُ ْل َف ًة‬: dekat dari mereka.

َ meresap ke dalam bumi.


(‫)غوْ رً ا‬:

Tafsir Ayat:

“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan”; Maha Agung dan Maha Tinggi Allah yang
memberi kepada makhlūq bermacam-macam kebaikan, dengan kuasa-Nya dia menggenggam langit dan
bumi. Allah berbuat padam keduanya sebagaimana Dia kehendaki. Ibnu ‘Abbās berkata: “Di tangan Allah-lah
kerajaan. Dia memuliakan siapa yang Dia kehendaki dan menghinakan siapa yang Dia kehendaki, mematikan
dan menghidupkan, membuat kaya dan membuat miskin, memberi dan menahan.” (669 3) “dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu” Allah-lah Yang kuasa atas segala sesuatu dan bagi-Nya kekuasaan yang
sempurna serta bertindak sepenuhnya terhadap segala hal tanpa ada yang menentang dan menolaknya.

Kemudian Allah menjelaskan bukti-bukti kekuasaan-Nya dan keagungan hikmah-Nya. “Yang menjadikan
mati dan hidup”; Allah menciptakan kehidupan dan kematian di dunia. Allah menghidupkan siapa yang Dia
kehendaki dan mematikan siapa yang Dia kehendaki. Dalam ayat ini, masalah kematian didahulukan, sebab
lebih menggetarkan hati. ‘Ulamā’ berkata: “Kematian tidak menyebabkan fana’ selamanya atau terputus secara
keseluruhan dari hidup, kematian hanya beralih dari alam ke alam lain. Itulah sebabnya disebutkan dalam
hadits shaḥīḥ, bahwa orang mati itu mendengar, melihat dan merasakan ketika berada di dalam kubur. Nabi
s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba jika sudah diletakkan di kubur dan ditinggalkan oleh
kawan-kawannya, maka ia (mayit) itu mendengar langkah sandalnya.” Beliau juga bersabda: “Demi Dia
yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah kalian lebih mendengar apa yang kami ucapkan daripada mereka,
namun mereka tidak menjawab.” (6704). Dengan demikian, maka mati adalah terputusnya hubungan ruh
dengan badan dan ketika rūḥ meninggalkan jasad. “, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik ‘amalnya”; agar Allah menguji kalian hai umat manusia, lalu Dia tahu mana yang berbuat baik dan
yang berbuat buruk dari kalian. Al-Qurthubī berkata: “Allah memperlakukan kalian sebagai penguji, sebab Allah
sudah mengetahui sejak zaman azali, siapa yang taat dan siapa yang maksiat. (671 5) “Dan Dia Maha Perkasa”;
Allah berkuasa tanpa ada yang mengalahkannya dalam menyiksa orang yang durhaka kepada-Nya “lagi Maha
Pengampun”; terhadap dosa-dosa orang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya.

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis”; Allah menciptakan langit sebanyak tujuh lapis,
sebagiannya di atas lainnya. Masing-masing langit bagaikan kubah bagi langit yang lain. “ kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang”; kamu hai
pendengar ayat-ayat Allah tidak akan melihat kekurangan atau cacat pada penciptaan Yang Maha Pengasih
yang mengagumkan. Sebaliknya langit itu sangat kokoh dan kuat. Firman Allah “pada ciptaan Tuhan Yang
Maha Pemurah” ditegaskan demikian untuk mengagungkan penciptaan langit dan untuk mengingatkan
kekuasaan Allah yang terang. “Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang?”; lihatlah langit berulang-ulang dan cermatilah penciptaannya, apakah kamu melihat suatu ketidak-
seimbangan? “Kemudian pandanglah sekali lagi”; lalu lihatlah lagi berkali-kali dan lihatlah dengan seksama
langit yang mengagumkan itu berkali-kali, “niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak
menemukan sesuatu cacat”; maka penglihatanmu kembali padamu dengan tertunduk dan hina serta tidak
melihat apa yang dia inginkan, “dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah”; penglihatanmu tumpul
dan kelelahan. Imām ar-Rāzī berkata: “Maksudnya, jika kamu memandang berulang-ulang, maka
penglihatanmu tidak berhasil menemukan kekurangan dan cacat yang kau inginkan. Sebaliknya penglihatanmu
akan kembali dalam keadaan tertunduk, setelah lelah dan letih.” (672 6) Al-Qurthubī berkata: “Maksudnya, jika
kamu mengarahkan pandangan matamu di langit berulang-ulang, maka ia akan kembali dengan hina dan
tunduk setelah tidak menemukan cacat. Allah memerintah untuk melihat dua kali, sebab jika seseorang melihat
sesuatu hanya sekali, dia tidak akan melihat cacatnya. Yang dimaksudkan “dua kali” adalah berkali-kali,
berdasarkan firman Allah: “niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan
sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah”. Ini menunjukkan yang dimaksud adalah
melihat berkali-kali karena disebutkan akibatnya, yaitu: payah. (673 7).

Kemudian Allah menjelaskan langit yang dihiasi bintang-gemintang yang bersinar terang. “Sesungguhnya
Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang” “lam” di sini huruf untuk sumpah dan
“qad” untuk menegaskan sesuatu sesuai dengan kenyataan. Maksudnya; demi Allah, hai umat manusia, Kami
sungguh telah menghiasi langit pertama yang terdekat dengan kalian di bumi dengan bintang-bintang yang
terang. Langit tersebut adalah langit pertama yang paling dekat dengan bumi. ‘Ulamā’ tafsir berkata: “Bintang
disebut lampu, sebab bersinar di malam hari bagaikan lampu.” “dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-
alat pelempar syaithān”; Kami jadikan faedah lain bintang itu, yaitu menjadi alat untuk melempar syaithān-
syaithān yang mencuri dengar wahyu Allah. Qatādah berkata: “Allah menciptakan bintang-bintang untuk tiga
hal; hiasan bagi langit, alat untuk melempar syaithān dan petunjuk arah di darat dan di laut.” (674 1). Al-Khāzin
berkata: “Jika ada pertanyaan, bagaimana bintang itu menjadi hiasan langit sekaligus untuk melempar
syaithān? Padahal jika hiasan berarti konstan dan tetap sementara alat pelempar berarti sirna. Jawabnya; yang
dimaksudkan bukan syaithān dilempar dengan bintang, namun mungkin saja ada bintang api yang keluar dari
bintang yang dilemparkan kepada syaithān.” (675 2). “dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang
menyala-nyala”. Di akhirat, Kami siapkan (di samping mereka dibakar dengan bintang api di dunia) siksa yang
menyala, yaitu api neraka untuk syaithān-syaithān itu.

“Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh ‘adzāb Jahannam”; orang-orang yang kafir
kepada Tuhannya juga memperoleh siksa Jahannam. Siksa itu tidak khusus untuk syaithān saja, namun juga
untuk setiap kafir, baik dari bangsa manusia maupun jinn. “Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”;
neraka adalah tempat kembali paling buruk bagi orang kafir. Kemudian Allah menyifati Jahannam dan isinya
berupa ketakutan, siksa dan belenggu-belenggu. “Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya”; jika mereka
dilemparkan dan dijebloskan ke Jahannam sebagaimana kayu bakar dilemparkan ke dalam api yang besar,
“mereka mendengar suara neraka yang mengerikan”; mereka mendengar suara menakutkan dari Jahannam
bagaikan suara keledai karena sangat menyala dan mendidih. (676 3) Ibnu ‘Abbās berkata: “Suara itu keluar dari
Jahannam ketika orang kafir dilemparkan ke dalamnya. Ia bersuara seakan lapar ingin melahap mereka
sebagaimana suara keledai yang lapar hendak menyantap gandum. Sekali Jahannam bernafas seperti itu, tak
seorang pun yang tidak ketakutan.” (677 4) “sedang neraka itu menggelegak”; ketika Jahannam mendidihkan
mereka sebagaimana periuk mendidih, karena sangat marah dan menyala-nyala. Mujāhid berkata: “Jahannam
mendidihkan mereka sebagaimana biji yang sedikit dimasak mendidih dalam air yang banyak.” “ Hampir-
hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah”; Jahannam hampir terpotong-potong dan sebagian
lepas sari sebahagian yang lain karena sangat marah kepada musuh-musuh Allah. “Setiap kali dilemparkan
ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir)”; setiap kali sekelompok dari orang-orang kafir dijebloskan ke
dalam Jahannam “penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: ”; para malaikat penjaga
Jahannam, Zabāniyyah, bertanya kepada mereka untuk mencibir dan mempermalukan, ““Apakah belum
pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?””; apakah belum ada rasūl yang
memperingatkan kalian akan hari yang menakutkan ini? ‘Ulamā’ tafsir berkata: “Pertanyaan ini untuk
menambah penderitaan orang kafir agar keresahan dan siksaan mereka bertambah. “Mereka menjawab:
“Benar ada, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami
mendustakan(nya)”; mereka menjawab: ya, seorang rasul pemberi peringatan telah datang kepada kami dan
membacakan ayat-ayat Allah. Namun kami mendustakannya dan mengingkari risalahnya. “dan kami katakan:
“Allah tidak menurunkan sesuatupun””; dan karena sangat mendustakan dan ingkar, kami berkata: “Allah
sama sekali tidak menurunkan wahyu kepada seseorang.” Ar-Rāzī berkata: “Ini pengakuan mereka terhadap
keadilan Allah, bahwa Dia menyingkirkan alasan-alasan mereka dengan mengutus rasūl-rasūl. Namun mereka
malah mendustakan para rasūl dan mengatakan bahwa Allah tidak menurunkan apapun juga.” (678 5) “kamu
tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”; ini termasuk ucapan orang kafir kepada para rasūl.
Mereka justru menuduh para rasūl jauh dari kebenaran dan berada dalam kesesatan yang dalam.

“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu)”; orang kafir
berkata: “Seandainya kami mempunyai akal pikiran yang berguna atau kami mendengarkan nasihat untuk
mencari kebenaran dan petunjuk, “niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang
menyala-nyala.””; tentu kami tidak berhak abadi di dalam Jahannam. “Mereka mengakui dosa mereka”;
mereka mengakui kejahatan, dosa dan pendustaan mereka terhadap para rasūl. “Maka kebinasaanlah bagi
penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”; jauh dan binasalah ahli neraka. Ibnu Katsīr berkata:
“Mereka kembali kepada diri mereka dengan mencela diri sendiri. Mereka menyesal namun tidak ada
gunanya.” (6796) Kalimat ini doa; semoga Allah menjauhkan mereka dari rahmat-Nya dan membinasakan
mereka.

Setelah menuturkan keadaan orang-orang celaka yang kafir, Allah meneruskannya dengan menuturkan
keadaan orang-orang yang beruntung dan berbakti: “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada
Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka”; mereka takut kepada Tuhan mereka, meskipun tidak melihat-
Nya dan mereka menjauhkan diri dari maksiat demi meraih ridhā-Nya. “mereka akan memperoleh ampunan
dan pahala yang besar”; di sini Allah, mereka memperoleh ampunan besar atas dosa mereka dan pahala
agung yang hanya diketahui Allah.

“Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah”; firman ini ditujukan kepada seluruh makhlūq. Hai
umat manusia, rahasiakanlah ucapan atau tampakkanlah, sama saja kalian merahasiakannya atau
menampakkannya, sebab Allah pasti mengetahuinya. “sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati”;
karena Allah mengetahui hal-hal yang samar dan semua niat dalam hati. Allah tahu apa yang terbersit di dalam
hati dan gangguannya. Ibnu ‘Abbās berkata: “Ayat ini turun kepada orang kafir. Mereka menggungjing Nabi
Muḥammad s.a.w. Lalu Jibrīl memberi tahu beliau apa yang mereka ucapkan. Sebagian dari mereka berkata
kepada yang lain: “Pelankan ucapan kalian sehingga tidak terdengar keluarga Muḥammad.” Maka Allah
memberitahunya bahwa tidak ada yang samar bagi Dia.” (680 7) “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak
mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan)”; apakah mungkin Allah Maha tidak tahu ciptaan-Nya?
Bagaimana Yang menciptakan benda-benda tidak mengetahui yang rahasia dan yang tampak dari makhlūq-
Nya? “dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?”; padahal Allah Maha Halus terhadap hamba-Nya,
mengetahui hal-hal yang pelik dan yang lembut. Allah Maha Mengetahui, tidak ada sesuatu yang lepas dari
‘ilmu-Nya? Tidak ada atom yang bergerak maupun diam dan tidak ada jiwa yang bimbang, kecuali Allah tahu
semua itu.

Kemudian Allah menuturkan bukti-bukti kekuasaan dan keesaan-Nya serta anugrah-Nya kepada para hamba:
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu”; Allah menjadikan bumi fleksibel dan mudah dilalui,
“maka berjalanlah di segala penjurunya”; maka hai manusia, berjalanlah kalian pada penjuru bumi. Ibnu
Katsīr berkata: “Bepergianlah sesuai kalian suka ke penjuru bumi dan berkelilingnya ke negeri-negeri untuk
mencari nafkah dan berniaga.” (681 8) “dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya”; dan manfaatkanlah apa
yang diberikan Allah kepada kalian melalui berbagai profesi dan rezeki. Al-Alūsī berkata: “Untuk
mengungkapkan berbagai jenis pemanfaatan dan pengelolahan, seringkali al-Qur’an menggunakan kata
“makanlah”, sebab ungkapan “memakan” adalah manfaat yang paling penting dan paling umum. Dalam ayat
ini dalil anjuran untuk bekerja dan mencari nafkah dan ini tidak bertentangan dengan konsep tawakkal. Dalam
suatu riwayat diceritakan, ‘Umar r.a. melewati sekelompok orang, lalu bertanya: “Siapakah kalian?” Mereka
menjawab: “Kami mutawakkilūn; orang-orang yang bertawakkal.” ‘Umar berkata: “Bukan, bahkan
kalian mutawākilūn; adalah orang-orang yang puru-pura bertawakkal. Orang yang tawakkal adalah orang yang
menanam benih di tanah dan bertawakkal kepada Tuhannya.” (682 9). “Dan hanya kepada-Nya-lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan”; hanya kepada Allah kalian kembali setelah mati dan fana’ untuk dihisab dan
menerima balasan atas ‘amal kalian.

Kemudian Allah mengancam kafir-kafir Makkah yang mendustakan Nabi s.a.w. “Apakah kamu merasa aman
terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir-balikkan bumi bersama kamu”; apakah kalian
hai orang-orang kafir tidak khawatir, bahwa Allah akan menjungkir-balikkan bumi pada kalian, lalu Allah
melemparkan kalian ke tempat yang tidak kalian kenal, setelah Allah menjadikan bumi mudah kalian lalui?
“sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang?”; tiba-tiba bumi mengguncang kalian oleh gempa yang
hebat? Ar-Rāzī berkata: “Yang dimaksudkan adalah, Allah menggerakkan bumi ketika terjadi longsor, sehingga
bumi berada di atas kalian. Lalu kalian berada di tempat yang paling bawah.” (683 10) “atau apakah kamu
merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu”; apakah
kalian tidak khawatir, bahwa Allah akan mengirimkan bebatuan kepada kalian dari langit, sebagaimana Allah
pernah mengirimkannya kepada kaum Lūth dan pasukan gajah? “Maka kelak kamu akan mengetahui
bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?”; maka ketika menyaksikan siksa Allah, kalian akan
mengetahui bagaimana peringatan-Ku dan siksa-Ku kepada hamba yang mendustakan. Ini mengandung
ancaman dan peringatan keras. Kata “nadzīr” di akhir ayat dibuang “yā’”-nya untuk menyesuaikan irama setiap
akhir ayat.

“Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasūl-rasūlNya)”; sungguh
orang-orang kafir dari umat terdahulu telah mendustakan rasūl mereka. Misalnya; kaum Nūḥ, ‘Ād, Tsamūd dan
sejenisnya. Ayat ini mengandung hiburan bagi Nabi s.a.w. dan ancaman bagi kaumnya yang kafir. “ Maka
alangkah hebatnya kemurkaan-Ku”; bagaimana keingkaran-Ku terhadap mereka dengan menurunkan siksa?
Bukankah sangat menakutkan dan mengerikan?

Setelah mengingatkan mereka mengenai penjungkir-balikan bumi dan pengiriman badai, Allah mengingatkan
mereka agar mengambil pelajaran dari bangsa burung. Allah-lah yang menciptakan burung dan berhala yang
mereka sembah sama sekali tidak bisa menciptakan sesuatu pun dari semua itu. “Dan apakah mereka tidak
memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka?”;
tidakkah mereka melihat untuk mengambil pelajaran, bangsa burung yang ada di atas mereka, yang
membentangkan sayap dan mengepakkannya di udara ketika terbang dan berputar-putar dari waktu ke waktu?
Dalam at-Tasḥīl, disebutkan: “Membentangkan sayap adalah hal yang lazim dilakukan bangsa burung. Karena
itu, Allah meredaksikannya dengan isim “shāffāt” (yang membentangkan sayapnya) sebagai sifat tetap burung
terbang. Sedangkan menutupkannya hal yang menyusulnya sehingga Allah meredaksikannya
dengan fi‘il “yaqbidhna” Jika ditanyakan; kenapa tidak disebutkan sekalian “qabidhāt” (dengan isim) seperti
halnya “shāffāt”? Jawabnya; membentangkan sayap adalah sifat asal ketika burung terbang, sebagaimana sifat
membentangkan tangan kaki ketika berenang. Disebutkan isim “shāffāt” untuk burung karena ini sifat konstan
bagi burung terbang dan seringnya. Sementara sifat menutupkan sayap jarang dilakukan burung terbang.
Biasanya burung melakukannya ketika istirahat dan menghimpun tenaga. Karenanya disebut dalam bentuk fi‘il,
yang menunjukkan bukan sifat konstan.” (684 11) “Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha
Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu”; Allah mengetahui bagaimana menciptakan
dan bagaimana membuat hal-hal yang ajaib sesuai kebijaksanaan dan ‘ilmu-Nya.
Kemudian Allah mencela orang kafir karena menyembah sesuatu yang tidak bisa memberi manfaat maupun
mendengar. Allah berfirman: “Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu
selain dari Allah Yang Maha Pemurah?”; siapakah penolong yang mampu untuk menolak siksa Allah dari
kalian? Ibnu ‘Abbās berkata: “Ya‘ni siapakah yang akan menolong kalian dari Aku jika Aku berkehendak
menyiksa kalian?” (68613) “Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu”; orang-
orang kafir hanya berada dalam kebodohan yang besar dan kesesatan berat dalam keyakinan mereka. Sebab
berhala mereka bisa memberi manfaat atau mudharat. “Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rezeki
jika Allah menahan rezeki-Nya?”; siapakah yang akan memberi kalian rezeki selain Allah jika Allah tidak
memberikan rezeki kepada kalian? Kedua ayat terakhir ini ditujukan kepada orang kafir untuk mengancam dan
mencela serta membuat hujjah atas mereka.” (687 14) “Sebenarnya mereka terus-menerus dalam
kesombongan dan menjauhkan diri?”; justru mereka terus-menerus durhaka dan maksiat serta lari dan
menghindar dari kebenaran dan iman.

Kemudian Allah membuat sebuah gambaran perumpamaan orang mu’min dan kafir, “Maka apakah orang
yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapat petunjuk ataukah orang yang
berjalan tegap di atas jalan yang lurus?”; apakah orang yang berjalan dengan kepala terbalik sehingga tidak
melihat jalan dan membabi-buta seperti halnya orang buta yang terpeleset setiap saat sehingga terjatuh pada
mukanya, apakah dia lebih mendapat petunjuk daripada orang yang berjalan dengan tegap normal, yang
melihat jalan dan tidak terpeleset dalam melangkah karena dia berjalan di atas jalan yang jelas? ‘Ulamā’ tafsir
berkata: “Gambaran permisalan ini dibuat Allah untuk orang mu’min dan kafir. Orang kafir bagaikan orang buta
yang berjalan tanpa petunjuk dan penglihatan, dia tidak memperoleh petunjuk dan dia selalu terjerembab
pada mukanya. Sedangkan mu’min bagaikan orang sempurna yang normal penglihatannya. Dia berjalan di atas
jalan yang lurus, sehingga jauh dari sikap membabi-buta dan tidak terpeleset. Ini gambaran keduanya di dunia.
Demikian juga keadaan keduanya di akhirat. Mu’min dibangkitkan dengan berjalan di atas jalan yang lurus,
sedangkan kafir dibangkitkan dengan berjalan di mukanya menuju neraka. Qatādah berkata: “Orang kafir selalu
melakukan dosa, sehingga Allah membangkitkannya pada hari kiamat di atas wajahnya tertelungkup ke bawah.
Sedangkan mu’min memeluk agama yang jelas, sehingga Allah membangkitkannya pada jalan yang lurus dan
benar pada hari kiamat.” (688 1) Ibnu ‘Abbās berkata: “Ini adalah gambaran bagi orang yang berjalan di atas
jalan kesesatan dan orang yang berjalan di atas jalan hidāyah.” (689 2).

Kemudian Allah mengingatkan mereka akan ni‘mat-ni‘matNya yang agung agar mengetahui keburukan
kekafiran dan kesyirikan yang mereka lakukan. Allah berfirman: “Katakanlah: “Dia-lah Yang menciptakan
kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati.””; katakanlah, hai Muḥammad
kepada mereka: “Allah-lah yang menciptakan kalian dari ketiadaan dan memberikan ni‘mat-ni‘mat ini kepada
kalian dari ni‘mat mata, telinga dan akal pikiran. Secara khusus ketiga anggota badan ini disebutkan, sebab
ketiganya merupakan indra dan alat untuk mengetahui dan memahami. “(Tetapi) amat sedikit kamu
bersyukur”; sedikit sekali kalian bersyukur (690 3) kepada Tuhan kalian atas ni‘mat-ni‘matNya yang tidak
terhingga. Ath-Thabarī berkata: “Ya‘ni sedikit sekali kalian mensyukuri Tuhan kalian atas ni‘mat-ni‘mat yang
diberikan kepada kalian. “Katakanlah: “Dia-lah Yang menjadikan kamu berkembang-biak di muka bumi”;
Allah menciptakan kalian dengan jumlah yang banyak di muka bumi “dan hanya kepada-Nya-lah kamu
kelak dikumpulkan.””; hanya kepada Allah kalian kembali untuk dihisab dan diberi balasan.

“Dan mereka berkata: “Kapankah datangnya ancaman itu jika kamu adalah orang-orang yang
benar?””; kapankah terjadinya kebangkitan dan pembalasan yang kalian ancamkan kepada kami jika kalian
benar dalam ucapan kalian kepada kami semua? Ini tindakan orang kafir benar dalam menertawakan mereka:
“Katakanlah: “Sesungguhnya ‘ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah”; hai Muhammad
katakanlah kepada mereka: “‘Ilmu tentang terjadinya kiamat dan waktu siksa itu ada pada Allah. Tidak seorang
pun selain Dia yang tahu.” “Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang
menjelaskan.””; kami ini hanyalah rasul yang memberi peringatan kepada kalian akan siksa Allah agar kalian
menunaikan perintah-Nya.

Kemudian Allah menjelaskan keadaan orang kafir pada hari kiamat yang berat itu. “ Ketika mereka melihat
‘adzāb (pada hari kiamat) sudah dekat”; ketika mereka melihat siksa dekat dan menyaksikan prahara hari
kiamat “muka orang-orang kafir itu menjadi muram”; tanda-tanda kesedihan, duka dan kehinaan tampak
pada muka mereka. Dalam al-Baḥr-ul-Muḥīth disebutkan, melihat siksa bagi orang kafir membuah wajah
mereka semakin muram seperti orang yang dihadapkan pada hukuman mati. (691 4) “Dan dikatakan (kepada
mereka) inilah (‘adzāb) yang dahulunya kamu selalu meminta-mintanya”; para malaikat berkata kepada
mereka untuk mencerca dan mencibir: “Inilah yang kalian minta di dunia dan kalian ingin disegerakan ‘adzāb
itu demi menertawakan dan mendustakannya.”

“Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama
dengan aku atau memberi rahmat kepada kami”; hai Muḥammad, katakanlah kepada orang-orang kafir
yang menginginkan kebinasaanmu itu: “Beritahu kami, jika Allah mematikan kami dan kaum Muslimīn
besertaku atau Allah mengakhirkan siksa dari kami semua”, “(maka kami akan masuk surga), tetapi
siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari siksa yang pedih?””; siapakah yang
menjaga kalian dari siksa Allah yang pedih? Kata “orang-orang yang kafir” ditempatkan pada
kata kalian untuk mendokumentasikan lebih kuat kekafiran mereka yang sangat buruk. ‘Ulamā’ tafsir berkata:
“Orang-orang kafir berharap Muḥammad dan kaum Muslimīn mati. Karena itu, Allah menyuruh beliau untuk
berkata kepada mereka: Jika Allah menghancurkan kami dan kaum Muslimīn dengan kematian, apa
manfaatnya bagi kalian dan siapa yang menyelamatkan kalian dari siksa Allah jika menimpa kalian? Apakah
kalian mengira, bahwa berhala akan menyelamatkan kalian dari siksa?” (692 5).

“Katakanlah: “Dia-lah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah
kami bertawakkal” Katakanlah kepada mereka: Kami semua beriman kepada Allah Yang Maha Esa dan
kepada-Nya kami semua bergantung dalam semua urusan, bukan kepada harta benda dan manusia. “ Kelak
kamu akan mengetahui siapakah dia yang berada dalam kesesatan yang nyata.””; sebentar lagi kalian
akan tahu, siapakah yang berada dalam kesesatan, kami ataukah kalian? Kalimat ini mengandung ancaman
bagi orang kafir. “Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering”; hai
Muhammad katakanlah kepada mereka: Beritahulah kami, jika air menjadi kering dan lenyap ke dalam bumi,
sehingga kalian tidak mampu mengeluarkannya, “maka siapakah yang akan mendatangkan air yang
mengalir bagimu?””; siapakah yang mengeluarkan air itu untuk kalian setelah ia tampak dan mengalir di atas
bumi? Apakah sesuatu selain Allah yang akan mendatangkannya kepada kalian? Lantas kenapa kalian
mempersekutukan berhala dengan Sang Pencipta?

Aspek Balāghah

Surat ini mengandung sejumlah keindahan bahasa sebagai berikut ini:

Pertama; thibāq (menyandingkan sebagai perbandingan) antara ( َ‫ )ا ْلمَوْ ت‬dan (‫)ا ْلحَ يَا َة‬, antara (‫ )َأسِ رُّ وْ ا‬dan (‫)اجْ َهرُ وْ ا‬,
ٍ ‫ )صَ ا َّف‬dan ( َ‫)يَق ِْبضْ ن‬.
antara (‫ات‬

Kedua, meletakkan maushūl (kata sambung) untuk mengagungkan dan memuliakan:

ُ‫الَّ ِذيْ ِبيَ ِد ِه ا ْل ُم ْلك‬

Ya‘ni: bagi-Nya kerajaan dan kekuasaan serta hak bertindak di alam ini.
Ketiga, ithnāb (merinci lebih jauh) dengan mengulang-ulangi jumlah sebanyak dua kali agar lebih
mengingatkan:

ِ ‫ ثُ َّم ارْ ِج ِع ا ْلبَصَ رَ َكرَّ تَي‬..…… َ‫َفارْ ِج ِع ا ْلبَصَ ر‬


‫ْن‬

Demikian juga firman Allah:

‫س ِعي ِْر‬ ِ ‫ َفسُحْ قًا َأِلصْ حَ ا‬..…… ‫س ِعي ِْر‬


َّ ‫ب ال‬ ِ ‫مَا ُكنَّا فِيْ َأصْ حَ ا‬.
َّ ‫ب ال‬

Keempat, istifhām ingkari (pertanyaan penolakan) untuk mencerca dan mencaci-maki:

‫َألَ ْم يَْأ ِت ُك ْم نَ ِذ ْي ٌر‬.

Kelima, perbandingan antara:

‫وَ ِللَّ ِذيْنَ َك َف ُروْ ا ِبرَ ِبّ ِه ْم عَ َذابُ جَ َهنَّ َم‬

Dan

‫ب لَ ُه ْم َّمغْ فِرَ ٌة‬


ِ ‫شوْ نَ رَ بَّ ُه ْم ِبا ْل َغ ْي‬
َ ْ‫ِإنَّ الَّ ِذيْنَ يَخ‬

Ini termasuk keindahan bahasa.

Keenam, isti‘ārah makniyyah (penyerupaan yang sangat halus).

ِ‫تَ َكا ُد تَ َميَّ ُز مِنَ ا ْل َغيْظ‬

Allah menyerupakan kedahsyatan mendidihnya neraka Jahannam dan nyala apinya dengan seseorang yang
sangat marah kepada musuh Allah. Jahannam hampir terputus-putus karena sangat emosi. Yang diserupakan
dibuang dan diisyaratkan dengan sebagian sifatnya, yaitu marah yang hebat.

Ketujuh, isti‘ārah tamtsiliyyah (penyerupaan dengan pemisalan):

‫ستَ ِقي ٍْم‬ ٍ َ‫َأ َفمَنْ يَمْ شِ يْ ُم ِك ًبّا عَ لَى وَ جْ ِه ِه َأ ْهدَى َأمَّنْ يَمْ شِ يْ س َِو ًيّا عَ لَى صِ ر‬.
ْ ‫اط ُّم‬

Ini mengumpamakan mu’min dan kafir. Mu’min diumpamakan dengan orang berjalan tegak di atas jalan yang
lurus, sementara kafir diumpamakan dengan orang yang berjalan dengan tengkurap pada wajahnya menuju
neraka. Isti‘ārah ini sangat menakjubkan.

Kedelapan, sajak yang tersusun rapi untuk kesesuaian akhir-akhir ayat, misalnya:

َ ‫ ِإنَّ ُه ِب ُك ِ ّل‬.‫ َف َكيْفَ َكانَ نَ ِكي ِْر‬.‫ستَ ْعلَمُوْ نَ َكيْفَ نَ ِذي ِْر‬
ٌ‫شيْ ٍء بَصِ يْر‬ َ ‫ َف‬.

Dan

‫ بَ ْل لَّ ُّجوْ ا فِيْ ُعت ٍُوّ وَ نُفُوْ ٍر‬.‫ِإ ِن ا ْل َكا ِف ُروْ نَ ِإاَّل فِيْ ُغرُوْ ٍر‬

Anda mungkin juga menyukai