Anda di halaman 1dari 20

TAFSIR SURAT AL-MULK

A. Quran Surat Al-Mulk

Surat Al-Mulk terdiri atas 30 ayat, surah ke 67 termasuk golongan surat-surat Makkiyah,
diturunkan sesudah surat Ath Thuur. Nama Al Mulk diambil dari kata Al Mulk yang terdapat pada ayat
pertama surat ini yang artinya kerajaan atau kekuasaan. Dinamai pula surat ini dengan At Tabaarak
(Maha Suci).

Surat ini disepakati oleh para ulama sebagai surah makiyah, yakni turun sebelum nabi berhijrah
ke madinah, bahkan sementara ulama menilai keseluruhan surah yang terdapat dalam juz 29 Al-Quran
adalah makiyyah sebagaimana keseluruhan surah yang terdapat dalam juz ke 28 adalah madaniyyah.
Namanya cukup banyak. pakar hadits at-tirmidzi meriwayatkan melalui abu hurairah bahwa nabi saw
menamainya surah tabarakal ladzi biyadihi al-mulk, demikian dalam bentuk satu kalimat yang diangkat
dari ayat yang pertama. dalam riwayat at-tirmidzi yang lain melalui ibnu abbas ditemukan juga nama
tabaraka al-mulk. ada juga riwayat yang menyatakan bahwa ia dinamai nabi saw. mnyifatinya dengan al-
munjiyyah / penyelamat, dan al-mani'ah / penghalang. tetapi namanya yang paling populer adalah
tabarak dan al-mulk.

Surah ini menurut sayyid Quthub bertujuan menciptakan pandangan baru bagi masyarakat
muslim tentang wujud dan hubungannya dengan tuhan pencipta wujud. gambaran menyeluruh,
melampaui alam bumi yang sempit dan ruang dunia yang terbatas menuju alam langit bahkan menuju
kepada kehidupan akhirat. menuju kepada mahluk lain selain manusia baik yang hidup di dunia seperti jin
dan burung maupun di alam akhirat seperti neraka jahannam dan penjaga-penjaganya hingga mencapai
alam-alam gaib yang berbeda dengan alam nyata yakni yang berkaitan dengan hati manusia dan
perasaannya.

Tema dan tujuan utama surah ini menurut Thabathaba'i adalah penjealsan tentang ketercakupan
segala sesuatu oleh rububiyah (pemeliahraan, pengendalian dan pengaturan) allah swt bertolak belakang
dengan pandangan kaum musyrikin yang beranggapan bahwa setiap bagian setiap bagian dari alam raya
ada tuhan pengatur dan pengendalinya, apakah pengatur amalaikat atau selainnya. karena tuhan
menurut mereka hanya berfungsi sebagai tuhannya segala tuhan. wewenang pengaturan telah telah
beralih kepada tuhan-tuhan yang lain.matas dasar tujuan itu,maka dalam surah ini dosebutkan aneka
macam nikmat allah menyangkut pencipytaandan pengatura yang merupakan salah satu argumentasi
tentang rububiyahnya. sebagaimana berulang-ulang pula disebut sifatnya sebagai ar-rahman/pelimpah
rahmat yakni anugerah hingga uraiannya diakhiri denga menyebuttentang kebangkitan pada hari kiamat

Al-biqa'i berpendapat bahwa tujuab utama surah ini adalah ketundukan mutlaq kepada allah yang
maha sempurnakekuasaannya. namanya surah almulkmembuktikan hal tersebut karena kekuasaan
mengantar kepada ketundukan demikian juga namanya tabaraka karena yang demikian itu halnya
tentulah mantap dan bersinambung keadaannya lagi melimpah anugerahnya yang kesemuanya
mengantar kepada ketundukan.

B. Pokok-Pokok Isi Surat Al-Mulk

Hidup dan mati ujian bagi manusia; Allah menciptakan langit berlapis-lapis dan semua
ciptaan-Nya mempunyai keseimbangan; perintah Allah untuk memperhatikan isi alam semesta;
azab yang diancamkan terhadap orang-orang kafir; dan janji Allah kepada orang-orang mukmin;
Allah menjadikan bumi sedemikian rupa hingga mudah bagi manusia untuk mencari rezki;
peringatan Allah kepada manusia tentang sedikitnya mereka yang bersyukur kepada nikmat
Allah.
Surat Al Mulk menunjukkan bukti-bukti kebesaran dan kekuasaan Allah yang terdapat di alam
semesta dan menganjurkannya agar manusia memperhatikannya dengan seksama sehingga
mereka beriman kepada-Nya. Bilamana manusia itu tetap mengingkari, Allah akan menjatuhkan
azab kepada mereka.
Dalam urutan tertib Al-Quran, Al-Mulk disimpan sebelum surat at-tahrim, hubungan surat at-
tahrim dengan al-mulk adalah Surat yang lalu diakhiri dengan uraian tentang kebinasaan yang menimpa
siapa yang membangkang tanpa dapat ditolong oleh siapapun. Sebagaimana istrinya Nuh dan Luth -
Ketika dibuat perumpamaan bagi orang-orang kafir dengan dua orang perempuan yang ditakdirkan
celaka, meski keduanya itu berada dibawah kekuasaan dua orang hamba yang saleh, dan dibuat
perumpamaan bagi orang orang yang beriman dengan asiyah dan siti maryam yangtelah ditakdirkan
berbahagia meskipun kebanyakan kaum dari keduanya itu kafir, maka surat ini membuka apa yang
menunjukan keluasan ilmu Allah Azza waJalla, keperkasaan dan pengendalian di dalam kerajaannya
terhadap apa yang telah ditentukannya lebih dahulu.

Ayat 1-5: Kerajaan Allah meliputi kerajaan dunia dan akhirat, dan bahwa kekuasaan dan ilmu-Nya
tampak di alam semesta.

) (

) (
) (

) (

)(

Artinya :
Maha suci Allah yang di tangan-Nya segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.Yang
menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan
Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun,Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan
kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali
lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi,
niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam
keadaan letih.Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintangdan Kami jadikan
bintang-bintang itu sebagai alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka azab neraka yang
menyala-nyala
Allah Taala memuji diri-Nya yang mulia dan memberitahukan bahwa kekuasaan itu hanya berada
di tangan-Nya. Artinya, Dia-lah Pengendali satu-satunya terhadap semua makhluk sesuai dengan
kehendak-Nya. tidak ada yang bisa melawan kehendak-Nya dan hukum-Nya. Dan Dia tidak akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang Dia kerjakan, karena keperkasaan, kebijaksanaan, dan keadilan-
Nya. oleh karena itu, Allah berfirman: wa Huwa alaa kulli syai-ing qadiir (Dan Dia Mahakuasa atas
segala sesuatu.)Yang menjadi kunci pembicaraan dari seluruh ayat dalam surat Al-Mulk dan yang
menjadi fokus utama dari dinamika yang ada pada surat ini adalah ayat permulaannya yang padat dan
penuh memberi ilham.

Dari hakekat memegang tampuk kerajaan alam dan hakikat qudrat maka ia menghendaki[1] :
Terbitnya penciptaan hidup dan mati,terbitnya ujian manusia dengan hidup dan mati
tersebut, terbitnyapenciptaan langit, terbitnya penciptaan bintang-bintang yang menjadi hiasan
dan pelita langit dan menjadi peluru yang merejam syaithon, terbitnya penciptaan dan
penyediaan neraka Jahannam dengan segala sifat dan rupanya, dengan segala pengawal dan
penjaganya, terbitnya sifat ilmu ALlah yang mengetahui segala yang sulit dan segala
yang nyata, terbitnya penciptaan bumi dengan yang serba mudah kepada manusia, terbitnya
tindakan ditelah bumi, dihujani ribut batu dan siksaan terhadap pendusta-pendusta di jaman
lampau, terbitnya kemantapan penerbangan burung-burung di langit, terbitnya sifat kekuasaan
dan keagungan-Nya,terbitnya pemberian rezeki mengikuti iradat-Nya, terbitnya penciptaan
manusia dan pengurniaan nikmat pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, terbitnya hidup
manusia di bumi dan perhimpunan mereka di Mahsyar, terbitnya ikhtisas ALlah dengan
pengetahuan Akhirat, terbitnya azab kepada orang -orang kafir dan terbitnya nikmat air yang
menjadi puncak kehidupan, dan terbitnya kehilangan air apabila dikehendaki oleh Allah.
Seluruh hakekat dan pembicaraan-pembicaraan surah ini, khususnya dari ayat pertama,
mengandung pengertian yang amat lengkap dan besar. Hakekat-hakekat dan sasaran-sasaran
surat ini dikemukakan berturut-turut dalam rangkaian ayat-ayat itu. Ayat-ayat berikutnya tak
henti-hentinya terfokus dalam menjelaskan ayat pertama yang ringkas tapi menyeluruh itu. Inilah
yang menyebabkan sulit untuk membagi-bagikan hakekat-hakekat itu kepada bagian-bagian dan
lebih elok jika hakekat-hakekat itu diteliti dalam rangkaian ayat-ayat itu.
"MAHA SUCI TUHAN YANG MEMEGANG TAMPUK KERAJAAN (SELURUH ALAM)
DAN DIA MAHA BERKUASA DI ATAS SEGALA SESUATU."
Ucapan tasbih di permulaan surah ini menyarankan keberkatan yang melimpah ruah dan
mengagung-agungkan sebutan kerajaan seluruh alam. Ucapan tasbih itu menyarankan
kelimpahan keberkatan Ilahi di atas kerajaan itu di samping mengagung-agungkan keberkatan itu
setelah mengagung-agungkannya pada zat Ilahi. Ucapan tasbih itu merupakan sebuah lagu yang
bergema merata di pelosok alam dan memenuhi setiap hati yang wujud. Hal ini bertolak dari
firman ALlah dalam Al-Qur'an Karim dari kitab luh Mahfuz yang tersembunyi menuju ke alam
yang diketahui umum.
"....MAHA SUCI TUHAN YANG MEMEGANG TAMPUK KERAJAAN (SELURUH
ALAM)",
[ayat1], yakni Allah itulah yang memiliki kerajaan seluruh alam semesta. Allah itulah yang
memegang terajunya dan mengendalikannya. Ini adalah suatu hakekat. Dan apabila hakekat itu
menetap dalam hati nurani seseorang ia akan menentukan haluannya dan kesudahannya. Ia akan
membebaskannya dari bertujuh sampai ia membebaskannya dari perhambaan dan penyembaan
kepada yang lain dari Allah pemilik dan empunya seluruh alam yang tunggal.
".....DAN DIA MAHA BERKUASA DI ATAS SEGALA SESUATU,"
[ayat 1], yakni tiada sesuatu yang dapat melemahkanNya atau luput dariNya. Tiada sesuatu
yang mampu menghalangi iradatNya dan membebaskan kehendakNya. Dia mencipta apa saja
yang Dia sukai. Dia bertindak mengikut apa saja yang dikehendakiNya. Dia Maha Berkuasa di
atas apa yang dikehendakiNya dan Dia menguasai segala urusanNya. IradatNya tidak tergantung
kepada mana-mana batas dan ikatan.
Apabila hakikat ini menetap di dalam hati nurani seseorang ia akan membebaskan kefahaman
tentang ALlah dan tindakanNya dari ikatan-ikatan yang biasa ditanggapkan oleh panca-
inderanya, aqalnya dan daya khayalnya. Qudrat ALlah itu meliputi segala apa yang terlintas di
dalam hati manusia. Ikatan-ikatan yang mengokong kefahaman manusia dengan sebab kejadian
mereka yang terbatas itulah yang menjadikan manusia terkongkong kepada kebiasaan-kebiasaan
mereka apabila mereka menilai suatu perubahan dan pertukaran yang diduga mereka mengenai
hal-hal di balik masa sekarang dan hal-hal di balik kenyataan yang terbatas. Hakikat Qudrat ini
membebaskan manusia dari segala belenggu itu. Dan hendaklah kita senantiasa menyakini
bahwa ALlah berkuasa melakukan segala sesuatu tanpa batas dan hendaklah kita menyerah kan
segala sesuatu kepada kekuasaan ALlah tanpa sebarang ikatan, dan hendaklah kita bebas dari
ikatan masa sekarang dan dari ikatan kenyataan yang terbatas.
[ALLAH] YANG MENJADIKAN MATI DAN HIDUP, SUPAYA DIA MENGUJI KAMU,
SIAPA DI ANTARA KAMU YANG LEBIH BAIK AMALNYA. DAN DIA MAHA
PERKASA LAGI MAHA PENGAMPUN [AL-MULK AYAT 2]
Di antara tanda-tanda kekuasaan dan iradat Allah yang mutlaq menguruskan kerajaan dan
segala sesuatu ialah Dia menciptakan mati dan hidup. Kata-kata "mati" itu meliputi kematian
sebelum hidup dan kematian selepas hidup. Begitu pula kata-kata "hidup" itu meliputi hidup di
alam dunia dan hidup di alam Akhirat. Semuanya dari ciptaan Allah belaka sebagaimana telah
diterangkan oleh ayat ini. Dan ayat inilah yang mewujudkan hakekat itu dalam pemikiran
manusia di samping menimbulkan kesadaran bahwa di balik hidup dan mati itu terdapat tujuan
dan ujian. hidup dan mati bukanlah satu kebetulan saja tanpa tadbir. Hidup dan mati bukanlah
sesuatu yang sembarangan tanpa ujian, malah ia merupakan ujian untuk memperlihatkan rahasia-
rahasia yang tersembunyi di dalam ilmu Allah, kelakuan dan tindak-tanduk manusia dan
kewajaran mereka menerima balasan dan ganjaran.

"...SUPAYA DIA MENGUJI KAMU, SIAPA DI ANTARA KAMU YANG LEBIH BAIK
AMALNYA...
Kemantapan hakikat ini di dalam hati nurani seseorang akan menjadikannya senantiasa
berjaga-jaga dan hati-hati serta sadar terhadap segala perkara kecil dan besar dalam niat dan
lubuk hatinya yang tersembunyi dan di dalam tindakan-tindakannya yang lahir. Ia tidak akan
membiarkannya lalai dan cuai. Begitu pula ia tidak akan membiarkannya tenang dan beristirahat,
karena Allah itu nyata-nyata Maha Perkasa dan Maha Pengampun.
"...DAN DIA MAHA PERKASA LAGI MAHA PENGAMPUN"
Allah itu Maha Perkasa dan Maha Gagah, tetapi Ia Maha Pengampun dan Maha Pemaaf.
Apabila hati seseorang itu sadar bahwa hidupnya di dunia ini untuk diuji, kemudian ia berhati-
hati dan menjaga dirinya dari maksyiat maka barulah ia berhak merasa tentram dan yaqin kepada
kemampuan dan rahmat ALlah dan barulah ia boleh bersenang hati dan beristirahat. Allah ta'ala
akan mencurahkan ketentraman di dalam hati orang yang menjunjung ajaran-ajaran Allah dan
takut kepadaNya.
Di dalam hakikat yang digambarkan oleh Islam, Allah bukanlah bersifat memburu manusia
dan menyusahkan kita. Allah tidak mau menyiksa kita, malah Allah menginginkan agar kita
menyadari tujuan kewujudan kita di dunia ini. Allah menghendaki kita meningkatkan diri
mereka ke taraf hakikat kita yang sebenarnya. Allah menghendaki kita melaksanakan
penghormatanNya yang tinggi kepada kita yang telah menerima tiupan ruh dari ciptaanNya dan
yang telah melebihkan kita di atas makhluq-makhluq yang lain. Apabila ini terlaksana, maka di
sanalah terletak rahmatNya yang melimpah ruah, pertolonganNya yang besar, keampunanNya
yang luasdan kemaafanNya yang banyak.
Setelah kedua ayat pertama Surat Al-Mulk ini, Allah Ta'ala menghubungkan hakikat ini
dengan seluruh alam dalam bidang yang seluas-luasnya dan setinggi-tingginya. Segala
pembicaraan yang disebut dalam ayat-ayat ini merupakan kesan-kesan dari tujuan ayat yang
pertama dan merupakan gejala-gejala kekuasaan Allah pentadaburan kerajaan alam, juga gejala-
gejala dari qudrat Allah yang tidak terikat dengan ikatan apapun. Di samping itu ayat-ayat ini
juga memberikan penjelasan pada ayat kedua yang menerangkan penciptaan mati dan hidup
untuk menguji manusia dan kemudian memberi balasan kepada mereka.
Al-Qur'an menarik pandangan manusia kepada ciptaan-ciptaan Allah, khususnya penciptaan
langit dan umumnya penciptaan seluruh makhluq yang lain. Allah mengajak manusia
memikirkan ciptaan-ciptaan-Nya dan mengajarkan kepada kita tentang kesempurnaan penciptaan
itu. Dalam hal ini Allah menantang kita untuk mengamati dengan seksama langit yang begitu
kokoh; dan meyakinkan kita bahwa nggak bakal kita menemukan kecacatan sedikitpun dalam
ciptaan Allah; semuanya teratur dengan seimbang dan rapi.
YANG TELAH MENCIPTAKAN TUJUH LANGIT BERLAPIS-LAPIS TIDAK AKAN KAMU LIHAT
SESUATU YANG TIDAK SEIMBANG PADA CIPTAAN TUHAN YANG MAHA PENGASIH. MAKA
LIHATLAH SEKALI LAGI, ADAKAH KAMU LIHAT SESUATU YANG CACAT? ...KAMU SEKALI-KALI
TIDAK MELIHAT PADA CIPTAAN TUHAN YANG MAHA PEMURAH SESUATU YANG TIDAK
SEIMBANG.....[AYAT 3]
Di sana tidak ada kecacatan ataupun cela, tidak ada kekurangan dan tidak ada yang kacau
balau. Kemudian Allah Ta'ala menantang kita sekali lagi untuk mengamati dengan lebih teliti
dan seksama terhadap ciptaan-Nya, berulang-ulang.
Apakah Langit Ada yang Cacat?
Dalam ayat ini, Allah menciptakan langit berlapis-lapis atau bertingkat-tingkat.
Kemudian Allah tanyakan, apakah ada sesuatu yang cacat atau retak di langit
tersebut? Jawabannya tentu saja tidak. Kemudian Allah memerintah melihatnya berulang lagi
(bahkan berulang kali), apakah ada yang cacat di langit itu? Hasilnya, jika dilihat berulang kali
tidak ada cacat sama sekali pada ciptaan Allah tersebut. Namun yang didapat adalah rasa payah
karena berulangkalinya menelusuri langit itu.
Syaikh As Sadi mengatakan bahwa jika sama sekali di langit tersebut tidak ada cacat, maka ini
menunjukkan sempurnanya hasil ciptaan Allah. Ciptaan Allah tersebut begitu seimbang dilihat
dari berbagai sisi, yaitu dari warna, hakikatnya, dan ketinggiannya. Begitu pula pada ciptaan
Allah lainnya seperti matahari, rembulan dan bintang yang bersinar.
Keindahan Langit Ciptaan Allah
Dalam ayat selanjutnya, Allah menjelaskan kebagusan langit ciptaan-Nya. Langit tersebut
menjadi indah dan menawan karena dihiasi dengan bintang-bintang. Bintang dalam ayat di atas
disebutkan berfungsi untuk melempar setan dan sebagai penghias langit. Namun sebenaranya
fungsi bintang masih ada satu lagi. Bintang secara keseluruhan memiliki tiga fungsi.
KEMUDIAN PANDANGLAH SEKALI LAGI NISCAYA PENGLIHATANMU AKAN
KEMBALI KEPADAMU DENGAN TIDAK MENEMUKAN SESUATU CACAT DAN
PENGLIHATANMU ITUPUN DALAM KEADAAN PAYAH. [AYAT 3-4]
Cara Allah mengajarkan tanda-tanda kekuasaan-Nya sangatlah merangsang perhatian dan
kesungguhan kita untuk mengamati penciptaan langit dan seluruh kejadian Allah yang lain.
Pandangan yang tajam dan teliti inilah yang mau dirangsang oelh Allah. Pandangan bodoh yang
biasa adalah menghilangkan keindahan alam yang cantik permai, halus, seni dan menakjubkan.
Mata tidak pernah puas memandang keindahan. Hati tidak pernah puas menerima ilham-ilham
Allah dan sarana-sarana dariNya. Aqal tidak pernah puas meneliti peratuan dan hukum yang
berlaku di alam serta kehalusan dan kecanggihan peraturan alam itu. Orang yang memandang
dengan mata yang tajam ini senantiasa hidup dalam tamasya (picnic) Ilahi yang gilang gemilang.
Keindahannya tidak pernah buruk dan lusuh karena senantiasa menjadi baru pada pandangan
mata, hati dan aqal.
Menghayati keindahan alam tidak semestinya memerlukan Science dan Technology, karena
di antara nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia ialah nikmat berharmoni dan
bermesra dengan alam dengan hanya melalui telek pandang saja. Apabila hati terbuka akan
menerima ilham-ilham secara langsung dari alam buana yang besar dan indah itu. Kemudian hati
akan bermesra dan berharmoni pula dengan ilham-ilham itu sebagaimana orang yang hidup
bermesra dengan orang lain sebelum ia mengetahui sesuatu kejadian alam yang agung dan
menakjubkan ini melalui fikiran dan hasil renungannya.
Karena itu di banyak ayat-ayat Al-Qur'an Allah ta'ala menugaskan manusia untuk meneliti
alam buana ini dan supaya menikmati pemandangan-pemandangan dan keajaibannya. Al-Qur'an
berbicara dengan semua peringkat manusia di setiap jaman. Ia berbicara dengan penduduk hutan
rimba dan penduduk padang gurun. Ia berbicara dengan penduduk-penduduk kota dan para
penjelajah lautan. Ia berbicara dengan orang orang buta huruf. Begitu pula Al-Qur'an berbicara
dengan ahli astrologi, ahli ilmu fisika dan ahli ilmu teori. Setiap orang dari kita masing-masing
mendapati dalam Al-Qur'an keterangan-keterangan yang menghubungkannya dengan alam buana
ini dan keterangan-keterangan yang merangsang dalam hatinya keinginan untuk meneliti,
menyahuti dan menikmati keindahannya.
Keindahan dalam bentuk alam buana ini memang dimaksudkan Allah seperti kesempurnaan
juga. Malah keindahan dan kesempurnaan merupakan dua sudut pandangan bagi hakikat yang
satu, karena kesempurnaan mencapai derajat keindahan. Oleh karena itu Al-Qur'an menarik
pandangan manusia kepada keindahan langit setelah ia menarik pandangan mereka kepada
kesempurnaanNya.
SESUNGGUHNYA KAMI TELAH MENGHIASI LANGIT YANG DEKAT DENGAN
BINTANG- BINTANG, DAN KAMI JADIKAN BINTANG-BINTANG ITU ALAT-ALAT
PELEMPAR SYAITHON, DAN KAMI SEDIAKAN BAGI MEREKA SIKSAAN NERAKA
YANG MENYALA-NYALA. [AYAT 5]
Fungsi Bintang di Langit
Fungsi pertama: Untuk melempar setan-setan yang akan mencuri berita langit. Hal ini
sebagaimana terdapat dalam surat Al Mulk,





Dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi
mereka siksa neraka yang menyala-nyala. (QS. Al Mulk: 5)

Setan mencuri berita langit dari para malaikat langit. Lalu ia akan meneruskannya pada
tukang ramal. Akan tetapi, Allah senantiasa menjaga langit dengan percikan api yang lepas dari
bintang, maka binasalah para pencuri berita langit tersebut. Apalagi ketika diutus
Nabi shallallahu alaihi wa sallam, langit terus dilindungi dengan percikan api. Sebagaimana
Allah Taala berfirman,
,




Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk
mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba)
mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk
membakarnya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu)
apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka
menghendaki kebaikan bagi mereka. (QS. Al Jin: 9-10). Berita langit yang setan tersebut curi
sangat sedikit sekali.

Fungsi kedua: Sebagai penunjuk arah seperti rasi bintang yang menjadi penunjuk bagi nelayan di
laut.


Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka
mendapat petunjuk. (QS. An Nahl: 16).
Allah menjadikan bagi para musafir tanda-tanda yang mereka dapat gunakan sebagai
petunjuk di bumi dan sebagai tanda-tanda di langit.

Fungsi ketiga: Sebagai penerang dan penghias langit dunia. Sebagaimana disebutkan dalam
firman Allah,


Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang. (QS. Al
Mulk: 5)



Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-
bintang. (QS. Ash Shofaat: 6)
Mengenai surat Al Mulk ayat 5, ulama pakar tafsir Qotadah As Sadusiy- mengatakan,
:
.
Sesungguhnya Allah hanyalah menciptakan bintang untuk tiga tujuan: [1] sebagai hiasan
langit dunia, [2] sebagai pelempar setan, dan [3] sebagai penunjuk arah. Barangsiapa yang
meyakini fungsi bintang selain itu, maka ia berarti telah berkata-kata dengan pikirannya
semata, ia telah mendapatkan nasib buruk, menyia-nyiakan agamanya (berkonsekuensi
dikafirkan) dan telah menyusah-nyusahkan berbicara yang ia tidak memiliki ilmu sama
sekali.[4] Dari sini Qotadah melarang mempelajari kedudukan bintang, begitu pula Sufyan bin
Uyainah tidak memberi keringanan dalam masalah ini.[5]

Mempelajari Posisi Benda Langit


Ada dua ilmu yang mempelajari posisi benda langit yaitu ilmu astronomi (ilmu tas-yir) dan ilmu
astrologi (ilmu tatsir).
Pertama: Ilmu astronomi (ilmu tas-yir)
Astronomi, yang secara etimologi berarti ilmu bintang adalah ilmu yang melibatkan
pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini
mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit
(dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka.
Astronomi adalah salah satu di antara sedikit ilmu pengetahuan di mana amatir masih
memainkan peran aktif, khususnya dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena sementara.
Astronomi jangan dikelirukan dengan astrologi, ilmusemu yang mengasumsikan bahwa takdir
manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit. Meskipun memiliki
asal-muasal yang sama, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom menggunakan metode ilmiah,
sedangkan astrolog tidak.
Kedua: Ilmu astrologi (ilmu tatsir)
Astrologi adalah ilmu yang menghubungkan antara gerakan benda-benda tata surya (planet,
bulan dan matahari) dengan nasib manusia. Karena semua planet, matahari dan bulan beredar di
sepanjang lingkaran ekliptik, otomatis mereka semua juga beredar di antara zodiak. Ramalan
astrologi didasarkan pada kedudukan benda-benda tata surya di dalam zodiak.
Seseorang akan menyandang tanda zodiaknya berdasarkan kedudukan matahari di dalam zodiak
pada tanggal kelahirannya. Misalnya, orang yang lahir awal desember akan berzodiak Sagitarius,
karena pada tanggal tersebut Matahari berada di wilayah rasi bintang Sagitarius. Kedudukan
Matahari sendiri dibedakan antara waktu tropikal dan waktu sideral yang menyebabkan terdapat
dua macam zodiak, yaitu zodiak tropikal dan zodiak sideral. Sebagian besar astrologer Barat
menggunakan zodiak tropikal.
Di bola langit terdapat garis khayal yang disebut dengan lingkaran ekliptika. Jika diamati dari
bumi, semua benda tatasurya (planet, Bulan dan Matahari) beredar di langit mengelilingi
lingkaran ekliptika. Keistimewaan dari keduabelas zodiak dibanding rasi bintang lainnya adalah
semuanya berada di wilayah langit yang memotong lingkaran ekliptika.


) (
) (




) (


)( )
(
)(

Artinya :

"Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan,
sedang neraka itu membara. Hampir meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan (
orang-orang kafir ) dilemparkan ke dalamnya, penjaga-penjaga ( neraka itu ) bertanya kepada
mereka, Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu ( di
dunia )? Mereka menjawab, Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang
kepada kami, tetapi kami mendustakannya dan kami katakan, Allah tidak menurunkan suatu
apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar.Dan mereka berkata, Sekiranya (
dahulu ) kami mendengarkan atau memikirkan ( peringatan itu ) tentulah kami tidak termasuk
penghuni neraka yang menyala-nyala"
Ayat ini masih ada hubungannya dengan ayat sebelumnya, ketika
Allah Taalamengumumkan kepada manusia agar senantiasa beriman kepada Allah dengan
konsekuensi harus beriman juga dengan rukun iman yang enam. Diantaranya adalah beriman
kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Bagaimana cara kita mengimani Allah
dan Nabi-Nya? Allah Taala telah menurunkan risalahnya berupa al-Quranul Karim. Jadi ketika
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallammenyampaikan al-Quran kepada umat manusia,
maka mereka harus beriman. Di dalam menyampaikan risalah itu, di dalamnya terdapat syariah
dan hukum. Termasuk orang-orang yang beriman secara hakiki, mereka melaksanakan apa
maunya AllahSubhanahu wa Taala yang disampaikan melalui lesan Rasulullah tentang al-
quranul karim. Bagi orang-orang beriman yang menjalankannya, mereka mendapat pahala yang
disebut dengan surga[2].
Namun ternyata ada orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka adalah orang-orang yang ingkar, menentang al-Quran dan hukum-hukum Allah serta
menolak syariat-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang kufur. Dan balasan setimpal bagi
mereka adalah berupa neraka.

Awalnya, ayat di atas adalah ancaman untuk orang yang kufur (menentang) terhadap
Allah baik dari syaitan dan selainnya. Mereka diancam dengan siksaan jahannam. Dan ancaman
ini bukan hanya ditujukan untuk setan sebagaimana konteks dari ayat kelima surat Al Mulk yang
membicarakan tentang syaitan yang mencuri berita langit lalu mereka dilempar. Namun setelah
kita mempelajari ayat-ayat yang ada di dalam al-Quranul karim, maka orang-orang yang
mengingkari salah satu rukun iman yang enam, maka ia dikatakan kufur. Jadi sesungguhnya,
ketika orang mukmin betul-betul beriman kepada Rasulullah, otomatis ia akan mendengar dan
taat, menerima al-Quran sebagai pedoman hidupnya, menerima syariah Allah yang disampaikan
melalui lesan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Sedangkan mereka yang menolak syariah
Islam sebagai cara hidup, maka mereka termasuk kufur dan menentang AllahTaala. Dan
Jahannam adalah sejelek-jelek tempat kembali bagi mereka.

Mengapa neraka disebut jahannam?


Jahannam berarti sesuatu yang dasarnya amat dalam, sebagaimana disebutkan dalam Al
Qomus3. Begitulah keadaan neraka, ia begitu dalam. Abu HurairahRadhiallahu
Anhu mengatakan,

. --
--


.


.
Kami dulu pernah bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tiba-tiba terdengar
suara sesuatu yang jatuh. Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas bertanya, Tahukah kalian,
apakah itu? Para sahabat pun menjawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Nabi
shallallahu alaihi wa sallam kemudian menjelaskan, Ini adalah batu yang dilemparkan ke
dalam neraka sejak 70 tahun yang lalu dan batu tersebut baru sampai di dasar neraka saat
ini. (HR. Muslim no. 2844)
Dalam ayat selanjutnya, Allah Taala akan menceritakan keadaan siksaan di neraka -
semoga Allah melindungi kita darinya-.
Sifat Neraka: Neraka Berteriak dan Mendidih





Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan,
sedang neraka itu menggelegak. (QS. Al Mulk: 7).
Ayat ini menceritakan keadaan orang kafir ketika mereka dilemparkan ke dalam neraka.
Apa yang dimaksud syahiqo dalam ayat di atas?
Ibnu Jarir Ath Thabari mengatakan bahwa makna syahiq adalah suara yang keluar dari
bagian dalam tubuh dengan sangat kuatnya seperti suara keledai. (Tafsir Ath Thobari,
23/123). Atau ringkasnya syahiq bermakna teriakan. (Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim,
14/73) Maksudnya adalah ketika orang kafir itu dilemparkan ke dalam neraka, neraka pun akan
teriak. Lantas bagaimanakah lagi siksaan neraka bagi orang-orang kafir tersebut?! (Faedah dari
Taisir Al Karimir Rahman, hal. 876)

Apa yang dimaksud dengan tafuur?


Ibnu Jarir Ath Thabari mengatakan bahwa makna tafuur adalah mendidih. (Tafsir At
Thabari, 23/124). Sufyan Ats Tsauri mengatakan, Neraka itu mendidih gara-gara orang kafir
yang masuk di dalamnya. Gambaran mendidihnya adalah seperti sebuah biji yang jumlahnya
sedikit mendidih dalam air yang jumlahnya banyak. (Tafsir Al Quran Al Azhim, 14/73)
Itulah keadaan neraka yang berteriak dengan kencangnya dan mendidih gara-gara orang
kafir yang masuk ke dalamnya.
Sifat Neraka: Neraka Marah
Allah Taala berfirman,



Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. (QS. Al Mulk: 8) Ibnu Abbas
mengatakan bahwa neraka hampir-hampir saja terpecah lantaran marah.
Yang memiliki perkaataan serupa dengan Ibnu Abbas adalah Adh Dhahak dan Ibnu Zaid
-Rahimahumullah-. Allah marah terhadap orang yang bermaksiat pada-Nya dan murka pada
Allah. (Lihat Tafsir At Thobari, 23/124-125. Lihat pula Tafsir Al Quran Al Azhim, 14/73)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi -Rahimahullah- berkata, Neraka hampir-hampir saja
terpecah lantaran marah pada orang-orang kafir. Lantas bagaimana tanggapanmu, apa yang akan
dilakukan neraka pada orang-orang kafir tersebut ketika mereka berada dalam neraka?! (Taisir
Al Karimir Rahman, hal. 876) Seperti itulah neraka. Ketika orang kafir masuk ke dalamnya saja,
ia begitu marah.
Sudahkah Datang Kepada Orang Kafir Pemberi Peringatan?
Selanjutnya Allah Taala berfirman,




Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga
(neraka itu) bertanya kepada mereka: Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia)
seorang pemberi peringatan? (QS. Al Mulk: 8)
Maksudnya, penduduk neraka ditanya apakah di dunia sudah datang pada mereka
pemberi peringatan tentang adzab neraka yang mereka alami saat ini? (Tafsir At Thabari,
23/125)
Orang-orang kafir lantas menjawab,




Benar ada, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami
mendustakan(nya) dan kami katakan: Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain
hanyalah di dalam kesesatan yang besar. (QS. Al Mulk: 9)
Rasulullah dan para sahabatnya, kemudian generasi selanjutnya dari para Tabiin,
kemudian Tabiut Tabiin, para salafus shalih dan seterusnya dari para ulama hingga akhir
zaman nanti telah menjelaskan ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia. Memang seharusnya
para ulama menyampaikan dakwah Islam kepada semua umat manusia dan tidak terbatas hanya
kepada umat Islam . Tetapi sayangnya, kalau kita menyampaikan dakwah al haq dianggap
bertentangan dengan undang-undang yang ada di Negara kita. Maka paling tidak, kita mengajak
diskusi mereka. Jika setelah berdiskusi namun mereka tetap tidak mau menerima Islam , maka
itu sudah lain urusan.

Adakah penentangan, kesombongan dan kezaliman yang menyerupai kelakuan orang kafir
ini?! (Faedah dari Taisir Al Karimir Rahman, hal. 876) Naudzu billahi min dzalik.
Seseorang Akan Disiksa Jika Telah Datang Peringatan padanya
Faedah lain dari surat Al Mulk ayat 8 dan 9 adalah menunjukkan keadilan Allah Taala.
Yaitu seorang hamba tidaklah disiksa melainkan setelah ditegakkan hujjah (sampainya ilmu atau
dakwah kebenaran) kepadanya dan tidak ada lagi syubhat yang menimpanya. Yaitu dengan
menjelaskan dalil atau memberikan bukti yang dapat menghilangkan kebodohan melalui cara
yang memungkinkan lawan bicara memahami apa yang disampaikan kepadanya. Dengan
iqamatul Hujjah uzur yang menghalangi seseorang untuk dihukum atau diadzab akan hilang.
Sebagaimana AllahTaala berfirman dalam ayat lainnya,



Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (QS. Al Isra': 15)





Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah
kepada mereka penjaga-penjaganya: Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di
antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu
akan pertemuan dengan hari ini? Mereka menjawab: Benar (telah datang). Tetapi telah
pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. (QS. Az Zumar: 71) (Lihat
Tafsir Al Quran Al Azhim, 14/73)
Penjelasan ini adalah untuk keadaan di akhirat nanti yaitu seseorang tidak akan disiksa
sampai datang padanya seorang Rasul atau pemberi peringatan. Namun untuk di dunia,
seseorang dihukumi sesuai dengan agama yang dia menyandarkan dirinya padanya. Jika saat ini
seseorang menyandarkan dirinya pada agama Yahudi dan Nashrani, maka status orang tersebut
kafir. Namun apakah ia mendapatkan hukuman di akhirat? Ini tergantung dari telah sampai pada
dirinya peringatan ataukah tidak. Semoga kita memahami hal ini.

Kita sering berdoa,





Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa
neraka). (HR. Muslim)
Kalau kita berdoa meminta supaya bisa bahagia di dunia dan akherat, maka jalankanlah syariat
Allah dalam seluruh aspek kehidupan kita. Jadi sesungguhnya syariat Islam tidak hanya shalat,
peraturan itu ditujukan untuk segala aspek kehidupan. Dalam kehidupan pribadi, barangkali kita
sudah berusaha agar sesuai dengan syariat Islam . Di dalam bermasyarakat, perlu kita tingkatkan
kembali. Karena meskipun dalam tata cara menikah, ekonomi mungkin sudah ada yang sesuai
dengan syariat Allah, namun dalam aspek budaya, hukum, politik, tata cara berbangsa dan
bernegara dan lain sebagainya hendaknya juga diterapkan system syariat Islam . Kenapa? Agar
mendapatkan ridha Allah. Jika tidak, maka Allah tidak akan ridha yang berarti akan menurunkan
adzab-Nya. Siapakah yang akan mendapatkan adzab? Kita semuanya.

Orang Kafir Begitu Menyesal


Selanjutnya Allah Taala berfirman,



Dan mereka berkata: Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu)
niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.(QS. Al
Mulk: 10)
Orang kafir ini berandai-andai jika saja mereka adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk, yaitu pendengaran dan akal mereka bisa mengambil manfaat terhadap wahyu yang
Allah turunkan dan Rasul yang datang di tengah-tengah mereka. Namun mereka tidak
memanfaatkan pendengaran dan akal. Hal ini jauh berbeda dengan orang yang mendapatkan
petunjuk yang memanfaatkan pendengaran dan akal mereka untuk mengilmui dan mengamalkan
ilmu. (Lihat Taisir Al Karimir Rahman, hal. 876)
Akhirnya, Orang Kafir Mengakui Kesalahan Mereka
Allah Taala berfirman,




Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang
menyala-nyala. (QS. Al Mulk: 11)
Akhirnya, orang-orang kafir itu mengakui dosa-dosa mereka. Sebagaimana hal ini terdapat
dalam sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,



Seorang tidak akan merasa dirinya binasa hingga ia pun mengakui kesalah-kesalahan yang
dirinya lakukan sendiri. (HR. Ahmad, 5/293. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan
bahwa sanad hadits ini shahih)
Lihat pula hadits dari Abu Hurairah berikut.









Seseorang yang masuk neraka akan menyesal ketika ia ditampakkan tempat duduknya di surga
seandainya surga itu baik baginya. Dan seseorang yang masuk surga akan bertambah syukur
ketika ia ditampakkan tempat duduknya di neraka seandainya neraka layak untuknya. (HR.
Ahmad, Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits tersebut shahih, namun
sanadnya hasan)
) 12(



) 14(
) 13(
)15(

Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya di saat mereka tidak tampak di hadapan yang
lainnya, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Dan rahasiakanlah perkataanmu
atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah Allah Yang menciptakan
itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
(QS. Al Mulk: 12-15)
Keutamaan Taat dan Takut pada Allah Di Kesunyian[3]
Setelah sebelumnya Allah menyebutkan keadaan orang-orang fajir (kafir), selanjutnya Allah
menyebutkan keadaan orang-orang yang berbuat baik dan akan menuai kebahagiaan.
Dalam surat Al Mulk ayat 12, penulis Tafsir Al Jalalain menjelaskan, Mereka itu takut pada Allah di
kesunyian ketika mereka tidak nampak di hadapan manusia lainnya. Mereka pun taat pada Allah dalam
keadaan sembunyi-sembunyi. Tentu saja dalam keadaan terang-terangan, mereka pun lebih taat lagi
pada Allah.
Intinya mereka itu taat pada Allah meskipun di kesunyian. Syaikh As Sadi menjelaskan, Mereka takut
pada Allah dalam setiap keadaan sampai-sampai pada keadaan yang tidak ada yang mengetahui amalan
mereka kecuali Allah. Mereka tidak melakukan maksiat dalam kesunyian. Mereka pun tidak mengurangi
ketaatan mereka ketika itu.
Keutamaan Ihsan dalam Ibadah
Untuk ayat,


terdapat penafsiran lainnya dari para ulama. Intinya, ada empat penafsiran mengenai ayat ini:
1. Mereka takut pada Allah, namun mereka tidak melihat-Nya. Inilah pendapat mayoritas ulama.
2. Mereka sangat takut akan siksa Allah walaupun mereka tidak melihat-Nya. Inilah
pendapat Maqotil.
3. Mereka takut pada Allah ketika tidak ada satu pun yang menyaksikan mereka. Inilah pendapat
Az Zujaj.
4. Mereka takut pada Allah jika mereka bersendirian (tidak tampak di hadapan manusia)
sebagaimana mereka takut jika mereka berada di hadapan manusia. Inilah pendapat Abu
Sulaiman Ad Dimasyqi.[3]
Tafsiran ketiga telah dijelaskan pada point sebelumnya. Tafsiran ketiga ini hampir sama dengan tafsiran
keempat.
Sedangkan tafsiran pertama dan kedua hampir sama. Untuk tafsiran pertama inilah yang kita sering lihat
pada terjemahan Al Quran (termasuk terjemahan DEPAG RI) sebagaimana pendapat jumhur (mayoritas)
ulama. Sehingga biasanya ayat tersebut diartikan:


Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka. (QS. Al
Mulk: 12)
Berdasarkan tafsiran menunjukkan keutamaan dari orang yang berbuat ihsan. Mereka akan
mendapatkan dua keutamaan yang disebutkan dalam lanjutan ayat,


Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al Mulk: 12)
Lalu apa yang dimaksud ihsan? Pengertian ihsan dalam ibadah sebagaimana ditafsirkan oleh
Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits jibril. Ketika ditanya oleh Jibril yang berpenampilan Arab
Badui- mengenai ihsan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak
mampu melihat-Nya, Allah akan melihatmu.
Dalam pengertian ihsan ini terdapat dua tingkatan. Tingkatan pertama disebut
tingkatan musyahadah yaituseseorang beribadah kepada Allah, seakan-akan dia melihat-Nya. Perlu
ditekankan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah bukan melihat zat Allah, namun melihat sifat-sifat-
Nya. Apabila seorang hamba sudah memiliki ilmu dan keyakinan yang kuat terhadap sifat-sifat Allah, dia
akan mengembalikan semua tanda kekuasaan Allah pada sifat-sifat-Nya. Dan inilah tingkatan tertinggi
dalam derajat Ihsan.
Tingkatan kedua disebut dengan tingkatan muroqobah yaitu apabila seseorang tidak mampu
memperhatikan sifat-sifat Allah, dia yakin Allah melihatnya. Dan tingkatan inilah yang banyak dilakukan
oleh banyak orang. Apabila seseorang mengerjakan shalat, dia merasa Allah memperhatikan apa yang
dia lakukan, lalu dia memperbagus shalatnya.
Keutamaan Beriman pada yang Ghoib
Berdasarkan salah satu penafsiran surat Al Mulk ayat 12, ayat ini menunjukkan keutamaan beriman pada
yang ghoib dan keutamaan meyakini adanya kedekatan Allah ketika sendirian atau pun terang-
terangan.[7]
Khouf (Takut) yang Membuat Seseorang Menjauh dari Maksiat
Dari ayat ini juga menunjukkan bahwa dengan rasa khouf (takut) membuat seseorang menjauh dari
maksiat. Sehingga ketika seseorang mau terjerumus dalam maksiat hendaklah ia memperkuat rasa takut
pada Allah. Jangan malah ketika mau terjerumus dalam maksiat ia kedepankan roja (harap) pada Allah.
Ketika berbuat maksiat malah ia ingat-ingat bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat.
Ini sikap yang keliru, malah ia akan terus menerus dalam dosa. Yang benar, ketika seseorang dalam
keadaan mau terjerumus dalam maksiat, hendaklah ia kedepankan rasa khouf (takut) pada Allah. Namun
ketika ia dalam kondisi sudah terjerumus dalam berbagai maksiat, maka hendaklah ia kedepankan rasa
roja (harap) ketika itu.
Tujuannya apa? Tujuannya, jika seseorang mengedapankan rasa takut pada Allah ketika hendak berbuat
maksiat, maka ia pasti akan mengurungkan berbuat maksiat. Sedangkan mengedepankan rasa harap
ketika bergelimang dosa akan membuatnya tidak berputus asa dari rahmat Allah. Perhatikanlah
perbedaan dua hal ini.
Luasnya Ilmu Allah
Segala sesuatu itu sama di sisi Allah baik yang dilirihkan maupun yang dikeraskan. Tidak ada yang
samar sedikit pun baginya. Allahh Taala berfirman,


Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
(QS. Al Mulk: 13)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada dalam hati berupa berbagai niat
dan keinginan. Bagaimanakah lagi dengan perkataan dan perbuatan yang Allah dengar dan lihat?!
Inilah dalil logika yang menunjukkan keluasan ilmu Allah.[11] Kemudian Allah membuktikan hal ini
dengan mengatakan,
14( )
Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia
Maha Halus lagi Maha Mengetahui? (QS. Al Mulk: 14). Maksud ayat ini adalah: Apakah mereka tidak
mengetahui Allah yang Maha Lathif dan Khobir?[12]
Allah Itu Lathif dan Khobir
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,


Allah itu Lathif, maksudnya mengetahui segala sesuatu secara detail. Dan Khobir, maksudnya
mengetahui segala yang tersembunyi (samar). Hal ini menunjukkan luasnya ilmu Allah terhadap segala
sesuatu.
Syaikh Musthofa Al Adawi hafizhohullah mengatakan makna Al Lathif itu ada 2:
1. Allah mengetahui segala sesuatu secara detail.
2. Allah selalu berbuat baik, penyayang terhadap hamba-hambaNya.
Allah Menundukkan Bumi dan Beri Kemudahan untuk Dijelajahi
Allah Taala selanjutnya berfirman,



Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebahagian dari rezki-Nya. (QS. Al Mulk: 15).
Manakibiha dalam ayat di atas ada tiga tafsiran, yaitu:
1. Jalan, sehingga maknanya, Maka berjalanlah di segala jalan. Ini adalah pendapat Ibnu Abbas
dan Mujahid.
2. Gunung, sehingga maknanya, Maka berjalanlah di setiap gunung. Jika gunung saja mampu
ditempuh, maka lebih-lebih daerah yang rendah di bawahnya. Ini adalah pendapat Ibnu Abbas
lainnya, pendapat Qotadah dan Az Zujaj.
3. Penjuru, sehingga maknanya, Maka berjalanlah di setiap penjuru bumi. Ini adalah pendapat
Maqotil, Al Farro, Abu Ubaidah, dan Ibnu Qutaibah.

Maksudnya lakukanlah perjalanan ke mana saja kalian kehendaki dari seluruh belahannya serta
bertebaranlah kalian di segala penjurunya untuk menjalankan berbagai macam usaha dan perdagangan.
Dan ketahuilah bahwa usaha kalian tidak akan membawa manfaat bagi kalian sama sekali kecuali jika
Allah memudahkannya untuk kalian. Oleh karena itu Allah berfirman: wa kuluu mir rizkiHii (dan makanlah
sebagian dari rizky-Nya) dengan demikian, usaha yang merupakan sarana sama sekali tidak
bertentangan dengan tawakkal. Wa ilaiHin nusyuur (Dan hanya kepada-Nya lah kamu [kembali setelah]
dibangkitkan.) maksudnya, tempat kembali pada hari kiamat kelak. Ibnu Abbas, Mujahid, as-Suddi, dan
Qatadah mengatakan: Kata manaakibiHaa berarti ujung, belahan, dan penjurunya. Sedangkan Ibnu
Abbas dan Qatadah mengemukakan: ManaakibiHaa berarti gunung-gunung.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi menjelaskan ayat di atas, Sesungguhnya


Allah yang menundukkan bumi bagi kalian agar kalian bisa memenuhi berbagai kebutuhan
(hajat) kalian. Ini menunjukkan nikmat Allah dengan memberikan segala kemudahan bagi
setiap manusia. Maka Allah-lah yang pantas dipuji dan disanjung.
Tawakkal Bukan Berarti Meninggalkan Kerja dan Usaha
Dalam surat Al Mulk ayat 15 di atas juga menunjukkan disyariatkannya berjalan di muka bumi untuk
mencari rizki dengan berdagang, bertani, dsb. Ini menunjukkan bahwa tawakkal bukan berarti
meninggalkan kerja dan usaha. Sahl At Tusturi mengatakan, Barangsiapa mencela usaha
(meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan). Barangsiapa
mencela tawakkal (tidak mau bersandar pada Allah) maka dia telah meninggalkan keimanan. (Jaamiul
Ulum wal Hikam). Silakan lihat pembahasan selengkapnya di sini.

Hanya Kepada Allah-lah Tempat Kembali


Allah Taala berfirman,


Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. Al Mulk: 15)
Ibnul Jauzi menafsirkan, Kalian akan dibangkitkan dari kubur-kubur kalian.[18] Hal ini menunjukkan
adanya hari berbangkit dan hari pembalasan.
Demikian beberapa faedah tafsir surat Al Mulk untuk saat ini. Semoga kita selalu dimudahkan oleh Allah
untuk mentadabburi (merenungkan) kitab-Nya yang mulia.

Yang demikian ini juga merupakan bagian dari kelembutan sekaligus rahmat-Nya bagi semua
makhluk-Nya, dimana Dia kuasa untuk mengadzab mereka karena kekufuran sebagian mereka kepada-
Nya serta peribadahan mereka kepada selain-Nya. Meskipun demikian, Dia tetap bersabar, memberi
maaf, serta memberi tangguh dan tidak menyegerakan siksaan.

Surat al-Mulk ayat 15 sd 30 : Ancaman Allah kepada orang-orang kafir


) (


) (
)
(

) (



) (

) (
) (



) (




)
) ( (
)(

) (
Artinya :
16. Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi
ketika tiba-tiba ia terguncang?17. Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak
akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana
(akibat mendustakan) peringatan-Ku.18. Dan sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah
mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka betapa hebatnya kemurkaan-Ku!19. Tidakkah mereka
memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka?
Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala
sesuatu.20. Atau siapakah yang akan menjadi bala tentara bagimu yang dapat membelamu selain
(Allah) Yang Maha Pengasih? Orang-orang kafir itu hanyalah dalam (keadaan) tertipu.21. Atau siapakah
yang dapat memberi kamu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Bahkan mereka terus menerus dalam
kesombongan dan menjauhkan diri (dari kebenaran).22. Apakah orang yang merangkak dengan wajah
tertelungkupyang lebih terpimpin (dalam kebenaran) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan
yang lurus?23. Katakanlah, "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan
dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur. 24. Katakanlah, "Dia-lah yang
menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan. 25.
Dan mereka berkata, "Kapan (datangnya) ancaman itu jika kamu orang yang benar?" 26. Katakanlah
(Muhammad), "Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya ada pada Allah. Dan aku hanyalah
seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.
Pakar tafsir, al Fakhr ar-Razi dalam tafsirnya dan Abu Hayyan al Andalusi dalam tafsir al Bahr al
Muhith mengatakan:
Yang dimaksud ( man fissama-i) dalam ayat tersebut adalah malaikat. Ayat tersebut tidak
bermakna bahwa Allah bertempat di langit.Perkataan man iaitu siapa dalam ayat tadi berarti malaikat
bukan bererti Allah berada dan bertempat dilangit. Ia berdasarkan kepada ulama Ahli Hadith yang
menjelaskannya iaitu Imam Al-Hafiz Al-Iraqi dalam Kitab Amali bahawa Perkataan siapa pada ayat
tersebut bererti malaikat.

Kemudian, yang berada dilangit dan bertempat dilangit bukanlah Allah tetapi para malaikat
berdasarkan hadith Nabi bermaksud: Tidaklah di setiap langit itu kecuali pada setiap empat jari
terdapat banyak para malaikat melakukan qiyam, rukuk atau sujud . Hadith Riwayat
Tirmizi.Ketahuilah bahawa tempat tinggal para malaikat yang mulia adalah di langit pada setiap langit
penuh dengan para malaikat manakala bumi terkenal dengan tempat tinggal manusia dan jin. Maha suci
Allah dari bertempat samaada di langit mahupun di bumi.
Banyak hadis dan ayat yang menyebutkan man fissamawati (yang dilangit),penduduk
langit dan sebagainya, tapi itu semua adalah para malaikat. Seperti dalamsurat al-radu ayat 15
(ayat sajadah) : walillahi yasjudu man fissamawati walardhi thauan wa karhan wa dhilaaluhum bil
ghuduwwi wal aashaal artinya : Apa yang di langit dan Bumi, semuanya tunduk kepada Allah,
mau atau tidak mau, demikian juga bayang-bayang mereka diwaktu pagi dan petang (QS arradu
ayat 15)
Ayat 17
Perkataan
bermaksud melempar sesuatu dengan batu. Allah memberikan ancaman-
ancaman yang kuat dalam surah Mulk ini, karena tujuan surah ini adalah untuk membangunkan mereka
yang sudah lama tidur dalam kesesatan. Kalau kita tidur nyenyak, tentu susah untuk dibangunkan. Tidak
cukup dibangunkan dengan jam yang kecil, tapi harus dengan jam lonceng zaman kuno, yang akan
menggetarkan kamar tidur kita. Begitulah perumpamaan ancaman-ancaman Allah dalam ayat ini.

Dalam ayat sebelum ini, Allah memberikan ancaman dari bumi. Namun dalam ayat ini, Allah
menceritakan tentang adzab yang Allah diturunkan dari langit. Maknanya, Allah Taala bisa menurunkan
adzab-Nya dari bawah dan dari atas. Ke mana lagi kita bisa pergi? Allah memberikan ancaman dari
bawah dahulu karena memang kita bermula dari bawah. Amalan kita pun kita perbuat di atas bumi dan
kemudian baru diangkat ke langit.

Ayat 18
Umat-umat terdahulu telah diberikan kekayaan, akal yang pandai, badan sehat, bangunan-
bangunan besar lagi menjulang tinggi namun mereka mendustakan para Rasul Allah. Lihatlah bagaimana
kisah kaum Ad dan Tsamud di dalam alquran yang telah mendustakan para utusan Allah. Yaitu sebelum
orang-orang Musyrikin Mekkah itu, telah ada orang-orang yang mendustakan Nabi dan Rasul mereka.
Mereka tidak mau menerima ajakan tauhid dari Nabi dan mereka mengatakan bahwa kata-kata Nabi itu
adalah dusta belaka. Sekarang ini pun, masih ada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dusta itu
maksudnya menolak ayat alquran. Kalau sekarang orang ingkar, dahulu pun sudah ada orang yang
ingkar. Jadi, tidak ada sesuatu yang perlu diherankan. Itu adalah sunnatullah yang akan terus berlaku.
Dan akan ada saja orang yang menentang ajakan untuk mentauhid Allah.

Kejadian masa lampau, umat yang ditimpakan adzab Allah tersebut seharusnya dijadikan
pelajaran bagi umat-umat sesudahnya. Jangan sampai Allah sudah memberikan kesempatan untuk
bertaubat, tapi tidak digunakan untuk bertaubat, tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu ajal
menjemput. Jika ajal sudah menjemput, tidak ada lagi kesempatan untuk bertaubat kepada Allah. Pada
gilirannya, ia akan mengalami kehidupan sengsara secara abadi.

( Maka alangkah hebatnya



Betapa Allah Taala telah mengingatkan secara keras,
kemurkaan-Ku); yaitu bagaimana pengingkaran-Ku terhadap mereka, yaitu sangat dahsyat, sakit, lagi
sangat pedih. Ataupun bagaimanakah adzab yang Allah akan timpakan kepada mereka yang ingkar
kepadaNya semasa di dunia. Kita masih bisa melihat tempat-tempat adzab yang telah diturunkan kepada
manusia sebelum kita. Seperti Laut Mati dan sebagainya.
Perkataan
bisa juga diartikan sebagai adzab. Tapi kenapa Allah tidak menggunakan
perkataan adzab dalam ayat ini? Dari segi bahasa, perkataan diambil dari kata dasar yang
bermaksud tidak diketahui. Ia bermaksud adzab yang tidak diketahui dari mana ia datang, atau kapan
ianya akan datang. Adzab dari bumi yang diancam dan adzab dari langit itu bisa datang kepada mereka
secara tiba-tiba. Ketika mereka senang menjalani kehidupan mereka dengan nyaman, Allah bisa
menurunkan adzab itu kepada mereka.

Ayat 19

( Dan apakah mereka tidak melihat burung-burung yang mengembangkan

dan mengatupkan sayapnya di atas mereka)
Allah Taala menyuruh kita melihat ke langit dan melihat bagaimana penciptaanNya kepada kemampuan
burung itu. Ayat ini merupakan teguran dan dorongan untuk melihat keadaan burung yang telah Allah
tundukkan, dan Dia tundukkan pula udara untuknya, burung tersebut mengembangkan sayapnya untuk
dapat terbang dan menggenggamnya untuk turun, ia selalu




Sesungguhnya Dia Maha Melihat terhadap segala sesuatu; Ayat ini bermaksud, dalam semua
perkara, Allah sedang melihat. Allah mengetahui apa yang sedang terjadi dan Dialah yang menyebabkan
terjadinya sesuatu itu.

Sekali lagi, struktur ayat ini lain dari kebiasaan bahasa Arab. Struktur yang normal adalah

. Tapi diubah struktur ayat itu untuk menunjukkan hanya Allah saja yang Maha Melihat segala-

galanya. Tidak ada yang lain yang bisa sampai ke tahap Allah. Tidak ada sembahan-sembahan lain.
Tidak ada tuhan-tuhan lain.

Oleh sebab itu, apapun yang disampaikan oleh alquran segera laksanakan, jangan ditunda-tunda,
karena sesungguhnya waktu ini terus berjalan. Dan manusia tidak mengetahui kapan ajalnya tiba. Ketika
kita meninggal dalam keadaan taat, tunduk, patuh kepada ajaran Allah dan Rasulnya, maka Allah Taala
akan mencatat orang tersebut termasuk orang-orang yang shalih.Inilah ayat-ayat tentang ancaman Allah
kepada orang-orang kafir dan bagi mereka yang menentang Allah dan Rasul-Nya.

Ayat 20-30

Dalam surat ini memang Allah sengaja membeberkan kepada hamba-Nya karena sudah
sangat banyak kenikmatan yang Allah berikan, sudah terlalu banyak ayat-ayat kekuasaan Allah
yang telah diperlihatkan hanya saja kita masih tuli, buta dan tertutup hatinya.Apakah kalian juga
masih tidak mempercayai Allah sedangkan kalian apabila Allah menurunkan sakit kepada kalian
apakah kalian bisa lari darinya? Bukankah Allahlah yang telah memberikan kalian kesembuhan,
kesehatan, kekuatan dan pertolongan?Memang hanya orang-orang kafirlah yang congkak lagi
mendustakan kekuasaan Allah.Pernahkah kalian berpikir, bagaimana apabila Allah menahan
rizki kita? Mungkin yang terpikir oleh kita hanya rizki yang berbentuk materi. Sebenarnya ada
yang lebih dari itu, misalkan bagaimana apabila Allah menyetop atau melarang kita menghirup
udara-Nya? Atau kita disuruh membayar oksigen yang telah kita hirup.
Seberapa banyak nikmat yang telah kita dustakan? Dan apakah kalian wahai orang-orang
kafir masih bersikeras terhadap pendirian kalian dan mengatakan bahwa orang yang berjalan
dengan keadaan terbalik akan sampai ke tujuan daripada orang yang berjalan tegak lurus?Rasul
suatu ketika menggambarkan kepada para sahabat, sebuah garis lurus dan satu lagi garis yang
berliku-liku. Lalu Rasul bertanya kepada para sahabatnya, Garis yang lurus ini bagaikan orang
yang beriman yang berjalan kepada jalan yang lurus, sedangkan garis yang berkelok-kelok ini
umpama orang kafir yang berjalan terbalik sehingga tidak dapat melihat sekeliling. Kira-kira
manakah yang akan sampai kepada tujuan dengan cepat dan selamat? Dan perumpamaan ini
berlaku untuk di dunia dan terlebih untuk akhirat.Kembali Allah sampaikan kepada mereka
tentang kekerasan mereka. Apakah kalian tidak melihat, bahwa Allahlah yang telah
menciptakan kalian dari tidak ada? maka akan sangat mudah dan mungkin untuk dapat
mengembalikan kalian ke wujud semula untuk mempertanggungjawabkan amal kalian.Dan
Allahlah yang telah memberikan kepada kalian rizki pendengaran, penglihatan dan hati nurani.
Yang mana kalian dengan semua karunia tadi apabila kalian menggunakan dengan maksimal
akan dapat sampai kepada hidayah Allah. Tapi kebanyakan kalian tuli, buta dan keras hati.untuk
urutan susunan pendengaran, penglihatan dan hati ini, ada beberapa hikmah yang disampaikan
oleh ulama, diantaranya :pertama, Bahwa urutan fungsi dari panca indera ketika masih bayi
adalah dari pendengaran setelah itu baru kepada penglihatan dan selanjutnya hati. Kedua, bahwa
urutan letak sel dan saraf kesadaran itu berutan dari pendengaran karena letaknya di depan,
berikutnya saraf penglihatan terletak dibelakang. Ketiga, bahwa semua itu hanya permisalan
yang seharusnya dapat mengantar kepada syukur atas semua kenikmatan-kenikmatan yang telah
Allah berikan. Tapi orang-orang kafir telah tertipu dengan angan-angan mereka.
Sedangkan hikmah mengapa Allah menyampaikan dengan bentuk jamak untuk
penglihatan dan hati sedangkan untuk pendengaran dalam bentuk mufrod. Bahwa segala sesuatu
yang kita dengar akan sama, apabila ada orang mengatakan A maka semua orang akan sama
perspsi dan hasilnya. Sedangkan untuk mata dan hati akan menghasilkan berbagai konklusi.
Kenapa Allah hanya menyampaikan tiga panca indera ini saja? Karena ketiga indera inilah yang
sangat fital bagi manusia. Ada Ulama yang memahaminya dengan perumpamaan itu mewakili
semua anggota tubuh, dengan maksud agar manusia bersyukur dengan nikmat itu. Inti dari ayat
tadi di atas adalah bahwa ternyata hanya sedikit yang bersyukur, dan syukur adalah tanda dari
iman.
Apakah dengan demikian apabila orang yang tidak diberikan rizki pendengaran,
penglihatan boleh protes kepada Allah? Tidak, ini adalah bukan sikap seorang mukmin. Setiap
orang mukmin akan mengambil hikmah dari setiap kejadian, baik yang menimpa dirinya atau
orang lain. Bukankah sering kita saksikan orang yang memiliki kekurangan secara fisik seperti
itu, Allah berikan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang yang normal. Ini semua
adalah keMaha Agungan dan Keadilan Allah. Kembali Allah mempertegas, sampaikan wahai
Muhammad, bahwa apakah kalian sudah lupa bahwa Allahlah menjadikan bumi initerhampar
sehingga kalian bisa bekerja, beranak pinak, bercocok tanam, berbisnis dan lain sebagainya tapi
ingat satu hal bahwa kalian akan dikumpulkan kembali di akhirat untuk
mempertanggungjawabkan amal kalian. Sesungguhkan kebaikan dan keburukan akan kembali
kepada kalian. Dalam surat Yasin yang telah kita kaji sebelumnya juga telah menyampaikan hal
yang senada, bahwa mereka orang-orang kafir mempertanyakan kepada Nabi Muhammad
apakah tulang-belulang yang seperti ini yang akan dikembalikan seperti semula? Mereka juga
menantang kepada Nabi Muhammad dan orang-orang mukmin, Kapankah hari pembalasan itu
akan datang? Percepatlah apabila kalian adalah orang-orang yang benar?. Hal ini juga
memberitahukan kepada kita kaum muslim agar selalu menghilangkan persepsi-persepsi yang
salah tentang Allah dan Rasul-Nya, tentang Islam, karena persepsi yang salah akan membentuk
jiwa yang salah pula. Misalkan, Apakah benar sih hari akhir akan datang? Benarkan
pembalasan dan pertanggungjwaban akan ada? dan lain sebagainya.
Katakanlah wahai Muhammad dan kaum muslim bahwa pengetahuan akan datangnya
hari akhir hanya Allahlah yang tahu. Kami hanyalah memberikan peringatan yang jelas. Dan
mengapa tidak diberitahukan dari sekarang kapan datangnya hari kiamat? Salah satu hikmahnya
adalah agar kita selalu berlomba-lomba dalam mencari hidayah dan beramal baik. Ketika mereka
telah dihadapkan dengan kematian, dengan pertanyaan kubur, dengan perhitungan amal, dengan
pembalasan maka wajah mereka akan menjadi muram durja, ketakutan, menyesal, kecewa yang
tak tergambarkan karena waktu mereka telah habis. Dan tibalah saat yang mereka minta
disegerakan itu. Katakan wahai Muhammad, Kami dan orang-orang yang bersama kami juga
akan mati, apakah kalian wahai orang-orang kafir merasa tidak akan mati? Kalian juga akan
mati, hanya saja mati kami dan kalian berbeda. Hanya kepada Yang Maha Pengasihlah kami
beriman dan bertawakkal, suatu saat nanti kalian akan tahu hal yang sebenarnya, siapakah yang
dalam kebenaran hakiki dan siapakah yang dalam kesesatan yang nyata. Tidak hanya sampai di
situ ayat-ayat yang Allah paparkan kepada mereka khususnya dan kepada kita umumnya. Kita
diajak untuk membayangkan bagaimana apabila semua air yang ada di dunia ini dikeringkan
oleh Allah, baik air yang berguna untuk kita minum, menyuburkan tanah dan lain sebagianya,
sampai kepada air yang berada dalam tubuh kita. Kemanakah kita akan mencari kembali air itu?
Siapakah yang dapat mendatangkan air itu selain Allah? Hanya orang-orang yang benar-benar
tertutup dan keras hatinyalah yang kafir.
KESIMPULAN

Pokok-Pokok isi Surat Al-Mulk :

1. Hidup dan mati ujian bagi manusia;


2. Allah menciptakan langit berlapis-lapis dan semua ciptaan-Nya mempunyai keseimbangan
3. perintah Allah untuk memperhatikan isi alam semesta;
4. azab yang diancamkan terhadap orang-orang kafir; dan janji Allah kepada orang-orang
mu'min;
5. Allah menjadikan bumi sedemikian rupa hingga mudah bagi manusia untuk mencari rezki;
6. peringatan Allah kepada manusia tentang sedikitnya mereka yang bersyukur kepada ni'mat
Allah.
Mengenai hubungan surat al-mulk dengan filsafat pendidikan adalah salah satunya Meyakini
adanya yang ghoib seperti yang telah disebutkan dalam ayat 12, jadi mengajar itu harus
memperkenalkan anak pada yang ghaib yaitu seperti pencipta, malaikat, iblis dan jin. Dan Bukan
hanya sekedar mengajarkan yang ghoib, tetapi juga bagaimana cara meyakininya, begitu juga
kontekstualisasi materi yang tidak ghoib dengan nilai-nilai ghaibiyah-Nya (Nilai-nilai Ke-esaan
Allah).
Dan juga kita harus ingat Akal dan ilmu manusia bisa berkembang tetapi tetap ada batasnya.
Sedangkan ilmunya Allah tiada terbatas dan merupakan kebenaran yang hakiki.

DAFTAR PUSTAKA

https://alquranmulia.wordpress.com/2013/09/23/tafsir-ibnu-katsir-surah-al-mulk-1/

http://izzati-site.blogspot.com/2013/06/dalil-al-quran-hadits-dan-pendapat.html

http://tafsirmic.blogspot.com/2008/04/kajian-tafsir-sabtuan-surat-al-mulk.html

http://pujicaremu.wordpress.com/tafsir/tafsir-q-s-al-mulk-1-5/

http://pujicaremu.wordpress.com/tafsir/tafsir-q-s-al-mulk-1-5/

http://www.konsultasisyariah.com/keutamaan-surat-al-mulk/

http://rumaysho.com/tafsir-al-quran/faedah-surat-al-mulk-keutamaan-takut-pada-allah-di-kala-sepi-818

[1] http://hujantelahreda.blogspot.com/2010/12/tafsir-surat-al-mulk-kerajaan.html
[2] http://darussalam-online.com/kajian/sabtu-malam/lanjutan-tafsir-surat-al-mulk-ayat-6-11/

[3] http://rumaysho.com/tafsir-al-quran/faedah-surat-al-mulk-keutamaan-takut-pada-allah-di-kala-sepi-818

Anda mungkin juga menyukai