Makalah Anti Korupsi
Makalah Anti Korupsi
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam
juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Selangkah dan seiring bahu
dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan-Nya telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan. Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah
Pendidikan Anti Korupsi pada Program Studi Ilmu hukum Universitas Pancasakti Tegal, dengan
ini saya mengangkat judul “PERAN MAHASISWA TERHADAP PENDIDIKAN ANTI
KORUPSI BAGI GENERASI MUDA” Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena
itu saya sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Permasalahan....................................................................................................................5
1.3 Metodologi........................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORITIK TINDAK PIDANA KORUPSI................................................................6
2.1 Pengertian Tindak Pidana Korupsi...................................................................................6
2.2 Pendidikan Anti Korupsi...................................................................................................7
BAB III............................................................................................................................................8
PEMBAHASAN..............................................................................................................................8
3.1 Definisi Korupsi................................................................................................................8
3.2 Bentuk Tindak Pidana Korupsi.......................................................................................10
3.3 Mengasuh Antikorupsi di Rumah..................................................................................11
3.4 Pendidikan Antikorupsi di Sekolah.................................................................................13
BAB IV..........................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Berdasarkan paparan diatas peneliti tertarik untuk membahas mengenai peran dari
mahasiswa terhadap pendidikan anti korupsi yang akan berguna untuk menumbuhkan pendidikan
anti korupsi bagi generasi muda. Mengetahui upaya prefentif tentunya menjadi sangat penting
dalam mendukung dalam memberikan jawaban-jawaban atas telaah praktik maupun teoritik.
1.3 Metodologi
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan
yuridis normatif, spesifikasi penelitian yang digunakan yaitu deskriptif. Pendekatan Normatif
yaitu mempergunakan sumber-sumber data sekunder saja yaitu peraturan perundang-undangan,
teori-teori hukum dan pendapat-pendapat para sarjana hukum. Berkaitan dengan analisis data
dilakukan secara kualitatif. Pendekatan Kualitatif digunakan karena merupakan proses analisis
data tanpa menggunakan rumus dan angka-angka yang berasal dari informasi-informasi hasil
studi kepustakaan yaitu data yang diambil dari instansi-instansi terkait maupun hasil pengamatan
dalam penelitian yang dilakukan dengan masalah yang dibahas tersebut.
BAB II
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk kepentingan
sendiri dan sebagainya;
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan
tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk,
menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena
pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam
kedinasan di bawah kekuasaan jabatan. Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang
dimaksud corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan
keuangan negara (Subekti dan Tjitrosoedibio : 1973).Selanjutnya Baharudin Lopa mengutip pendapat
David M. Chalmers, menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut
masalah penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut
bidang kepentingan umum. Hal ini diambil dari definisi yang berbunyi “financial manipulations and
deliction injurious to the economy are often labeled corrupt” (Evi Hartanti: 2008). Korupsi di Indonesia
bagaikan suatu “penyakit” yang sukar disembuhkan dan merupakan suatu fenomena yang kompleks.
Untuk memberantas korupsi di Indonesia tidak cukup hanya dengan melakukan suatu tindakan represif,
namun yang lebih mendasar lagi adalah melakukan tindakan preventif atau pencegahan. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan melalui tindakan preventif ini adalah dengan menumbuhkan kepedulian untuk
melawan berbagai tindakan korupsi, dan sekaligus juga mendidik generasi muda dengan menanamkan
nilai-nilai etika dan moral yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak hal yang dapat
dilakukan, misalnya melalui kampanye publik, maupun melalui penanaman nilai-nilai moral dan etika
yang dapat dimasukkan dalam kurikulum pada berbagai level terutama pada level pendidikan awal seperti
SD, SMP dan SMA. Dengan upaya ini diharapkan mereka dapat tumbuh menjadi generasi yang “bersih”
dan “anti korupsi” sekaligus menjadi contoh bagi generasi sesudahnya dan sebelumnya. Kesadaran dan
kepedulian masyarakat perlu ditumbuhkan melalui berbagai cara, antara lain dengan mencanangkan
”Gerakan Anti Korupsi”, yang menandai komitmen berbagai elemen masyarakat dalam memberantas
korupsi. Selama ini upaya menumbuhkan generasi yang bersih dan anti korupsi ini telah dilakukan
melalui kerjasama antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selaku lembaga pemerintah, Depdiknas
dan sekolah sebagai pelaksanaan pasal 13 UU. No. 30 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, yaitu bahwa KPK menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi bekerja sama dengan
Depdiknas pada setiap jenjang pendidikan melalui sosialisasi, komunikasi, dan pendidikan. Tujuan
pembelajaran pendidikan antikorupsi adalah: 1) pada saat terjun ke masyarakat siswa telah mendapat
bekal yang cukup untuk dapat memahami etika di setiap level “ social leaders ” yang dijalaninya, 2)
memahami secara komprehensif pentingnya etika baik di sektor publik maupun di sektor privat, 3)
mengenali dan memahami dampak buruk korupsi terhadap kepercayaan masyarakat dan persaingan di
dunia internasional, dan 4) memiliki keberanian dan kebijaksanaan untuk memberantas korupsi
(Sjahruddin, 2006). Saat ini, sadar atau tidak sadar, korupsi sudah merasuk kesegala sendi-sendi
kehidupan bangsa kita. Perilaku dan tabiat ini sangat susah luar biasa ditanggulangi, perlu upaya luar
biasa juga untuk membrangusnya dari bumi Indonesia. Salah satu langkah awal Indonesia untuk
menanggulangi korupsi dengan membentuk Komisi Pembrantasan Korupsi (KPK) tahun 2002. Lembaga
ini sudah memberikan harapan besar pada rakyat Indonesia untuk membrantas korupsi. Dari eksekutif,
legislatif hingga yudikatif pernah merasakan ‘baju khas’ KPK itu, meskipun begitu, KPK tidak bisa
bekerja sendiri, karena lembaga ini hanya terfokus pada korupsi puncak ‘Gunung Es’. Untuk korupsi
yang ‘recehan’ belum tersentuh. Kini sudah 70 tahun Indonesia menghirup udara kebebasan, pertanyaan
dibenak kita adalah mau sampai kapan kita akan menunggu negara Indonesia ‘hancur’ karena korupsi?
Dimana letak kesalahan kita sampai Indonesia menempati negara terkorup nomor 89 dari 180 negara
didunia? Pembrantasan korupsi yang dilakukan harus mengena semua, tidak hanya kelas ‘kakap’, tapi
juga korupsi kelas ‘teri’. Memang pekerjaan yang maha berat, tapi bukan tidak mungkin, bila upaya
preventifnya kita temukan, maka ‘bibit-bibit’ korupsi akan tertanggulangi. Adapun upaya preventif yang
akan digunakan untuk menumbuhkan pendidikan anti korupsi bagi generasi muda
1. Melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan keuangan Negara
2. Menyalahgunakan kewenangan untuk kepentingan diri sendiri dan dapat merugikan keuangan
Negara
3. Menyuap pegawai negeri
4. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya
5. Pegawai negeri menerima suap
6. Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya
7. Menyuap hakim
8. Menyuap advokat
9. Hakim dan advokat menerima suap
10. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan
11. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi
12. Pegawai negeri merusakkan bukti
13. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
14. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti
15. Pegawai negeri memeras
16. Pegawai negeri memeras pegawai yang lain
17. Pemborong berbuat curang
18. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
19. Rekanan TNI/Polri berbuat curang
20. Pengawas rekanan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
21. Penerima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
22. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain
23. Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya
24. Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK
25. Merintangi proses pemeriksaan
26. Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaannya
27. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
28. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu
29. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan
palsu
30. Saksi yang membuka identitas pelapor
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa upaya preventif yang dapat
dilakukan untuk menumbuhkan pendidikan antikorupsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
Mengasuh Antikorupsi di Rumah dan Sekolah Antikorupsi di Sekolah. Diharapkan dengan
melakukan dua upaya preventif diatas maka generasi muda kita tidak tertarik untuk melakukan
budaya korupsi, dan dengan pasti serta keyakinan mengatakan bahwa katakan TIDAK untuk
KORUPSI.
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL
Agustian, Ary Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
ESQ. Jakarta: Arga Publising.
Andi Hamzah, 2014, Pemberantasan korupsi melalui hukum pidana nasional dan internasional,
Rajawali Pers, Jakarta
Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia (Normatif, Teoritis, Praktik dan
Masalahnya), PT. Alumni, Bandung, 2007
Mahfud MD, Prof. Dr. Moh. 2006. Bunga Rampai Politik dan Hukum. Semarang: Rumah
Indonesia.
Miles. Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis data Kualitatif. Terjemahan
Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press.
BUKU :