Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Penilaian Status Gizi

Tentang Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan pada Remaja dan
Orang Dewasa

Dosen Pembimbing:

 Dr. Gusnedi,STP,MPH.
 Edmon,SKM, M.Kes.
 Marni Handayani,S.SiT,M.Kes.
 Rina Hasniyati,SKM,M.Kes.
Instruktur:
 Heriawita, SKM, M.Kes
 Melly Zulmiwarta, A.Md. Gz
 Kiki Rizki Amelia Myeva,S.ST
 Dini Yualiska,S.Tr. Gz.
Oleh: Ahlia Ryanti Putri (192210689)

Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika 2B

Politeknik Kesehatan Kemenkkes RI Padang

T.A. 2020/2021
Judul Praktek :

Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan pada Remaja dan Orang Dewasa

Hari/Tanggal : Selasa/ 10 November 2020

Alat/Bahan :

 Sampel remaja dan dewasa yang akan diukur


 Alat Ukur (Timbangan digital, microtoise)
 Alat Tulis

Prosedur/Langkah-langkah:

1. Pengukuran Berat Badan


Persiapan
1. Ambil timbangan dari kotak karton dan keluarkan dari bungkus plastiknya
2. Pasang baterai pada bagian bawah alat timbang (perhatikan posisi
Baterai)
3. Pasang 4 (empat) kaki timbangan pada bagian bawah alat timbang (kaki
timbangan harus dipasang dan tidak boleh hilang)
4. Letakan alat timbang pada lantai yang datar
5. Responden yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki dan jaket
serta mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci.
Penimbangan
1. Aktifkan alat timbang dengan cara menekan tombol sebelah kanan (warna
biru). Mula-mula akan muncul angka 8,88, dan tunggu sampai muncul angka
0,00. Bila muncul bulatan (O) pada ujung kiri kaca display, berarti timbangan
siap.
2. Responden diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah
alat timbang tetapi tidak menutupi jendela baca
3. Perhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, sikap tenang
dan kepala tidak menunduk (memandang lurus
kedepan)
4. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan tunggu sampai angka
tidak
berubah (statis)
5. Catat angka yang terakhir (ditandai dengan munculnya tanda bulatan O
diujung
kiri atas kaca display) dan isikan pada kolom: Berat Badan pada formulir
RKD_IND. Bagian Xl. No I. Angka hasil penimbangan dibulatkan menjadi
satu digit misal 0,51 - 0,54 dibulatkan menjadi 0,5 dan 0,55 - 0,59 dibulatkan
menjadi 0.6
6. Minta Responden turun dari alat timbang
7. Alat timbang akan off secara otomatis..

2. Pengukuran Tinggi Badan


Pengukuran tinggi badan (cm) dimaksudkan untuk mendapatkan data
tinggi badan, agar dapat diketahui status gizi penduduk usia remaja atau dewasa.
Alat : Pengukur tinggi badan yakni mikrotoa dengan kapasitas ukur 2 meter
dan ketelitian 0,1 cm.
Persiapan
1. Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang microtoise di dinding
agar tegak lurus.
2. Letakan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari bandul tersebut
dan menempel pada dinding. Dinding jangan ada lekukan atau tonjolan
(rata).
3. Tarik papan penggeser tegak lurus keatas, sejajar dengan benang berbandul
yang tergantung dan tarik sampai angka pada jendela baca menunjukkan
angka 0. Kemudian dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas
microtoise.
4. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi perekat pada posisi
sekitar 10 cm dari bagian atas microtoise.
Pengukuran
1. Minta responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup kepala).
2. Pastikan alat geser berada diposisi atas.
3. Reponden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.
4. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel
pada dinding tempat microtoise di pasang.
5. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas. Gerakan
alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden.
6. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala responden. Dalam keadaan ini
bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada dinding.
7. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar (ke
bawah ) Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah,
sejajar dengan mata petugas.
8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di atas
bangku agar hasil pembacaannya benar.
9. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang koma
(0,1 cm). Contoh 157,3 cm; 160,0 cm; 163,9 cm.

Hasil :

No. Nama Sampel BB (Kg) TB Pengukur(cm) TB Supervisor(cm)


I II I II
1. Afla Bahirah 38,3 159 159,1 158,5 158,5
Yuheri
2. Alifia Putri Zanni 68,1 161,2 161 160,5 160,6
3. Anggi Ariska 54,8 156,8 156,6 156,6 156,7
4. Annisa Jihan 54,4 161,4 161,4 160,5 160,5
Faroha
5. Aufa Mufidah 46,7 149,7 149,4 149,2 149,3
6. Aulya Okta Yunas 71,2 162 161,6 161 161
7. Citra Maharani 37,9 148,1 148,4 147,9 147,9
8. Dina Yusela 65,5 152 152,1 151,8 151,9
9. Dinda Sri Kinanti 51,2 149,6 149,6 149,5 149,6
Pembahasan/Tinjauan Pustaka:

1. Berat Badan
Berat Badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan
normal, di mana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan anatara konsumsi dan
kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan
berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berat
badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi
gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau
penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi
dalam konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan
yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni,
2012).
2. Tinggi Badan
Tinggi badan adalah antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Tinggi badan merupakan satu parameter yang dapat melihat keadaan status gizi
sekarang dan keadaan yang lalu. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi
masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang
gizi pada masa balita. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi
gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa, dkk.
2001).
Tinggi badan merupakan salah satu indikator penentuan kualitas gizi pada
seseorang. Faktor yang mempengaruhi tinggi badan adalah hereditas dan zat gizi yang
diperoleh dari makanan sehari-hari. Gizi makanan sangat penting dalam membantu
pertumbuhan tinggi badan anak. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, prevalensi anak usia
5-12 tahun yang memiliki tubuh pendek adalah 30,7% (12,3% sangat pendek dan 18,4%
pendek). Bila dibandingkan dengan prevalensi sangat pendek tahun 2010 mengalami
penurunan dari 18,5% menjadi 12,3%, namun prevalensi pendek justru mengalami
peningkatan dari 17,1% menjadi 18,4%. Di Indonesia persoalan tinggi badan anak yang
kurang adalah cermin rendahnya konsumsi pangan (daging, ikan, telur, dan susu) sebagai
sumber protein dan kalsium (Khomsan, 2012).
Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk indeks TB/U (tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) jarang dilakukan
karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.
Pengukuran tinggi badan dilakukan pada anak yang telah berdiri sendiri tanpa bantuan
orang lain menggunakan alat pengukur tinggi (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1
cm.
3. IMT
Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa tubuh merupakan pengukuran yang
membandingkan berat dan tinggi badan seseorang. Formula IMT digunakan diseluruh
dunia sebagai alat diagnosa untuk mengetahui berat badan yang underweight, normal,
overweight dan obesitas. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai
pengganti dipakai Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu
perbandingan berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter).
Indeks massa tubuh, merupakan perhitungan yang didapatkan dari membagi berat
badan (dalam kilogram) dengan ukuran tinggi badan (dalam meter). Nilai IMT,
merupakan salah satu acuan untuk melihat posisi berat badan Anda.IMT dapat dibagi
menjadi kekurangan berat badan, berat badan normal, kelebihan berat badan, dan
obesitas. Nilai IMT merupakan salah satu pengukuran, yang dilihat oleh dokter untuk
menilai risiko Anda mengalami suatu penyakit kronis, seperti jantung dan diabetes.Cara
menghitung IMT yang tepat, dapat dilihat menggunakan rumus di bawah ini:
IMT = Berat badan (dalam kg) : Tinggi badan (dalam m)²
Untuk usia lebih dari 20 tahun, menurut kriteria World Health Organization
(WHO) / International Association for the Study of Obesity (IASO) / International
Obesity Task Force (IOTF) dalam The Asia-Pasific Perspective : Redefining Obesity and
Its Treatment (2000) seperti dikutip oleh Sugondo (2007) untuk kawasan Asia Pasifik.
Berikut dapat dilihat pada table di bawah ini :
Mengacu pada data BB dan TB yang telah diukur maka dapat kita hitung IMT nya
adalah:
IMT= Berat Badan/ Tinggi badan x Tinggi badan (m2)

No. Nama Sampel BB (Kg) TB Pengukur(cm) Rata-rata IMT


I II TB I + TB (BB/TBxTB)
II (m)
1. Afla Bahirah 38,3 159 159,1 1,5905 15,9
Yuheri
2. Alifia Putri Zanni 68,1 161,2 161 1,611 26,2
3. Anggi Ariska 54,8 156,8 156,6 1,567 22,4
4. Annisa Jihan 54,4 161,4 161,4 1,614 20,92
Faroha
5. Aufa Mufidah 46,7 149,7 149,4 1,495 20,84
6. Aulya Okta Yunas 71,2 162 161,6 1,618 27,38
7. Citra Maharani 37,9 148,1 148,4 1,482 17,31
8. Dina Yusela 65,5 152 152,1 1,520 28,35
9. Dinda Sri Kinanti 51,2 149,6 149,6 1,496 22,85

Untuk menentukan status gizi kita menggunakan klasifikasi nasional. Karena


klasifikasi WHO kurang sesuai dengan standar Indonesia,IMT tiap benua umumnya
berbeda-beda. Dari table dapat disimpulkan bahwa:

No. Nama Sampel IMT Klasifikasi Nasional

1. Afla Bahirah 15,9 Kurus Berat


Yuheri
2. Alifia Putri Zanni 26,2 Gemuk Ringan
3. Anggi Ariska 22,4 Normal
4. Annisa Jihan 20,92 Normal
Faroha
5. Aufa Mufidah 20,84 Normal
6. Aulya Okta Yunas 27,38 Gemuk Berat
7. Citra Maharani 17,31 Kurus Ringan
8. Dina Yusela 28,35 Gemuk Berat
9. Dinda Sri Kinanti 22,85 Normal

Setelah didapatkan klasifikasinya didapatkan bahwa dari 9 sampel yang diperiksa


 Kurus Berat: 1 orang
 Kurus Ringan: 1 orang
 Normal: 5 orang
 Gemuk Ringan: 1 orang
 Gemuk Berat: 2 Orang
Resiko gangguan kesehatan apabila IMT rendah
 Malnutrisi, defisiensi vitamin, atau anemia
 Osteoporosis akibat terlalu sedikit asupan vitamin D dan kalsium
 Daya tahan tubuh berkurang
 Peningkatan risiko komplikasi apabila menjalani operasi
 Gangguan kesuburan bagi perempuan, akibat siklus menstruasi yang tidak lancar

Upaya untuk meningkatkan nilai IMT


 Pilih makanan sehat yang kaya dengan nutrisi
Cara terbaik untuk mendapatkan badan lebih berisi adalah bukan dengan
mengonsumsi sebanyak mungkin makanan berlemak dan berkadar gula tinggi,
melainkan memilih makanan sehat dengan kandungan gizi seimbang yang tepat.
Konsumsi lebih banyak buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, serta
sumber protein tanpa lemak seperti tahu, tempe, dan daging ayam tanpa kulit.
 Makan lebih sering
Orang dengan berat badan kurang sering merasa cepat kenyang. Daripada
makan dua hingga tiga kali sehari dalam porsi besar, lebih baik makan 5-6 kali
sehari dalam porsi-porsi yang lebih kecil.
 Mengonsumsi jus atau smoothies
Disarankan meminum kalori pada waktu makan, terutama saat tidak
berselera mengonsumsi camilan apa pun. Smoothies adalah minuman berbahan
dasar buah dan kacang yang dicampur susu atau yoghurt serta bahan-bahan lain
yang disatukan dan diblender. Hindari minuman bersoda, kopi, serta minuman
ringan lain yang tidak mengandung nutrisi. Bisa juga mengganti camilan dengan
segelas jus segar.
 Mengonsumsi camilan
Di sela-sela jam makan utama, konsumsi camilan bernutrisi seperti buah
kurma, jagung rebus, kacang kedelai, avokad, salad sayur. Sebisa mungkin batasi
makanan-makanan yang diolah dengan cara digoreng (gorengan) dalam rendaman
minyak jika ingin menambah berat badan.
 Tambahkan kalori
Tambahkan kalori dalam tiap makanan. Taburkan keju parut pada roti dari
biji-bijian utuh, atau telur dadar pada sup ayam. Meski demikian, tetap berhati-
hati dalam memilih makanan penambah kalori agar tidak mengakibatkan
kelebihan glukosa (gula darah) atau lemak tidak sehat dalam tubuh.
 Minum saat makan atau 30 menit sesudah makan
Minum banyak air sebelum makan dapat membuat tubuh kenyang.
Sebaliknya, minum di tengah makan atau 30 menit setelahnya, ini akan membuat
tubuh dapat menyerap lebih banyak kalori.
 Membiasakan diri untuk berolahraga
Olahraga yang melatih kekuatan dapat meningkatkan berat badan dengan
cara membentuk otot. Selain itu, olahraga juga bermanfaat untuk membangkitkan
nafsu makan Anda. Aerobik, angkat beban, bersepeda statis, berenang, dan berlari
adalah olahraga yang bisa dicoba. Padukan olahraga dengan konsumsi camilan
yang kaya protein, seperti susu cokelat rendah lemak. Minuman ini juga dapat
dikonsumsi sebelum tidur.
Resiko gangguan kesehatan apabila IMT tinggi
 Diabetes tipe 2
 Tekanan darah tinggi
 Penyakit jantung dan stroke
 Beberapa jenis kanker
 Apnea tidur
 Osteoartritis
 Perlemakan hati
 Penyakit ginjal
 Gangguan kehamilan, seperti diabetes gestasional dan preeklampsia
Upaya untuk menurunkan nilai IMT
Pilih Makanan dengan Gizi Seimbang

Makan teratur dan tidak melewatkan waktu makan, misalnya sarapan pagi, justru sangat
penting saat menurunkan berat badan. Pola makan tidak teratur akan membuat
semakin lapar dan cenderung makan berlebihan. Salah satu cara menurunkan berat badan
adalah dengan mengonsumsi beberapa makanan berikut ini:

 Beragam buah dan sayur minimal 5 porsi sehari, atau secara ideal 7-9 porsi. Dan
dapat menjadikannya sebagai camilan di antara waktu makan. Buah
merupakan camilan sehat .
 Makanan sumber karbohidrat, seperti roti, nasi, sereal, kentang dan pasta
sebanyak sepertiga dari porsi makan. Sumber karbohidrat terbaik adalah makanan
yang terbuat dari biji-bijian utuh (whole grain), seperti beras merah dan beras
hitam, buah, dan sayuran, misalnya bengkoang.
 Pilih sumber protein rendah lemak, seperti ikan. Makanlah ikan 2-3 kali
seminggu. Beberapa jenis ikan yang dapat dipilih antara lain salmon, tuna,
tongkol, dan ikan tenggiri. Pilihan makanan sumber protein lainnya adalah telur,
daging unggas, produk susu rendah lemak, daging tanpa lemak, dan kacang-
kacangan.

Sebaliknya ada beberapa jenis makanan yang perlu dibatasi selama menurunkan berat
badan:

 Daging dengan lemak, keju, mentega, susu, serta makanan yang digoreng. Pilih
yang memiliki kandungan kalori lebih rendah, seperti daging dada ayam atau susu
rendah lemak.
 Makanan gorengan. Sebaiknya pilih makanan yang diolah dengan cara dikukus,
direbus, atau dipanggang.
 Makanan asin atau tambahan garam pada makanan.
 Cokelat, biskuit, kue, dan makanan serta minuman manis lainnya.
 Makanan tinggi lemak, seperti makanan siap saji.

Kesimpulan :

Berat badan dan tinggi badan adalah dua hal yang saling berhubungan dalam rangka
menilai status gizi seseorang. Dengan melakukan pengukuran pada BB dan TB orang dewasa
atau remaja dapat menentukan status gizinya dan juga apakah penanganan yang dapat dilakukan
jika status gizinya bermasalah.
Daftar Pustaka :

Universitas Sumatera Utara. [Diakses Online] http://repository.usu.ac.id/. Pada tanggal 13

November 2020

https://www.sehatq.com/artikel/cara-menghitung-indeks-massa-tubuh-imt-yang-akurat. Diakses

pada tanggal 13 November 2020

https://www.alodokter.com/menambah-berat-badan-menjadi-lebih-ideal. Diakses pada tanggal

13 November 2020

Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Poltekkes Kemenkes Padang


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai