Tentang Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan pada Remaja dan
Orang Dewasa
Dosen Pembimbing:
Dr. Gusnedi,STP,MPH.
Edmon,SKM, M.Kes.
Marni Handayani,S.SiT,M.Kes.
Rina Hasniyati,SKM,M.Kes.
Instruktur:
Heriawita, SKM, M.Kes
Melly Zulmiwarta, A.Md. Gz
Kiki Rizki Amelia Myeva,S.ST
Dini Yualiska,S.Tr. Gz.
Oleh: Ahlia Ryanti Putri (192210689)
T.A. 2020/2021
Judul Praktek :
Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan pada Remaja dan Orang Dewasa
Alat/Bahan :
Prosedur/Langkah-langkah:
Hasil :
1. Berat Badan
Berat Badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan
normal, di mana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan anatara konsumsi dan
kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan
berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berat
badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi
gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau
penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi
dalam konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan
yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni,
2012).
2. Tinggi Badan
Tinggi badan adalah antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Tinggi badan merupakan satu parameter yang dapat melihat keadaan status gizi
sekarang dan keadaan yang lalu. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi
masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang
gizi pada masa balita. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi
gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa, dkk.
2001).
Tinggi badan merupakan salah satu indikator penentuan kualitas gizi pada
seseorang. Faktor yang mempengaruhi tinggi badan adalah hereditas dan zat gizi yang
diperoleh dari makanan sehari-hari. Gizi makanan sangat penting dalam membantu
pertumbuhan tinggi badan anak. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, prevalensi anak usia
5-12 tahun yang memiliki tubuh pendek adalah 30,7% (12,3% sangat pendek dan 18,4%
pendek). Bila dibandingkan dengan prevalensi sangat pendek tahun 2010 mengalami
penurunan dari 18,5% menjadi 12,3%, namun prevalensi pendek justru mengalami
peningkatan dari 17,1% menjadi 18,4%. Di Indonesia persoalan tinggi badan anak yang
kurang adalah cermin rendahnya konsumsi pangan (daging, ikan, telur, dan susu) sebagai
sumber protein dan kalsium (Khomsan, 2012).
Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk indeks TB/U (tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) jarang dilakukan
karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.
Pengukuran tinggi badan dilakukan pada anak yang telah berdiri sendiri tanpa bantuan
orang lain menggunakan alat pengukur tinggi (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1
cm.
3. IMT
Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa tubuh merupakan pengukuran yang
membandingkan berat dan tinggi badan seseorang. Formula IMT digunakan diseluruh
dunia sebagai alat diagnosa untuk mengetahui berat badan yang underweight, normal,
overweight dan obesitas. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai
pengganti dipakai Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu
perbandingan berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter).
Indeks massa tubuh, merupakan perhitungan yang didapatkan dari membagi berat
badan (dalam kilogram) dengan ukuran tinggi badan (dalam meter). Nilai IMT,
merupakan salah satu acuan untuk melihat posisi berat badan Anda.IMT dapat dibagi
menjadi kekurangan berat badan, berat badan normal, kelebihan berat badan, dan
obesitas. Nilai IMT merupakan salah satu pengukuran, yang dilihat oleh dokter untuk
menilai risiko Anda mengalami suatu penyakit kronis, seperti jantung dan diabetes.Cara
menghitung IMT yang tepat, dapat dilihat menggunakan rumus di bawah ini:
IMT = Berat badan (dalam kg) : Tinggi badan (dalam m)²
Untuk usia lebih dari 20 tahun, menurut kriteria World Health Organization
(WHO) / International Association for the Study of Obesity (IASO) / International
Obesity Task Force (IOTF) dalam The Asia-Pasific Perspective : Redefining Obesity and
Its Treatment (2000) seperti dikutip oleh Sugondo (2007) untuk kawasan Asia Pasifik.
Berikut dapat dilihat pada table di bawah ini :
Mengacu pada data BB dan TB yang telah diukur maka dapat kita hitung IMT nya
adalah:
IMT= Berat Badan/ Tinggi badan x Tinggi badan (m2)
Makan teratur dan tidak melewatkan waktu makan, misalnya sarapan pagi, justru sangat
penting saat menurunkan berat badan. Pola makan tidak teratur akan membuat
semakin lapar dan cenderung makan berlebihan. Salah satu cara menurunkan berat badan
adalah dengan mengonsumsi beberapa makanan berikut ini:
Beragam buah dan sayur minimal 5 porsi sehari, atau secara ideal 7-9 porsi. Dan
dapat menjadikannya sebagai camilan di antara waktu makan. Buah
merupakan camilan sehat .
Makanan sumber karbohidrat, seperti roti, nasi, sereal, kentang dan pasta
sebanyak sepertiga dari porsi makan. Sumber karbohidrat terbaik adalah makanan
yang terbuat dari biji-bijian utuh (whole grain), seperti beras merah dan beras
hitam, buah, dan sayuran, misalnya bengkoang.
Pilih sumber protein rendah lemak, seperti ikan. Makanlah ikan 2-3 kali
seminggu. Beberapa jenis ikan yang dapat dipilih antara lain salmon, tuna,
tongkol, dan ikan tenggiri. Pilihan makanan sumber protein lainnya adalah telur,
daging unggas, produk susu rendah lemak, daging tanpa lemak, dan kacang-
kacangan.
Sebaliknya ada beberapa jenis makanan yang perlu dibatasi selama menurunkan berat
badan:
Daging dengan lemak, keju, mentega, susu, serta makanan yang digoreng. Pilih
yang memiliki kandungan kalori lebih rendah, seperti daging dada ayam atau susu
rendah lemak.
Makanan gorengan. Sebaiknya pilih makanan yang diolah dengan cara dikukus,
direbus, atau dipanggang.
Makanan asin atau tambahan garam pada makanan.
Cokelat, biskuit, kue, dan makanan serta minuman manis lainnya.
Makanan tinggi lemak, seperti makanan siap saji.
Kesimpulan :
Berat badan dan tinggi badan adalah dua hal yang saling berhubungan dalam rangka
menilai status gizi seseorang. Dengan melakukan pengukuran pada BB dan TB orang dewasa
atau remaja dapat menentukan status gizinya dan juga apakah penanganan yang dapat dilakukan
jika status gizinya bermasalah.
Daftar Pustaka :
November 2020
https://www.sehatq.com/artikel/cara-menghitung-indeks-massa-tubuh-imt-yang-akurat. Diakses
13 November 2020