Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Survey Konsumsi Pangan

Tentang Food Recall

Dosen Pembimbing:

 Rina Hasniyati, SKM, M.Kes,


 Marni Handayani, SSiT, M.Kes,
 Dr. Gusnedi, STP, MPH
 Dr. Hermita Bus Umar, SKM, M.Kes

Oleh:

Ahlia Ryanti Putri (192210689)

Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika 2B

Politeknik Kesehatan Kemenkkes RI Padang

T.A. 2020/2021
Pokok Bahasan : Food Recall

Tujuan Praktikum : Mahasiswa dapat melakukan food recall

Alat dan bahan :

 Buku makanan
 Form food recall
 Laptop yang sudah terinstall aplikasi nutrisurvey

Prosedur kerja :

1. Lakukan wawancara food recall pada responden sesuai dengan prosedur


2. Setelah diisikan pada form food recall, masukan data ke nutrisurvey
3. Lakukan analisis

Tinjauan Pustaka :

Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan
makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Pada dasarnya metode ini
dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada masa lalu
(Suharjo dkk, 1986 dalam Sisiliay, 2015). Wawancara dilakukan sedalam mungkin agar
responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan yang dikonsumsinya beberapa hari
yang lalu. Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan menggunakan
kuesioner terstruktur (Supariasa et al, 2012). Agar wawancara berlangsung baik, maka
terlebih dahulu perlu disiapkan kuesioner (daftar pertanyaan). Kuisoner tersebut
mengarahkan wawancara menurut urutan waktu makan dan pengelompokan bahan makanan
(Riyadi, 2001 dalam Sisiliay , 2015).

Kuantitas pangan di recall meliputi semua makanan dan mimuman yang dikonsumsi
termasuk suplemen vitamin dan mineral (Gibson, 1990 dalam Sisiliay, 2015). Hal penting
yang perlu diketahui adalah dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih
bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah
konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok,
gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari
(Supariasa et al, 2012). Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data
yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh
karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut
(Supariasa et al, 2012).

Recall 24 jam perlu dilakukan beberapa hari secara berulang pada individu untuk
mendapatkan data individu tersebut (Gibson, 2005 dalam Supariasa ,2016). Hal ini juga
sejalan dengan Cameron dan Van Staveren (1988) dalam Silvia (2011) menyatakan bahwa
recall lebih dari 1 hari meningkatkan nilai korelasi antara asupan zat gizi dengan status gizi
dibandingkan dengan recall selama 1 hari. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa
minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat
gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu
(Sanjur,1997 dalam Supariasa dkk. 2016).

Hasil :

Setelah dilakukan food recall pada respon didapatkan data sebagai berikut

Nama : Jihan

Usia : 23 tahun

BB : 53 kg

TB : 160 cm

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


Pembahasan :

Food recall ialah dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan
mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada masa lalu (Suharjo dkk,
1986 dalam Sisiliay, 2015). Wawancara dilakukan sedalam mungkin agar responden dapat
mengungkapkan jenis bahan makanan yang dikonsumsinya beberapa hari yang lalu.
Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan menggunakan kuesioner
terstruktur (Supariasa et al, 2012).

Kuantitas pangan di recall meliputi semua makanan dan mimuman yang dikonsumsi
termasuk suplemen vitamin dan mineral (Gibson, 1990 dalam Sisiliay, 2015). Hal penting
yang perlu diketahui adalah dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih
bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah
konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok,
gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari
(Supariasa et al, 2012). Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data
yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh
karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut
(Supariasa et al, 2012).

Dalam praktikum kali ini, saya bersama teman saya melakukan food recall sederhana.
Dimana kami bergantian untuk mewawancarai dan berikut kebutuhan energi menurut AKG
2019 untuk wanita golongan usia 19-29 tahun

 Energi 2250 kalori


 Protein 60 gr
 Lemak 65 gr
 Karbohidrat 360 gr

Sedangkan dari hasil food recall responde kami mendapatkan kebutuhannya sebagai
berikut:

 Energi 2230,2 kalori


 Protein 87,2 gr
 Lemak 93,7 gr
 Karbohidrat 257 gr

Setelah didapatkan hasil food recall dan kebutuhan energi menurut AKG selanjutnya
dicari berapa persen kebutuhan yang telah terpenuhi dengan rumus:

% = Energi yang didapat dari wawancara x 100%

Energi menurut AKG 2019

Dari rumus maka didapatkan persentase kecukupan energi pada klien yakni:

 Energi 99,12%
 Protein 145,3%
 Lemak 144,15%
 Karbohidrat 71,39%

Pada umumnya kecukupan yang mencukupi jika telah mencapai 80% dari konsumsi
menurut AKG, tetapi tidak lebih dari 100%. Dari hasil yang telah didapat bahwa untuk
konsumsi energinya sudah cukup, untuk lemak dan protein masih berlebih sedangkan untuk
karrbohidratnya masih kurang dari 80%.

Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan beberapa hal, pertama untuk menyeimbangkan
konsumsi protein dengan mulai mengurangi porsi proteinnya karena pada pengonsumsian
ayam terlalu banyak untuk sekali makan. Sebaiknya, bisa dibagi lagi dan bisa diseimbangi
dengan konsumsi sayuran dan buah agar bisa seimbang.

Untuk lemak, mungkin penggunaan lemak bisa sedikit diminimalisir, untuk martabak
mungkin toppingnya bisa sedikit dikurangi karena keju dan margarin sama-sama
mengandung lemak sehingga membuat konsumsi lemak banyak. Selain itu, makanan yang
dikonsumsi rata-rata diolah dengan cara penggorengan sehingga memerlukan minyak yang
banyak dan membuat lemak yang dikonsumsi pun meningkat.

Untuk karbohidrat, konsumsi masih berada di bawah 80% dari kebutuhan hariannya,
maka untuk menyeimbangkan pola konsumsi karbohidrat bisa dengan menambah asupan
karbohidrat yang lain seperti kentang, ubi, talas, dan yang lainnya.
Meskipun menurut IMT responden termasuk normal, namun tetap saja asupan yang
dikonsumsi harus seimbang agar mempertahankan IMT untuk tetap normal.

Penggunaan buku makanan itu menunjukan berat matang pada makanan yang
dikonsumsi, sehingga sebelum mengentry data ke nutrisurvey harus dikonversikan terlebih
dahulu.

Dalam pengentryan data menggunakan nutrisurvey, bahan makanan di konversikan dulu


menjadi berat mentah karena untuk menghitung nilai gizi harus menggunakan berat mentah
bersih. Selain itu, untuk serapan minyak juga dicari sesuai dengan panduan yang sudah ada.

Kesimpulan :

Food recall merupakan wawancara antara enumerator dengan responden, dengan


menanyakan konsumsi yang dikonsumsi responden dalam 24 jam terakhir guna mendapatkan
kebiasaan makan serta mengetahui apakah yang dikonsumsi sudah mencukupi kebutuhan
energinya atau tidak.

Dalam melakukan food recall kita perlu memperhatikan URT, jumlah konsumsi makanan,
dan sebaik mungkin harus dilakukan berulang kali, agar dapat mengetahui pola konsumsi
makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Poltekkes Malang. https://www.poltekkes-malang.ac.id . [Diakses Pada] 8 April 2021.

AKG Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai