Anda di halaman 1dari 12

Antropometri

Pengukuran Pertumbuhan Tinggi Badan Pasien dengan Kondisi Normal


dan Kondisi berkebutuhan Khusus

GROUP 1 – GIZI 1A2

Anis Hikmatul Fitria (145070307111005)

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
1.1 Pengukuran panjang badan

Pengukuran panjang badan ini dilakukan pada bayi atau anak <2 tahun atau
belum dapat berdiri. Menggunakan alat pengukur panjang badan yang terbuat dari papan
kayu dinamakan infantometer/ Length measuring board . Pengukuran panjang badan
ini dilakukan dengan keadaan terlentang. Pada pengukuran ini, ada lima bagian tubuh
yang harus menyentuh skala pengukuran. Kelima bagian tubuh itu adalah kepala, bahu,
pantat, betis dan tumit. Ketelitian dalam pengukuran menggunakan alat ini adalah 0,1 cm.

Skala
infantometer
Papan
untuk bayi

Penarik skala
infantometer

Prosedur penggunaan alat infantometer / length measuring board agar mendapatkan hasil
yang akurat sebagai berikut :
1) Menempatkan infantometer / length measuring board pada permukaan yang datar ,
2) Melepaskan sepatu dan penutup kepala yang digunakan anak,
3) Menempatkan anak pada atas papan,
4) Memposisikan anak agar menghadap atas dan memastikan bahwa punggung, tumit
betis sudah menempel pada papan,
5) Pengukuran sebaiknya dilakukan oleh dua orang,
6) Orang pertama sebagai pengukur bertugas memastikan kepala bayi menempel pada
ujung papan ukur yang tidak dapat digeser,
7) Orang kedua sebagai pengukur bertugas merapatkan kaki bayi dan meluruskan kedua
tumit dengan telapak kaki menempel pada papan pengukur yang dapat digeser .
8) Pencatatan hasil ukuran

Langkah untuk melakukan pengukuran:


1) Dengan bantuan ibu si anak, baringkan si anak di permukaan keras yang rata dengan
memegang punggung si anak dengan satu tangan dan bagian bawah badan dengan
tangan lainnya. Dengan perlahan-lahan turunkan si anak ke atas permukaan keras
tersebut dengan bagian kaki menempel di tembok.
2) Mintalah ibu si anak untuk berlutut di sebelah alat ukur menghadap alat ukur agar si
anak lebih tenang.
3) Pegang kepala si anak dari kedua arah telinganya. Dengan menggunakan tangan
secara nyaman dan lurus, tempelkan kepala si anak ke bagian atas papan ukur
sehingga si anak dapat memandang lurus kearah depan. Garis pandang si anak harus
tegak lurus dengan tanah. Kepala anda harus lurus dengan kepala si anak. Pandanglah
langsung ke mata si anak.
4) Pastikan si anak berbaring di atas permukaan keras. Tempatkan tangan kiri anda di
ujung tulang kering si anak (sedikit di atas sendi mata kaki) atau pada lututnya.
Tekanlah dengan kuat ke arah permukaan keras.
5) Dengan menggunakan tangan kanan anda, geserkan alat pengukur ke arah kepala si
anak. Pastikan anda menekan rambut si anak. Jika posisi si anak sudah betul, baca
dan catatlah hasil pengukuran.
Kelebihan alat ini mudah dan praktis digunakan dan bisa dibawa kemana – mana
karena bisa dilipat.

Kelemahan dari pengukuran menggunakan alat ini yakni bagian yang dapat
digeser sifatnya lentur sehingga sangat rawan terjadi bias pengukuran sehingga pengukur
harus sangat berhati-hati saat melakukan pengukuran tersebut (Riskesdas, 2007). dan
tempat untuk bayi sangat keras sehingga membuat kepala sakit

1.2 Pengukuran tinggi badan

Pengukuran tinggi badan dilakukan pada anak > 2 tahun atau sudah dapat
berdiri tanpa bantuan , dengan menggunakan alat pengukur yang dinamakan
Stadiometer/height board dan microtoise.

Prinsipnya kegunaan kedua alat ini sama, yang membedakan hanya pada
penggeseran bidang batas ukur. Untuk menggunakan stadiometer/height board,
penggeseran bidang batas ukur ke arah atas dari permukaan tanah. Untuk microtoise
penggeseran bidang batas ukur ke bawah dari ketinggian 2 meter. Adapun syarat yang
harus dilakukan sebelum mengukur tinggi dengan stadiometer/height board, yaitu
papan pengukur harus diletakkan pada sudut yang tepat antara lantai dasar dengan
dinding, papan pengukur harus tegak lurus dengan lantai (UNICEF, 2009).

Langka melakukan pengukuran tinggi badan dengan stadiometer/height board


harus sebagai berikut:
1. Melepaskan sepatu atau sendal pasien dan segala ornament pada kepala pasien.
2. Memberdirikan pasien di tengah papan pengukur. Asisten menekan dengan benar
pergelangan kaki dan lutut pasien terhadap papan.
3. Memposisikan kepala pasien harus melihat lurus ke depan. Untuk menjaga kepala
tetap pada posisi ini, tahan kepala pasien dengan tangan tepat di atas dagu anak
ataupun pasien.
4. Tetap jaga posisi kepala pasien, menggunakan tangan yang lain untuk menarik ke
bawah papan geser pada kepala sampai benar-benar sesuai dengan tinggi badan
pasien.
5. Pengukur membaca tinggi pasien sampai pada ketelitian 1 angka di belakang koma.
6. Asisten mengulangi pengukuran dan mencatatnya.
Pengukuran tinggi dengan Height Board

menurut Riskesdas (2007), untuk mengukur tinggi badan dengan microtoise


harus dilakukan persiapan terlebih dahulu yakni dengan memasang microtoise dengan
benar untuk menghindari bias.
Persiapan memasang microtoise
1) Letakkan microtoice di lantai yang rata dan menempel pada dinding yang rata dan
tegak lurus
2) Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca menunjukkan
angka nol
3) Paku/tempelkan ujung pita meteran pada dinding
4) Geser kepala microtoice ke atas.
Langka melakukan Pengukuran Tinggi Badan dengan microtoise
1. Pastikan sepatu/alas kaki, kaos kaki dan hiasan rambut sudah dilepaskan
2. Posisikan anak berdiri tegak lurus di bawah microtoice membelakangi dinding
3. Posisikan kepala anak beraa di bawah alat geser microtoice, pandangan lurus
kedepan.
4. Posisiskan anak tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang belikat , pantat dantumit
menempel ke dinding. Karena posisi ini sulit dilakukan pada anak obesitas, maka
tidak perlu keempat titik tersebut menempel ke dinding asalkan tulang belakang dan
pingga dalam keseimbangan (tidak membungkuk )
5. Posisikan kedua lutut dan tumit rapat.
6. Pastikan posisi kepala sudah benar dengan mengecek garis Frankfort
7. Tarik kepala microtoice sampai puncak kepala anak
8. Baca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar dengan garismerah
9. Angka yang dibaca adalah berada pada garis merah dari angka kecil ke arah angka
besar
10. Catat hasil pengukuran tinggi badan.

microtoise

Kelebihan alat ini yaitu Praktis untuk dibawa kemana-mana, dan mudah untuk
menggunakannya.
Kekurangannnya alat ini Kurang akurat karena tergantung bagaimana melihat dan
agak sulit untuk memasangnya
1.3 pengukuran Tinggi Badan untuk Pasien Berkebutuhan Khusus

Pengukuran anthropometri merupakan bagian penting dari pelayanan


kesehatan dalam hal penilaian status nutrisi . pemeriksaan tinggi badan individu
merupakan hal yang sanga penting,karena dijadikan dasar estimasi keperluan energi
basal, berkontribusi terhadap keperluan nutrient dan perhitungan status nutrisi.
Berbagai pemeriksaan anthropometri yang umum digunakan tidak sepenuhnya dapat
dipakai secara memadai pada pasien usia lanjut dan pasien dengan berkebutuhan
khusus.

Metode pengukuran antropometri tinggi badan pada lansia dan orang


berkebutuhan khusus memiliki kesamaan satu sama lain. Jika seorang lansia masih
sehat dan dapat berdiri tegak maka pengukuran tinggi badan dapat dilakukan dengan
mikrotoise. Namun apabila seorang lansia tersebut sudah tidak dapat berdiri
tegak diperlukan alat dan metode berbeda untuk mengukur tinggi badan.

Pengukuran tinggi badan lansia secara tegak (standing height) tidak dapat
diukur dengan tepat dan menimbulkan bias karena dipengaruhi oleh beberapa
penyakit antara lain: kifosis,skoliosis , perubahan postur tubuh dan kelainan tulang (
cacat fisik). Proses penyakit pada lansia mngakibatkan pengukuran tinggi badan pada
posisi berdiri semakin sulit dilakukan. Dengan itu untuk mengetahui tinggi badan
lansia dapat diperoleh dari prediksi tinggi lutut (knee height), panjang depa (arm
span), dan tinggi duduk (sitting height).

1.3.1 Estimasi berdasarkan tinggi lutut

Chumlea telah mengembangkan persamaan (equation) untuk melakukan


estimasi TB lansia melalui tinggi lutut. Formula ini diperuntukkan bagi kaum
Caucasian dan setelah melalui beberapa kali pengukuran tinggi lutut lansia ditemukan
adanya prediksi nilai yang terlalu tinggi (overestimate) (Wiryani dkk, 2010). Namun,
setelah dilakukan penelitian oleh Fatma (2008), persamaan Chumlea pada Ras
Kaukasoid di Eropa dengan prediktor tinggi lutut tidak tepat digunakan bagi lansia
Indonesia khususnya Suku Jawa karena memberikan nilai tinggi badan prediksi
melebihi tinggi badan actual sebesar 2,78 cm pada lansia laki-laki dar4,9 cm pada
lansia perempuan.

Teknik pengukuran tinggi lutut sangat erat hubungannya dengan tinggi badan
sehingga sering digunakan untuk mengestimasi tinggi badan dengan gangguan
lekukan spinal atau tidak dapat berdiri. Tinggi lutut diukur dengan alat Knee Height
Caliper dalam posisi duduk dan atau berbarin

1. Subyek yang diukur dalam posisi duduk atau berbaring/tidur.


2. Pengukuran dilakukan pada kaki kiri subyek antara tulang tibia dengan
tulang paha membentuk sudut 90°.
3. Alat ditempatkan di antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang platela.
4. Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama
5. Catat angka hasil pengukuran

Rumus Chumlea (Rumus Estimasi Tinggi Badan berdasarkan Tinggi Lutut)

TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dlm cm)
TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dlm cm)

1.3.2 Estimasi tinggi badan lansia berdasarkan WHO

Rumus estimasi ini yang diterapkan untuk estimasi tinggi badan pasien
lansia berdasarkan tinggi lutut, cara yang dilakukan sama dengan metode sebelumnya
namun formula yang digunakan berbeda.

TB pria = 59,01 + (2,08 x tinggi lutut)


TB wanita = 75 + (1,91 X knee height) - (0,17 X umur)

Teknik pengukuran panjang depa. Dilakukan pengukuran panjang depa bagi


subyek dengan alat mistar panjang 2 meter. Panjang depa biasanya menggambarkan
hasil pengukuran yang sama dengan tinggi badan normal dan dapat digunakan untuk
menggantikan pengukuran TB. Subyek yang diukur harus memiliki kedua tangan
yang dapat direntangkan sepanjang mungkin dalam posisi lurus lateral dan tidak
dikepal. Jika salah satu kedua tangan tidak dapat diluruskan karena sakit atau sebab
lainnya, maka pengukuran ini tidak dapat dilakukan. Subyek berdiri dengan kaki dan
bahu menempel melawan tembok sepanjang pita pengukuran ditempel di tembok.
Pembacaannya dilakukan dengan skala 0,1 cm mulai dari bagian ujung jari tengah
tangan kanan hingga ujung jari tengah tangan kiri

1.3.3 Estimasi berdasarkan panjang tulang lengan bawah (tulang ulna).

Tinggi badan diperkirakan dari panjang tulang Ulna, diukur dari siku
sampai pertengahan tonjolan tulang pergelangan tangan, ini di khususkan untuk
mengetahui tinggi badan dari pasien yang tidak dapat berdiri. Alatnya bernama
medline/meteran. hasilnya dalam meter dimasukkan dalam tabel TABEL ESTIMASI
LENGAN BAWAH (ULNA)

Pengukuran Tinggi dengan Panjang Ulna


TB= 69,729 + 3,643 (panjang lengan bawah kanan) – 3,305 (jenis kelamin)
TB= 68,868 + 3,689 (panjang lengan bawah kiri) – 3,099 (jenis kelamin)
*Rumus penghitungan Ulna berdasarkan rumus regresi (Devison, 2008)

1.3.4 Estimasi berdasarkan panjang depa (Demispan)

Panjang depa (demispan) diukur dengan mengukur jarak antara pertengahan


sternum sampai ujung jari tengah (lengan kiri) dalam posisi lengan horizontal dan
sejajar dengan bahu.alat yang digunakan meteran. Panjang depa dalam centimeter,
tinggi badan dihitungdengan rumus:
TB wanita = (1,35 X panjang depa (cm)) + 60,1
TB laki-laki = (1,40 x panjang depa (cm)) + 57,8

Langkah pengukuran Demispan adalah sebagai berikut :


1. Mencari dan menandai titik tengah pada posisi sternum dengan pena
2. Pasien merentangkan tangan searah dengan bahu
3. Menggunakan pita pengukur, mengukur jarak antara pertengahan sternum
sampai ujung jari tengah (lengan kiri) dalam posisi lengan horizontal dan
sejajar dengan bahu
4. Memeriksa apakah lengan datar dan pergelangan tangan sudah lurus
5. Membaca skala (dalam cm) lalu memasukkan pada perumusan demispan
1.3.5 Estimasi berdasarkan Tinggi Duduk

Salah satu pengukuran alternative lain untuk mengetahui tinggi badan adalah
dengan mengukur tinggi duduk ( sitting height ). Prosedur pengukuran tinggi duduk
adalah sebagai berikut :

1. Subjek duduk tegak menghadap ke depan, bahu dan lengan bagian atas
santai,dan lengan bawah dan kedua tangan dijulurkan ke depan secara
horizontaldengan telapak tangan saling berhadapan. Kedua paha sejajar, dan
lututditekuk 90 ° dengan kaki segaris dengan paha.
2. Ukur jarak vertikal antara permukaan tempat duduk dan bagian atas
kepaladengan sebuah anthropometer. Bahu dan bagian atas ekstremitas harus
rileks.Ukur pada titik maksimum saat respirasi tenang.Catatan : Pengukuran
harus dilakukan setidaknya dua kali. Jika ada variasi yang besar antara dua
pengukuran, cek kembali posisi tubuh dan ulangi pengukuran.

Catatan : Pengukuran harus dilakukan setidaknya dua kali. Jika ada variasi
yang besar antara dua pengukuran, cek kembali posisi tubuh dan ulangi pengukuran

Menurut Fatma, et al. 2008 bahwa untuk mengestimasi tinggi badan


berdasarkantinggi duduk dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Prediksi tinggi badan laki-laki = 58,047 + 1,210 tinggi duduk
Prediksi tinggi badan perempuan = 46,551 + 1,309 tinggi duduk
1.3.6 Estimasi berdasarkan pengukuran Arm Span
Teknik pengukuran panjang depa. Dilakukan pengukuran panjang depa
bagisubyek dengan alat mistar panjang 2 meter. Panjang depa
biasanyamenggambarkan hasil pengukuran yang sama dengan tinggi badan normal
dandapat digunakan untuk menggantikan pengukuran TB.
1. Subyek yang diukur harus memiliki kedua tangan yang dapat
direntangkansepanjang mungkin dalam posisi lurus lateral dan tidak
dikepal. Jika salah satukedua tangan tidak dapat diluruskan karena sakit
atau sebab lainnya, maka pengukuran ini tidak dapat dilakukan.
2. Subyek berdiri dengan kaki dan bahu menempel melawan tembok
sepanjang pita pengukuran ditempel di tembok.
3. Pembacaannya dilakukan dengan skala 0,1 cm mulai dari bagian ujung
jaritengah tangan kanan hingga ujung jari tengah tangan kiri Formula :
TB Pria = 118,24 + (0,28 x RL) – 0,07 x U)
TB Wanita = 63,18 + (0,63 x RL) – 0,17 x U)[ket:] U = Umur (tahun)

Kelemahan dari cara estimasi ini adalah tidak dapat digunakan pada individu
yang mempunyai kelainan pada tulang belakang seperti bungkuk ataupun kelainan
lainnya sehingga bagian yang harusnya menempel pada alat tidak terpenuhi.

Wiryani, dkk. 2010. Hubungan Antara Sudut Kelengkungan Thorak dan Selisih
Tinggi Badan Ukur dan Tinggi Badan Hitung Berdasarkan Tinggi Lutut pada Pasien Usia
Lanjut di Poliklinik Geriatri Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Jurnal ilmu Penyakit Dalam

Fatmah. 2008. Model Prediksi Tinggi Badan Lansia Etnis Jawa Berdasarkan Tinggi
Lutut, Panjang Depa, dan Tinggi Duduk. Majalah Kedokteran Indonesia 58(12):509-516.

Fatmah,2006. Persamaan (Equation) tinggi badan manusia usia lanjut


(manula ) berdasarkan usia dan etnis pada 6 panti terpilih di DKI jakarta dan Tangerang
tahun 2004.

Murbawani,2012. Tinggi Badan yang Diukur dan Berdasarkan Tinggi Lutut Menggunakan
Rumus Chumlea pada Lansia. (online) 22
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mmi/article/view/4168/3801. (diakses tanggal 21
Februari 2014).

Anda mungkin juga menyukai