BAB 3
SENSOR CAHAYA
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat:
3.1 Menjelaskan cara kerja sensor cahaya
3.2 Membuat simulasi sensor cahaya dengan prosesor di proteus
Mata normal manusia umumnya dapat mendeteksi panjang gelombang dari 380 sampai
750 nm (atau dalam frekuensi antara 400-790 terahertz), Radiasi elektromagnetik pada rentang panjang
gelombang ini disebut cahaya Tampak
Bahan pembuat solar cell adalah silicon, cadmium sullphide, gallium arsenide dan selenium.
Prinsip dasar kerja Sel surya menggunakan p-n junction, yaitu junction antara semikonduktor tipe-p
dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai
penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan
semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan hole (muatan positif) dalam struktur atomnya. Kondisi
kelebihan elektron dan hole tersebut bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom dopant.
Sebagai contoh untuk mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh atom boron,
sedangkan untuk mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor.
Ketika cahaya matahari mengenai susunan p-n junction ini maka akan mendorong elektron
bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik,
dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang. Peran dari p-n junction
ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron (dan hole) bisa diekstrak oleh material
kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan
elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif pada
semikonduktor tipe-n, dan kutub negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan
hole ini maka terbentuk medan listrik,
Sel surya dapat dianalogikan sebagai perangkat dengan dua terminal, dimana saat disinari dengan
cahaya matahari dapat menghasilkan tegangan. Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial
menghasilkan tegangan searah sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam skala milli
ampere per cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi, sehingga umumnya
sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari
28-36 sel surya, dan total menghasilkan tegangan searah sebesar 12 V. Modul surya tersebut bisa
digabungkan secara paralel atau seri untuk memperbesar total tegangan dan arus outputnya sesuai
dengan daya yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu.
3.2 Fotoconductiv
Fotoconductiv berfungsi untuk mengubah intensitas cahaya menjadi perubahan konduktivitas.
Kebanyakan komponen ini terbuat dari bahan cadmium selenoide atau cadmium sulfide. Tipe-tipe
Fotoconductiv: LDR (Light Dependent Resistor), Photo dioda, Photo transistor
Gambar 3.6 untuk gambar 3.7a pada saat intensitas cahaya disekitar LDR membesar, maka
hambatan LDR akan mengecil. Hal ini menyebabkan tegangan pada Vout semakin besar. Dan
sebaliknya, jika intensitas cahaya disekitar LDR semakin kecil, maka hambatan LDR semakin
besar. Hal ini menyebabkan tegangan pada Vout semakin kecil.
Gambar 3.7b pada saat intensitas cahaya disekitar LDR mengecil, maka hambatan LDR akan
membesar. Hal ini menyebabkan tegangan pada Vout semakin membesar. Dan sebaliknya, jika
intensitas cahaya disekitar LDR semakin besar, maka hambatan pada LDR semakin kecil. Hal ini
menyebabkan tegangan pada Vout semakin mengecil.
5
Photodiodes t e r buat dari semikonduktor dengan bahan yang populer adalah silicon ( Si) atau
galium arsenida ( GaAs), dan yang lain meliputi InSb, InAs, PbSe. Ketika sebuah photon (satu
satuan energi dalam cahaya) dari sumber cahaya diserap, hal tersebut membangkitkan suatu elektron
dan menghasilkan sepasang pembawa muatan tunggal, sebuah elektron dan sebuah hole, suatu hole
adalah bagian dari kisi-kisi semikonduktor yang kehilangan elektron. Arah Arus yang melalui sebuah
semikonduktor adalah kebalikan dengan gerak muatan pembawa. cara tersebut didalam sebuah
photodiode digunakan untuk mengumpulkan photon - menyebabkan pembawa muatan (seperti arus
atau tegangan) mengalir/terbentuk di bagian elektroda.
Berdasarkan teori mengenai dioda. Pada saat dioda dipasang bias mundur (reverse), maka
arus tidak akan mengalir karena hambatan yang sangat besar sekali. Jadi bisa dikatakan dioda
sebagai kondisi Open Circuit ( jika dianalogikan seperti sakelar). namun pada photodioda,
hambatan yang besar tadi bisa menjadi kecil karena pengaruh cahaya yang masuk. Hal seperti ini
bisa menyebabkan arus mengalir sehingga kondisi seperti ini bisa dikatakan sebagai Close Circuit
(jika dianalogikan seperti sakelar, gambar 3.9a ).
Pada saat photodioda dibias reverse, resistansi photodioda akan turun seiring dengan
naiknya intensitas cahaya yang diterima photodioda, resistansi yang turun menyebabkan arus
yang mengalir naik dan tegangan Vout membesar.
Pada gambar 3.9b Jika photo dioda tidak menerima cahaya,maka photo dioda menghambat
aliran arus, sedangkan Vout besar, Jika photo dioda menerima cahaya,maka phodioda
mengalirkan arus, sedangkan Vout kecil,
Pada gambar 3.9c Jika photo dioda tidak menerima cahaya,maka phodioda menghambat
aliran arus, sedangkan Vout kecil, Jika photo dioda menerima cahaya,maka phodioda mengalirkan
arus, sedangkan Vout besar,
28
20 Intensity
(W/m2 )
Collector Current (mA)
40
12
30
8 20
4 10
2 4 6 8 10 12 14 16
Collector-Emitter Voltage
Phototransistor adalah sebuah transistor yang kaki basisnya (B) terbuka dan terbuat dari
komponen photoconductive sehingga fungsi kaki basis dapat diatur berdasarkan besarnya intensitas
cahaya yang diterima pada bagian photoconductive tersebut.
7
Dengan memperhatikan gambar 3.11, cara kerja phototransistor dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pada saat photo transistor tidak menerima cahaya, maka phototransistor tidak aktif, sehingga
aliran arus listrik (I) tidak mengalir dari kaki collector (C) menuju kaki emitter (E) atau VCE
= 0 volt.
2. Pada saat photo transistor menerima cahaya, maka phototransistor aktif, sehingga aliran arus
listrik (I) mengalir dari kaki collector (C) menuju kaki emitter (E) atau VCE > 0 volt.
Penggunaan komponen phototransistor pada umumnya adalah sebagai salah satu komponen
dalam membangun suatu rangkaian sensor pendeteksi cahaya (sensor optik). Dalam rangkaian
sebuah sensor cahaya (yang menggunakan phototransistor), biasanya phototransistor dirangkai
dengan resistor (resistor tetap) untuk membuat pembagi tegangan
Pada gambar 3.12a Jika photo transistor tidak menerima cahaya, maka photo transistor tidak
aktif, arus tidak mengalir dari kolektor menuju emiter sedangkan Vout besar, Jika photo dioda
menerima cahaya, arus mengalir dari kolektor menuju emiter, sedangkan Vout turun.
8
Pada gambar 3.12.b Jika photo transistor tidak menerima cahaya, photo transistor tidak
aktif, arus tidak mengalir dari kolektor menuju emiter maka Vout turun/ kecil , Jika photo transistor
menerima cahaya, photo transistor tidak aktif, arus mengalir, Vout naik/ tinggi.
Gambar 3.12, keduanya merupakan pembagi tegangan, menggunakan komponen
phototransistor sebagai pengatur tegangan keluaran (Vout). perbedaan kedua pembagi tegangan di
atas terletak pada penempatan komponen phototransistor. Perbedaan peletakan komponen
phototransistor ini akan menghasilkan kondisi tegangan keluatan (Vout) yang berbeda untuk masing-
masing untai pembagi tegangan.
Gambar 3.13 adalah contoh rangkaian sensor optik sederhana. Pada gambar 3.13(a) komponen
optik yang digunakan adalah LDR, gambar (b) menggunakan photodiode, dan gambar (c) komponen
optik yang digunakan adalah phototransistor.
Rangkaian sensor optik seperti tampak pada gambar 3.14 memiliki sinyal tegangan keluaran
(Vout) berupa sinyal tegangan analog (linier). Perbedaan nilai sinyal tegangan keluaran (Vout)
rangkaian sensor optik pada dua kondisi, yaitu saat komponen optik menerima berkas cahaya dan saat
tidak menerima berkas cahaya.
Berbeda dengan rangkaian sensor optik pada gambar 3.14, 3.15, dan 3.16 , sinyal tegangan
keluaran (Vout) rangkaian sensor optik gambar 3.17, 3.18, dan 3.19 sudah berupa sinyal tegangan
digital. Sehingga apabila kita membuat sensor optik dengan mengikuti contoh rangkaian sensor optik
pada gambar 3.17, 3.18, dan 3.19, maka sinyal tegangan keluarannya dapat langsung diumpankan ke
peranti pemroses sinyal.
Tugas:
1. Simulasikan gambar rangkaian 3.20 dan 3.21 pada proteus berapa tegangan keluaran (Vout)
pada saat sensor terkena cahaya dan tidak terkena cahaya
2. Simulasi rangkaian Gambar 3.22 pada proteus, berapa tegangan Vin arduino saat Vin logika 0
dan berapa Vin logika
LCD1
ARD5
LM016L
VDD
VSS
VEE
RW
RS
D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
E
ON
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Reset BTN
www.TheEngineeringProjects.com
AREF
13
PB5/SCK
12
PB4/MISO
RESET 11
~ PB3/MOSI/OC2A
10
~ PB2/OC1B
9
~ PB1/OC1A
8
PB0/ICP1/CLKO
RV1
ATMEGA328P-PU
1121
ANALOG IN
7
PD7/AIN1
6
A0 ~ PD7/AIN1
5
PC0/ADC0
A1 ~ PD5/T1/OC0B
16%
PC1/ADC1 4 U1
A2 PD4/T0/XCK
3 16 8
PC2/ADC2
A3 ~ PD3/INT1/OC2B
2
PC3/ADC3 PD2/INT0
A4 1 2 3
PC4/ADC4/SDA PD1/TXD IN1 VSS VS OUT1
1k A5 0 7 6
PC5/ADC5/SCL PD0/RXD IN2 OUT2
1
EN1
+88.8 L293D
ARDUINO UNO 9
Volts EN2
10 11 +88.8
IN3 OUT3
15 14
IN4 GND GND OUT4
3. Sambungkan Output gambar 3.21 ke input gambar 3.23 aktifkan simulasi rangkaian pada proteus,
1) berapa tegangan Vin arduino saat sensor terkena cahaya dan berapa tegangan Vin arduino
saat tidak sensor terkena cahaya
2) berapa tegangan Vin motor DC saat sensor tidak terkena cahaya dan saat sensor terkena cahaya