Anda di halaman 1dari 17

KEDUDUKAN KEMENTERIAN NEGARA Kesatuan yang berbentuk Republik”.

5 Dalam
DALAM SISTEM PEMERINTAHAN menjalankan sistem pemerintahan presidensial
NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 ini, Presiden sebagai kepala eksekutif menunjuk
Oleh : Christin Nathania Liu2 pembantu-pembantu yang akan memimpin
Hendrik Pondaag3 departemennya masing-masing dan mereka
Karel Yossi Umboh4 hanya bertanggung jawab kepada Presiden.6
Dalam Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945
ABSTRAK dinyatakan bahwa wewenang eksekutif ada pada
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk Presiden. Selanjutnya hal ini dipertegas dalam
mengetahui bagaimana kedudukan kementerian Pasal 17 UUD Negara RI Tahun 1945 dengan
negara dalam sistem pemerintahan Indonesia menetapkan bahwa Presiden sebagai kepala
dan apa tugas dan fungsi kementerian negara pemerintahan yang memilih menteri-
7
dalam menjalankan pemerintahan Indonesia. menterinya.
Dengan menggunakan metode penelitian yuridis Kedua pasal ini menjelaskan bahwa
normatif, disimpulkan : 1. Kedudukan pelaksanaan pemerintahan di Indonesia dipimpin
Kementerian Negara dalam konstitusi adalah oleh seorang Kepala Pemerintahan yaitu Presiden
sebagai organ negara lapis kedua, yaitu lembaga yang dalam menjalankan kekuasaan
negara yang disebutkan dalam UUD. RI Tahun pemerintahan, Presiden dibantu oleh menteri-
1945, yang kewenangan dan kedudukannya lebih menteri negara yang diangkat dan diberhentikan
lanjut dijelaskan dalam Undang-Undang nomor oleh Presiden.
39 tahun 2008 sehingga jabatan Menteri dan Penyelenggara negara mempunyai peran
kementerian tidak dapat dihapuskan dalam yang penting dalam mewujudkan tujuan negara
sistem ketatanegaraan. Dibentuk untuk sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
melaksanakan urusan-urusan pemerintahan yang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
harus dijalankan Presiden secara menyeluruh Tahun 1945. 8 Tujuan negara adalah untuk
dalam rangka pencapaian tujuan negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
merupakan perpanjangan tangan presiden. 2. seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
Tugas Dan Fungsi Kementerian Negara Dalam kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
Sistem Pemerintahan Indonesia yakni: bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
kebijakan kementerian dan urusan yang diberikan abadi, dan keadilan sosial.9 Oleh karena itu, sejak
oleh presiden sesuai bidangnya; Melakukan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17
koordinasi dan pembinaan terkait segala unsur Agustus 1945, Pemerintah Negara Republik
yang berkaitan dengan bidangnya; Bertanggung Indonesia bertekad menjalankan fungsi
jawab atas pengelolaan barang milik negara atau pemerintahan negara ke arah tujuan yang dicita-
kekayaan negara sesuai bidangnya. citakan.
Kata Kunci : Kedudukan, Kementerian Negara, Sebagaimana penjelasan pasal 4 Undang-
Sistem Pemerintahan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menegaskan bahwa Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
PENDAHULUAN menurut Undang-Undang Dasar.10 Dalam
A. Latar Belakang menjalankan kekuasaan pemerintahan, Presiden
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibantu oleh menteri-menteri negara yang
adalah negara yang menganut sistem diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
pemerintahan yang presidensial Hal ini tertuang Kementerian negara dimaksud dibentuk
pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Dasar untuk melaksanakan urusan-urusan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang pemerintahan yang harus dijalankan Presiden
berbunyi “Negara Indonesia ialah Negara secara menyeluruh dalam rangka pencapaian

5 Undang Undang Dasar 1945, Pasal 1 ayat 1


1 Artikel Skripsi 6 Ibid, pasal 4 ayat 1
2 Mahasiswa Pada Fakultas Hukum UNSRAT 7 Ibid, pasal 17

NIM 18071201746 8 Undang Undang Dasar 1945. (Pembukaan)


3 Fakultas Hukum UNSRAT, Magister Ilmu Hukum 9 Ibid
4 Fakultas Hukum UNSRAT, Magister Ilmu Hukum 10 Penjelasan Pasal 4 Undang Undang Dasar 1945
tujuan negara. Urusan-urusan pemerintahan undang tersebut mengatakan bahwa kedudukan
tersebut adalah urusan pemerintahan yang dan urusan pemerintah dalam Undang-Undang
nomenklatur kementeriannya secara tegas tentang Kementerian Negara menyatakan bahwa:
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara “Kementerian berada di bawah dan bertanggung
Republik Indonesia Tahun 1945, urusan jawab kepada Presiden”. Dari ketentuan yang
pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan tertera pada pasal tersebut di atas dapat
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik dipahami secara seksama bahwa, para menteri
Indonesia Tahun 1945, dan urusan pemerintahan adalah pembantu presiden, yang kemudian
dalam rangka penajaman, koordinasi, dan diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
sinkronisasi program pemerintah. Namun dalam kenyataan adanya
Selain itu, maksud dan tujuan pemahaman mengenai Menteri Negara
pembentukan kementerian negara dibentuk merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
dalam rangka membangun sistem pemerintahan kewenangan mutlak (hak prerogratif) Presiden
presidensial yang efektif dan efisien, yang sebagai kepala Negara sekaligus kepala
menitikberatkan pada peningkatan pelayanan pemerintahan. Sebenarnya, pengaturan
publik yang prima. Oleh karena itu, menteri mengenai Menteri Negara diatur tersendiri dalam
dilarang merangkap jabatan sebagai pejabat Bab yang terpisah dari Bab III tentang kekuasaan
negara lainnya, komisaris dan direksi pada Pemerintahan Negara yang berkaitan dengan
perusahaan, dan pimpinan organisasi yang kekuasaan Presiden yang mengandung arti yang
dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja tersendiri pula. Dalam Pasal 17 ayat (3) UUD 1945
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja sebelum amandemen menjelaskan bahwa
Daerah. Bahkan diharapkan seorang menteri ”Menteri-menteri itu memimpin departemen
dapat melepaskan tugas dan jabatan-jabatan pemerintah” dan telah disempurnakan dengan
lainnya termasuk jabatan dalam partai politik. rumusan baru setelah amandemen, “setiap
Kesemuanya itu dalam rangka meningkatkan Menteri membidangi urusan tertentu dalam
profesionalisme, pelaksanaan urusan pemerintahan”. Dalam perubahan ini
kementerian yang lebih fokus kepada tugas mengandung makna bahwa Menteri-Menteri
pokok dan fungsinya yang lebih bertanggung tidak harus selalu memimpin organisasi
jawab. departemen. Selama ini, dalam prakteknya, juga
Kementerian negara merupakan ada jabatan Menteri yang tidak memimpin
perangkat pemerintah yang membidangi urusan departemen. Baik Menteri Negara maupun
tertentu dalam hal terkait dengan pemerintahan. Menteri Koordinator biasanya tidak memimpin
Sedangkan menteri merupakan pembantu departemen yang mempunyai jangkauan
Presiden yang memimpin setiap kementerian birokrasi sampai ke daerah-daerah, melainkan
dalam pemerintahan dengan bidang-bidang hanya memimpin suatu kantor kementerian di
tertentu. Urusan pemerintahan yang dimaksud tingkat pusat saja.11
disini adalah setiap urusan sebagaimana Dimana dalam hal ini para menteri
dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang bertugas sesuai dengan bidang-bidang yang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. sudah ditentukan dalam pemerintahan selama
Dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara periode tertentu. Oleh karena itu para menteri
Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bertanggungjawab secara langsung kepada
bahwa: presiden atas segala tugas dan kewajiban yang
1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri diemban oleh masing-masing menteri sesuai
Negara; dengan bidangnya masing-masing, mengingat
2) Menteri-menteri itu diangkat dan pada Pasal 7 Undang-Undang Dasar Negara
diberhentikan oleh presiden; Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan
3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu bahwa, “Presiden dan Wakil Presiden memegang
dalam pemerintahan; jabatannya selama lima tahun, dan sesudahnya
4) Pembentukan, pengubahan, dan dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama,
pembubaran kementerian negara diatur hanya untuk satu kali masa jabatan”. Dari
dalam undang-undang.
Kemudian pemerintah memberlakukan
11 Philipus M. Hadjon dalam Titik Triwulan Tutik,
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang
Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen
Kementerian Negara. Dimana Pasal 3 undang- UUD 1945, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 177
ketentuan tersebut dapat dipahami bahwa, 2. Apa tugas dan fungsi kementerian negara
Presiden dan Wakil Presiden memangku jabatan dalam menjalankan pemerintahan Indonesia.
selama lima tahun dan dapat dipilih lagi untuk
masa jabatan yang sama hanya untuk satu kali C. Metode Penelitian
masa jabatan. Jadi Presiden dan Wakil Presiden Penelitian hukum adalah suatu proses
hanya dapat memangku jabatan dalam dua kali untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip
masa jabatan, dan sesudahnya tidak dapat lagi hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna
dipilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden. menjawab isu hukum yang dihadapi. Dalam
Maka dapat dipahami bahwasanya pengangkatan pembahasan masalah, penulis sangat
dan pemberhentian menteri juga dilakukan oleh memerlukan data dan keterangan dalam
presiden pada periode masa jabatannya tersebut. penelitian ini. Untuk mengumpulkan data dan
Kemudian dalam pasal 7 Undang-Undang keterangan, penulis menggunakan metode
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian sebagai berikut:
Negara menyatakan bahwa: “Kementerian 1. Tipe Penelitian
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan Metode penelitian yang digunakan dalam
tertentu dalam pemerintahan untuk membantu penulisan skripsi ini adalah metode
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan pendekatan yuridis normatif dimana
Negara”. Sehingga dapat dijelaskan bahwa tugas penelitian hukum yuridis normatif atau
kementerian yakni menjalankan pemerintahan penelitian hukum kepustakaan yaitu
negara sesuai dengan bidang-bidang yang telah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
ditentukan berdasarkan Undang-Undang Dasar meneliti tulisan pustaka atau data sekunder
Negara Republik Indonesia 1945, dan belaka yang berhubungan dengan judul
pertanggungjawabannya pun dilakukan secara skripsi.
langsung kepada presiden. Berkaitan dengan 2. Sumber Bahan
sistem pemerintahan negara yang ditegaskan Dalam Penelitian ini Penulis melakukan
dalam Undang-Undang Dasar adalah: pengumpulan bahan hukum yang mencakup :
1) Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum
hukum, tidak berdasarkan atas kekuasaan; yang mempunyai kekuatan hukum
2) Pemerintahan berdasarkan atas konstitusi, mengikat, penulis menggunakan bahan
dan tidak bersifat absolutisme; hukum primer meliputi ; Undang-Undang
3) Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
dilaksanakan menurut Undang-Undang 1945, Undang-undang Nomor 39 Tahun
Dasar; 2008 Tentang Kementerian Negara, dan
4) Presiden ialah penyelenggara pemerintahan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Negara; Nomor 47 Tahun 2009 Tentang
5) Presiden tidak bertanggungjawab kepada Pembentukan Dan Organisasi
DPR; Kementerian Negara.
6) Menteri negara ialah pembantu Presiden; b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-
7) Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas, bahan yang memberikan penjelasan
artinya kekuasaan presiden terbatas. bahan hukum primer, penulis
Dengan melihat pernyataan tersebut di menggunakan bahan hukum sekunder
atas dapat dipahami bahwa, pemerintahan meliputi; buku literatur, karya ilmiah
Negara Republik Indonesia dijalankan maupun hasil penelitian, jurnal, artikel,
berdasarkan konstitusi atau UUD 1945. Dan arsip-arsip yang mendukung dan bahan-
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan bahan hukum lainnya yang dimuat dalam
perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan media elektronik di internet yang
uraian tersebut diatas maka penulis merasa berkaitan kedudukan kementerian
tertarik untuk menulis skripsi ini dengan judul: negara dalam sistem pemerintahan
Kedudukan Kementerian Negara dalam Sistem Negara Republik Indonesia.
Pemerintahan Negara Republik Indonesia. c. Bahan hukum tersier, yakni bahan hukum
dapat memberikan petunjuk terhadap
B. Rumusan Masalah bahan hukum primer dan sekunder,
1. Bagaimana kedudukan kementerian negara penulis menggunakan bahan hukum
dalam sistem pemerintahan Indonesia. tersier meliputi; kamus hukum, kamus
besar bahasa indonesia (KBBI) dan karena harus ada pengaturan mengenai
ensiklopedia tentang kedudukan perlakuan hukum terhadap orang yang
kementerian negara dalam sistem menduduki jabatan dalam lembaga negara itu.
pemerintahan Indonesia. Mana yang lebih tinggi dan mana yang lebih
rendah perlu dipastikan untuk menentukan
PEMBAHASAN kedudukan dalam upacara dan besarnya
A. Kedudukan Kementerian Negara Dalam tunjangan jabatan terhadap para pejabatnya.
Sistem Pemerintahan Negara Republik Untuk itu, ada dua kriteria yang dipakai, yaitu: 13
Indonesia (1) Kriteria hierarki bentuk sumber normatif
Undang-undang Dasar Negara Republik yang menentukan kewenangannya,
Indonesia Tahun 1945 menyebutkan setidaknya (2) Kualitas fungsinya yang bersifat utama atau
ada 34 lembaga Negara. Dari 34 lembaga Negara penunjang dalam sistem kekuasaan negara.
yang diatur dalam Undang-undang Dasar Negara Lembaga Negara dapat dibedakan menjadi
Republik Indonesi Tahun 1945, kedudukan tiga lapis. Organ lapis pertama dapat disebut
Menteri diatur sendiri dalam Bab V Undang- sebagai lembaga tinggi Negara. Organ lapis
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun kedua disebut sebagai lembaga Negara saja.
1945, yaitu pada Pasal 17 ayat (1), (2), dan (3). Sedangkan organ lapis ketiga merupakan
Serta kedudukan Menteri triumvirat yaitu lembaga daerah.
Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan dan Organ-organ konstitusi pada lapis
Menteri Luar Negeri yang diatur menurut Pasal 8 pertama dapat disebut sebagai lembaga tinggi
ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Repunlik Negara yaitu:
Indonesia Tahun 1945. Ketiganya perlu a. Presiden dan Wakil Presiden;
disebutkan secara sendiri-sendiri, karena dapat b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
terjadi konflik atau sengketa kewenangan c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
konstitusional diantara sesama Menteri atau d. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
antara Menteri-Menteri tersebut dengan e. Mahkamah Konstitusi (MK);
Menteri-Menteri negara lainnya. f. Mahkamah Agung (MA);
Tiga puluh empat organ Negara tersebut g. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
dapat dibedakan menjadi dua segi, yaitu dari segi Setiap lembaga tinggi negara berdiri
fungsinya dan dari segi hirarkinya. Hierarki antara secara sejajar dengan prinsip check and balances
lembaga Negara ini sangat penting untuk dan tidak ada hubungan yang lebih tinggi satu
ditentukan, karena harus ada pengaturan sama lain sehingga tidak ada satupun lembaga
mengenai perlakuan hukum terhadap orang yang yang dapat menjatuhkan lembaga negara lainnya
menduduki jabatan dalam lembaga Negara ditingkat pertama. Jika hendak membubarkan
tersebut.12 Mana yang lebih tinggi dan mana yang atau mengganti atau bahkan sekedar mengubah
lebih rendah harus dipastikan manakah yang nama salah satu lembaga negara pada tingkat
kedudukannya lebih tinggi atau lebih rendah. pertama ini harus diikuti dengan amandemen
Untuk itu, ada dua kriteria yang dapat dipakai. Undng-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Yaitu: Tahun 1945, karena baik kedudukan dan
1. Kriteria hierarki bentuk sumber normatif wewenang dituliskan secara tegas pada Undang-
yang menentukan kewenangannya, Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
2. Kualitas fungsinya yang bersifat utama atau 1945.
penunjang dalam sistem kekuasaan Negara. Undang Undang RI Nomor 17 Tahun 2014
Sehubungan dengan ini, maka dapat tentang organ/lembaga negara MPR, DPR, DPD
ditentukan bahwa dari segi fungsinya, ada yang dan DPRD menjelaskan bahwa untuk
bersifat utama atau premier, dan ada pula yang melaksanakan kedaulatan rakyat atas dasar
bersifat sekunder atau penunjang. Jika kita kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
melihat lembaga negara dari segi hierarki antar kebijaksanaan dalam
lembaga negara itu penting untuk ditentukan, permusyawaratan/perwakilan, perlu
mewujudkan lembaga permusyawaratan rakyat,

12 Jimly Asshidiqie, Perkembangan dan Konsolidasi


Lembaga Negara Pasca Reformasi, Jakarta: Sekretariat 13 Zaki Ulya, Hukum Kelembagaan Negara (Kajian
Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI , Tahun Teoritis Kedudukan Lembaga Negara Pasca Reformasi),
2006, hlm. 105 Tahun 2014, hlm 1
lembaga perwakilan rakyat, dan lembaga Sehingga jika Presiden hendak membubarkannya,
perwakilan daerah yang mampu maka Presiden berwenang untuk itu.
mengejawantahkan nilai-nilai demokrasi serta Organ Negara lapis ketiga ini juga
menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat mengatur mengenai lembaga-lembaga daerah
dan daerah sesuai dengan tuntutan yang diatur dalam Bab VI Undang-undang Dasar
perkembangan kehidupan berbangsa dan Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang
bernegara.14 Organ Lapis kedua dapat disebut pemerintahan daerah. Lembaga-lembaga daerah
lembaga Negara. Ada yang mendapat itu adalah: 16
kewenangan dari Undang-Undang Negara a. Pemerintah Daerah Provinsi;
Republik Indonesia Tahun 1945 dan ada pula b. Gubernur;
yang mendapat kewenangan dari peraturan yang c. DPRD Provinsi;
ada dibawahnya yakni undang-undang. 15 d. Pemerintah Daerah Kabupaten;
Kedua jenis lembaga, baik yang e. Bupati;
kewenangannya diatur oleh Undang-Undang f. DPRD Kabupaten;
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maupun g. Pemerintah Daerah Kota;
Undang-Undang, memiliki kedudukan yang h. Walikota; dan
sebanding satu sama lain. Hanya saja lembaga i. DPRD Kota.
yang diatur kewenangannya oleh Undang- Kedudukan Kementerian Negara dalam
Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 konstitusi adalah sebagai organ negara lapis
kedudukannya jauh lebih kuat. Karena diatur kedua, yaitu lembaga negara yang disebutkan
secara eksplisit sehingga tidak dapat dibubarkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
hanya karena kebijakan pembentukan Undang- Indonesia Tahun 1945, namun kewenangan dan
Undang. Lembaga-lembaga Negara sebagai organ kedudukannya lebih lanjut dijelaskan dalam
lapis kedua antara lain: Undang-Undang sehingga jabatan Menteri dan
a. Menteri Negara; kementerian tidak dapat dihapuskan dalam
b. Tentara Nasional Indonesia (TNI); sistem ketatanegaraan. Namun dengan
c. Kepolisian Negara (POLRI); kewenangan Presiden, Menteri dapat diangkat,
d. Komisi Yudisial (KY); diubah, bahkan dibubarkan dan diganti dengan
e. Komisi Pemilihan Umum (KPU); kementerian yang baru bila dianggap tidak
f. Bank Sentral. diperlukan dalam sistem pemerintahan.
Kedudukan lembaga konstitusi pada lapis Jika kita melihat lembaga negara dari segi
kedua tersebut diatas jelas berbeda dari fungsinya lembaga-lembaga Negara tersebut
kelompok pada lapis pertama. Organ lapis kedua dapat dibedakan menjadi organ utama atau
ini dapat disejajarkan dengan posisi lembaga- premier (primary constitutional organs), dan ada
lembaga negara yang dibentuk berdasarkan pula yang merupakan organ pembantu,
perundangundangan, seperti Komisi Nasional Hak pendukung atau penunjang (auxiliary state
Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi organs).17
Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Penyiaran Lembaga Negara Utama (Primary State
Indonesia (KPI), Komisi Pengawas Persaingan Organs) Untuk membedakannya, lembaga-
Usaha (KPPU), Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi lembaga Negara tersebut dibedakan menjadi tiga
(KKR). ranah (domain). Cabang Kekuasaan eksekutif
Kelompok lapis ketiga adalah organ atau pemerintah Negara ada Presiden dan wakil
lembaga Negara yang sumber kewenangannya Presiden yang merupakan satu kesatan institusi
berasal dari regulator atau pembentuk peraturan kepresidenan. Cabang kekuasaan kehakiman
dibawah Undang-Undang. Misalnya lembaga yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah
negara yang dibentuk berdasarkan keputusan Konstitusi. Tetapi disamping itu terdapat Komisi
Presiden. Artinya, keberadaannya secara hukum Yudisial sebagai lembaga pengawas martabat,
hanya didasarkan atas kebijakan Presiden kehormatan, dan perilaku hakim. Keberadaan
(Presidential policy) atau beleid Presiden. Komisi Yudisial ini bersifat penunjang (auxiliary)

16 Ibid
17 Yusmiati, Kelembagaan Negara Republik
14 Undang Undang RI Nomor 17 Tahun 2014 Indonesia Menurut Undang-Undang Dasar 1945, Jurnal Ilmu
tentang organ/lembaga negara MPR, DPR, DPD dan DPRD Pengetahuan Sosial, Vol 4.No.1, Tahun 2018, hlm 57
15 Ibid
terhadap cabang kekuasaan kehakiman, dan Menteri merupakan pembantu Presiden, Menteri
cabang kekuasaan pengawasan dan kekuasaan membantu Presiden dalam rangka menjalankan
legislative terdapat empat organ yaitu kekuasaannya sebagai kepala eksekutif untuk
(1) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), mengurusi urusan tertentu dalam pemerintahan.
(2) Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Menteri merupakan Pemimpin lembaga eksekutif
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan bukan sekedar pemimpin dari kementerian.
(4) Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ketentuan mengenai
Indonesia 1945 menyebutkan pula adanya Menteri diatur secara tersendiri dalam Bab V
satuan-satuan pemerintahan daerah yang Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
bersifat khusus dan istimewa yang diakui dan Tahun 1945. Banyak anggapan yang salah
dihormati keberadaannya secara tegas oleh mengenai Menteri. Pemahaman mengenai
Undang-Undang Dasar, sehingga eksistensinya Menteri merupakan bagian yang tidak
sangat kuat secara konstitusional, perubahan terpisahkan dari kewenangan mutlak (hak
pertama hingga empat Undang-undang Dasar prerogratif) Presiden sebagai kepala Negara
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang sekaligus kepala pemerintahan merupakan
merupakan konsekuensi dari kegagalan Undang- pemahaman yang salah. Sebenarnya, pengaturan
undang Dasar Negara Rrepublik Indonesia tahun mengenai Menteri Negara diatur tersendiri dalam
1945, telah menjadikan sistem ketatanegaraan Bab yang terpisah dari Bab III tentang kekuasaan
Republik Indonesia mengalami perubahan yang Pemerintahan Negara yang berkaitan dengan
amat mendasar. Perubahan-perubahan itu turut kekuasaan Presiden, mengandung arti yang
mempengaruhi struktur dan mekanisme tersendiri pula.
struktural organ-organ Negara Republik Dalam Pasal 17 ayat (3) UUD 1945
Indonesia yang tidak dapat lagi dijelaskan setelah amandemen dikatakan bahwa “setiap
menurut cara berpikir dimasa orde yang lama. Menteri membidangi urusan tertentu dalam
Kemudian adanya Lembaga Negara Bantu pemerintahan”. Dalam isi pasal ini mengandung
(Auxiliary State Organ) Untuk menentukan makna bahwa Menteri-Menteri tidak harus selalu
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga memimpin organisasi departemen. Selama ini,
negara bantu dalam struktur ketatanegaraan dalam prakteknya, juga ada jabatan Menteri
Republik Indonesia terlebih dahulu harus Negara yang tidak memimpin departemen. Baik
dilakukan pemilihan terhadap lembaga-lembaga Menteri Negara maupun Menteri Koordinator
negara berdasarkan dasar pembentukannya. biasanya tidak memimpin departemen yang
Pasca perubahan konstitusi, Indonesia membagi mempunyai jangkauan birokrasi sampai ke
lembaga-lembaga negara ke dalam tiga kelompok daerah-daerah, melainkan hanya memimpin
yaitu: 18 suatu kantor kementerian di tingkat pusat saja.
1. Lembaga negara yang dibentuk Mengingat bahwa tidak semua Menteri
berdasarkan atas perintah Undang- memimpin departemen itulah, maka ketentuan
undang Dasar Negara Republik Pasal 17 ayat (3) Undang-undang Negara
Indonesia Tahun 1945 Republik Indonesia Tahun 1945 disempurnakan
(constitutionally entrusted power). dengan rumusan baru menjadi “Setiap Menteri
2. Lembaga negara yang dibentuk membidangi urusan tertentu dalam
berdasarkan perintah Undang- pemerintahan”. Dengan rumusan baru pasca
Undang (legislatively entrusted amandemen, dihubungkan dengan ketentuan
power). ayat (1), ayat (2) dan ayat (4), maka semua jenis
3. Lembaga negara yang dibentuk atas jabatan Menteri, yaitu Menteri Koordinator,
dasar perintah keputusan Presiden. Menteri yang memimpin departemen, dan
Kedudukan Kementerian Negara dalam Menteri Negara yang tidak memimpin
sistem pemerintahan Indonesia merupakan departemen, semuanya merupakan Menteri
lembaga negara yang disebutkan dalam Undang- Negara sebagaimana dimaksud dalam Bab V
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 17 Undang-undang Dasar Negara Republik
1945. Dalam konstitusi disebutkan bahwa Indonesia 1945.
Jadi walaupun ada Menteri yang tidak
18
secara tegas disebutkan dalam Undang-undang
Jimly Asshiddiqie, Opcit, Hlm 7
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
namun Pasal 17 Undang-undang Negara Republik B. Tugas Dan Fungsi Kementerian Negara
Indonesia Tahun 1945 mencakup seluruh jabatan Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia
Menteri, baik itu Menteri yang memimpin Undang-Undang Dasar Negara Republik
departemen, Menteri yang tidak memimpin Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa
departemen serta Menteri Koordinator. Sehingga Presiden Republik Indonesia memegang
adalah salah bila disebutkan jabatan Menteri kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Koordinator tidak memiliki dasar hukum yang Undang Dasar.19 Dalam menjalankan kekuasaan
kuat karena tidak diatur dalam Konstitusi Negara pemerintahan, Presiden dibantu oleh menteri-
Indonesia yaitu Undang-undnag Dasar Negara menteri negara yang diangkat dan diberhentikan
Republik Indonesia Tahun 1945. Karena oleh Presiden.
kedudukan Menteri Koordinator merupakan Kementerian negara dimaksud dibentuk
bagian dari Menteri-Menteri Negara yang untuk melaksanakan urusan-urusan
diangkat oleh Presiden sebagai pimpinan pemerintahan yang harus dijalankan Presiden
tertinggi eksekutif dalam upaya melaksanakan secara menyeluruh dalam rangka pencapaian
urusan pemerintahan. tujuan negara. Urusan-urusan pemerintahan
Dengan demikian menurut aturan bab V tersebut adalah urusan pemerintahan yang
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia nomenklatur kementeriannya secara tegas
Tahun 1945 bahwa pengertian Menteri yang disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
dimaksud dalam ketentuan umum Undang- Republik Indonesia Tahun 1945, urusan
Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan
Kementerian Negara ialah menteri secara dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
keseluruhan, baik Menteri yang nomenklaturnya Indonesia Tahun 1945, dan urusan pemerintahan
disebutkan dalam Undang-undnag Negara dalam rangka penajaman, koordinasi, dan
Republik Indonesia Tahun 1945, maupun yang sinkronisasi program pemerintah.
tidak disebutkan, atau Menteri yang memimpin Selain itu, maksud dan tujuan
departemen maupun yang tidak memimpin pembentukan kementerian negara dibentuk
departemen serta Menteri Koordinator itu dalam rangka membangun sistem pemerintahan
sendiri. Karena dalam ketentuan umum Undang- presidensial yang efektif dan efisien, yang
Undang Kementerian Negara adalah Menteri menitikberatkan pada peningkatan pelayanan
yang memimpin kementerian yang mengurusi publik yang prima. Oleh karena itu, menteri
urusan tertentu dalam pemerintahan. Menteri dilarang merangkap jabatan sebagai pejabat
Koordinator adalah seorang pemimpin dari negara lainnya, komisaris dan direksi pada
kementerian koordinator yang secara hierarki perusahaan, dan pimpinan organisasi yang
merupakan lembaga negara tingkat kedua. Yang dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja
dimana lembaga kementerian disebutkan secara Negara dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja
eksplisit dalam Undang-undang Negara Republik Daerah. Bahkan diharapkan seorang menteri
Indonesia Tahun 1945 namun mengenai tugas dapat melepaskan tugas dan jabatan jabatan
dan kewenangannya diatur lebih lanjut dalam lainnya termasuk jabatan dalam partai politik.
peraturan perundang-undangan baik dalam Kesemuanya itu dalam rangka meningkatkan
Undang-undang maupun Peraturan Presiden. profesionalisme, pelaksanaan urusan
Sehingga walaupun Menteri Negara merupakan kementerian yang lebih fokus kepada tugas
kepala eksekutif yang sebenarnya, tetapi Menteri pokok dan fungsinya yang lebih bertanggung
Negara tetap harus bertanggung jawab terhadap jawab.20
Presiden yang di dalam Undang-undang Dasar Kementerian yang menangani urusan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya
merupakan pemegang kekuasaan pemerintahan. secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang
Sebagai lembaga negara tingkat kedua, Menteri Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Negara tidak harus selalu ada dalam sistem yang ruang lingkupnya disebutkan dalam
pemerintahan Negara Republik Indonesia. Karena Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
kementerian negara bisa saja dihapuskan atau Tahun 1945 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
diganti bidang bila sistem pemerintahan yang 3 huruf a dan huruf b terdiri atas :
berlaku menganggap tidak memerlukan
kementerian tersebut. 19 Penjelasan Pasal 4 Undang Undang Dasar 1945
20 Penjelasan UU No 39 Tahun 2008
1. Kementerian Dalam Negeri; angka 4 sampai dengan angka 20,
2. Kementerian Luar Negeri; menyelenggarakan fungsi :
3. Kementerian Pertahanan; a. perumusan, penetapan, dan
4. Kementerian Hukum dan Hak Asasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
Manusia; b. pengelolaan barang milik/kekayaan
5. Kementerian Keuangan; negara yang menjadi tanggung
6. Kementerian Energi dan Sumber jawabnya; c. pengawasan atas
Daya Mineral; pelaksanaan tugas di bidangnya;
7. Kementerian Perindustrian; c. pelaksanaan bimbingan teknis dan
8. Kementerian Perdagangan; supervisi atas pelaksanaan urusan
9. Kementerian Pertanian; kementerian di daerah;
10. Kementerian Kehutanan; d. pelaksanaan kegiatan teknis yang
11. Kementerian Perhubungan; berskala nasional.
12. Kementerian Kelautan dan Susunan organisasi Kementerian yang
Perikanan; menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud
13. Kementerian Tenaga Kerja dan dalam Pasal 26 ayat (1) terdiri atas unsur:
Transmigrasi; a. pemimpin, yaitu Menteri;
14. Kementerian Pekerjaan Umum; b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat
15. Kementerian Kesehatan; jenderal;
16. Kementerian Pendidikan Nasional; c. pelaksana, yaitu direktorat jenderal;
17. Kementerian Sosial; d. pengawas, yaitu inspektorat jenderal;
18. Kementerian Agama; e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat; dan
19. Kementerian Kebudayaan dan f. pelaksana tugas pokok di daerah dan/atau
Pariwisata; dan perwakilan luar negeri sesuai dengan
20. Kementerian Komunikasi dan peraturan perundang-undangan.
Informatika. 21 Susunan organisasi Kementerian yang
menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud
Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) terdiri atas unsur:
dalam Pasal 23 mempunyai tugas a. pemimpin, yaitu Menteri;
menyelenggarakan urusan tertentu dalam b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat
pemerintahan untuk membantu Presiden dalam jenderal;
menyelenggarakan pemerintahan negara (pasal c. pelaksana, yaitu direktorat jenderal;
25). d. pengawas, yaitu inspektorat jenderal; dan
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat.
dimaksud dalam Pasal 25, Kementerian Kementerian Agama, Kementerian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 angka 1, Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Kementerian
angka 2, dan angka 3, menyelenggarakan fungsi : Keuangan, selain memiliki unsur sebagaimana
(1) a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan dimaksud pada ayat (2), juga memiliki unsur
kebijakan di bidangnya; pelaksana tugas pokok di daerah.22
b. pengelolaan barang milik/kekayaan Kementerian yang menangani urusan
negara yang menjadi tanggung jawabnya; pemerintahan dalam rangka penajaman,
koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c
bidangnya; dan terdiri atas:
d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat 1. Kementerian Sekretariat Negara;
sampai ke daerah. 2. Kementerian Riset dan Teknologi;
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana 3. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
dimaksud dalam Pasal 25, Kementerian Menengah;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 4. Kementerian Lingkungan Hidup;
5. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak;
21 Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009
Tentang Pembentukan Dan Organisasi Kementerian Negara,
Pasal 23 22 Ibid, Pasal 27.
6. Kementerian Pendayagunaan Aparatur setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Negara dan Reformasi Birokrasi; Menteri yang membidangi urusan
7. Kementerian Pembangunan Daerah pendayagunaan aparatur negara dan
Tertinggal; reformasi birokrasi.
8. Kementerian Perencanaan Pembangunan Sebagaimana disebutkan dalam
Nasional; konsiderans Undang-Undang Nomor 39 Tahun
9. Kementerian Badan Usaha Milik Negara; 2008 tentang Kementerian Negara (selanjutnya
10. Kementerian Perumahan Rakyat; dan disebut UU Nomor 39 Tahun 2008 tentang
11. Kementerian Pemuda dan Olah Raga. Kementerian Negara) menyatakan bahwa:
Kementerian sebagaimana dimaksud a. bahwa Presiden sebagai pemegang
dalam Pasal 47 ayat melaksanakan tugas dan kekuasaan pemerintahan menurut
fungsinya: Undang-Undang Dasar Negara
a. perumusan dan penetapan kebijakan Republik Indonesia Tahun 1945
di bidangnya; dalam menjalankan tugasnya dibantu
b. koordinasi dan sinkronisasi oleh menteri-menteri negara yang
pelaksanaan kebijakan di bidangnya; membidangi urusan tertentu di
c. pengelolaan barang milik/kekayaan bidang pemerintahan;
negara yang menjadi tanggung b. bahwa setiap menteri memimpin
jawabnya; kementerian negara untuk
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas menyelenggarakan urusan tertentu
di bidangnya. 23 dalam pemerintahan guna mencapai
tujuan Negara sebagaimana
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya diamanatkan dalam Pembukaan
tersebut diatur sebagai berikut: Undang-Undang Dasar Negara
(1) Pelaksana tugas pokok di daerah Republik Indonesia Tahun 1945.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat Kemudian diperjelas dalam
(1) huruf f adalah instansi vertikal yang penjelasan UU Nomor 39 Tahun 2008
dibentuk sesuai dengan peraturan tentang Kementerian Negara yaitu
perundang-undangan dan ditetapkan dengan Menteri-menteri negara tersebut
Peraturan Presiden. membidangi urusan tertentu dalam
(2) Pelaksana tugas pokok di luar negeri pemerintahan yang pembentukan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat pengubahan, dan pembubaran
(1) huruf f adalah perwakilan Negara kementeriannya diatur dalam
Republik Indonesia di luar negeri yang undang-undang sebagaimana
dibentuk sesuai dengan ketentuan peraturan dimaksud dalam Pasal 17 Undang-
perundang-undangan. Undang Dasar Negara Republik
Secara teknis dan operasional diatur Indonesia Tahun 1945. Pasal 17 ini
dalam pasal 67 peraturan presiden ini sebagai menegaskan bahwa kekuasaan
berikut: Presiden tidak tak terbatas karenanya
(1) Untuk melaksanakan tugas teknis operasional dikehendaki setiap pembentukan,
dan/atau tugas teknis penunjang tertentu, pengubahan, dan pembubaran
Kementerian sebagaimana dimaksud dalam kementerian Negara haruslah
Pasal 23 secara selektif dapat membentuk berdasarkan undang-undang.24
Unit Pelaksana Teknis. Menteri-menteri negara sebagaimana
(2) Pedoman organisasi Unit Pelaksana Teknis tersebut diatas membidangi urusan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam pemerintahan yang pembentukan,
ditetapkan oleh Menteri yang membidangi pengubahan, dan pembubaran kementeriannya
urusan pendayagunaan aparatur negara dan diatur dalam undang-undang sebagaimana
reformasi birokrasi. dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar
(3) Unit Pelaksana Teknis Kementerian Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 17
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ini menegaskan bahwa kekuasaan Presiden tidak
ditetapkan oleh Menteri yang bersangkutan
24 Penjelasan Undang Undang Nomor 39 Tahun
23 Ibid, pasal 50.. 2008, alinea ke 3.
tak terbatas karenanya dikehendaki setiap pejabat negara lainnya, komisaris dan direksi
pembentukan, pengubahan, dan pembubaran pada perusahaan, dan pimpinan organisasi yang
kementerian negara haruslah berdasarkan dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja
undang-undang. Undang-undang ini sama sekali Negara dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja
tidak mengurangi apalagi menghilangkan hak Daerah. Bahkan diharapkan seorang menteri
Presiden dalam menyusun kementerian negara dapat melepaskan tugas dan jabatan lainnya
yang akan membantunya dalam termasuk jabatan dalam partai politik.
menyelenggarakan urusan pemerintahan. Kesemuanya itu dalam rangka
Sebaliknya, undang-undang nomor 39 Tahun meningkatkan profesionalisme, pelaksanaan
2008 tentang Kementerian Negara justru urusan kementerian yang lebih fokus kepada
dimaksudkan untuk memudahkan Presiden tugas pokok dan fungsinya yang lebih
dalam menyusun kementerian negara karena bertanggung jawab. Undang-undang ini juga
secara jelas dan tegas mengatur kedudukan, dimaksudkan untuk melakukan reformasi
tugas, fungsi, dan susunan organisasi birokrasi dengan membatasi jumlah kementerian
kementerian negara. paling banyak 34 (tiga puluh empat). Artinya,
Pengaturan mengenai kementerian jumlah kementerian tidak dimungkinkan melebihi
negara tidak didekati melalui pemberian nama jumlah tersebut dan diharapkan akan terjadi
tertentu pada setiap kementerian. Akan tetapi, pengurangan
undang-undang tersebut melakukan pendekatan Adapun struktur organisasi kementerian
melalui urusan-urusan pemerintahan yang harus yang ada sebelumnya dianggap belum mencukupi
dijalankan Presiden secara menyeluruh dalam dan belum mampu meng-cover semua tugas-
rangka pencapaian tujuan negara. Urusan-urusan tugas kementerian negara, sehingga pemerintah
pemerintahan tersebut adalah urusan mengangkat jabatan Wakil Menteri dengan logika
pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya berpikir yang digunakan dalam mengangkat
secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang jabatan Wakil Menteri tersebut adalah untuk
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; meningkatkan efektivitas dan efisiensi
urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya pelaksanaan fungsi-fungsi kementerian negara.
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Sebelumnya, Indonesia tidak pernah mengenal
Republik Indonesia Tahun 1945; dan urusan adanya jabatan Wakil Menteri, jabatan tertinggi
pemerintahan dalam rangka penajaman, pada kementerian negara dipegang oleh menteri
koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah. sebagai pembantu presiden. Namun, mengikuti
Dalam melaksanakan urusan-urusan perkembangan zaman dan kompleksitas fungsi-
tersebut tidak berarti satu urusan dilaksanakan fungsi kementerian sehingga dirasa perlu untuk
oleh satu kementerian. Akan tetapi satu mengangkat Wakil Menteri yang bertugas
kementerian bisa melaksanakan lebih dari satu membantu menteri dalam melaksanakan tugas
urusan sesuai dengan tugas yang diberikan oleh dan fungsinya. Wakil Menteri diberikan
Presiden. Undang-undang ini juga mengatur kewenangan untuk membantu tugas-tugas
tentang persyaratan pengangkatan dan kepemimpinan menteri, termasuk mewakili
pemberhentian menteri. menteri dalam sidang-sidang kabinet jika menteri
Pengaturan persyaratan pengangkatan berhalangan, juga menghadiri sidang-sidang
menteri tidak dimaksudkan untuk membatasi hak setingkat menteri di diberbagai forum. Namun,
Presiden dalam memilih seorang Menteri, Wakil Menteri tidak memiliki hak suara dalam
sebaliknya menekankan bahwa seorang Menteri sidang-sidang kabinet dan tidak berwenang
yang diangkat memiliki integritas dan kepribadian mengambil keputusan dalam berbagai forum.
yang baik. Namun demikian Presiden diharapkan Pengaturan tentang wakil Menteri diatur dalam
juga memperhatikan kompetensi dalam bidang pasal 10 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008
tugas kementerian, memiliki pengalaman dan aturan pelaksanaannya pasal 64 dan 65
kepemimpinan, dan sanggup bekerjasama Peraturan Presiden Negara Republik Indonesia
sebagai pembantu Presiden. Undang-undang ini Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Dan
disusun dalam rangka membangun sistem Organisasi Kementerian Negara.25
pemerintahan presidensial yang efektif dan
efisien, yang menitikberatkan pada peningkatan
25 Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009
pelayanan publik yang prima. Oleh karena itu,
Tentang Pembentukan Dan Organisasi Kementerian Negara,
menteri dilarang merangkap jabatan sebagai Pasal 64-65.
Pasal 64 (dirjen). Kehadiran Wakil Menteri sebagai orang
(1) Dalam melaksanakan tugas Menteri tertentu nomor dua menggeser posisi sekretaris jenderal
dapat dibantu oleh Wakil Menteri sesuai akan mendatangkan konsekwensi baru berupa
dengan penunjukkan Presiden. budaya organisasi baru. Sementara mengubah
(2) Wakil Menteri berada di bawah dan budaya organisasi dengan struktur organisasi
bertanggung jawab kepada Menteri. yang baru memerlukan waktu yang tergolong
(3) Wakil Menteri mempunyai tugas membantu lama. Apalagi bila tidak ada uraian tugas antara
Menteri dalam memimpin penyelenggaraan menteri dan Wakil Menteri serta pejabat eselon 1
urusan Kementerian. lainnya pada kementerian yang sama.
Pasal 65 Keberatan-keberatan banyak pihak
Menteri dan Wakil Menteri merupakan satu tersebut kemudian diajukan uji materi ke
kesatuan unsur pemimpin Kementerian. Mahkamah Konstitusi tentang keabsahan pasal
Namun seiring berjalannya waktu banyak 10 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008
pihak yang memandang bahwa sebaiknya Wakil tersebut dengan alasan hukum bahwa pasal 10
Menteri dibubarkan saja, karena akibat yang akan tersebut tentang pengangkatan Wakil Menteri
timbul kedepan akan lebih sangat mengecewakan bertentangan dengan Undang-undang Dasar
masyarakat saja. Semestinya seorang menteri 1945. Sehingga patut dinyatakan tidak berlaku
yang sudah bekerja dengan baik dan sesuai dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Dalam
dengan latar belakang keilmuan dan arti formil yaitu dari segi prosedural dimana telah
pengalamannya tidak memerlukan posisi Wakil ditentukan syarat-syarat pembentukan peraturan
Menteri. Adanya struktur baru pada banyak perundang-undangan. Hal itu dikarenakan tidak
kementerian berimplikasi pada pemborosan memenuhi syarat formil dari sebuah undang-
keuangan negara. Karena anggaran negara undang.26
didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Putusan Makama Konstitusi menegaskan
Negara (APBN) mengikuti struktur pemerintahan, bahwa pasal 10 UU Kementerian Negara terkait
bukan berdasarkan kebutuhan. Jadi, meski tidak wakil menteri tidak bertentangan dengan UUD
dibutuhkan tapi karena kehadiran struktur baru 1945. Mahkamah Konstitusi justru membatalkan
menyebabkan negara harus mengalokasikan penjelasan pasal 10 yang mengatakan bahwa
anggaran negara agar menjaga kelangsungan Wakil Menteri adalah pejabat karir dan bukan
hidup organisasi kementerian. anggota kabinet.
Dengan membengkaknya birokrasi di Dengan tidak diberlakukannya lagi
dalam struktur organisasi kementerian Penjelasan Pasal 10 Undang-undang Nomor 39
bertentangan dengan semangat reformasi Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, maka
birokrasi. secara langsung mengubah tatanan dan susunan
Pembengkakan birokrasi pemerintahan Wakil Menteri dengan dikeluarkannya Peraturan
akan memperburuk kinerja organisasi Presiden Nomor 60 Tahun 2012 Tentang Wakil
pemerintahan dengan ciri inefisiensi dan Menteri yang mengatur secara khusus mengenai
pemborosan anggaran negara. Padahal hal-hal yang menjadi permasalahan dalam
semestinya pemerintahan yang efektif adalah Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
pemerintahan yang memiliki struktur birokrasi 79/PUUIX/2011. Selain itu, Presiden juga
yang linear dan ramping. Bahkan seharusnya memperbaiki Keputusan Presiden sebelumnya,
beberapa pejabat eselon I yang tak diperlukan yaitu melalui Keputusan Presiden Nomor 65/M
dihilangkan atau dilebur saja agar alur birokrasi Tahun 2012 tentang Perubahan Keputusan
lebih cepat dalam proses pengambilan keputusan Presiden Nomor 111/M Tahun 2009, Keputusan
organisasi. Presiden Nomor 3/P Tahun 2010, Keputusan
Bertambahnya struktur baru didalam Presiden Nomor 57/P Tahun 2010, dan
organisasi kementerian bukanlah pekerjaan Keputusan Presiden Nomor 159/M Tahun 2011.
mudah karena akan berpengaruh pada budaya Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang
organisasi. Budaya organisasi di kementerian menyatakan bahwa posisi Wakil Menteri
selama ini terbiasa dengan struktur organisasi
yang menempatkan menteri sebagai orang
26 Ahmad Syahrizal, 2006, Peradilan Konstitusi,
nomor satu. Sedangkan posisi nomor dua adalah
sekretaris jenderal (sekjen), kemudian di suatu studi tentang Adjudikasi Konstitusional sebagai
Mekanisme Penyelesaian Sengketa Normatif, Jakarta, Pradya
bawahnya terdapat para direktur jenderal Paramita, hlm. 280.
diputuskan konstitusional merupakan bentuk b. membantu Menteri dalam
penegasan dari kewenangan penuh Presiden melaksanakan program kerja dan
dalam mengangkat Wakil Menteri. Ke depannya, kontrak kinerja;
Presiden bebas mengangkat Wakil Menteri dari c. memberikan rekomendasi dan
unsur manapun dan tidak dibatasi oleh ketentuan pertimbangan kepada Menteri
harus berasal dari pejabat karir sebagaimana berkaitan dengan pelaksanaan tugas
diatur sebelumnya. Pasal 6 Peraturan Presiden dan fungsi Kementerian;
Nomor 60 Tahun 2012 Tentang Wakil Menteri d. melaksanakan pengendalian dan
disebutkan bahwa Wakil Menteri berasal dari pemantauan pelaksanaan tugas dan
pegawai negeri atau bukan pegawai negeri fungsi Kementerian;
Dengan demikian, maka dari segi jabatannya e. membantu Menteri dalam penilaian
sangat jelas dan tegas bahwa Wakil Menteri dan penetapan pengisian jabatan di
merupakan jabatan karir dan non-karir. Namun, lingkungan Kementerian;
dalam hal ini terdapat ketimpangan, mengingat f. melaksanakan pengendalian
jabatan Wakil Menteri awalnya harus berasal dari reformasi birokrasi di lingkungan
Pegawai Negeri Sipil, dan pada saat ini Kementerian;
diperbolehkan berasal dari bukan Pegawai Negeri g. mewakili Menteri pada acara
Sipil. Bahkan, orang-orang yang diangkat sebagai tertentu dan/atau memimpin rapat
Wakil Menteri rata-rata berstatus Pegawai Negeri sesuai dengan penugasan Menteri;
Sipil. Dengan demikian, telah terjadi politisasi h. melaksanakan tugas lain yang
pada pengangkatan Wakil Menteri. diberikan oleh Menteri;
Kemudian Presiden mengeluarkan i. dalam hal tertentu, Wakil Menteri
Perpres Nomor 60 Tahun 2012 tentang Wakil melaksanakan tugas khusus yang
Menteri, yang menempatkan posisi Wakil diberikan langsung oleh Presiden
Menteri tersebut berada di bawah dan atau melalui Menteri. 29
bertanggung jawab kepada Menteri.27
Tugas Wakil Menteri adalah: Wakil Menteri didalam melaksanakan
(1) Wakil Menteri mempunyai tugas tugasnya secara administratif dan teknis diatur
membantu Menteri dalam dalam pasal 9 dan 10 Peraturan Presiden Nomor
memimpin pelaksanaan tugas 60 Tahun 2012 sebagai berikut:
Kementerian. Pasal 9:
(2) Ruang lingkup bidang tugas Wakil (1) Dalam melaksanakan tugasnya Wakil
Menteri sebagaimana dimaksud pada Menteri secara administratif didukung oleh
ayat (1), meliputi: Sekretariat Jenderal/ Sekretariat
a. membantu Menteri dalam Kementerian.
perumusan dan/atau (2) Dalam melaksanakan tugasnya Wakil
pelaksanaan kebijakan Menteri secara teknis didukung oleh
Kementerian; Direktorat Jenderal, Deputi, Inspektorat
b. membantu Menteri dalam Jenderal/Inspektorat Kementerian, Badan
mengoordinasikan pencapaian dan Pusat di lingkungan Kementerian.
kebijakan strategis lintas unit Pasal 10
organisasi eselon I di lingkungan (1) Dalam melaksanakan pemberian dukungan
Kementerian.28 secara administratif Wakil Menteri dibantu
oleh unit yang melaksanakan tugas bidang
Rincian tugas sebagaimana dimaksud tata usaha paling tinggi setingkat eselon III.a.
dalam Pasal 2, meliputi: (2) Dalam pelaksanaan pemberian dukungan
a. membantu Menteri dalam proses secara teknis Wakil Menteri dibantu oleh
pengambilan keputusan tenaga fungsional yang ditugaskan secara
Kementerian; khusus sesuai dengan kebutuhan.
(3) Tenaga fungsional sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), secara administratif
merupakan tenaga fungsional di bawah unit
27 Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2012
Tentang Wakil Menteri, pasal 1
28 Ibid, pasal 2 29 Ibid, pasal 3
pelaksana dan/atau unit pendukung Tentang Wakil Menteri yang mengatur secara
Kementerian. khusus mengenai hal-hal yang menjadi
Secara structural Wakil Menteri dalam permasalahan dalam Putusan Mahkamah
melaksanakan tugasnya diatur dalam pasal 11 Konstitusi Nomor 79/PUUIX/2011. Selain itu,
yaitu: Presiden juga memperbaiki Keputusan Presiden
Pasal 11 sebelumnya, yaitu melalui Keputusan Presiden
Wakil Menteri wajib berkoordinasi dengan Nomor 65/M Tahun 2012 tentang Perubahan
Menteri yaitu: Keputusan Presiden Nomor 111/M Tahun 2009,
a. membangun keselarasan dengan kebijakan Keputusan Presiden Nomor 3/P Tahun 2010,
Menteri; Keputusan Presiden Nomor 57/P Tahun 2010,
b. mengikuti dan mematuhi petunjuk Menteri; dan Keputusan Presiden Nomor 159/M Tahun
c. menyampaikan laporan hasil pelaksanaan 2011.
tugasnya kepada Menteri. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang
Pasal 12 menyatakan bahwa posisi Wakil Menteri
(1) Wakil Menteri dalam melaksanakan diputuskan konstitusional merupakan bentuk
tugasnya menerapkan prinsip koordinasi, penegasan dari kewenangan penuh Presiden
integrasi, dan sinkronisasi dengan para dalam mengangkat Wakil Menteri. Ke depannya,
Pejabat eselon I di lingkungan Kementerian. Presiden bebas mengangkat Wakil Menteri dari
(2) Dalam melaksanakan tugas koordinasi, unsur manapun dan tidak dibatasi oleh ketentuan
Wakil Menteri berwenang mengadakan harus berasal dari pejabat karir sebagaimana
rapat koordinasi dengan para pejabat di diatur sebelumnya.31
lingkungan Kementerian. Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 60
Pasal 13 Tahun 2012 Tentang Wakil Menteri disebutkan
Keputusan Presiden tentang Pengangkatan Wakil bahwa: “Wakil Menteri dapat berasal dari
Menteri yang ditetapkan sebelum berlakunya Pegawai Negeri atau bukan Pegawai Negeri”.
Peraturan Presiden ini disesuaikan berdasarkan Dengan demikian, maka dari segi jabatannya
Peraturan Presiden ini. sangat jelas dan tegas bahwa Wakil Menteri
Pasal 14 merupakan jabatan karir dan non-karir. Namun,
Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka dalam hal ini terdapat ketimpangan, mengingat
ketentuan mengenai Wakil Menteri sebagaimana jabatan Wakil Menteri awalnya harus berasal dari
diatur dalam: Pegawai Negeri Sipil, dan pada saat ini
1. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 diperbolehkan berasal dari bukan Pegawai Negeri
tentang Pembentukan dan Organisasi Sipil.32 Bahkan, orang-orang yang diangkat
Kementerian Negara; sebagai Wakil Menteri rata-rata berstatus
2. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2011 Pegawai Negeri Sipil. Presiden dengan
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden kewenangannya, mengeluarkan Perpres Nomor
Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan 60 Tahun 2012 tentang Wakil Menteri, yang
dan Organisasi Kementerian Negara; menempatkan posisi Wakil Menteri tersebut
3. Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri (Pasal 1). Wakil Menteri mempunyai
Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang tugas membantu Menteri dalam “memimpin”
Pembentukan dan Organisasi Kementerian pelaksana tugas Kementerian Negara (Pasal 2
Negara; dicabut dan dinyatakan tidak ayat (1)). Tugas Wakil Menteri adalah membantu
berlaku.30 untuk “memimpin”, maka berdasarkan Pasal 2
Dengan demikian maka dapatlah ayat (1) ini, Wakil Menteri ditempatkan pada
dianalisis bahwa dengan tidak diberlakukannya posisi pimpinan, tetapi posisi pimpinan di sini
lagi Penjelasan Pasal 10 Undang-undang Nomor ditempatkan pada kedudukan sebagai Pembantu
39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, Menteri.
maka secara langsung mengubah tatanan dan Dilihat dari segi hak dan fasilitas
susunan Wakil Menteri dengan dikeluarkannya keuangan, maka Wakil Menteri lebih tinggi dari
Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2012
31 www.direktoriputusanMK, diakses tgl 10 Feb
30 Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2012 2022 pkl 19.16
Tentang Wakil Menteri. 32 Pasal 6 Perpres no 60 thn 2012
Pembantu Menteri, Pengawas, dan Unsur pendapat bahwa pengangkatan Wakil Menteri
Pelaksana pada Kementerian tertentu. Wakil adalah bagian dari kewenangan Presiden untuk
Menteri mendapat hak keuangan dan fasilitas melaksanakan tugas-tugasnya, baik diatur
lainnya di atas jabatan struktural eselon 1, maupun tidak diatur dengan Undang-undang.
sehingga lebih tinggi dari pejabat di bawah Pengangkatan Wakil menteri sebenarnya
Menteri semuanya. Meskipun dalam hak merupakan bagian dari kewenangan Presiden,
keuangan dan fasilitas lainnya lebih tinggi dari sehingga dari sudut substansi tidak terdapat
jabatan lain di bawah Menteri, namun Wakil persoalan konstitusionalitas dalam konteks ini.33
Menteri tidak dimasukkan dalam struktur Pendapat Mahkamah Konstitusi tersebut
organisasi Kementerian Negara sehingga membuat terang hak konstitusional Presiden
menimbulkan kerancuan dalam tataran untuk mengangkat Wakil Menteri, sekalipun tidak
penerapan struktur organisasi. Hal itu tentu ada Undang-undang yang mengaturnya, bahkan
sangat berkaitan dengan koordinasi dan sekalipun ada uji materi terhadap Undang-
komunikasi antar pejabat struktural pada undang Kementerian Negara.
Kementerian tertentu. Pengaturan mengenai Berdasarkan amanat dari putusan
posisi dan kedudukan Wakil Menteri dalam Mahkamah Konstitusi yang menginstruksikan
susunan organisasi Kementerian Negara. Presiden untuk membuat Peraturan Presiden
Mengenai hak keuangan dan fasilitas yang (Perpres) yang mengatur tentang Wakil Menteri,
didapat oleh Wakil Menteri diatur melalui maka diterbitkanlah Perpres Nomor 60 Tahun
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia 2012 tentang Wakil Menteri. Tugas-tugas Wakil
Nomor 164/PMK.02/2012 tentang hak keuangan Menteri menurut Perpres Nomor 60 Tahun 2012,
dan fasilitas lainnya bagi Wakil Menteri. sangatlah luas, jika dibandingkan dengan pasal 10
Terkait dengan jabatan wakil menteri, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008, hal ini
telah diatur pada Pasal 4 ayat (2) Peraturan terlihat bertentangan. Dalam Pasal 10 disebutkan
Presiden Nomor 60 Tahun 2012 Tentang Wakil bahwa “Dalam hal terdapat beban kerja yang
Menteri disebutkan bahwa: “Masa jabatan Wakil membutuhkan penanganan secara khusus,
Menteri paling lama sama dengan masa jabatan presiden dapat mengangkat Wakil Menteri”. Dari
atau berakhir bersamaan dengan berakhirnya pasal di atas dapat dilihat bahwa Wakil Menteri
masa jabatan Presiden yang bersangkutan”. merupakan sebuah jabatan optional dimana jika
Selain itu, dipertegas pula dalam Keputusan di suatu Kementerian tertentu memiliki beban
Presiden Nomor 65/M Tahun 2012 tentang kerja yang berat, maka di saat itulah keberadaan
Perubahan Keputusan Presiden Nomor 111/M Wakil Menteri diperlukan. Selain itu, dalam Pasal
Tahun 2009, Keputusan Presiden Nomor 3/P 10 juga mengisyaratkan bahwa Wakil Menteri
Tahun 2010, Keputusan Presiden Nomor 57/P hanya berwenang untuk mengerjakan beban
Tahun 2010, dan Keputusan Presiden Nomor kerja yang membutuhkan penanganan secara
159/M Tahun 2011 yang di dalamnya juga khusus, bukan menjalankan tugas-tugas yang
menyebutkan mengenai masa jabatan Wakil begitu luas yang ada dalam Perpres Nomor 60
Menteri adalah “masa jabatan paling lama sama Tahun 2012 tersebut. Sebenarnya, tidak terjadi
dengan masa jabatan atau berakhir bersamaan perubahan yang signifikan antara tugas dan
dengan berakhirnya masa jabatan Presiden. wewenang Wakil Menteri sebelum dan sesudah
Dengan demikian, jelaslah bahwa masa jabatan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
Wakil Menteri sama dengan masa jabatan 79/PUU-IX/2011, hanya saja dalam Peraturan
Presiden dan Menteri. Presiden Nomor 91 Tahun 2011 tentang
Mahkamah Konstitusi dalam Perubahan Ketiga Peraturan Presiden Nomor 47
pendapatnya dengan akurat membangun suatu Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
konstruksi berpikir yang sistemik tentang Organisasi Kementerian Negara, rincian tugas
kedudukan Presiden dalam sistem Pemerintahan Wakil Menteri yang belum diatur dalam
berdasarkan UUD 1945. Presiden adalah Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011
pemegang kekuasaan pemerintahan menurut tentang Perubahan Ketiga Peraturan Presiden
Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesi Organisasi Kementerian Negara tersebut, dapat
Tahun 1945.
Bertolak dari Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17
ayat (2) UUD 1945 tersebut, MK sampai pada 33 www.direktoriputusanmk , Opcit
diatur lebih lanjut oleh masing-masing Menteri Pembantu Menteri, Pelaksana, Pengawas serta
yang bersangkutan. unsur pendukung lainnya dalam Kementerian
Apabila dilihat secara seksama dalam akan tetapi hak keuangan dan fasilitas lainnya
Pasal 1 Peraturan Presiden nomor 60 Tahun 2012 yang diterima oleh Menteri jauh lebih besar dari
tentang Wakil Menteri yang mana menyatakan unsur Pembantu Menteri, Pelaksana, Pengawas
bahwa Wakil Menteri berada dibawah dan serta unsur pendukung lainnya dalam
bertanggung jawab kepada Menteri. Kementerian.
Wakil Menteri kedudukannya berada Dengan demikian jelas kedudukan Wakil
dibawah Menteri, meskipun dapat disanksikan Menteri berada diatas unsur Pembantu Menteri,
diantara keduanya, mengingat pola rekruitment Pelaksana, Pengawas serta unsur pendukung
dan proses seleksinya sama-sama dilakukan oleh lainnya dalam Kementerian. Secara umum tujuan
Presiden dengan tata cara yang sama, hanya saja pengangkatan Wakil Menteri antara lain
dengan kewenangan dan pola pertanggung a) Dalam rangka kelancaran
jawaban yang tidak sama. Namun harus diakui penyelenggaraan pemerintahan
dari segi penamaan dan pertanggung jawaban negara yang berdaya guna dan
Wakil Menteri tetap kedudukannya berada di berhasil guna.
bawah Menteri. Meskipun pada akhirnya b) Untuk lebih meningkatkan efektifitas
menimbulkan Persoalan dalam struktur pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
organisasinya. di beberapa kementerian yang
Kemudian dilihat dari segi membutuhkan penanganan secara
kewenangannya sebagaimana telah disinggung khusus.
pada bab-bab sebelumnya yang mana Wakil c) Dalam rangka menjamin terwujudnya
Menteri memiliki tugas membantu Menteri tujuan dan sasaran tertentu yang
dalam memimpin pelaksanaan tugas hendak dicapai oleh suatu
Kementerian. Berdasarkan pernyataan yang kementerian. 34
demikian semakin jelas kedudukan Wakil Menteri Berdasarkan pertimbangan Mahkamah
berada dibawah Menteri, yakni sifatnya Konstitusi dalam penjelasan Risalah Sidang
membantu, kata-kata membantu merupakan hal Perkara Nomor 79/PUU-IX/20117 menyatakan
yang sifatnya tidak primer, akan tetapi sekunder bahwa ketentuan Pasal 17 Undang-undang Dasar
menurut pandangan legalitas, maksudnya ialah 1945 hanya menyebutkan menteri-menteri
dapat dibutuhkan dapat juga tidak apabila negara, tanpa menyebutkan Wakil Menteri, maka
diyakini oleh seorang Menteri dapat menurut Mahkamah Konstitusi kalau Menteri
melaksanakan sendiri tugas dan wewenangnya dapat diangkat oleh Presiden seharusnya
yang diberikan oleh Peraturan Perundang- Presiden juga dapat mengangkat Wakil Menteri.
Undangan. Selain yang disebutkan sebelumnya Menurut Mahkamah Konstitusi, Undang-
Wakil Menteri juga melaksanakan koordinasi undang Dasar 1945 hanya mengatur hal-hal yang
dengan Menteri guna menjalankan program- pokok sehingga untuk pelaksanaan lebih lanjut
program yang telah digariskan sebelumnya. diatur dengan Undang-undang. Berdasarkan
Wakil Menteri dalam menjalankan ketentuan konstitusi pengangkatan Wakil
tugasnya dibantu dengan unsur pelaksana atau Menteri tersebut adalah bagian dari kewenangan
Sekretariat Jenderal dan Sekretariat kementerian Presiden untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
adalah dapat dilihat dari segi tugas dan fungsi Akibat tidak adanya perintah maupun larangan di
Wakil Menteri yakni salah satunya adalah dalam Undang-undang Dasar 1945 memberikan
membantu Menteri dalam penilaian dan arti berlakunya asas umum di dalam hukum
penetapan pengisian jabatan dilingkungan bahwa “sesuatu yang tidak diperintahkan dan
Kementerian. Dengan demikian jelas sudah tidak dilarang itu boleh dilakukan” dan
bahwa Wakil Menteri dapat melakukan penilaian dimasukkan di dalam Undang-Undang sepanjang
dan penetapan terhadap jabatan yang ada tidak berpotensi melanggar hak-hak
dilingkungan Kementerian, tidak terkecuali konstitusional atau ketentuan-ketentuan lain di
adalah Unsur Pembantu, Pengawas, Pelaksana dalam Undang-undang Dasar 1945.
dan unsur-unsur lainnya sebagai bagian dari
pendukung dalam proses pelaksanaan beban dan
34 Rusnan, 2013, Kajian Hukum dan Keadilan
tugas pada Kementerian. Kelihatannya posisi
Volume I Kedudukan Wakil Menteri dan Implikasinya Pada
wakil Menteri kedudukannya berada diatas unsur Sistem Ketatanegaraan Indonesia, IUS: Mataram.
Menurut Mahkamah Konstitusi, baik undang Dasar 1945 dan tidak mengandung
diatur maupun tidak diatur di dalam Undang- persoalan konstitusionalitas.
Undang, pengangkatan Wakil Menteri Berdasarkan dari pemahaman mengenai
sebenarnya merupakan bagian dari kewenangan pengangkatan Wakil Menteri tersebut di atas
Presiden sehingga dari sudut substansi tidak bukanlah sesuatu yang terpisah dari ide
terdapat persoalan konstitusionalitas dalam pengangkatan menteri itu sendiri. Pengangkatan
konteks ini. Hal tersebut berarti bahwa bisa saja seorang menteri merupakan kewenangan penuh
sesuatu yang tidak disebut secara tegas di dalam dari Presiden, sesuai dengan Pasal 17 Ayat (2)
Undang-undang Dasar 1945 kemudian diatur di Undang-undang Dasar 1945 yaitu “Menteri-
dalam Undang-Undang, sepanjang hal yang diatur menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh
di dalam Undang-undang tersebut tidak Presiden”. Berdasarkan hal ini maka
bertentangan dengan Undang-undang Dasar pengangkatan seorang Wakil Menteri pun
1945. merupakan bagian kewenangan Presiden. Oleh
Oleh karena pengangkatan Wakil Menteri karena itu perlu ditekankan kembali bahwa
itu boleh dilakukan oleh Presiden, terlepas dari pengangkatan Wakil Menteri bukan merupakan
soal diatur atau tidak diatur dalam Undang- sesuatu yang bertentangan dengan Undang-
Undang, maka mengenai orang yang dapat undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi Negara
diangkat sebagai Wakil Menteri menurut Republik Indonesia.
Mahkamah Konstitusi, dapat berasal dari pegawai
negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, PENUTUP
anggota Kepolisian Republik Indonesia, bahkan A. Kesimpulan.
warga negara biasa, sebab Presiden yang 1. Kedudukan Kementerian Negara dalam
mengangkat Wakil Menteri adalah pemegang konstitusi adalah sebagai organ negara lapis
kekuasaan pemerintahan menurut Pasal 4 ayat kedua, yaitu lembaga negara yang disebutkan
(1) dan Pasal 17 ayat (2) UUD 1945.35 Pasal 10 dalam UUD. RI Tahun 1945, yang kewenangan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang dan kedudukannya lebih lanjut dijelaskan
Kementerian Negara menyatakan bahwa, ”dalam dalam Undang-Undang nomor 39 tahun 2008
hal terdapat beban kerja yang membutuhkan sehingga jabatan Menteri dan kementerian
penanganan secara khusus, Presiden dapat tidak dapat dihapuskan dalam sistem
mengangkat Wakil Menteri pada kementerian ketatanegaraan. Kementerian negara dibentuk
tertentu”, merupakan ketentuan khusus dari untuk melaksanakan urusan-urusan
Pasal 9 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Nomor pemerintahan yang harus dijalankan Presiden
39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara secara menyeluruh dalam rangka pencapaian
yang tidak mencantumkan Wakil Menteri dalam tujuan negara yang merupakan perpanjangan
susunan organisasi Kementerian Negara. Dan tangan presiden.
Oleh karena Undang-Undang tidak menjelaskan 2. Tugas Dan Fungsi Kementerian Negara Dalam
mengenai apa yang dimaksud “beban kerja yang Sistem Pemerintahan Indonesia yakni:
membutuhkan penanganan secara khusus” maka - Merumuskan, menetapkan, dan
menurut Mahkamah Konstitusi hal tersebut melaksanakan kebijakan kementerian dan
menjadi wewenang Presiden untuk urusan yang diberikan oleh presiden sesuai
menentukannya sebelum mengangkat Wakil bidangnya.
Menteri. - Melakukan koordinasi dan pembinaan
Menjadi kewenangan Presiden yang terkait segala unsur yang berkaitan dengan
menilai seberapa berat beban kerja sehingga bidangnya.
memerlukan pengangkatan Wakil Menteri. Begitu - Bertanggung jawab atas pengelolaan
pula jika beban kerja dianggap sudah tidak barang milik negara atau kekayaan negara
memerlukan Wakil Menteri, Presiden berwenang sesuai bidangnya.
juga memberhentikan Wakil Menteri tersebut. B. Saran.
Dengan demikian, Pasal 10 Undang-Undang 1. Perlu dilakukan sosialisasi terhadap Undang
Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Undang Nomor 39 Tahun 2008 dengan baik
Negara tidak bertentangan dengan Undang- kepada masyarakat dalam rangka peningkatan
pengetahuan tentang kementerian negara,
35
tugas dan tanggung jawabnya sebagai
Undang Undang Dasar RI Tahun 1945, pasal 4
ayat 1.
perpanjangan tangan Presiden agar tidak
terjadi kesalahan persepsi dimasyarakat.
2. Rekrutmen wakil Menteri sebaiknya
disejajarkan dengan rekrutmen Menteri agar
tercapai tujuan dari Peraturan Presiden
Nomor 60 Tahun 2012 tentang wakil Menteri
yakni membantu tugas Kementerian Negara
atau Menteri dalam sistem pemerintahan
yang presidensial.

DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie Jimly, Pokok-Pokok Hukum Tata
Negara Indonesia Pasca Reformasi,
Buana Ilmu Populer, Jakarta, Tahun
2007.
Syahrizal Ahmad, Peradilan Konstitusi, suatu studi
tentang Adjudikasi Konstitusional
sebagai Mekanisme Penyelesaian
Sengketa Normatif, Jakarta, Pradya
Paramita. Tahun 2006
Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara
Pasca Reformasi, Sekretariat Jendral
dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
RI, Jakarta. Tahun 2006.
Rusnan, Kedudukan Wakil Menteri dan
Implikasinya Pada Sistem
Ketatanegaraan Indonesia, Kajian
Hukum Dan Keadilan Vol.1
IUS:Mataram. Tahun 2013.
Yusmiati, Kelembagaan Negara Republik
Indonesia Menurut Undang-Undang
Dasar 1945, Jurnal Ilmu Pengetahuan
Sosial, Vol 4.No.1.Tahun 2018.
Zaki Ulya, Hukum Kelembagaan Negara (Kajian
Teoritis Kedudukan Lembaga Negara
Pasca Reformasi), Rineka Cipta, Tahun
2014.

Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008. Tentang
Kementerian Negara.
Peraturan Presiden Negara Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 2009 Tentang
Pembentukan Dan Organisasi
Kementerian Negara.
Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2012
Tentang Wakil Menteri.

Sumber Lain:
www.direktoriputusanMK, diakses tgl 10 Feb
2022 pkl 19.16

Anda mungkin juga menyukai