Anda di halaman 1dari 2

JAWABAN:

Yang perlu dipahami adalah perbedaan antara masa kontrak dengan masa pelaksanaan
pekerjaan dalam jasa konstruksi. Dalam jasa kontruksi masa kontrak itu tidak sama dengan
masa pelaksanaan pekerjaan. Masa kontrak itu jangka berlaku kontrak sejak tanggal
penandatanganan kontrak sampai masa pemeliharaan berakhir.

Sedangkan Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu
melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai
selesai dan diserahterimakan. Jadi tugas pengawasan itu cuma sejak awal pelaksanaan pekerjaan
konstruksi sampai serah terima. Pelaksanaan pekerjaan itu sendiri ada setelah terbit SPMK (Surat
Perintah Mulai Kerja) dari PPK.

Jadi pertanyaannya sebenarnya keliru, karena tugas pengawasan itu ada di awal
pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai serah terima—bukan di masa kontrak.

Tentang pekerjaan konstruksi tidak selesai hingga masa pelaksanaan pekerjaan berakhir,
itu tetap bisa lanjut, karena biasanya ada denda keterlambatan. Pasal 120 Peraturan Presiden
Nomor 70 Tahun 2012 menyatakan bahwa Penyedia Barang/Jasa yang terlambat menyelesaikan
pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak karena kesalahan
Penyedia Barang/Jasa, dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai
Kontrak atau nilai bagian Kontrak untuk setiap hari keterlambatan.

PPK biasanya memberi kelonggaran sampai 50 hari kalender sejak berakhirnya masa
pelaksanaan pekerjaan (vide Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194/PMK.05/2014
Tentang Pelaksanaan Anggaran Dalam Rangka Penyelesaian Pekerjaan Yang Tidak
Terselesaikan Sampai Dengan Akhir Tahun Anggaran jo Pasal 93 ayat 1 huruf a Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012). PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila (vide
Pasal 93 ayat 1 huruf a Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012):

1) berdasarkan penelitian PPK, Penyedia Barang/Jasa tidak akan mampu menyelesaikan


keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh)
hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan
pekerjaan;
2) setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh)
hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak
dapat menyelesaikan pekerjaan.

Terkait pertanyaan banyaknya kejadian di lapangan pekerjaan pelaksanaan konstruksi


tidak selesai sebagaimana masa pelaksanaan pekerjaan (bukan waktu kontrak ya), lantas
bagaimana dengan pekerjaan pengawasannya?. Hal tersebut dapat dirujuk pada Peraturan
Menteri PUPR Nomor 22 Tahun 2018. Pembayaran biaya pengawasan konstruksi dilakukan
secara bulanan atau tahapan tertentu yang didasarkan pada prestasi atau kemajuan pekerjaan
pelaksanaan konstruksi fisik di lapangan (vide Pasal 24 ayat (4) Peraturan Menteri PUPR Nomor
22 Tahun 2018). Pembayaran biaya pengawasan konstruksi sebagaimana dimaksud dilakukan
sebagai berikut (vide Pasal 24 ayat (5) Peraturan Menteri PUPR Nomor 22 Tahun 2018):

a. pengawasan konstruksi tahap pelaksanaan konstruksi fisik sampai dengan serah terima
pertama (Provisional Hand Over) pekerjaan konstruksi paling banyak sebesar 90%
(Sembilan puluh per seratus); dan
b. pengawasan konstruksi tahap pemeliharaan sampai dengan serah terima akhir (Final
Hand Over) pekerjaan konstruksi sebesar 10% (sepuluh per seratus).

Jadi progress pekerjaan pengawasan juga dihitung sebagaimana tahap pelaksanaan konstruksi
fisik sampai dengan serah terima pertama (Provisional Hand Over) pekerjaan konstruksi dan
tahap pemeliharaan sampai dengan serah terima akhir (Final Hand Over) pekerjaan konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai