Anda di halaman 1dari 8

Nama : Bunga Rhamasta Fisabillilah

NPM : B1A18305

1. Filsafat hukum membahas satu bagian saja dari hukum, yaitu bagian paling penting umum
dari hukum dalam hukum alam dan hukum positif. Bagian yang paling umum ini
berlandasakan hakikat hukum itu sendiri dan mengarah kepada dua kategori hukum yang
keduanya masih sangat umum, yang masing-masing secara tersendiri dibahas langsung
oleh filsafat hukum. Itulah sebabnya, setelha membahs masalah umum dari hukum tanap
pembedaan filsafat hukum juga mengajukan pertanyaan apa hukumi alam itu, apa
hakikanya, alasan eksistensinya, sifat-sifamya Kemudian ia juga menjawan pertanyaan-
pertanyaan yang sama mengenai hukum positif Untuk memperoleh pengetian yang tepat
mengenai filsafat hukum. pengertian yang I baik mengenai perbedaam vang ada di antara
ilmu ini dengn ilmu-ilmu lainnya pertanyaan-pertanyaan yang sama mengenai hukum
positif Pertama tama adalah ilmu hukum yang merupakan mata kuliah penting yang
diajarkan di setiap fakultas hukum Subyek ilmu ini bukan unutk mengetahui apa itu hukum
Melainkan untuk mengetahui apa itu perundang-undangan tertentu Apa yang kini
sesungguhnya berlaku di Nederland sebagai hukum.
bagaimana hukum di Nederland itu harus diartikan dan diterapkan itu harus
diartikan dan diterapkan sebabnva pada Melainkan untuk mengetahui apa itu perundang-
undangan tertentu Apa yang kini sesungguhnya berlaku di Nederland sebagai hukum.
bagaimana hukum di Nederland itu harus diartikan dan diterapkan itu harus diartikan dan
diterapkan sebabnya pada berbagai waktu dan tempat subyek ilmu hukum itu berbeda-eda
Jawaban atas pertanyaan apa yang kini berlaku bagi hukum disisini? Di negeri pada zaman
Hammurabi berbedan dengan jawaban sekarang Demikian juga dengan jwaban sekarang
di nederlan berbeda dengan di cina Jawaban atas pertanyaan yang diajukan filsafat hukum
setiap waktu dan dimana pun tidak sama, setidak, tidaknya bila jawaban itu benar Jawban
yang tepat atas pertanyaan apa hukum itu. hanya bias satu jika dua jawaban yang isinya
satu sama lain tidak sama pastilah sekuang-kurangnya satu diantaranya salah.
2. I. ZAMAN PURBAKALA.
1. MASA YUNANI
a. Masa pra sokrates (± 500 S.M)
Dimulai dengan masa pra-Socrates (disebut demikian oleh karena para filsuf pada masa itu
tidak dipengaruhi oleh filsuf besar socrates).boleh dikatakan filsafat hukum belun
berkembang,alasan utama karena para filsuf masa ini memutuskan perhatianya kepada
alam semesta,yaitu yang menjadi masalah bagi mereka tentang bagaimana terjadinya alam
semesta ini.Mereka berusaha mencari apa yang menjadi inti alam.Filsuf Thales yang hidup
pada tahun 624 – 548 S.M. mengemukakan bahwa alam semesta terjadi dari air.
Anaximandros mengatakan bahwa inti alam itu adalah suatu jat yang tidak tentu sifat-
sifatnya yang disebut to apeiron.Anaxsimenes berpendapaat sumber dari alam semesta
adalah uadara.Sedangkan Pitagoras yang hidup sekitar 532 S.M.bilangan sebagai dasar
segala-galanya.
b. Masa Socrates, Plato dan Aristoteles
Socrates (469-399 SM) menurut para penulis filsafat hukum yang mengungkapkan bahwa
orang pertama atau peletak dasar pemikiran tentang manusia.Ia berfilsafat tentang manusia
sampai kepada segala seginya,sehingga filsafat hukum dimulai pada masa ini,kemudian
mencapai puncaknya sesudah socrates.socrates memandang bahwa tugas utama negara
adalah mendidik warganya dalam keutamaanya,taat kepada hukum negara baik yang
yertulis maupun yang tidak tertulis. Keadilan menjadi jiwa dari pemikiran hukum baik pada
Plato (427-347 SM) maupun Aristoteles.Plato percaya bahwa menegakkan keadilan harus
menjadi tujuan negara.Karena itu,hukum dan keadilan menempati kedudukan sentral
dalam politik.Keadilan dan hukum yang adil itulah yang menjadi titik tolak dan sekali gus
tujuan dari karyanya,yaitu Republic. Hukum melainkkan konsep moral yang menjadi jiwa
konstitusi.Tuntunan bahwa konstitusi harus adil bagi Aristoteles menjadi penting karena
masyarakat polis pada ghalib pluralistik (Aristoteles, 1998:Book ll, Chp. 1).Aristoteles
percaya bahwa melalui konstitusi yang adil,polis atau negara kota (yang pada dasarnya
berwatak pluralistik) dapat dibangun menjadi suatu kesatuan sebagimana layaknya
keluarga yang secara moral terikat sebagai satu kesatuan.Konstitusi yang adil menjadi
penting,karena negara kota sebagai suatu kesatuan terdiri atas individu-individu yang
bebas dan setara,yang masing-masingnya tentu saja memiliki kepentingan yang berbeda-
beda.Konstitusi menjamin bahwa kepentingan semua pihak dapat terakomodasi secara
adil.
c. Masa Stoa
Stoa mengembangkan suatu pendapat tentang hukum kodrat dengan menerima suatu
pengertian “Hukum kesusilaan alami” (natuuralijke zedewet) menurut ajaran ini ada satu
hukum kesusilaan alamiah, ketuhanan yang menpunyai kekuasaan untuk memerintahkan
yang baik dan menghalang-halangi apa yang bertentangan denganya.Dalam hukum
kodratlah letaknya perbedaan antara apa yang baik dan apa yang jahat.Dalam hal ini
“kodrat” dan “hukum” dianggap sama.[6]
Stoa berpendapat bahwa hukum alam ini tidak tergantung dari orang,selalu berlaku dan
tidak dapat diubah.Hukum alam ini merupakan dasar dari adanya hukum positif.Selain
itu,ia berpendapat bahwa hukum positif dari suatu masyarakatalah setandar tentang apa
yang adil,bahkan bila hukum tersebut diterima secara adil akan mewujudkan
ketentraman[7].
II. MASA ROMAWI (ABAD III SM – ABAD V SM)
Pada masa Romawi,perkembangan filsafat hukum tidak segemilang pada masa Yunani,hal
ini disebabkan para ahli pikir lebih banayk mencurahkan perhatianya kepada masalah
bagaimana hendak menpertahankan ketertiban dikawasan kekaisaran Romawi yang sangat
luas itu.Para filsuf dituntut memikirkan bagaimana caranya memerintah Romawi sebagai
kerajaan dunia .Namun demikian ahli-ahli pikir seperti Polibius, Cicereo, Seneca,
Marcus,aurelius. Banyak memberikan sumbangan penting pada perkembangan pemikiran
hukum yang pengaruhnya masih tanpak hingga jaman moderen sekarang ini.[8]
a. Masa Cicero (106 – 43 SM)
Filsafat hukum Cicero dalam esensinya bersifat Stoa.ia menolak bahwa hukum positif dari
suatu masyarakat (tertulis atau kebiasaan) adalah stantar tentang apa yang adil,bahkan jika
hukum tersebut diterima secara adil,ia juga tidak menerima utilitas semata-mata adalah
standar : keadilan itu satu hukum,yaitu mengikat semua masyarakat manusia dan bertumpu
diatas satu hukum,yaitu akal budi yang benar diterapkan untuk memerintah dan melarang
(Deligibus l, 15)
Menurut Cicero hukum terwujud dalam suatu hukum yang almiah yang mengatur,baik
alam maupun hidup manusia.Oleh karena itu filsafat hukum Cicero dalam esensinya
mengemukakan konsepsi tentang persamaan (equality) semua manusia dibawah hukum
alam.
b. Masa St.Agustine
Filssafat hukum yang dikembangkan oleh St.Agustine adalah doktrin hukum dan konsep
hukum yang bersumber dari ajaran kristen katolik.Ia berpendapat bahwa hukum adalah
berasaskan dari kemauan-kemauan pencipta manusia yang berlaku secara alimi dan
bersifat universal.[9]
III.ABAD PERTENGAHAN
a. Masa Gelap (The dark ages)
Masa ini dimulai dengan runtuhnya kekaisaran Romawi akibat serangan bangsa lain yang
dianggap terbelakang datang dari utara.[10] Abad pertengahan merupakan abad yang
khas,yang ditandai dengan suatu pandangan hidup manusia yang merasa dirinya tidak
berarti tanpa adanya tuhan.selama abad pertengahan tolak ukur setiap pemikiran orang
adalah kepercayaan bahwa aturan semesta alam telah diciptakan oleh Allah sang
pencipta.sesuai dengan kepercayaan itu,hukum pertama-tama dipandang sebagai suatu
aturan yang datangnya dari Allah. Oleh karena itu,untuk membentuk hukum positif
manusia hanya ikut mengatur hidup,sebab,hukum yang ditetapkanya harus dicocokkan
dengan aturan yang telah ada,yaitu sesuai dengan aturan-aturan agama. Hukum yang
dibentuk mempunyai akar dalam agama,baik secara langsung maupun tidak
langsung.Menurut agama kristiani hukum berhubungan dengan wahyu secara tidak
langsung (Agustinus, Thomas Aquines),yaitu hukum yang dibuat manusia,disusun
dibawah inspirasi agama dan wahyu.Sementara paham dalam agama islam hukum
berhubungan dengan wahyu secra langsung (Al-Syaf’i dan lain-lain),sehingga hukum
agama islam dipandang sebagai wahyu (Syari’ah).
b.Masa Scholastik
Pada masa ini terjadi peralihan,dalam alam pikiran yunani terdapat empat aliran pikiran
yang besar,yaitu Plato, Aristoteles, Stoa dan Epicurus.Sebagai akibat dan perbedaan
pendapat pertentangan-pertentangan serta perselisihan dikalangan aliran-aliran ini, telah
lahir ajaran baru yang disebut Ecletisisme.setelah ini, muncul masa lain yang dikenal dalam
dunia filsafat sebagai masa Neo Platonisme dengan Platinus sebagai tokoh besar.Filsuf ini
yang mula-mula membangun suatu tata filsafat yang bersifat ketuhanan. Menurut
pendapatnya ,tuhan itu hakikat satu-satunya yang paling utama dan luhur yang merupakan
sumber dari segala-galanya.Dengan dasar dari filsafat Plato yang mengajarkan orang harus
berusaha mencapai pengetahuan yang sejati.Maka Platinus mengatakan bahwa kita harus
berikhtiar melihat tuhan.Sebab melihat tuhan itu tidak hanya dapat melalui berpikir
saja,tetapi harus dengan jalan beribadah.Pandangan ini membuka jalan untuk
mengembangkan ajaran kristen dalam filsafat Neo Platonisme lahir di Alexandria sebagai
tempat pertemuan antara filsafat yunani dengan agama kristen.
Hukum alam tidak lagi dipandang sebagai hukum rasionalitas alam semesta yang
impersonal,tetapi diintegrasikan kedalam suatu teologi dari suatu tuhan yang personal dan
kreeatif.Greja juga telah mengkristalkan gagasan tentang jus dividum sebagai suatu jenis
hukum yang jelas bersama tiga hukum yang lain,yang diakui oleh para yuris,sementara
hubungan antara hukum Musa, Injil dan hukum alam muncul sebagai masalah khusus.
IV.ZAMAN RENAISANCE
Abad pertengahan, yang merupakan abad yang khas, yang ditandai dengan suatu
pandangan hidup manusia yang merasa dirinya tidak berarti tanpa tuhan, dimana kekuasaan
gereja begitu besarnya mempengaruhi segala kehidupan,akhirnya berlalu dan muncul suatu
zaman baru yang disebut zaman Renaisance.Zaman ini ditandai dengan tidak terikatnya
lagi alam pikiran manusia dari ikatan-ikatan keagamaan,manusia menemukan kembali
kepribadianya.
V.ZAMAN BARU
Filsuf hukum yang paling terkenal pada abad tujuh belas adalahThomas Hobbes (1588 -
1679) memutuskan tradisi hukum alam yang mengandung banyak kontraversi.Ia banyak
menggunakan siatilah “hak alamiah” (law of nature) dan akal benar (right reason). Namun,
yang pertama baginya adalah kemerdekaan yang tiap orang miliki untuk menggunakan
kekuasaan (kekuatan)-nya sendiri menurut kehendaknya sendiri,demi preservasi
hakikatnya sendiri,yang berarti kehidupanya sendiri.Kedua adalah asas-asas kepentingan
sendiri yang sering didefinisikan dengan kondisi alamiah dari ummat
manusia.Ketiga,kondisi alamiah dari ummat manusia adalah peperangan abadi yang
didalamnya tidak ada standar perilaku yang berlaku umum. Langkah yang krusial dari teori
Hobbes adalah pengidentifikasian masyarakat dengan masyarakat yang terorganisasikan
secara politik,dan keadilan dengan hukum positif.Kaidah-kaidah hukum adalah perintah
dari penguasa (the sovereign), para anggota suatu masyarakat mengevaluasi kebenaran dan
keadilan dari perilaku mereka, dengan mereferensi pada perintah-perintah yang demikian.
Namun Hobbes juga mengatakan,walaupun penguasa tidak dapat melakukan suatu ketidak
adilan,ia dapat saja melakukan suatu kelaliman (iniquity).
V.ZAMAN MODEREN
Walaupun sebelumnya unsur logika manusia sangat berperan dalam perkembangan
pemikiran hukum, namun dirasakan bahwa filsafat hukum dinilai kurang berkembang
sebagai akibat adanya gerakan kodifikasi yang ada,yang pada mulanya orang kurang
memberikan perhatian terhadap masalah-masalah keadilan.Baru setelah banyak dirasakan
kepincangan dalam kodifikasi-kodifisi karena berubahnya nilai-nilai yang menyangkut
keadilan dalam masyarakat,membangkitkan kembali orang-orang yang mencari keadilan
melalui filsafat hukum.Namun demikian pada masa kini ada tendensi peralihan,yaitu yang
tadinya filsafat hukum adalah filsafat hukum dari masa filsuf,kini beralih kepada filsafat
hukum dari para ahli hukum.

3. Menurut Austin, hukum positif (positive law) adalah perintah dari yang berdaulat
(command of the sovereignty). Karenanya teori Austin dinamakan teori perintah
(command theory)
Berdasarkan teori ini Austin menyatakan bahwa apa yang disebut hukum internasional dan
hukum kebiasaan (customary law) bukanlah hukum positif, karena tidak bersumberkan
pada perintah dari yang berdaulat. Hukum internasional dan hukum kebiasaan hanyalah
moralitas positif (positive morality) saja.
John Austin membagi hukum dalam arti luas atas :
1) Hukum ciptaan Tuhan; dan
2) Hukum yang dibuat oleh manusia, yang terdiri atas:
a) hukum dalam arti yang sebenarnya, atau hukum untuk disebut hukum. Jenis hukum ini
disebut juga sebagai hukum positif (positive law). Hukum yang sesungguhnya ini terdiri
atas :
b) hukum dalam arti yang tidak sebenarnya, yaitu hukum yang tidak memenuhi persyaratan
sebagai hukum. Jenis hukum ini tidak dibuat atau ditetapkan oleh penguasa/badan
berdaulat yang berwenang. Contohnya, ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh
perkumpulan-perkumpulan atau badan-badan tertentu dalam bidang keolahragaan,
mahasiswa, dan sebagainya
Penting diperhatikan bahwa John Austin membedakan secara tajam antara:
1) Jurisprudence (ilmu hukum) yang mempelajari hukum sebagaimana adanya saja, dalam
hal ini mempelajari hukum positif (positive law); dan,
2) science of legislation (ilmu perundang-undangan) yang mempelajari bentuk-bentuk
ideal dari hukum yang berdasarkan pada asas manfaat (utility). 22
Menurut John Austin, hukum positif merupakan suatu sistem logis yang tertutup (closed
logical system). Oleh karenanya, penerapan hukum positif terhadap kasus-kasus konkrit
adalah dengan menggunakan metode deduksi.
Austin menekankan, berdasarkan teori perintahnya, bahwa dalam menjalankan deduksi,
hakim tidak boleh menilai isi peraturan dari segi moralitas, keadilan, dan sebagainya.
Jadi tujuan mempelajari filsafat hukum berdasarkan teori austin adalah agar hakim tidak
melaksanakan suatu hukum positif karena hakim memandangnya bertentangan dengan
hukum alam (natural law) misalnya, maka menurut Austin akan menyebabkan anarkhi.

4. Menurut saya bahwa suatu perumusan tentang hukum yang dapat mencakup segala segi
dari hukum yang luas itu memang tidak mungkin dibuat. Sebab, suatu definisi tentunya
memerlukan berbagai persyaratan seperti jumlah kata yang digunakan yang sedapat
mungkin tidak terlalu banyak, mudah dipahami: pokoknya pendek, singkat, dan jelas.
Hukum yang banyak seginya tidak mungkin dapat dituangkan hanya ke dalam beberapa
kalimat saja.
Oleh karena itu, jika ada yang mencoba merumuskan hukum, sudah dapat
dipastikan definisi tersebut tidak sempurna. Namun, bagi mereka yang baru mempelajari
hukum, suatu pengertian tentang hukum sebagai pegangan awal sangat diperlukan.
Pengertian serupa itu hanya dapat diberikan melalui suatu perumusan. Karenanya suatu
definisi, menurut hemat kami, sangat diperlukan bagi golongan ini agar mereka tidak
kebingungan dengan apa yang dinamakan hukum, justru pada permulaan mereka
mempelajari hukum itu. Dengan pengertian yang ada padanya yang didapatnya melalui
definisi tadi, setidak-tidaknya lalu dia dapat membedakan norms-norms mana yang
mengatur kehidupan masyarakat itu yang tergolong hukum, dan mana yang bukan hukum.
Kami tidak menyangkal atas banyak pendapat bahwa suatu definisi hukum itu tidak
lengkap dan sempurna, tetapi nampaknya, khusus bagi mereka yang baru belajar hukum,
suatu pengertian awal tentang hukum sangat diperlukan. Tidak demikian bagi mereka yang
berada dalam tingkat lanjutan. Bagi golongan ini, mereka sendiri yang akan mengartikan
apa yang dimaksud dengan hukum itu, tanpa perlu kepada mereka disodorkan berbagai-
bagai definisi tentang hukum. Bagi mereka yang baru belajar hukum adalah bermanfaat
kiranya jika disodorkan definisi, disusul dengan suatu uraian secukupnya.

5.

Anda mungkin juga menyukai