Anda di halaman 1dari 12

PAPER OBSTETRI

ATONIA UTERUS

Makalah ini dibuat untuk melengkapi persyaratan


Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Haji Medan

Oleh:

Marina Ayu Ningsri


22360135

Pembimbing:
dr. H. Muslich Perangin Angin, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior Rumah Sakit Umum Haji Medan. Makalah ini
bertujuan agar bagian SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Haji Medan
dengan judul “Atonia Uteri” penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori yang diberikan
selama menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Umum Haji Medan dan mengaplikasikannya untuk kepentingan klinis kepada pasien. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada dr. H. Muslich Perangin Angin, Sp.OG yang telah
membimbing penulis dalam makalah ini.
Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran, pendapat, koreksi,
dan tanggapan yang membangun agar penulisan dapat lebih baik dikemudian harinya.

Medan, 13 Desember 2022

Marina Ayu ingsri


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2

A. Definisi ....................................................................................................... 2

B. Epidemiologi………………………………………………………………..2

C. Etiologi ....................................................................................................... 2

D. Prognosis .................................................................................................... 3

E. Patofisiologi................................................................................................ 3

F. Diagnosis .................................................................................................... 4

G. Faktor Prediposisi....................................................................................... 5

H. Komplikasi.................................................................................................. 5

I. Tatalaksana ................................................................................................ 5

BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu terjadi pada
setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum, tumbuh dan
berkembang di dalam uterus 37 minggu atau sampai 42 minggu. Kehamilan merupakan
penyumbang terbesar Angka Kematian Ibu (AKI) yang disebabkan oleh faktor
perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), komplikasi aborsi (5%), partus
lama (5%), komplikasi masa nifas (8%), emboli obstetri (3%) dan lain-lain (16%).

Perdarahan pada ibu hamil dibedakan atas perdarahan antepartum (perdarahan


sebelum janin lahir) dan perdarahan postpartum (setelah janin lahir). Perdarahan
antepartum merupakan perdarahan jalan lahir setelah kehamilan usia 20 minggu dengan
insiden 2-5%. Perdarahan postpartum adalah perdarahan obstetric yang terjadi pada
kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak dan plasenta lahir pada
umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak segera mendapatkan
penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal.

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi
uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan Pospartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh
darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila
serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi

Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi
dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta
menjadi tidak terkendali.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Atonia Uteri merupakan perdarahan pasca persalinan yang dapat terjadi karena

terlepasnya sebagian plasennta dari uterus dan sebagian lagi belum terlepas sehingga

tidak ada terjadinya kontraksi).

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang

menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi

plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.

Atonia uteri adalah kegagalan serabut – serabut otot miometrium uterus untuk

berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang

paling penting dan bisa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan.

Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjdainya

syok hipovolemik.

B. EPIDEMIOLOGI

Kematian ibu yang paling banyak di dunia diakibatkan perdarahan sebanyak

27,1% dan lebih dari dua pertiga kematian disebabkan perdarahan postpartum.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) juga menilai angka

kematian ibu masih relatif tinggidi Indonesia. Perdarahan postpartum merupakan

penyebab utama kematian ibu Kemenkes Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan,

dampak dari perdarahan adalah kematian,terjadinya atonia uteriini disebabkankarena

serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah


implantasi plasenta tidak berkontraksi. Sekitar (75-80%) perdarahan yang terjadi pada

masa nifas diakibatkan atonia uteri.

C. ETIOLOGI

Lemahnya kontraksi miometrium merupakan akibat dari kelelahan karena

persalinan lama atau persalinan dengan tenaga besar, terutama bila mendapatkan

stimulasi. Hal ini dapat pula terjadi sebagai akibat dari inhibisi kontraksi yang

disebabkan oleh obat-obatan, seperti agen anestesi terhalogenisasi, nitrat, obat-obat

antiinflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-simpatomimetik dan nifedipin.

Penyebab lain yaitu plasenta letak rendah, toksin bakteri (korioamnionitis,

endomiometritis, septikemia), hipoksia akibat hipoperfusi atau uterus couvelaire pada

abruptio plasenta dan hipotermia akibat resusitasi masif.

D. MANIFESTASI KLINIS

1) Perdarahan pervaginam

Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi
pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin
sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah

2) Konsistensi rahim lunak

Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia
dengan penyebab perdarahan yang lainnya

3) Fundus uteri naik    


4) Terdapat tanda-tanda syok
a. Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. Pucat
d. Keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. Pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
f. Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
Urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)                       

E. PATOFISIOLOGI

Perdarahan pascapersalinan secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut

miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi

plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi

F. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakan bila setelah bayi dan plasenta lahir  ternyata perdarahan masih

aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi

pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat

atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc

yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan

harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti.

G. PROGNOSIS

Jika tidak terjadi sampai syok prognosisnya baik, bila terjadi syok prognosisnya

bergantung pada beratnya syok dan kecepatan memperoleh pertolongan yang tepat

disamping fasilitas sumber daya manusia yang terlatih dan tersedianya peralatan yang

memadai seperti keperluan untuk transfusi darah,anastesi dan perlengkapan operasi

darurat sekitarnya diperlukan

G. FAKTOR PREDIPOSISI

Beberapa faktor Predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang

disebabkan oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah :

1) Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya :


a. Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)

b. Kehamilan gemelli

c. Janin besar (makrosomia)

2) Kala satu atau kala 2 memanjang

3) Persalinan cepat (partus presipitatus)

4) Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin

5) Infeksi intrapartum

6) Multiparitas tinggi (grande multipara)

7) Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada   preeklamsia

atau eklamsia.

8) Umur yang terlalu tua atau terlalu muda(<20 tahun dan >35 tahun)

Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan

memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang

sebenarnya belum terlepas dari uterus.

H. KOMPLIKASI

1. Anemia,

2. hipotensi ortostatik

3. syok hipovolemik

I. TATALAKSANA

Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien

bisa masih dalam keadaan sadar, sedikit anemis atau bahkan sampai syok berat

hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan bergantung pada keadaan


klinisnya. Pada umumnya dilakukan simultan bila pasien syok, menurut Rukiyah

(2010) dapat dilakukan :

a. Sikap trendelenburg, memasang venous line dan memasang oksigen

b. Merangsang uterus dengan cara :

1) Merangsang fundus uteri dengan merangsang puting susu

2) Pemberian misoprosol 800 – 1000 µg per – rectal

3) Kompresi bimanual interna minimal selama 7 menit. Apabila tidak berhasil

lakukan tindakan selanjutnya yaitu kompresi bimanual eksternal selama 7

menit.lakukan kompresi aorta abdominalis

4) Bila semua tindakan gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan tindakan

operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus)

atau melakukan histerekomi. Alternatifnya berupa :

a) Ligasi arteria uterine atau arteria ovarika

b) Histerektommi total abdominal

Manajemen Atonia Uteri

a. Resusitasi Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan

awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat,

monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi

oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk

persiapan transfusi darah.

b. Masase dan kompresi bimanual Masase dan kompresi bimanual akan

menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan.Pemijatan


fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik),Jika uterus

berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan

uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami

laserasi dan jahit atau rujuk segera

c. Jika uterus tidak berkontraksi maka : Bersihkanlah bekuan darah atau selaput

ketuban dari vagina & lobang serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah

kosong,Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit. 1) Jika

uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan

dan pantau kala empat dengan ketat. 2) Jika uterus tidak berkontraksi, maka :

Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan

tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika

hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan

500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin;

Ulangi KBI 3) Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama

kala empat 4) Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera.

d. Pemberian Uterotonika Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi

oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang

efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan

timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan

kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan

tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV.


BAB III

KESIMPULAN

1) Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana terjadinya kegagalan otot rahim yang

menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga

menimbulkan perdarahan.

2) Factor penyebab terjadinya atonia ateri antara lain uterus membesar, kala 1 dan 2

memanjang, Persalinan cepat, Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan

oksitosin, iInfeksi intrapartum, multiparitas tinggi, magnesium sulfat yang digunakan

untuk mengendalikan kejang pada preeklamsia atau eklamsia, dan umur yang terlalu

tua atau terlalu muda.

3) Tanda dan gejala atonia uteri antara lain Perdarahan pervaginam, konsistensi rahim

lunak, fundus uteri naik, dan terdapat tanda-tanda syok

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini Kontraksi

uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.

Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.


DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan
Sadikin, Bagian / smf Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD / RS Hasan Sadikin
Bandung, 1996
2. Prawirobihardjo,sarwono,1 999,Ilmu Kebidanan, edisi kedua,yayasan bina
pustaka.

3. Manuaba, Ida Ayu chandranita, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi


Wanita. EGC. Jakarta
4. Analisis faktor risiko atonia uteri https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care Julizar,

Melati

5. Faurisa Adelia Nurhalizah, A. N., Rahayu, P., Lia, K., & Herry, S.

(2021). Penatalaksanaan asuhan kebidanan komprehensif pada ny. R dengan

atonia uteri di pmb bidan i kabupaten karawang (Doctoral dissertation,

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung).

Anda mungkin juga menyukai