Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POST SECTIO CAESAREA DENGAN


INDIKASI CPD DI RUMAH SAKIT dr.ABDOER RAHEM SITUBONDO

Oleh:
AHMAD FAIDILAH

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2024
LEMBAR PENGESAHAN

NamaMahasiswa : Ahmad Faidilah


Kasus Laporan Pendahuluan /:
Asuhan Keperawatan
Ruang Praktik : Ruang .........................
Rumahsakit/Lahan praktik : RSUD dr. ABDUR RAHEM SITUBONDO

Lumajang, ......April 2024

PembimbingAkademik PembimbingKlinik

........................................................................ .....................................................................
NIK/NIDN.................................................... NIK/
NIP.......................................................
LEMBAR KONSULTASI

Tanggal Masukan Pembimbing TDD Pembimbing


Konsep Dasar Sectio Caesarea (SC)
a. Pengertian Sectio Caesarea (SC)
Sectio caesarea merupakan salah satu upaya pembedahan untuk melahirkan janin dengan
melakukan insisi pada dinding abdomen (perut) dan dinding uterus (Rahim) (Sholikhah, 2018).
Sectio caesarea adalah suatu proses persalinan buatanyang dilakukan melalui pembedahan dengan
cara melakukan insisi pada dinding perut dan dinding rahim ibu, dengan syarat rahim harus dalam
keadaan utuh, serta janin memiliki bobot diatas 500 gram. Apabila bobot janin dibawah 500 gram,
maka tidak perlu dilakukan persalinan sectio caesarea (Solehati dan Kosasih, 2018). Tujuan
melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah
terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea sering dilakukan pada kasus
plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika terjadi perdarahan hebat. Selain dapat
mengurangi kematian bayi dengan plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan atas indikasi
kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah
mati (Sholikhah, 2018).
b. Klasifikasi Sectio Caesarea (SC)
1 Sectio caesarea transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus, insisi pada
bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini
adalah (Sholikhah, 2018):
a) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b) Bahaya peritonitis tidak besar
c) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak besar karena
pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus
uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna
2 Sectio caesarea klasik atau section caesarea korporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang agak mudah
dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan section cacaria
transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen atas uterus (Sholikhah, 2018).
3 Sectio caesarea ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya injeksi
perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini
sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tidak dibuka, dilakukan pada
pasien infeksi uterin berat (Sholikhah, 2018).
4 Sectio caesarea hysterictomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi Atonia uteri, Plasenta
accrete, Myoma uteri dan Infeksi intra uteri berat (Sholikhah, 2018).
c. Indikasi Sectio caesarea (SC)
Tindakan sectio caesarea seringkali dilakukan atas indikasi ditemukannya faktor penyulit
pada saat persalinan, baik yang berasal dari kekuatan his ibu (faktor power), berasal dari bayi
(faktor passanger) maupun berasal dari penyulit lahir (faktor passage), yakni sebagai berikut
(Sholikhah, 2018) :
1. Riwayat sectio caesarea (SC) pada kehamilan sebelumnya Pada ibu dengan riwayat SC
sebelum dianjurkan untuk melakukan SC pada persalinan berikutnya hal tersebut
dikarenakan uterus memiliki jaringan parut yang dianggap sebagai kotraindikasi untuk
dapat melahirkan pervaginam yang dapat menyebabkan terjadinya ruptur uteri pada bekas
SC sebelumnya dan untuk mengurangi risiko terjadiya perdarahan yang disebabkan oleh
ruptur uteri.
2. Kelainan letak janin
Kelaianan letak janin saat dalam uteris dapat berpotensi menyebabkan risiko komplikasi
seperti perdarahan, trauma persalinan, infeksi, dan asfiksia.
3. Gagal induksi
Persalinan induksi dilakukan dengan menambah kekuatan dari luar sehingga diperlukan
indikasi yang tepat, waktu yang baik serta evaluasi yang cermat. Risiko induksi yaitu jika
induksi yang digunakan berlebihan atau tidakdikontrol maka kontraksi yang timbul dapat
berlebihan tanpa disertai fase istirahat yang dapat menyebabkan janin kekuaran oksigen
atau hipoksia yang berujung pada gawat janin hingga kematian.
4. CPD
Keadaan dimana lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal.
5. Disproporsi Kepala Panggul (DKP)
Hal ini berhubungan dengan besarnya ukuran kepala janin berbanding dengan ukuran luas
panggul ibu sangat menentukan apakah ada DKP atau tidak
6. Pre eklampsia
Pre eklamsia merupakan suatu gangguan kehamilan yang dikakaitkan dengan hipertensi
onset baru, yang paling sering terjadi pada setelah usia kehamilan 20 minggu. Meskipun
sering disertai dengan proteinuria onset baru, hipertensi dan tanda ataugejala preeklamsia
lainnya, preeklamsia juga dapat terjadi pada beberapa wanita tanpaadanya proteinuria
(ACOG, 2020).
7. Plasenta previa
Keadaan plasenta yang letaknya abnormal yaitu plasenta yang terletak pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
8. Gemeli
Keadaan ini disebabkan oleh syok, anemia berat, pre eklamsia berat, eklamsia yang terjadi
kepada ibu. Hal tersebut akan mempengaruhi keadaan janin juga karena suplai darah berisi
nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin mengalami gangguan dan keadaan tersebut akan
membahayakan keadaan janin.
9. Riwayat obstetri buruk
10. Bayi besar
Bobot bayi diatas 4000 gram atau lebih dinamakan bayi besar (giant baby).Hal ini dapat
mengakibatkan bayi sulit keluar dari jalan lahir ibu. Bayi dengan bobot yang terlalu besar
memiliki resiko 4 kali lebih besar untukterjadinya komplikasi persalinan.

d. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan sectio caesaria memerlukan perawatan yang lebih komprehensif yakni
perawatan pada post operatif dan perawatan post partum sebagai berikut (Wahyuni, 2020):
1. Nyeri karena adanya luka pembedahan
2. Pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual dan muntah
3. Akan mengalami hambatan dalam bergerak
4. Pengaruh anastesi dapat menimbulkan gangguan bernafas
5. Suhu tubuh meningkat jika klien mengalami infeksi pada luka post operasi
2.2 Konsep Dasar CPD (Cephalopelvic Disporpotion)
a. Pengertian CPD
Cephalopelvic Disporpotion (CPD) merupakan sebuah diagnosa medis yang ditegakkan
pada saat kepala bayi terlalu besar untuk dapat melewati panggul ibu, sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina. CPD merupakan sebuah salah satu faktor penyebab mengapa seorang ibu
hamil tidak dapat melakukan persalinan secara normal, sumber lain menyebutkan bahwasanya CPD
dapat terjadi karena beberapa ukuran janin yang terlalu besar, pinggul ibu yang sempit ataupun
keduanya (Padilia, 2014).
Cephalopelvic Disporpotion (CPD) merupakan keadaan dimana lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara
normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin didahului oleh kepala, apabila bentuk
panggul ibu merupakan panggul patologis atau terdapat kelainan maka proses persalinan
harusdilakukan melalui tindakan operasi (Howells dan Israel, 2018). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Cephalopelvic Disporpotion adalah suatu diagnose medis yang diangkat ketika kepala bayi
atau pinggul ibu yang sempit hingga menyebabkan bayi tidak dapat dilahirkan melalui vagina
secara normal.
b. Penyebab CPD
Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya CPD umumnya adalah karena kapasitas
panggul yang kecil atau ukuran yang sempit, ukuran janin yang terlalu besar, adanya penyakit
diabetes gestasional yang dapat menyebabkan berat badanjanin menjadi sangat besar ataupun
karena keduanya muncul secara bersamaan. Adapun penjelasan terkait penyebab yang dapat
menyebabkan terjadinya CPD adalah sebagai berikut:
1. Kelainan karena adanya gangguan pada pertumbuhan
a. Panggul sempit pada seluruh bagian
b. Muka panggul belakang sempit namun ukuran melintang biasa
c. Semua ukuran panggul sempit namun ukutan muka berlebih
d. Pintu atas panggul biasa namun pintu bawah panggul sempit
e. Panggul belah atau symphyse terbuka
2. Kelainan karena adanya penyakit pada tulang dan sendi
3. Kelainan tulang belakang yang menyebabkan kelainan pangul
a. Kifosis pada daerah tulang pinggang yang menyebabkan panggung corong atau pintu
atas panggil biasa namun pintu bawah panggul sempit
b. Scoliosis pada daerah tulang pinggang yang menyebabkan panggul sempit
4. Kelainan pada anggota gerak bawah yang menyebabkan kelainan panggul seperti patah
tulang.
c. Patofisiologi CPD
Proses terjadinya penyakit atau gangguan ini berhubungan erat dengan kapasitas panggul
atau ukuran panggul yang sempit dan ukuran janin yang besar, dapat disebabkan karena tinggi
badan ibu kurang dari 155cm, kelainan atau bentuk patologis pada panggul ibu, diabetes
gestasional yang diderita ibu sehingga menyebabkan ukuran janin menjadi sangat besar ataupun
karena memang janinmemiliki berat badan yang besar. Pinggul yang terdiri dari pintu panggul atas
dan bawah memiliki peranan penting dalam proses lahiran bayi secara normal karena kepala bayi
yang merupakan anggota tubuh paling besar harus berhasil untuk melewati dan memasuki rongga
panggul ibu hingga akhirnya dapat dilahirkan pervaginum. Penyempitan pada panggul ini
menyebabkan kepala bayi tidak dapat memasuhi panggul sehingga menyebabkan lamanya waktu
lahiran atau partus yanglama, ketuban pecah dini, hingga kematian pada janin. Salah satu solusi
dari penyelesaian CPD adalah dengan dilakukan SC atau pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka perut dan dinding uterus atau vagina untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Melalui tidnakan SC dapat berdampak banyakkepada kesehatan ibu yang disebabkan karena
tekanan psikologis, obat bius, dan resiko infeksi yang mungkin terjadi.
d. Tanda dan Gejala CPD
Manifestasi klinis atau tanda gejala yang dapat muncul pada ibu hamil yangberesiko mengalami
CPD antara lain:
1) Pada saat dilakukan palpasi abdomen pada minggu ke 36 tampak kepala janinbelum dan
memasuki panggul
2) Pada primipara tampah ada perut yang menggantung
3) Pada multipara adanya riwayat persalinan yang terdahulu sulit
4) Adanya kelainan letak pada hamil tua
5) Terdapat kelainan bentuk pada badan ibu seperti tinggi badan kurang dari 155 cm, skoliosis,
dan pincang
6) Persalinan atau partus yang lama
e. Komplikasi CPD
Terdapat komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu maupun janin dengankeadaan CPD, antara
lain :
1) Bagi ibu
a. Partus secara alami akan berlangsung lama
b. Berpotensi untuk terjadinya ketuban pecah dini
c. Moulage kepala berlangsung lama
d. Inersia uteri
e. Ruptur uteri
f. Kepala tidak mau turun dan ketuban pecah diri maka akan terjadi tali pusarmenumbung
g. Simfiolisis
h. Infeksi intrapartal
i. Terjadi penekanan pada jalan lahir yang lama sehingga memungkinkan terjadinya
jaringan nekrotik dan fistula
2) Bagi Janin
a. Kematian janin intrapartal
b. Prolapsus funikuli
c. Pendarahan intrakranial
d. Kaput suksadaneum dan sefalohematoma yang besar
e. Robekan pada tetorium sebri karena moulage yang hebat dan lama
f. Fraktur pada tulang kepala karena tekanan yang hebat dari his
p. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan tinggi badan :Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 155 cm berpotensi
untuk mengalami penyempitan pada panggul disebabkan karena porposi tubuh
b) Pelvimetri
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh keterangan
tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama dengan tangan dapat diperoleh ukuran
kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu bawah panggul.
Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.
A. Pelvimetri radiologis
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat ketelitian
yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan pengukuran yang
tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu
diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika. Tetapi pemeriksaan
inimemiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan.
B. Pelvimetri dengan CT scan
Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik
dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat
dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,
pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini
jarangdilakukan karena biaya yang mahal. Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat
ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas
panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat
dilahirkan spontan.
a) Metode Osbora
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah
rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah
kepala menonjol di atas simfisis atau tidak.
b) Metide Muller Munro Kerr
Pemeriksaan ini dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala
ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk
menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke
vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.

q. Penatalaksanaan
1. Persalinan percobaan
Persalinan percobaan dapat dilakukan dengan dasar pada hasil pemeriksaan bentuk serta
ukuran-ukuran panggul dalam semua bisang dan hubungan antara kepala janin dengan panggul
sehingga apabila masih dapat memungkinkan untuk dilakukan persalinan percobaan maka akan
diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan.
2. Persalinan percobaan ini dibagi menjadi 2 yaitu trial of labour dan test of labour yang mana
dibedakan pada waktu pelaksanaan persalinan percobaan. Keberhasilanpersalinan percobaan
adalah anak dapat lahir spontan pervaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan
anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali
kemajuannya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan
lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his sudah baik, dan
forceps yang gagal.
3. Sectio caesarea
Sectio caesarea atau SC merupakan salah satu percobaan tindakan utama untuk menangani
persalinan pada kasus CPD. SC dapat dilakukan secara elektif atau primer yakni sebelum
persalinan dimulai atau pada awal persalinan dan secara sekunder atau sesudah persalinan
berlangsung dalam beberapa waktu.
4. Simfisiotomi
Simfisiotomi adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk memisahkan tulang panggul kanan
dengan kiri pada simfisis supaya rongga panggul menjadi lebih luas. Hal ini sudah tidak lagi
digunakan dalam proses persalinan pada ibu dengan CPD.

3. Konsep Asuhan Keperawatan


3.1 Pengkajian
Data yang perlu dikaji antara lain adalah (Smeltzer, dkk, 2017) :
1. Riwayat kesehatan : guna mengetahui riwayat kesehatan klien pada saat ini, kesehatan
terdahulu serta kesehatan keluarga. Perlu dicari tahu terkaitadanya riwayat ketuban pecah dini
pada anggota keluarga lainnya. selain itu riwayat persalinan dan jumlah anak juga perlu dikaji.
2. Alasan klien mencari pertolongan : guna mengetahui keluhan utama yang mengganggu klien
sehingga klien harus mencari pertolongan kesehatan. Keluhan utama yang sering muncul pada
pasien ketuban pecah dini
3. Alasan klien terlambat memeriksakan kesehatan : misalnya seperti penolakan terhadap sakit,
masalah ekonomi, ketakutan dan lain-lain yangmenyebabkan terlambat datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan, hal ini dikarenakan dapat mempengaruhi proses perawatan, pengobatan
dan jugaberdampak pada proses penyembuhan.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga keluarga seperti jantung,
DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien
d. Riwayat psikososial klien saat nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat
badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
5. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks yang perlu diketahui
adalah:
a. Keluhan haid : Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan :Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks
terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin besar kemungkinan
resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017).
6. Riwayat psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan terhadap
pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien dari sumber
keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah
pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan
orang lain. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan cemas dan
ketakutan.
7. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien sehari-hari,
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan, kelehan, gangguan pola tidur.
3.2. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan,penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan
menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolism : Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas
ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa nifas
yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra
sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan buang air besar
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan nyeri sebelum persalinan.
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain
g. Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering merasa cemas dengan kehadiran anak.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat kontraksi uterus pada pola kognitif klien
intrapartum G1 biasanya akan mengalami kesulitan dalam hal melahirkan, karena belum pernah
melahirkan sebelumnya.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan
dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal
diri.
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau atau fungsi dari seksual
yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu dalam
hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh
keluarganya (Asrining, dkk. 2003).
3.3 Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadangkadang terdapat adanya cloasma
gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya proses menerang
yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang
keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang
keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papila
mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran
mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan
letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainankelainan karena membesarnya uterus, karena
preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Muskuluskeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan
meningkat, suhu tubuh turun (Manuaba, 2013).

3.4 . Diagnosa Keperawatan


Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan SDKI 2017 antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Penurunan kekuatan otot
3. Kesiapan Peningkatan Nutrisi ditandai dengan ingin mengetahui nutrisi yang direkomendasikan
untuk mempercepat kesembuhan lukanya
4. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
5. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua ditandai dengan mengekspresikan keinginan untuk
meningkatkan menjadi orang tua ditandai dengan kebutuhan fisik dan emosi anak terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai