Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea Dengan Indikasi CPD Di Rumah Sakit DR - Abdoer Rahem Situbondo
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea Dengan Indikasi CPD Di Rumah Sakit DR - Abdoer Rahem Situbondo
Oleh:
AHMAD FAIDILAH
PembimbingAkademik PembimbingKlinik
........................................................................ .....................................................................
NIK/NIDN.................................................... NIK/
NIP.......................................................
LEMBAR KONSULTASI
d. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan sectio caesaria memerlukan perawatan yang lebih komprehensif yakni
perawatan pada post operatif dan perawatan post partum sebagai berikut (Wahyuni, 2020):
1. Nyeri karena adanya luka pembedahan
2. Pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual dan muntah
3. Akan mengalami hambatan dalam bergerak
4. Pengaruh anastesi dapat menimbulkan gangguan bernafas
5. Suhu tubuh meningkat jika klien mengalami infeksi pada luka post operasi
2.2 Konsep Dasar CPD (Cephalopelvic Disporpotion)
a. Pengertian CPD
Cephalopelvic Disporpotion (CPD) merupakan sebuah diagnosa medis yang ditegakkan
pada saat kepala bayi terlalu besar untuk dapat melewati panggul ibu, sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina. CPD merupakan sebuah salah satu faktor penyebab mengapa seorang ibu
hamil tidak dapat melakukan persalinan secara normal, sumber lain menyebutkan bahwasanya CPD
dapat terjadi karena beberapa ukuran janin yang terlalu besar, pinggul ibu yang sempit ataupun
keduanya (Padilia, 2014).
Cephalopelvic Disporpotion (CPD) merupakan keadaan dimana lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara
normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin didahului oleh kepala, apabila bentuk
panggul ibu merupakan panggul patologis atau terdapat kelainan maka proses persalinan
harusdilakukan melalui tindakan operasi (Howells dan Israel, 2018). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Cephalopelvic Disporpotion adalah suatu diagnose medis yang diangkat ketika kepala bayi
atau pinggul ibu yang sempit hingga menyebabkan bayi tidak dapat dilahirkan melalui vagina
secara normal.
b. Penyebab CPD
Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya CPD umumnya adalah karena kapasitas
panggul yang kecil atau ukuran yang sempit, ukuran janin yang terlalu besar, adanya penyakit
diabetes gestasional yang dapat menyebabkan berat badanjanin menjadi sangat besar ataupun
karena keduanya muncul secara bersamaan. Adapun penjelasan terkait penyebab yang dapat
menyebabkan terjadinya CPD adalah sebagai berikut:
1. Kelainan karena adanya gangguan pada pertumbuhan
a. Panggul sempit pada seluruh bagian
b. Muka panggul belakang sempit namun ukuran melintang biasa
c. Semua ukuran panggul sempit namun ukutan muka berlebih
d. Pintu atas panggul biasa namun pintu bawah panggul sempit
e. Panggul belah atau symphyse terbuka
2. Kelainan karena adanya penyakit pada tulang dan sendi
3. Kelainan tulang belakang yang menyebabkan kelainan pangul
a. Kifosis pada daerah tulang pinggang yang menyebabkan panggung corong atau pintu
atas panggil biasa namun pintu bawah panggul sempit
b. Scoliosis pada daerah tulang pinggang yang menyebabkan panggul sempit
4. Kelainan pada anggota gerak bawah yang menyebabkan kelainan panggul seperti patah
tulang.
c. Patofisiologi CPD
Proses terjadinya penyakit atau gangguan ini berhubungan erat dengan kapasitas panggul
atau ukuran panggul yang sempit dan ukuran janin yang besar, dapat disebabkan karena tinggi
badan ibu kurang dari 155cm, kelainan atau bentuk patologis pada panggul ibu, diabetes
gestasional yang diderita ibu sehingga menyebabkan ukuran janin menjadi sangat besar ataupun
karena memang janinmemiliki berat badan yang besar. Pinggul yang terdiri dari pintu panggul atas
dan bawah memiliki peranan penting dalam proses lahiran bayi secara normal karena kepala bayi
yang merupakan anggota tubuh paling besar harus berhasil untuk melewati dan memasuki rongga
panggul ibu hingga akhirnya dapat dilahirkan pervaginum. Penyempitan pada panggul ini
menyebabkan kepala bayi tidak dapat memasuhi panggul sehingga menyebabkan lamanya waktu
lahiran atau partus yanglama, ketuban pecah dini, hingga kematian pada janin. Salah satu solusi
dari penyelesaian CPD adalah dengan dilakukan SC atau pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka perut dan dinding uterus atau vagina untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Melalui tidnakan SC dapat berdampak banyakkepada kesehatan ibu yang disebabkan karena
tekanan psikologis, obat bius, dan resiko infeksi yang mungkin terjadi.
d. Tanda dan Gejala CPD
Manifestasi klinis atau tanda gejala yang dapat muncul pada ibu hamil yangberesiko mengalami
CPD antara lain:
1) Pada saat dilakukan palpasi abdomen pada minggu ke 36 tampak kepala janinbelum dan
memasuki panggul
2) Pada primipara tampah ada perut yang menggantung
3) Pada multipara adanya riwayat persalinan yang terdahulu sulit
4) Adanya kelainan letak pada hamil tua
5) Terdapat kelainan bentuk pada badan ibu seperti tinggi badan kurang dari 155 cm, skoliosis,
dan pincang
6) Persalinan atau partus yang lama
e. Komplikasi CPD
Terdapat komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu maupun janin dengankeadaan CPD, antara
lain :
1) Bagi ibu
a. Partus secara alami akan berlangsung lama
b. Berpotensi untuk terjadinya ketuban pecah dini
c. Moulage kepala berlangsung lama
d. Inersia uteri
e. Ruptur uteri
f. Kepala tidak mau turun dan ketuban pecah diri maka akan terjadi tali pusarmenumbung
g. Simfiolisis
h. Infeksi intrapartal
i. Terjadi penekanan pada jalan lahir yang lama sehingga memungkinkan terjadinya
jaringan nekrotik dan fistula
2) Bagi Janin
a. Kematian janin intrapartal
b. Prolapsus funikuli
c. Pendarahan intrakranial
d. Kaput suksadaneum dan sefalohematoma yang besar
e. Robekan pada tetorium sebri karena moulage yang hebat dan lama
f. Fraktur pada tulang kepala karena tekanan yang hebat dari his
p. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan tinggi badan :Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 155 cm berpotensi
untuk mengalami penyempitan pada panggul disebabkan karena porposi tubuh
b) Pelvimetri
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh keterangan
tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama dengan tangan dapat diperoleh ukuran
kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu bawah panggul.
Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.
A. Pelvimetri radiologis
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat ketelitian
yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan pengukuran yang
tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu
diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika. Tetapi pemeriksaan
inimemiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan.
B. Pelvimetri dengan CT scan
Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik
dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat
dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,
pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini
jarangdilakukan karena biaya yang mahal. Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat
ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas
panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat
dilahirkan spontan.
a) Metode Osbora
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah
rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah
kepala menonjol di atas simfisis atau tidak.
b) Metide Muller Munro Kerr
Pemeriksaan ini dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala
ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk
menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke
vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.
q. Penatalaksanaan
1. Persalinan percobaan
Persalinan percobaan dapat dilakukan dengan dasar pada hasil pemeriksaan bentuk serta
ukuran-ukuran panggul dalam semua bisang dan hubungan antara kepala janin dengan panggul
sehingga apabila masih dapat memungkinkan untuk dilakukan persalinan percobaan maka akan
diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan.
2. Persalinan percobaan ini dibagi menjadi 2 yaitu trial of labour dan test of labour yang mana
dibedakan pada waktu pelaksanaan persalinan percobaan. Keberhasilanpersalinan percobaan
adalah anak dapat lahir spontan pervaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan
anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali
kemajuannya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan
lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his sudah baik, dan
forceps yang gagal.
3. Sectio caesarea
Sectio caesarea atau SC merupakan salah satu percobaan tindakan utama untuk menangani
persalinan pada kasus CPD. SC dapat dilakukan secara elektif atau primer yakni sebelum
persalinan dimulai atau pada awal persalinan dan secara sekunder atau sesudah persalinan
berlangsung dalam beberapa waktu.
4. Simfisiotomi
Simfisiotomi adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk memisahkan tulang panggul kanan
dengan kiri pada simfisis supaya rongga panggul menjadi lebih luas. Hal ini sudah tidak lagi
digunakan dalam proses persalinan pada ibu dengan CPD.