Episkleritis
Episkleritis
EPISKLERITIS
Dosen Pembimbing:
…………………….
Disusun oleh:
Neng Ratna Sari
2017730086
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
saya dapat menyelesaikan referat dengan judul ‘Episkleritis’.
Terima kasih kepada dr. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, selaku membimbing dalam
pembuatan referat ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Saya
menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan referat ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak yang membaca referat ini, agar dapat
mengoreksi diri dan dapat membuat referat yang lebih baik di lain kesempatan.
Demikianlah referat ini dibuat sebagai pemenuhan tugas dari kegiatan
klinis stase Mata di RSU KOTA BANJAR, serta untuk menambah
pengetahuan khususnya bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Episkleritis adalah reaksi radang jaringan ikat vaskuler yang terletak
antara konjungtiva dan permukaan sklera. Episkleritis sering ditemukan dan
terjadi secara spontan, idiopatik, jinak, rekuren, dapat
terjadiunilateralmaupunbilateral. Perempuan lebih sering mengalami
episkleritis dibanding dengan laki-laki, dengan rata-rata usia pasien yang
terkena episkleritis adalah usia pertengahan, paling sering pada dekade ketiga
1-2
hingga keempat kehidupan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Epidemiologi
3
2.4 Patofisiologi
2.5 Klasifikasi
• Simple episcleritis
•Episkleritis nodular
4
2.6 Menifestasi Klinis
• Simple Episkleritis
5
• Episkleritis Nodular
Episkleritis Nodular
2.7 Diagnosis
6
adanya penurunan ketajaman pengelihatan. Pemeriksaan slit-lamp di bawah
kondisi pencahayaan dapat melihat pembuluh terkongesti, nodul, juga
daerah avaskular dengan sequestra. Pemeriksaan slit-lamp juga dapat
membedakan konfigurasi pembuluh darah, dimana pada episkleritis
pembuluh darah yang mengalami kongesti mengikuti pola radial biasa
sementara pada skleritis terdapat perubahan pola kongesti dan terbentuk
pembuluh darah abnormal. Pada episkleritis, kongesti terbanyak terjadi pada
jaringan superfisial episklera, tanpa melibatkan jaringan episkleral yang
dalam. Edema yang timbul terlokalisir pada jaringan episkleral. 6,8
Konjungtivitis
7
Skleritis
Dalam hal ini misalnya noduler episklerits dengan sklerits noduler.5 untuk
mendeteksi keterlibatan sklera dalam dan membedakannya dengan episkleritis,
konjungtivitis, dan injeksi siliar, pemeriksaan dilakukan di bawah sinar matahari
(jangan pencahayaan artifisial) disertai penetesan epinefrin 1:1000 atau fenilefrin
10% yang menimbulkan konstriksi pleksus vaskular episklera superfisial dan
konjungtiva.
8
Skleritis. Pembuluh skleral yang membengkak tidak memucat dengan
aplikasi fenilefrin topikal 2,5 persen.
2.9 Tatalaksana
Pada pasien dengan episkleritis berulang dan gejala yang lebih berat,
dapat dipertimbangkan pemberian steroid topikal. Pemberian steroid potensi
lemah secara topikal 4 kali sehari selama 1-2 minggu dapat memperbaiki
gejala. Pilihan kortikosteroid yang dapat digunakan adalah prednisolone
0.5%, dexamethasone 0.1%, loteprednol etabonate 0.5% atau
betamethasone 0.1%. Selain itu, non- steroidal anti inflammatory (NSAID)
juga merupakan alternatif, namun lebih kurang efektif dibandingkan steroid.
Meskipun steroid memberikan perbaikan gejala dalam waktu yang lebih
9
cepat, tetes mata steroid dapat meningkatkan risiko kekambuhan dan
menyebabkan serangan 'rebound' yang lebih intens. 6,12,13
2.10 Komplikasi
2.11 Prognosis
10
BAB III
KESIMPULAN
Episkleritis adalah reaksi radang jaringan ikat vaskuler yang terletak antara
konjungtiva dan permukaan sklera. Proses peradangan pada episklera ini
merupakan suatu reaksi toksik, alergik atau dapat berkaitan dengan infeksi, yang
diduga disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik seperti
tuberkulosis, reumatoid artritis, sifilis, SLE, dan lainnya. Episkleritis cenderung
bersifat self-limiting. Namun, pada episkleritis dengan gejala ringan, dapat
diberikan kompres dingin atau tetes mata air mata buatan. Pemberian steroid topikal
dan NSAID sistemik juga dapat dipertimbangkan terutama pada episkleritis dengan
gejala yang lebih berat. Perlunya penanganan masalah utama yang mendasari
terjadinya episkleritis, baik kelainan di mata maupun penyakit sistemik. Episkleritis
jarang menimbulkan komplikasi dan memiliki prognosis yang baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2017.
2. Yu-Keh E, Dahl A. Episcleritis: Background, Pathophysiology,
Epidemiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2018. Tersedia pada
https://emedicine.medscape.com/article/1228246-overview. (Diakses pada
13 Mei 2023)
3. Vaughan D, Asbury J. Oftalmologi Umum. Sklera. Edisi ke-17. Jakarta:
EGC; 2013.
4. Kanski J, Bowling B. Clinical ophthalmology. 8th ed. Oxford: Saunders;
2016. p. 254-25
5. Vaughan D, Asbury T, Riordan-Eva P, Whitcher J. Vaughan&Ashbury's
general ophthalmology. 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
6. Scleritis and Episcleritis: Ocular Examination [Internet]. Aao.org. 2018.
Tersedia pada
https://www.aao.org/focalpointssnippetdetail.aspx?id=d29d5ec4- 7791-
493 7-8f9a-9ac53f03f385. (Diakses pada 13 Mei 2023)
7. Feldman B, Bernfeld E, Hossain K, Read R,BalakrishnanS.Episcleritis
EyeWiki [Internet]. Eyewiki.aao.org. 2018.Tersedia pada
http://eyewiki.aao.org/Episcleritis. (Diakses pada 13 Mei 2023)
8. Khurana A. Comprehensiveophthalmology.New Delhi: Jaypee, The Health
Sciences Publisher; 2015. p. 127-129
9. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Oftalmologi. 1st ed.
Sitorus RS, Sitompul R, Widyawati S, Bani AP, editors. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2017.
10. Sims J. Scleritis: presentations, disease associations and management.
Postgrad Med J.;88(1046):713–8. 12. 2012.
11. Kumar A, Ghose A, Biswas J, Majumder P. Clinical profile of patients with
posterior scleritis: A report from Eastern India. Indian J
Ophthalmol;66(8):1109. 2018
12. Srikant K S, Sujata D, Savitri S and Kalyani S. Clinico-Microbiological
Profile and Treatment Outcome of Infectious Scleritis: Experience from a
Tertiary Eye Care Center of India. International Journal of Inflammation.
2012
13. Lagina A, Ramphul K. Scleritis. [Updated 2020 Jun 27]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Tersedia
pada https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499944/. (Diakses pada 13
Mei 2023)
14. Lana M. Rifkin, MD, Boston. Posterior Scleritis: A Diagnostic Challenge.
2018.https://www.reviewofophthalmology.com/article/posterior-scleritis-
a- diagnostic-challenge (Diakses pada 13 Mei 2023)
12
13