Anda di halaman 1dari 42

Clinical Report Session

BELL’S PALSY

Anna Hanifa Defrita, S.Ked


(G1A218105)
Pembimbing: dr. Alfindra Tamin, Sp.S
 
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF RSUD RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Bell’s Palsy salah satu gangguan neurologik
• Peranan virus inflamasi
nervus cranialis. berupa paresis atau
paralisis fasial perifer secara tiba-tiba, pada saraf
01 04
• Kelumpuhan unilateral
unilateral.

1 abad yang lalu oleh Sir • Sering terjadi setelah


Charles Bell, penyebab paralisis 02 05
terpapar dengan udara
fasial tersering di dunia dingin

AS 23 /100.000 org Diagnosis Bell’s Palsy : keluhan, tanda


03 06
usia antara 15-45 dan gejala, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
tahun
Tatalaksana
BAB II
Laporan Kasus
BAB II
Case Report
Name
Tn. A

19 Years Age
old
Gender
Mal
e
Job
Mahasisw
a
Tanggal 23 Februari 2020
Periksa
Laporan Kasus

DAFTAR MASALAH
No. Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal

1. Parese N. VII perifer 3 Maret 2020    


dextra
ANAMNESIS

Keluhan Utama
Mata sebelah kiri tidak bisa
menutup rapat sejak ± 2 hari
yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang

Lokasi Onset Kualitas Kuantitas

Sisi kiri wajah


Kesulitan minum karena pada saat minum
air keluar dari sudut mulut kiri, mata sebelah
Mendadak kiri tidak bisa menutup rapat, mulut
Wajah sebelah kiri mencong ke kiri, tidak bisa berkumur saat
menyikat gigi, dan tidak bisa mencucu.
sulit digerakkan
Kronologis
Pasien mengeluhkan mata sebelah kiri tidak bisa menutup rapat sejak ± 2 hari yang lalu. Awalnya
pasien merasakan nyeri pada sisi kiri wajah, nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk dan wajah terasa
tebal dan baal. Keluhan disertai pasien sulit mengerutkan dahi. Keluhan semakin dirasa
memberat terutama saat pasien berkumur-kumur di pagi hari dan merasakan air keluar dari
mulutnya. Keesokan harinya saat bangun pagi, mulut pasien dirasa mencong ke sisi kiri, mata kiri
tidak menutup sempurna sehingga terasa perih dan berair, pipi terasa kencang dan kaku.

Sisi wajah sebelah kiri terasa tebal, kaku, dan sulit untuk digerakkan, pasien merasa sulit untuk
tersenyum, dan sulit untuk mengembang ngempiskan hidung. Pada saat makan, makanan tidak
keluar naamun sulit untuk masuk, bila minum air sering keluar dari sisi mulut sebelah kiri. Pasien
mengeluhan nyeri di belakang telinga kiri. Riwayat keluar cairan dari telinga kiri tidak ada, tidak
ada gangguan pendengaran. Keluhan pusing berputar, nyeri kepala, telinga berdenging, demam,
batuk, pilek tidak ada. Pasien sering tidur menggunakan AC dan terkadang kipas angin saat
malam hari, riwayat sering berpergian malam hari tanpa menggunakan helm tidak ada.
Riwayat Penyakit

RP RPD RPK RSE


• Gejala Penyerta : • Riwayat • Riwayat • Pasien seorang
(-) keluhan wajah mengalami Mahasiswa
• Faktor yang terasa baal (-) keluhan yang • Pasien
memperberat: (-) • Riwayat sama (-) merupakan
• Faktor yang infeksi virus, • Riwayat penyakit anak ke 2 dari 2
memperingan: (-) bakteri (-) infeksi (-) bersaudara dan
• Riwayat • Riwayat • Riwayat penyakit tinggal bersama
Pengobatan : (-) trauma kepala tumor (-) kakaknya.
(-) • Riwayat penyakit • Pasien
• Riwayat jantung (-) merupakan
penyakit pasien umum.
tumor (-)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
 Tanda Vital
Tampak sakit ringan Your Picture Here Your Picture Here

Kesadaran
TD HR RR T
Compos mentis
110/80 88x/ 20
mmHg menit x/menit 36,6C
 GCS 15 (E4 V5 M6)

SpO2 : 99%  Keadaan Gizi


Your Picture Here Your Picture Here
BB TB IMT

60kg 168 cm Normoweight


PEMERIKSAAN FISIK Kepala
Leher Normocephal
Pembesaran KGB (-),
Pembesaran tiroid (-) Mata
Edema palpebra (-/-),
Paru conjungtiva anemis (-/-), sklera
Inspeksi : Simetris, pergerakan ikterik (-/-), pupil bulat, isokor,
dinding dada simetris, retraksi (-),  ± 3 mm/± 3 mm, refleks
sela iga melebar (-/-), cahaya (+/+)
THT
Palpasi : fremitus taktil kanan
Hiperemis aurikula (-), nyeri
dan kiri sama
tekan tragus (-), serumen
Perkusi : Sonor seluruh lapangan
minimal (+), edema (-),
paru
Jantung : Bronkovesikuler
Auskultasi
furunkel(-), otorea (-), membran
Inspeksi timpani intak (+). Diwajah tidak
(+/+) Rhonki: (-/-)
Iktus,Wheezing
kordis tidak terlihat
(+/+)
Palpasi :Iktus kordis teraba di ICS V linea ditemukan vesikel pada daerah
axilaris anterior sinistra sekitar telinga dan tidak terdapat
Perkusi : pembengkakan atau massa pada
• Atas : ICS II linea parasternalis sinistra kelenjer
Mulutparotis.
• Kanan : ICS IV linea parasternalis destra Bibir sianosis (-), mukosa kering
• Kiri : ICS V linea axilaris anterior (-), lidah hiperemis (-), T1-T1,
sinistra faring hiperemis (-).
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada
suprapubik, hepar, lien,ginjal tidak
teraba
Perkusi :Timpani
Ekstremitas superior
inferior dex et sin
Look : Edema (-), Hipermis (-),
Deformitas (-)
Feel : akral hangat, CRT < 2 detik,
Move : ROM Aktif

PEMERIKSAAN FISIK
Status • Cara berpikir: Baik
Psikitus • Perasaan hati : Baik
• Tingkah laku : Normoaktif
• Ingatan : Baik
• Kecerdasan : Baik
Status Neurologikus

• Kepala

Bentuk : Normochepal
Tanda Rangsang meningeal :
Nyeri tekan : (-)
Kaku kuduk :-
Simetri : (+) Brudzinsky 1 : -
Brudzinsky 2 : -|-
Pulsasi : (+)
Brudzinsky 3 : -|-
• Leher Brudzinsky 4 : -|-
Guillain Sign : -|-
Sikap : Normal
Edelmann test : -|-
Pergerakan : baik Laseque : >700 / >700
Kernig : >1350 / >1350
14
Laporan Kasus
Pemeriksaan Fisik : status neurologis

Nervus Cranialis
Nervus Kranialis Kanan Kiri
N I (Olfaktorius)
Subjektif Baik Baik
Objektif (dengan bahan) Baik (normosmia) Baik (normosmia)

N II (Optikus)
Tajam penglihatan Baik Baik
Lapangan pandang Baik Baik
Melihat warna Baik Baik
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Laporan Kasus
Pemeriksaan Fisik : status neurologis

N III (Okulomotorius) N IV (Trochlearis)


Sela mata Simetris Simetris Pergerakan bola Normal Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada mata ke bawah-
dalam
Pergerakan bola Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
mata
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
N V (Trigeminus)
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Motorik  
Ekso/endotalmus Tidak ada Tidak ada
Membuka mulut Normal
Pupil     Mengunyah Normal
Bentuk, besar Bulat, isokor,  3 mm Bulat, isokor,  3 mm Mengigit Normal
reflex cahaya + + Sensibilitas Muka    
langsung + + Oftalmikus Normal Normal
reflex konvergensi + + Maksila Normal Normal
reflex konsensual Mandibula Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada Reflek Kornea Normal Normal
Laporan Kasus
Pemeriksaan Fisik : status neurologis

Nervus Cranialis

N VI (Abdusen) N VIII (Vestibularis)


Pergerakan bola mata (lateral) Normal Normal Suara berbisik Normal Normal
Diplopia - - Detik arloji Normal Normal
Rinne test Tidak dilakukan
N VII (Fasialis) Weber test Tidak dilakukan
Mengerutkan dahi + - Swabach test Tidak dilakukan
Menutup mata Normal Tidak menutup rapat N IX (Glossofaringeus)

Memperlihatkan gigi Normal - Sensasi lidah 1/3 blkg Tidak dilakukan

Bersiul Normal - Sensibilitas faring Tidak dilakukan

Senyum Normal - N X (Vagus)


Sensasi lidah 2/3 depan Baik Baik Arkus faring Simetris
  Menelan Baik
Sekresi air mata - + (Meningkat) Refleks muntah Baik
Nadi Normal
Laporan Kasus
Pemeriksaan Fisik : status neurologis

Nervus Cranialis Badan dan Anggota Gerak


Kanan Kiri
N XI (Assesorius) Badan

Menoleh ke kanan + + Motorik

Menoleh ke kiri + + Respirasi Simetris Simetris


Duduk Normal Normal
Mengangkat bahu + +
Bentuk kolumna vertebralis Normal Normal
N XII (Hipoglosus) Pergerakan kolumna vertebralis Normal Normal
Kedudukan lidah dijulurkan Lurus ke depan Sensibilitas

Atropi papil - Taktil Normal Normal

Disartria   Nyeri Normal Normal


-
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek
Reflek kulit perut atas Normal Normal
Reflek kulit perut tengah Normal Normal
Reflek kulit perut bawah Normal Normal
18
Laporan Kasus
Pemeriksaan Fisik : status neurologis

Badan dan Anggota Gerak

Anggota Gerak Atas Anggota Gerak Bawah


Motorik Motorik
Pergerakan Normal Normal Pergerakan Normal Normal
Kekuatan 5 5
Kekuatan 5 5
Tonus Normal Normal
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas
Sensibilitas
Taktil Normal Normal
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan Nyeri Normal Normal

Reflek Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Biseps ++ ++
Triseps ++ ++
Hoffman-Tromner - -
Laporan Kasus
Pemeriksaan Fisik : status neurologis

Badan dan Anggota Gerak


Reflek Koordinasi, Gait dan Keseimbangan Hasil Pemeriksaan
Patella ++ ++ Cara berjalan Normal

Achilles ++ ++ Test Romberg Tidak dilakukan


Babinsky - - Disdiadokinesis Tidak dilakukan
Chaddock - - Ataksia Tidak dilakukan
Rossolimo - - Rebound Phomenon Tidak dilakukan
Mendel-Bechterew - - Dismetria Tidak dilakukan
Schaefer - -
Gerakan-gerakan Abnormal Hasil Pemeriksaan
Oppenheim - -
Tremor -
Klonus Paha - -
Athetosis -
Klonus Kaki - -
Miokloni -
Tes Laseque - -
Khorea -
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang :
Darah rutin : Tidak dilakukan
Elektrolit : Tidak dilakukan
Faal Ginjal : Tidak dilakukan
Faal Lemak : Tidak dilakukan
Rontgen Thorax : Tidak dilakukan
Tidak dilakukan CT Scand Kepala Kontras dan non Kontras: Tidak dilakukan
pemeriksaan penunjang
01 Diagnosis Banding 02 Diagnosis Klinis
• Otitis media
• Sindrom Ramsay Hunt
• Penyakit lyme Bell’s palsy sinistra
• Tumor

03 Diagnosis Topis 04 Diagnosis Etiologi

Sekitar foramen Idiopatik


stilomastoideus

DIAGNOSIS
TATALAKSANA
Non Farmakologi Melakukan fisioterapi pancaran superfisial,
elektroterapi dengan menggunakan arus listrik,
latihan dan pemijatan wajah disertai kompres panas.
Memberitahu pasien dan orangtua pasien tentang
penyakit yang diderita pasien.
Memberitahu pasien agar rutin meminum obat yang
diberi dan kontrol ulang.
Menjelaskan mengenai faktor resiko terjadinya
penyakit agar dapat menguranginya.
Farmakologi Prognosis

methylprednisolone 3x4 mg
Mecobalamin 3x500mg
Quo ad vitam:
dubia ad bonam

Quo ad Quo ad
fungsionam: sanationam:
dubia ad bonam dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Nervus Facialis
DEFINISI BELL’S PALSY
• Kelemahan wajah dengan tipe LMN yang disebabkan oleh keterlibatan N.VII
bersifat idiopatik diluar sistem saraf pusat, tanpa adanya penyakit neurologik
lainnya.

• BP adalah kelumpuhan atau paralisis wajah unilateral

• Bersifat akut dengan penyebab yang tidak teridentifikasi, seperti proses non
supuratif, non neo-plasmatik, non degeneratif primer

• Akibat edema jinak pada nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau


sedikit proksimal dari foramen tersebut yang mulainya akut dan dapat sembuh
sendiri tanpa pengobatan.
• Indonesia 19,55 %
• tertinggi di Seckori, Jepang • usia 21–30 tahun.
tahun 1986 • wanita pria.
• terendah di Swedia tahun • Tidak didapati perbedaan insiden antara
1997. iklim panas maupun dingin,
• adanya riwayat terpapar udara dingin seperti
Indonesia
naik kendaraan dengan kaca terbuka, tidur di
lantai atau bergadang sebelum menderita
bell’s palsy.
Didunia

EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI

Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti

Teori infeksi virus

Herpes simpleks,
Teori iskemia vaskular
Herpes zoster
Kelumpuhan pada
Teori imunologi
ataupun virus Epstei-
Barr saraf fasialis karena
reaksi imunologi
Herediter
adanya gangguan
sirkulasi darah di terhadap infeksi virus
kanalis fallopi. yang timbul Kanalis fasialis yang
sebelumnya atau sempit karena faktor
sebelum pemberian keturunan, membuat
imunisasi kecendrungan untuk
mudah terjadi
kompresi dengan
sedikit saja edema
saraf
Patofisiologi
■ Para ahli menyebutkan bahwa
Gejala klinis
.

• ekspresi akan menghilang sehingga lipatan nasolabialis akan


menghilang, sudut mulut menurun, bila minum atau berkumur air
menetes dari sudut ini
• kelopak mata tidak dapat dipejamkan sehingga fisura papebra
melebar
• kerut dahi menghilang
• Saat memejamkan matanya maka kelopak mata pada sisi yang
lumpuh akan tetap terbuka (lagoftalmus)
• Dalam mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh
tidak mengembung
• Kelumpuhan ini adalah tipe flaksid, LMN. Pengecapan dan sekresi
air liur masih baik
Diagnosis
Anamnesis

Bell’s palsy Pemeriksaan


fisik

Pemeriksaan
penunjang
Penegakkan Diagnosis
Anamnesis

Ditanyakan riwayat timbulnya kelumpuhan wajah tersebut, yang biasanya timbul


secara tiba-tiba. Banyak kasus mula-mula diketahui pada pagi hari setelah bangun
tidur, pada satu sisi.

Tidak memiliki riwayat infeksi telinga, tidak ada riwayat trauma, gangguan
saraf pusat dan keganasan di daerah kepala dan leher. Perlu ditanyakan juga
apakah penderita menderita DM atau tidak, dan dikonfirmasi dengan
pemeriksaan laboratorium. Riwayat keluarga yang pernah mengalami keluhan
lumpuh sebelah wajah sebelumnya juga perlu ditanyakan.

Sebelum terjadi kelumpuhan apakah penderita ada riwayat melakukan


perjalanan jauh dengan kaca terbuka atau terpapar udara dingin.
Diagnosis Banding

Sindroma Ramsay Hunt,


Differensial Otitis Media Supurativa dan
Diagnosis Mastoiditis,
Tumor.
TATALAKSANA

Pemberian kortikosteroid (dosis tinggi prednison dengan dosis awal 1


mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi diberikan sampai 7 hari dan diturunkan
pada hari berikutnya sampai dosis nol)

Acyclovir (pada usia dewasa adalah 4000 mg / hari selama 7-10 hari,
sedangkan pada anak dengan usia lebih dari 2 tahun adalah 1000
mng/hari selama 10 hari)

Fisioterapi
Diagnosis Banding

• Antara 80-85% penderita akan sembuh sempurna dalam waktu


3 bulan. Paralisis ringan atau sedang pada saat gejala awal
terjadi merupakan tanda prognosis baik.

• Pemulihan daya pengecapan lidah dalam waktu 14 hari pasca


awitan biasanya berkaitan dengan pemulihan paralisis secara
sempurna. Apabila lebih 14 hari, maka hal tersebut
menunjukkan prognosis yang buruk
ANALISA KASUS
Klinis Teori
-Mata sebelah kiri tidak bisa menutup rapat
-Nyeri pada sisi kiri wajah, nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk Kerusakan setinggi foramen stilomastoideus
dan wajah terasa tebal dan baal
-sulit mengerutkan dahi kelumpuhan otot-otot wajah pada sebelah
-nyeri di belakang telinga kiri lesi

-berkumur-kumur di pagi hari dan merasakan air keluar dari


-Sudut mulut sisi lesi jatuh dan tidak dapat diangkat
mulutnya
-Makanan berkumpul diantara pipi dan gusi pada sebelah lesi
-mulut pasien dirasa mencong ke sisi kiri
-Tidak dapat menutup mata dan mengerutkan kening pada sisi
-mata kiri tidak menutup sempurna sehingga terasa perih dan
lesi
berair

-pipi terasa kencang dan kaku. Sisi wajah sebelah kiri terasa tebal,
kaku, dan sulit untuk digerakkan, pasien merasa sulit untuk Faktor resiko pada pasien ; memiliki riwayat
tersenyum, dan sulit untuk mengembang ngempiskan hidung tidur menggunakan AC dan terkadang kipas
-saat makan, makanan tidak keluar naamun sulit untuk masuk, bila angin saat malam hari
minum air sering keluar dari sisi mulut sebelah kiri
Pemeriksaan Fisik
Kelumpuhan ini adalah berupa tipe LMN. N VII (Fasialis)

Pengecapan dan sekresi air liur masih baik.   Kanan Kiri

Dari pemeriksaan fisik pasien di Mengerutkan + -


dahi
dapatkan
Menutup mata Normal Tidak menutup
Status lokalis regio fasialis
rapat
•Wajah asimetris
Memperlihatkan Normal -
•Sudut nasolabial menghilang
gigi
•Kerutan dahi kanan (+), kiri (-)
Bersiul Normal -
•Lagoftalmus mata kanan
Senyum Normal -
Sensasi lidah 2/3 Baik Baik
depan  
Sekresi air mata - + (Meningkat)

Pada lesi supranuklear, dimana lokasi lesi di atas nukleus fasialis di pons, maka lesinya bersifat UMN.
Pemeriksaan nervus kranialis yang lain dalam batas normal. Oleh karena itu dapat di simpulkan
bahwa, lesi kerusakan pada pasien ini adalah tipe LMN
medikamentos
• Memberitahu pasien dan orangtua
pasien tentang penyakit yang
a • Quo ad vitam
bonam
: dubia ad

diderita pasien. • Quo ad fungsionam : dubia ad


• Memberitahu pasien agar rutin • Prednisolone 3x5 mg dan
bonam
meminum obat yang diberi. • Mecobalamin 3x1 tab. • Quo ad sanationam : dubia ad
• Menyarankan untuk dilakukan bonam
fisioterapi dan melakukan latihan • Neurotonik
otot-otot ekspresi wajah dirumah. • Kortikosteroid

Non
medikamentos PROGNOSIS
a
TERIMA KASIH

Any question

Anda mungkin juga menyukai