Materi :
1. Analisa dan Klasifikasi Minyak dan Gas Bumi
2. Hakikat Fisika Minyak dan Gas Bumi
Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa, dan termasuk sebagai
unit operasi kimia jenis perpindahan panas. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa
pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Terdapat
berbagai macam cara destilasi, yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksi, destilasi tekanan rendah,
destilasi uap air, dan microscale destilasi. Dalam prakteknya pemilihan prosedur destilasi
tergantung pada sifat cairan yang akan dimurnikan dan sifat pengotor yang ada di dalamnya.
Sedangkan komponen dari alat destilasi yaitu tabung reaktor, kondensor, pipa penyalur, dan
burner.
Secara teori, hasil destilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan tekanan hingga 1/10
tekanan atmosfer, dapat pula dengan menggunakan destilasi azeotrop yang menggunakan
penambahan pelarut organik dan dua destilasi tambahan dengan menggunakan cornmeal yang
dapat menyerap air baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek
tidak ada destilasi yang mencapai 100%.
Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian destilasi adalah sebagai berikut :
1. Menurut Mc.Cabe (1999), destilasi adalah suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen
dalam suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didih dari masing-masing komponen
dengan menggunakan panas sebagai tenaga pemisah.
1
2. Menurut GG.Brown (1987), destilasi adalah suatu metode operasi yang digunakan pada
proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan panas sebagai
tenaga pemisah berdasarkan perbedaan titik didih masing-masing komponennya. Proses
pemisahan secara destilasi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu:
a. Proses penguapan atau penambahan panas dalam larutan yang dipisahkan,
b. Proses pembentukan fase seimbang,
c. Proses pemisahan kedua fase seimbang.
3. Menurut Herry Santoso (1997), proses pemisahan secara destilasi dapat dilakukan terhadap
campuran yang terdiri dari komponen sebagai berikut:
a. Mempunyai perbedaan titik didih yang cukup,
b. Mempunyai sifat penguapan yang relatif tinggi,
c. Tidak membentuk campuran azeotrop.
Cairan dengan titik didih yang berbeda-beda dapat kita bagi menjadi tujuh, yaitu:
1. Gas : dengan nomor atom karbon C1-C4
2. Bensin : dengan nomor atom karbon C5-C10
3. Kerosin : dengan nomor atom karbon C11-C13
4. Minyak gas atau solar : dengan nomor atom karbon C14-C17
5. Pelumas ringan : dengan nomor atom karbon C18-C25
6. Pelumas berat : dengan nomor atom karbon C26-C35
7. Residu : dengan nomor atom karbon C36-C60
Tabel II.1 Susunan Senyawa Hidrokarbon Utama Dalam Berbagai Fraksi Destilasi Minyak Bumi
Kisaran % Volume
Fraksi Destilasi Titik Didih atom no Iso Siklo
Parafin Aromat Residu
atom Cn Parafin parafin
Gas - C1 – C4 - - - - -
Bensin t.d. - 200℃ C5 – C10 38 20 43 9 -
Kerosin 200℃ - 250℃ C11 – C13 23 15 43 19 -
Solar 250℃ - 300℃ C14 – C17 22 9 48 21 -
Distilat minyak ringan 300℃ – 350℃ C18 – C25 16 6 52 24 -
Distilat minyak pelumas 350℃ – 400℃ C26 – C35
Residu > 500℃ C36 – C60 13 1 51 27 8
2
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa titik didih bensin adalah 200℃, sedangkan kerosin atau
minyak tanah 250℃, solar 300℃, sedangkan pelumas 400℃ dan residu 500℃.
Pada umumnya, di dalam fraksi bensin banyak didapatkan parafin normal dan juga parafin bercabang
(iso parafin), sedangkan aromat terdapat hanya sedikit sekali. Semakin ke arah pelumas dan residu
persentasi aromat jauh lebih besar daripada persentasi parafin normal, iso-parafin biasanya sudah
hilang, sedangkan sikloparafin boleh dikatakan konstan.
Tabel II.2 Jenis Hidrokarbon yang Telah Diisolasikan atau Diidentifikasikan dalam Berbagai Jenis
Minyak Bumi (Bestougeff, 1967)
3
Tabel II.3 Susunan Molekul Hidrokarbon Utama dari Minyak Bumi (Bestougeff, 1967)
Nomor Atom Persen dalam Minyak Bumi
No Seri dan Hirokarbon
Karbon Min Max
Normal – Parafin
1 Pentan C5 0,2 3,2
2 Hexan C6 0,04 2,6
3 Heptan C7 0,03 2,5
4 Oktan-Dekan C8 - C10 0 1,8 - 2,0
5 Undekan-Pentadekan C11 - C15 0 1,8 - 1,5
6 Hexadekan dan yang lebih tinggi C16 dan lebih tinggi 0 1,0
Isoparafin
1 2-metilpentan C6 0,2 1,16
2 3-matilpentan C6 0,06 0,9
3 2-metilhexan C7 0,03 1,1
4 3-metilhexan C7 0,02 0,9
5 2-metilheptan C8 0,03 1
6 3-metlheptan C8 0,02 0,4
7 2-metiloktan C9 0,02 0,4
8 3-metiloktan C9 0,01 0,2
9 2-metilnonan C10 - 0,3
10 3-metilnonan C10 - 0,1
11 4-metilnonan C10 - 0,1
12 Pristan (isoprenoid) C10 - 1,12
Sikloparafin
1 Metilsyklopentan C6 0,11 2,35
2 Siklonhexan C6 0,08 1,4
3 Metilsyklohexan C7 0,25 2,8
4 1, trans 2 - dimetilsiklopentan C7 0,05 1,2
5 1, cis 3-dimetilsklopentan C7 0,04 1
6 1, cis 3 - dimatilsiklohexan C8 - 0,9
7 1, cis 2-dimetilsiklohexan C8 - 0,6
8 1,1, 3-trimetilsiklohexan C9 - 0,7
Aromat
1 Benzen C6 0,01 1
2 Toluen C7
3 Etilbenzen C8 0,03 1,8
4 N-xylen C8 0,01 1,6
5 1-metil-3-etilbenzen C9 0,02 1.0
6 1,2,4 - trimetilbenzen C9 - 0,3
7 1,2,3 - trimetilbenzen C9 - 0,6
8 1,2,3,4- tretrametilbenzen C10 - 0,4
9 2-metilnaftalen C11 - 0,3
10 2,6 - Dimentilnaftalen C12 - 0,3
11 Trimetilnaftantalen C13 - 0,4
4
II.2 Analisa Hemple
Berdasarkan tabel II.1, diperkirakan bahwa semakin tinggi titik didih daripada fraksi destilasi
maka, semakin banyak terdapat homolog aromat-sikloparafin, sedangkan di dalam fraksi titik
didih yang rendah, lebih banyak didapatkan homolog parafin. Karena, penentuan susunan
molekuler minyak mentah sulit dilakukan, maka secara routine dilaksanakan analisa destilasi
berfraksi yang sedikit banyak mencerminkan susunan berbagai macam homolog hidrokarbon.
Analisa secara teliti daripada destilasi ini disebut analisa Hemple, yang sifatnya sama juga
dengan destilasi berfraksi akan tetapi pengembunan berbagai macam fraksi dilakukan dengan
perbedaan suhu 25℃.
Contoh :
a. Pengembunan ke 1 pada temperatur 50℃,
b. Pengembunan ke 2 pada temperatur 75℃,
c. Pengembunan ke 3 pada temperatur 100℃,
d. Pengembunan ke 4 pada temperatur 125℃ dan seterusnya hingga pengembunan ke 10 pada
temperatur 275℃.
Destilasi dilakukan pada tekanan atmosfer, yaitu 558 mm Hg. Destilasi fraksi nomorr 11,
dilakukan pada tekanan 40 mm Hg, sehingga pengembunannya dilakukan pada 200℃, fraksi
nomor 13 pada 250℃, dan fraksi nomor 15 pada 300℃, dan sisanya disebut residu dan tidak
dilakukan fraksinasi seterusnya (lihat tabel II.4).
Pada analisa Hemple tersebut juga diukur volum tiap-tiap fraksi dan kemudian juga persentasi
setiap fraksi. Selain itu juga ditentukan berat jenis setiap fraksi yang dinyatakan dalam berat jenis
pada keadaan standar (baku), atau dalam derajat API yang akan dijelaskan lebih lanjut. Jadi, jelas
analisa Hemple ini sudah cukup memberikan pendekatan mengenai susunan molekul minya bumi
walaupun tidak tepat.
5
Tabel II.4 Contoh Suatu Hasil Analisa Hemple
HEMPLE ANALYSIS
Locality: well. No:
General Characteristic
Specific
Viscosity S.U
Fraction no Cut oC At oF Percent gravity O
API 60oF C.I Sum per cent
100% F
60/60 F
o
1 50 122 - - - - -
2 75 167 - - - - -
3 100 212 - - - - -
4 125 257 - - - - -
5 150 302 2.0 0.758 55.2 16.729 - 2.0
6 175 347 5.3 0.788 46.1 22.126 - 7.3
7 200 392 9.0 0.817 41.7 32.474 - 16.3
8 225 437 14.3 0.847 35.6 41.501 - 30.6
9 250 482 15.3 0.871 30.9 49.191 - 45.8
10 275 527 14.5 0.894 26.8 54.802 - 60.3
Dry Distillation At 40 mm
11 200 392 9.6 0.919 22.5 80.720 43 69.9
12 225 437 10.4 0.932 20.3 81.706 53 80.3
13 250 482 6.2 0.952 17.1 86.504 74 86.5
14 275 527 4.2 0.961 15.7 86.493 132 90.7
15 300 572 4.1 0.971 14.2 74.756 327 94.8
Rediuum - - 50 1.016 7.8 96.039 - 99.8
Distillat -
Ion Loss - 0.2 - - - 100.0
Carbon Residue Of Residuum; Carbon Residu Of Crude
Approximate Summary
Precent SG API Grav Viscosity
Light Gasoline - - - -
Total Gasol And Naphta 16.3 0.800 45.4 -
Kerosene Distillate - - - -
Gas Oil 55.8 0.881 29.1 -
Non -Viscous Lubricating
Distillate 13.6 0.928 -0.956 21.0 - 16.5 50 -100
Medium Lubricating Distillate 4.4 0.956 - 0.865 16.5 -15.1 100 -200
Viscous Lubricating Distillate 4.7 0.965 - 0.976 15.1 -13.5 above 200
Residuum 5.0 - 1.016 7.8
Distillation loss 0.2 - -
U.O.P Factor = 11.0; Base of crude = Par.; Parafin wax = present
6
II.3 Hakikat Fisika Minyak Bumi
Kuantitas minyak bumi diukur berdasarkan volumenya seperti juga pada cairan lainnya.
Di Indonesia ukuran yang dipergunakan adalah meter kubik atau sering juga ton.
Perlu dijelaskan bahwa ton untuk minyak bumi bukanlah satuan berat akan tetapi satuan
volume yaitu 1 meter kubik atau sering disebut satu kilo-liter (kl).
Dalam dunia perdagangan terutama yang dikuasai oleh perusahaan 𝐴𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎, di𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
satuan 𝑏𝑎𝑟𝑟𝑒𝑙 (disingkat bbl), yaitu ± sama dengan 159 liter. Juga harus dibedakan antara
volume minyak bumi dibawah tanah yang disebut reservoir barrel, dan stock tank barrel karena
ada faktor penciutan. (1 reservoir barrel = 5/8 stock-tank barrel).
141,5
°API = - 131,5
B.J.
API gravity minyak bumi ini menunjukkan kualitas minyak bumi tersebut. Karena, derajat
API berbanding terbalik dengan berat jenis. Maka, semakin kecil berat jenisnya semakin
besar derajat APInya, minyak bumi itu semakin berharga dikarenakan lebih banyak
mengandung bensin. Sebaliknya, jika semakin rendah derajat APInya semakin besar berat
jenisnya, mutu minyak bumi itu kurang baik karena lebih banyak mengandung lilin atau
residu aspal. Namun dewasa ini, dari minyak bumi yang beratpun dapat dibuat fraksi bensin
lebih banyak dengan sistem “cracking” dalam penyulingan. Walaupun demikian tentu
proses tersebut memerlukan ongkos yang lebih banyak lagi. Selain derajat API, juga dipakai
derajat Baume.
7
Tabel II.5 Konversi Berat Jenis—Derajat API dan Baume (Levorsen, 1958)
140
°Baume = - 130
B.J.
Sistem Baume tidak banyak dipergunakan dalam industri minyak. Perbandingan antara skala
yang menggunakan berat jenis dengan derajat API, terlihat pada tabel II.5 dan II.6. sebagai
contoh, berat jenis air sama dengan satu, sesuai dengan 10 derajat API dan juga 10 derajat
Baume. Berat jenis 0,8750 sama dengan 30,2 derajat API sedangkan berat jenis 0,8235 adalah
40,3 derajat API atau sama dengan 40,0 Baume. Perlu dicatat di sini bahwa yang dimaksud
dengan berat jenis adalah berat jenis keseluruhan minyak mentah tersebut, jadi semua fraksi.
Selain itu, berat jenis minyak bumi tentu juga tergantung pada temperatur; lebih tinggi
temperatur makin rendah berat jenisnya.
8
II.3.2 Viskositas
Sifat penting lain daripada minyak bumi adalah viskositasnya. Viskositas adalah daya
hambatan yang dilakukan oleh cairan jika suatu benda berputar dalam cairan tersebut. Satuan
viskositas adalah centipoise. Pada umumnya semakin tinggi derajat API atau semakin ringan
minyak bumi tersebut, maka semakin kecil viskositasnya dan sebaliknya.
II.3.4 Warna
Minyak bumi memperlihatkan berbagai macam warna yang sangat berbeda-beda. Minyak
bumi tidak selalu berwarna hitam, adakalanya malah tidak berwarna sama sekali. Pada
umumnya, warna itu berhubungan dengan berat jenisnya. Kalau berat jenisnya tinggi, maka
warna menjadi hijau kehitam-hitaman. Sedangkan, jika berat jenis rendah, maka warna
menjadi cokelat kehitam-hitaman.
Warna ini disebabkan karena berbagai pengotoran, misalnya oksidasi senyawa hidrokarbon,
karena senyawa hidrokarbon sendiri tidak memperlihatkan warna tertentu.
II.3.5 Fluoresensi
Minyak bumi mempunyai suatu sifat fluoresensi, yaitu jika terkena sinar ultra-violet akan
memperlihatkan warna yang lain dari warna biasa. Warna fluoresensi minyak bumi adalah
kuning sampai kuning keemas-emasan dan kelihatan sangat hidup. Sifat fluoresensi minyak
bumi ini sangat penting, karena sedikit saja minyak bumi terdapat pada kepingan batuan atau
dalam lumpur pemboran memperlihatkan fluoresensi secara kuat, sehingga mudah dideteksi
dengan menggunakan lampu ultra-violet.
9
Pada saat pemboran, sering sekali lapisan minyak dibor kemudian tertutup lumpur, sehingga
minyak yang terdapat dalam lapisan tersebut tidak dapat menyembur keluar dengan
sendirinya. Minyaknya sendiri karena berwarna hitam dan juga bercampur dengan minyak
pelumas pemboran, sering sekali sukar dibedakan dalam lumpur pemboran. Minyak pelumas
lumpur pemboran biasanya tidak menunjukkan fluoresensi sedangkan minyak mentah
menunjukkan fluoresensi, maka dalam meneliti serbuk pemboran dipergunakan sinar ultra-
violet. Jika suatu, lapisan minyak ditembus, warna fluoresensi pada lumpur akan kelihatan
sebagai tanda-tanda adanya minyak.
10
II.3.8 Bau
Minyak bumi ada yang berbau sedap dan ada pula yang tidak, yang biasanya disebabkan
karena pengaruh molekul aromat. Minyak bumi dari Indonesia biasanya berbau tidak sedap,
yang terutama disebabkan karena mengandung senyawa nitrogen ataupun belerang. Adanya
H2 S juga memberikan bau yang tidak sedap. Golongan parafin dan naften biasanya
memberikan bau yang sedap, sedangkan benzen atau aromat menyebabkan bau yang tidak
sedap.
11