Anda di halaman 1dari 11

Modul II

Analisa dan Klasifikasi Minyak dan Gas Bumi


Oleh : Ir. Helmi Sahil

Materi :
1. Analisa dan Klasifikasi Minyak dan Gas Bumi
2. Hakikat Fisika Minyak dan Gas Bumi

II.1 Destilasi Berfraksi


Destilasi berfraksi adalah penyulingan serta pengembunan berbagai macam cairan yang
mempunyai titik didih yang berbeda-beda, yaitu suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Pada proses
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan
kembali kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih
dulu.

Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa, dan termasuk sebagai
unit operasi kimia jenis perpindahan panas. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa
pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Terdapat
berbagai macam cara destilasi, yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksi, destilasi tekanan rendah,
destilasi uap air, dan microscale destilasi. Dalam prakteknya pemilihan prosedur destilasi
tergantung pada sifat cairan yang akan dimurnikan dan sifat pengotor yang ada di dalamnya.
Sedangkan komponen dari alat destilasi yaitu tabung reaktor, kondensor, pipa penyalur, dan
burner.

Secara teori, hasil destilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan tekanan hingga 1/10
tekanan atmosfer, dapat pula dengan menggunakan destilasi azeotrop yang menggunakan
penambahan pelarut organik dan dua destilasi tambahan dengan menggunakan cornmeal yang
dapat menyerap air baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek
tidak ada destilasi yang mencapai 100%.

Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian destilasi adalah sebagai berikut :
1. Menurut Mc.Cabe (1999), destilasi adalah suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen
dalam suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didih dari masing-masing komponen
dengan menggunakan panas sebagai tenaga pemisah.

1
2. Menurut GG.Brown (1987), destilasi adalah suatu metode operasi yang digunakan pada
proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan panas sebagai
tenaga pemisah berdasarkan perbedaan titik didih masing-masing komponennya. Proses
pemisahan secara destilasi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu:
a. Proses penguapan atau penambahan panas dalam larutan yang dipisahkan,
b. Proses pembentukan fase seimbang,
c. Proses pemisahan kedua fase seimbang.
3. Menurut Herry Santoso (1997), proses pemisahan secara destilasi dapat dilakukan terhadap
campuran yang terdiri dari komponen sebagai berikut:
a. Mempunyai perbedaan titik didih yang cukup,
b. Mempunyai sifat penguapan yang relatif tinggi,
c. Tidak membentuk campuran azeotrop.

Cairan dengan titik didih yang berbeda-beda dapat kita bagi menjadi tujuh, yaitu:
1. Gas : dengan nomor atom karbon C1-C4
2. Bensin : dengan nomor atom karbon C5-C10
3. Kerosin : dengan nomor atom karbon C11-C13
4. Minyak gas atau solar : dengan nomor atom karbon C14-C17
5. Pelumas ringan : dengan nomor atom karbon C18-C25
6. Pelumas berat : dengan nomor atom karbon C26-C35
7. Residu : dengan nomor atom karbon C36-C60

Tabel II.1 Susunan Senyawa Hidrokarbon Utama Dalam Berbagai Fraksi Destilasi Minyak Bumi
Kisaran % Volume
Fraksi Destilasi Titik Didih atom no Iso Siklo
Parafin Aromat Residu
atom Cn Parafin parafin
Gas - C1 – C4 - - - - -
Bensin t.d. - 200℃ C5 – C10 38 20 43 9 -
Kerosin 200℃ - 250℃ C11 – C13 23 15 43 19 -
Solar 250℃ - 300℃ C14 – C17 22 9 48 21 -
Distilat minyak ringan 300℃ – 350℃ C18 – C25 16 6 52 24 -
Distilat minyak pelumas 350℃ – 400℃ C26 – C35
Residu > 500℃ C36 – C60 13 1 51 27 8

2
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa titik didih bensin adalah 200℃, sedangkan kerosin atau
minyak tanah 250℃, solar 300℃, sedangkan pelumas 400℃ dan residu 500℃.

Pada umumnya, di dalam fraksi bensin banyak didapatkan parafin normal dan juga parafin bercabang
(iso parafin), sedangkan aromat terdapat hanya sedikit sekali. Semakin ke arah pelumas dan residu
persentasi aromat jauh lebih besar daripada persentasi parafin normal, iso-parafin biasanya sudah
hilang, sedangkan sikloparafin boleh dikatakan konstan.

Tabel II.2 Jenis Hidrokarbon yang Telah Diisolasikan atau Diidentifikasikan dalam Berbagai Jenis
Minyak Bumi (Bestougeff, 1967)

Jumlah zat penyususn yang


hanya dapat diindentifikasikan,
Jumlah atom
tetapi tidak tidak dipisahkan
Jenis Hidrokarbom Seri Homolog karbon
dalam keadaan murni. (dalam
permolekul
tanda kurung dapat di isilasikan
secara murni)
Parafin normal Cn H2n+2 C1 – C35 35 (5)
Parafin bercabang Cn H2n+2 C11 – C10 50 (24)
Parafin bercabang Cn H2n+2 C11 – C15 2 (9)
Parafin bercabang Cn H2n+2 C16 – C20 2 (5)
Parafin bercabang Cn H2n+2 C21 – C23 - (3)
Sikloparafin (monosiklis) Cn H2n
Sikloparafin (siklopentan) Cn H2n C5 – C10 35 (5)
Sikloparafin ( siklohexan) Cn H2n C6 – C10 25 (18)
Sikloparafin (sikloheptan) Cn H2n C7 2
Sikloparafin (bisiklis) Cn H2n−2 C8 – C11 8 (6)
Sikloparafin (trisiklis) Cn H2n−4 C10 – C12 1 (1)
Aromat monosiklis Cn H2n−6 C6 – C12 45 (5)
Aromat bisiklis (naftalen) Cn H2n−12 C10 – C16 12 (9)
Aromat bisiklis (difenil) Cn H2n−14 C12 – C14 2 (2)
Cn H2n−18
Aromat trisiklis 8 (3)
Cn H2n−20 C14 – C18
Aromat tetrasiklis Cn H2n−24 C16 – C18 7 (4)
Nafteno - Aromat
Golongan Indan Cn H2n−8 C9 – C13 4 (1)
Golongan Tetralin Cn H2n−8 C10 – C14 8 (2)

3
Tabel II.3 Susunan Molekul Hidrokarbon Utama dari Minyak Bumi (Bestougeff, 1967)
Nomor Atom Persen dalam Minyak Bumi
No Seri dan Hirokarbon
Karbon Min Max
Normal – Parafin
1 Pentan C5 0,2 3,2
2 Hexan C6 0,04 2,6
3 Heptan C7 0,03 2,5
4 Oktan-Dekan C8 - C10 0 1,8 - 2,0
5 Undekan-Pentadekan C11 - C15 0 1,8 - 1,5
6 Hexadekan dan yang lebih tinggi C16 dan lebih tinggi 0 1,0
Isoparafin
1 2-metilpentan C6 0,2 1,16
2 3-matilpentan C6 0,06 0,9
3 2-metilhexan C7 0,03 1,1
4 3-metilhexan C7 0,02 0,9
5 2-metilheptan C8 0,03 1
6 3-metlheptan C8 0,02 0,4
7 2-metiloktan C9 0,02 0,4
8 3-metiloktan C9 0,01 0,2
9 2-metilnonan C10 - 0,3
10 3-metilnonan C10 - 0,1
11 4-metilnonan C10 - 0,1
12 Pristan (isoprenoid) C10 - 1,12
Sikloparafin
1 Metilsyklopentan C6 0,11 2,35
2 Siklonhexan C6 0,08 1,4
3 Metilsyklohexan C7 0,25 2,8
4 1, trans 2 - dimetilsiklopentan C7 0,05 1,2
5 1, cis 3-dimetilsklopentan C7 0,04 1
6 1, cis 3 - dimatilsiklohexan C8 - 0,9
7 1, cis 2-dimetilsiklohexan C8 - 0,6
8 1,1, 3-trimetilsiklohexan C9 - 0,7
Aromat
1 Benzen C6 0,01 1
2 Toluen C7
3 Etilbenzen C8 0,03 1,8
4 N-xylen C8 0,01 1,6
5 1-metil-3-etilbenzen C9 0,02 1.0
6 1,2,4 - trimetilbenzen C9 - 0,3
7 1,2,3 - trimetilbenzen C9 - 0,6
8 1,2,3,4- tretrametilbenzen C10 - 0,4
9 2-metilnaftalen C11 - 0,3
10 2,6 - Dimentilnaftalen C12 - 0,3
11 Trimetilnaftantalen C13 - 0,4

4
II.2 Analisa Hemple
Berdasarkan tabel II.1, diperkirakan bahwa semakin tinggi titik didih daripada fraksi destilasi
maka, semakin banyak terdapat homolog aromat-sikloparafin, sedangkan di dalam fraksi titik
didih yang rendah, lebih banyak didapatkan homolog parafin. Karena, penentuan susunan
molekuler minyak mentah sulit dilakukan, maka secara routine dilaksanakan analisa destilasi
berfraksi yang sedikit banyak mencerminkan susunan berbagai macam homolog hidrokarbon.
Analisa secara teliti daripada destilasi ini disebut analisa Hemple, yang sifatnya sama juga
dengan destilasi berfraksi akan tetapi pengembunan berbagai macam fraksi dilakukan dengan
perbedaan suhu 25℃.

Contoh :
a. Pengembunan ke 1 pada temperatur 50℃,
b. Pengembunan ke 2 pada temperatur 75℃,
c. Pengembunan ke 3 pada temperatur 100℃,
d. Pengembunan ke 4 pada temperatur 125℃ dan seterusnya hingga pengembunan ke 10 pada
temperatur 275℃.

Destilasi dilakukan pada tekanan atmosfer, yaitu 558 mm Hg. Destilasi fraksi nomorr 11,
dilakukan pada tekanan 40 mm Hg, sehingga pengembunannya dilakukan pada 200℃, fraksi
nomor 13 pada 250℃, dan fraksi nomor 15 pada 300℃, dan sisanya disebut residu dan tidak
dilakukan fraksinasi seterusnya (lihat tabel II.4).

Pada analisa Hemple tersebut juga diukur volum tiap-tiap fraksi dan kemudian juga persentasi
setiap fraksi. Selain itu juga ditentukan berat jenis setiap fraksi yang dinyatakan dalam berat jenis
pada keadaan standar (baku), atau dalam derajat API yang akan dijelaskan lebih lanjut. Jadi, jelas
analisa Hemple ini sudah cukup memberikan pendekatan mengenai susunan molekul minya bumi
walaupun tidak tepat.

5
Tabel II.4 Contoh Suatu Hasil Analisa Hemple
HEMPLE ANALYSIS
Locality: well. No:

Formation: Argille scagliose Lithology: Limestone

General Characteristic

Specific grafity at 60°F - 0,891 API Graavity: 27,3


Sulphur, per cent = 0,06 Colour : Dark green
Saybelt Universal Viscosity at 100°F = 41 sec.

Distillation, Bureau of Mines Hemple method


Dry distillation at atmospheric pressure. First drop = 33°C (91°F)

Specific
Viscosity S.U
Fraction no Cut oC At oF Percent gravity O
API 60oF C.I Sum per cent
100% F
60/60 F
o

1 50 122 - - - - -
2 75 167 - - - - -
3 100 212 - - - - -
4 125 257 - - - - -
5 150 302 2.0 0.758 55.2 16.729 - 2.0
6 175 347 5.3 0.788 46.1 22.126 - 7.3
7 200 392 9.0 0.817 41.7 32.474 - 16.3
8 225 437 14.3 0.847 35.6 41.501 - 30.6
9 250 482 15.3 0.871 30.9 49.191 - 45.8
10 275 527 14.5 0.894 26.8 54.802 - 60.3
Dry Distillation At 40 mm
11 200 392 9.6 0.919 22.5 80.720 43 69.9
12 225 437 10.4 0.932 20.3 81.706 53 80.3
13 250 482 6.2 0.952 17.1 86.504 74 86.5
14 275 527 4.2 0.961 15.7 86.493 132 90.7
15 300 572 4.1 0.971 14.2 74.756 327 94.8
Rediuum - - 50 1.016 7.8 96.039 - 99.8
Distillat -
Ion Loss - 0.2 - - - 100.0
Carbon Residue Of Residuum; Carbon Residu Of Crude
Approximate Summary
Precent SG API Grav Viscosity
Light Gasoline - - - -
Total Gasol And Naphta 16.3 0.800 45.4 -
Kerosene Distillate - - - -
Gas Oil 55.8 0.881 29.1 -
Non -Viscous Lubricating
Distillate 13.6 0.928 -0.956 21.0 - 16.5 50 -100
Medium Lubricating Distillate 4.4 0.956 - 0.865 16.5 -15.1 100 -200
Viscous Lubricating Distillate 4.7 0.965 - 0.976 15.1 -13.5 above 200
Residuum 5.0 - 1.016 7.8
Distillation loss 0.2 - -
U.O.P Factor = 11.0; Base of crude = Par.; Parafin wax = present

6
II.3 Hakikat Fisika Minyak Bumi
Kuantitas minyak bumi diukur berdasarkan volumenya seperti juga pada cairan lainnya.
Di Indonesia ukuran yang dipergunakan adalah meter kubik atau sering juga ton.
Perlu dijelaskan bahwa ton untuk minyak bumi bukanlah satuan berat akan tetapi satuan
volume yaitu 1 meter kubik atau sering disebut satu kilo-liter (kl).
Dalam dunia perdagangan terutama yang dikuasai oleh perusahaan 𝐴𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎, di𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
satuan 𝑏𝑎𝑟𝑟𝑒𝑙 (disingkat bbl), yaitu ± sama dengan 159 liter. Juga harus dibedakan antara
volume minyak bumi dibawah tanah yang disebut reservoir barrel, dan stock tank barrel karena
ada faktor penciutan. (1 reservoir barrel = 5/8 stock-tank barrel).

II.3.1 Berat Jenis atau Gravitasi Jenis


Berat jenis disebut juga gravitasi jenis (specific gravity) adalah merupakan salah satu sifat
minyak bumi yang penting dan mempunyai nilai dalam perdagangan. Di Indonesia berat
jenis biasanya dinyatakan dalam fraksi, misalnya 0,8 ; 0,1 dan sebagainya. Dalam dunia
perdagangan terutama yang dikuasai oleh perusahaan Amerika berat jenis ini dinyatakan
dalam API Gravity.

141,5
°API = - 131,5
B.J.

API gravity minyak bumi ini menunjukkan kualitas minyak bumi tersebut. Karena, derajat
API berbanding terbalik dengan berat jenis. Maka, semakin kecil berat jenisnya semakin
besar derajat APInya, minyak bumi itu semakin berharga dikarenakan lebih banyak
mengandung bensin. Sebaliknya, jika semakin rendah derajat APInya semakin besar berat
jenisnya, mutu minyak bumi itu kurang baik karena lebih banyak mengandung lilin atau
residu aspal. Namun dewasa ini, dari minyak bumi yang beratpun dapat dibuat fraksi bensin
lebih banyak dengan sistem “cracking” dalam penyulingan. Walaupun demikian tentu
proses tersebut memerlukan ongkos yang lebih banyak lagi. Selain derajat API, juga dipakai
derajat Baume.

7
Tabel II.5 Konversi Berat Jenis—Derajat API dan Baume (Levorsen, 1958)

Berat jenis Derajat


Berat Baume
(60℉) API°
1,000 10,0 10,0
0,9655 15,0 15,1
0,9333 20,0 20,1
0,9032 25,0 25,2
0,8750 30,0 30,2
0,8485 35,0 35,3
0,8235 40,0 40,3
0,8000 45,0 45,4
0,7778 50,0 50,4

Tabel II.6 Konversi Berat Jenis Derajat API (Levorsen, 1958)

API° Berat jenis API° Berat jenis


0 1,076 55 0,7587
10 1,000 60 0,7389
15 0,9659 65 0,7201
20 0,9340 70 0,7022
24 0,9100 75 0,6852
30 0,8762 80 0,6690
34 0,8550 85 0,6536
40 0,8251 90 0,6388
44 0,8063 95 0,6247
50 0,7796 100 0,6112

140
°Baume = - 130
B.J.
Sistem Baume tidak banyak dipergunakan dalam industri minyak. Perbandingan antara skala
yang menggunakan berat jenis dengan derajat API, terlihat pada tabel II.5 dan II.6. sebagai
contoh, berat jenis air sama dengan satu, sesuai dengan 10 derajat API dan juga 10 derajat
Baume. Berat jenis 0,8750 sama dengan 30,2 derajat API sedangkan berat jenis 0,8235 adalah
40,3 derajat API atau sama dengan 40,0 Baume. Perlu dicatat di sini bahwa yang dimaksud
dengan berat jenis adalah berat jenis keseluruhan minyak mentah tersebut, jadi semua fraksi.
Selain itu, berat jenis minyak bumi tentu juga tergantung pada temperatur; lebih tinggi
temperatur makin rendah berat jenisnya.

8
II.3.2 Viskositas
Sifat penting lain daripada minyak bumi adalah viskositasnya. Viskositas adalah daya
hambatan yang dilakukan oleh cairan jika suatu benda berputar dalam cairan tersebut. Satuan
viskositas adalah centipoise. Pada umumnya semakin tinggi derajat API atau semakin ringan
minyak bumi tersebut, maka semakin kecil viskositasnya dan sebaliknya.

II.3.3 Titik Didih dan Titik Nyala


Titik didih minyak bumi berbeda-beda sesuai dengan gravitasi API-nya.
“Jika gravitas API rendah, maka titik didihnya tinggi. Jika API tinggi, maka titik didihnya
rendah”. Jika derajat API-nya tinggi maka lebih banyak mengandung fraksi ringan seperti
bensin, dengan demikian juga titik didihnya rendah.
Titik nyala adalah, suatu titik temperatur, dimana minyak bumi dapat terbakar karena suatu
percikan api. Semakin tinggi gravitasi API-nya titik didihnya semakin rendah, maka jelaslah
“flash point” juga semakin rendah dan mudah dapat terbakar karena percikan api.
Flash point (titik nyala) memiliki arti yang cukup penting, semakin rendah tentu semakin
berbahaya, sebaliknya semakin tinggi flash point mengurangi kemungkinan terbakarnya
minyak bumi.

II.3.4 Warna
Minyak bumi memperlihatkan berbagai macam warna yang sangat berbeda-beda. Minyak
bumi tidak selalu berwarna hitam, adakalanya malah tidak berwarna sama sekali. Pada
umumnya, warna itu berhubungan dengan berat jenisnya. Kalau berat jenisnya tinggi, maka
warna menjadi hijau kehitam-hitaman. Sedangkan, jika berat jenis rendah, maka warna
menjadi cokelat kehitam-hitaman.
Warna ini disebabkan karena berbagai pengotoran, misalnya oksidasi senyawa hidrokarbon,
karena senyawa hidrokarbon sendiri tidak memperlihatkan warna tertentu.

II.3.5 Fluoresensi
Minyak bumi mempunyai suatu sifat fluoresensi, yaitu jika terkena sinar ultra-violet akan
memperlihatkan warna yang lain dari warna biasa. Warna fluoresensi minyak bumi adalah
kuning sampai kuning keemas-emasan dan kelihatan sangat hidup. Sifat fluoresensi minyak
bumi ini sangat penting, karena sedikit saja minyak bumi terdapat pada kepingan batuan atau
dalam lumpur pemboran memperlihatkan fluoresensi secara kuat, sehingga mudah dideteksi
dengan menggunakan lampu ultra-violet.

9
Pada saat pemboran, sering sekali lapisan minyak dibor kemudian tertutup lumpur, sehingga
minyak yang terdapat dalam lapisan tersebut tidak dapat menyembur keluar dengan
sendirinya. Minyaknya sendiri karena berwarna hitam dan juga bercampur dengan minyak
pelumas pemboran, sering sekali sukar dibedakan dalam lumpur pemboran. Minyak pelumas
lumpur pemboran biasanya tidak menunjukkan fluoresensi sedangkan minyak mentah
menunjukkan fluoresensi, maka dalam meneliti serbuk pemboran dipergunakan sinar ultra-
violet. Jika suatu, lapisan minyak ditembus, warna fluoresensi pada lumpur akan kelihatan
sebagai tanda-tanda adanya minyak.

II.3.6 Indeks refraksi


Minyak bumi memperlihatkan berbagai macam indeks refraksi dari 1,4 sampai 1,6. Perbedaan
indeks refraksi tergantung dari derajat API-nya atau berat jenis. Semakin tinggi berat jenis
atau semakin rendah derajat API-nya maka akan semakin tinggi pula indeks refraksinya,
sedangkan semakin ringan maka semakin rendah pula indeks refraksinya.
Hal ini terutama diperlihatkan oleh seri parafin. Misalnya, dekan memiliki indeks refraksi 1,6;
sedangkan pentan 1,4. Sehingga, semakin kecil atau semakin sedikit jumlah atomnya, maka
semakin rendah indeks refraksinya. Sebaliknya, semakin tinggi nomor atomnya, semakin
kompleks susunan kimianya, maka semakin tinggi indeks refraksinya.

II.3.7 Aktivitas Optik


Kebanyakan minyak bumi memperlihatkan aktivitas optik , yaitu suatu daya memutar bidang
polarisasi cahaya yang terpolarisasi. Kisaran rata-rata adalah dari nol sampai 0,2 derajat.
Semua minyak bumi memperlihatkan aktivitas optik, terutama fraksi antara 250°C sampai
300°C pada tekanan 40 mm Hg. Fraksi di bawah 200°C tidak memperlihatkan aktivitas optik.
Ini disebabkan karena adanya zat yang menyerupai sterol yaitu sejenis alkohol yang
mempunyai rumus C26 H24 OH. Zat ini biasanya terdapat dalam zat organik nabati ataupun
hewan dan terutama dalam susu segar.
Daya memutar bidang optik ini biasanya dipakai sebagai suatu alasan untuk menunjukkan
akan asal organik zat minyak bumi, sebab sampai sekarang hanya zat asal organik saja yang
bisa memutar bidang optik, sedangkan zat hidrokarbon sintetis anorganik tidak
memperlihatkan daya aktivitas optik.

10
II.3.8 Bau
Minyak bumi ada yang berbau sedap dan ada pula yang tidak, yang biasanya disebabkan
karena pengaruh molekul aromat. Minyak bumi dari Indonesia biasanya berbau tidak sedap,
yang terutama disebabkan karena mengandung senyawa nitrogen ataupun belerang. Adanya
H2 S juga memberikan bau yang tidak sedap. Golongan parafin dan naften biasanya
memberikan bau yang sedap, sedangkan benzen atau aromat menyebabkan bau yang tidak
sedap.

II.3.9 Nilai Kalori


Nilai kalori minyak bumi adalah jumlah panas yang ditimbulkan oleh satu gram minyak bumi,
yaitu dengan meningkatkan temperatur satu gram air dari 3,5 derajat Celcius sampai 4,5
derajat Celcius, dan satuannya adalah kalori.
Terdapat hubungan antara berat jenis dan nilai kalori. Misalkan, berat jenis minyak bumi
antara 0,75 atau gravitas API 70,6 sampai 57,2 memberikan nilai kalori antara 11.700 sampai
11.750 kalori per gram dan berat jenis antara 0,9 sampai 0,95 memberikan nilai kalori 10.000
sampai 10.500 kalori per gram.
Pada umumnya, minyak bumi mempunyai nilai kalori 10.000 sampai 10.800 dan hal ini boleh
kita bandingkan dengan kalori batubara yang berada di antara 5.650 sampai 8.200 kalori per
gram.

11

Anda mungkin juga menyukai