Anda di halaman 1dari 8

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.

1, (2014) 1-8

Sintesis Analsim dari Kaolin secara Langsung: Pengaruh Suhu dan


Waktu Kristalisasi
Frans Eko Juniantoro, Djoko Hartanto dan Didik Prasetyoko
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: djokohar@chem.its.ac.id

Abstrak— Analsim telah berhasil disintesis dari sintetik sehingga banyak zeolit alam belum
kaolin secara langsung dengan variasi suhu 150, dimanfaatkan. Berdasarkan keaktifan, keselektivan
175 dan 200°C dan waktu kristalisasi 6, 12, 18 dan dan kestabilan, zeolit sintetik lebih unggul
dibandingkan dengan zeolit alam.
24 jam. Dalam penelitian ini analsim disintesis
Umumnya zeolit sintetik disintesis dari
dengan komposisi molar natrium silikat dan aluminat [1-2]. Zeolit sintetik
2,6Na 2 O:Al 2 O 3 :7SiO 2 :132H 2 O menggunakan merupakan padatan kristal aluminosilikat
metode hidrotermal. Hasil analisis XRD dan FTIR tetrahidrat dan dapat di ion exchange oleh kation
menunjukkan bahwa analsim mulai terbentuk pada logam alkali dan logam alkali tanah dalam
suhu 150°C dengan waktu kristalisasi 12 jam, kerangka strukturnya. Kerangka zeolit tersusun dari
tetrahedral [SiO 4 ]4- dan [AlO 4 ]5- dengan atom
namun puncak analsim tidak terlalu tinggi masih
oksigen sebagai penghubung antara atom silikon
adanya puncak zeolit lain yang lebih tinggi yaitu dan alumunium yang digabungkan secara tiga
puncak zeolit P, begitu pula pada suhu 175 dan dimensi [3]. Beberapa macam zeolit sintetik
200°C pada waktu 6 jam juga sama masih adanya mengandung kadar silika yang rendah hingga kadar
puncak zeolit P. Analsim terbentuk sempurna pada silika yang tinggi [4].
suhu 150°C dengan waktu 24 jam, suhu 175 dan Analsim merupakan jenis zeolit dengan kadar
silika yang rendah dan menggunakan jalur sintesis
200°C pada waktu 12, 18 dan 24 jam. Analsim yang tidak umum dilakukan. Zeolit jenis ini banyak
akan terbentuk sempurna seiring bertambahnya terdapat dialam namun distribusi zeolit analsim
suhu dan waktu kristalisasi. Berdasarkan hasil SEM tersebut kurang baik dalam industri [5]. Pada tahun
morfologi analsim dengan kristalinitas tinggi 1948 Barrer berhasil mensintesis zeolit analsim dan
berbentuk bundar seperti bola dengan permukaan mordenit [2]. Akan tapi seiring dengan
yang tidak rata memiliki ukuran partikel sekitar perkembangan penggunaan material dalam skala
besar jenis zeolit dalam industri, zeolit analsim
13,2µm, kecuali analsim yang bercampur dengan tersisihkan dengan zeolit jenis ZSM-5. Analsim
zeolit P memiliki bentuk bundar seperti bola dan merupakan jenis zeolit dengan pori berukuran
persegi agak bundar yang tidak terartur. mikropori, diamana pori analsim ini hampir sama
dengan pori yang dimiliki ZSM-5, hanya berbeda
Kata Kunci: Sintesis analsim, kaolin, suhu dan dari kandungan silika pada kedua jenis zeolit
waktu kristalisasi. tersebut dan proses sintesis. ZSM-5 lebih lama
dibandingkan analsim, menurut penelitian Wang
I. PENDAHULUAN dkk. (2007) ZSM-5 terbentuk pada waktu
kristalisasi minimal 24 jam pada suhu 180°C.
Zeolit merupakan salah satu material yang Analsim memiliki kandungan silika rendah
sangat banyak dibutuhkan dalam industri kimia. sedangkan ZSM-5 memiliki kandungan silika
Beberapa manfaat zeolit dalam industri adalah tinggi, sehingga analsim mudah disintesis dan
sebagai adsorben, penukar kation dan sebagai membutuhkan reaktan atau kandungan silika yang
katalis. Zeolit digolongkan dalam 2 macam yaitu kecil dibandingkan ZSM-5 [3]. Tidak hanya
zeolit alami dan zeolit sintesis. Pada tahun 2012 digunakan sebagai katalis heterogen, analsim dalam
berdasarkan data rekapitulasi Kementrian ESDM, industri air berfungsi sebagai pentukar kation dan
komoditi mineral bukan logam dan batuan di penyaring ion, sedangkan dalam industri nuklir
negara Indonesia cukup banyak salah satunya berfungsi sebagai pengolahan limbah nuklir dan
adalah zeolit. Zeolit dengan jumlah 7.171.927.000 penyerap radio isotop [6-9]
ton dapat ditemukan diseluruh Indonesia. Sintesis analsim umumnya dilakukan dengan
Sedangkan pemanfaatan zeolit tahun 2012 hanya metode hidrotermal menggunakan sumber silika
sebesar 2.714.221 ton sehingga masih banyak dan alumina komersial. Yokomori dan Idaka
cadangan zeolit di Indonesia yang belum (1997) telah berhasil minsintesis analsim dan
termanfaatkan. Umumnya zeolit digunakan sebagai menentukan struktur kristal analsim menggunakan
katalis heterogen dalam industri, akan tetapi zeolit SiO 2 komersial sebagai sumber silika dan Al 2 O 3
yang digunakan dalam industri adalah zeolit komersial sebagai sumber alumina. Selain
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 1-8

Yokomori dan Idaka, Kohoutkova dkk. (2006) juga B. Prosedur Kerja


telah berhasil mensintesis analsim menggunakan B.1 Sintesis Analsim
silika dan alumina komersial sebagai sumber silika Dalam penelitian ini disintesis analsim
dan alumina. Salah satu kelemahan sumber silika dari bahan kaolin tanpa templat organik yang
komersil adalah biaya sintesis analsim lebih mahal dilakukan dengan variasi waktu 6,12,18 dan 24 jam
dibandingkan dengan sumber silika dan alumina dan variasi suhu kristalisasi 150, 175 dan 200°C.
dari alam. Oleh karena itu, penelitian mengenai Bahan – bahan yang digunakan kaolin sebagai
sintesis analsim dengan sumber silika dan alumina sumber silika dan alumina sedangkan LUDOX
dari alam mulai dikembangkan. Beberapa material digunakan sebagai sumber silika tambahan. NaOH
alam yang memiliki kandungan silika dan alumina digunakan sebagai agen mineralisasi dan sumber
adalah kaolin, abu sekam padi dan abu layang [10- ion Na+ serta aquademineralisasi digunakan sebagai
12]. Kaolin merupakan material alam yang sering sumber H 2 O.
digunakan untuk sintesis zeolit karena kaolin Metode sintesis disesuaikan dengan
memiliki kandungan utama kaolinit dengan struktur prosedur yang telah dilaporkan Atta dkk., (2012)
Al 4 Si 4 O 10 (OH) 8 . Berdasarkan struktur kaolinit dengan parameter sintesisnya 2,6Na 2 O : Al 2 O 3 :
tersebut, kaolin memiliki struktur silika dan 7SiO 2 : 132H 2 O. Sintesisnya diawali dengan
alumina dalam komponen utama penyusunnya menimbang aquademineralisasi 75,6244 gram dan
sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar dibagi menjadi dua bagian. Dalam setengah bagian
pembuatan analsim [13-14]. aquademineralisasi pertama ditambahkan 8,3012
Beberapa sintesis analsim telah berhasil gram NaOH lalu diaduk sampai larut. Kemudian
dilakukan menggunakan material alam salah 18,5370 gram kaolin ditambahkan kedalam larutan
satunya dengan dimodifikan logam titanium (Ti) NaOH tersebut. Dalam campuran yang berwarna
dan Vanadium (V) menggunakan kaolin lokal putih lalu ditambahkan LUDOX secara perlahan
sebagai sumber silika dan alumina serta natrium sebanyak 27,7324 gram dan kecepatan stirer
silikat sebagai silika tambahan [15]. Atta dkk., pada dinaikkan sampai 400 rpm. Setelah penambahan
tahun 2012, mensintesis analsim menggunakan LUDOX selesai dan larutan telah homogen
metakaolin sebagai sumber silika dan alumina serta selanjutnya ditambahkan setengah bagian
abu sekam padi sebagai sumber silika tambahan. aquademineralisasi yang kedua. Campuran distirer
Metakaolin adalah kaolin yang sudah melewatin dengan kecepatan 550 rpm selama 8 jam. Setelah
proses kalsinasi pada suhu 900°C. Penggunaan proses pengadukan, campuran diperam (aging)
metakaolin dalam sintesis analsim ini karena fase selama 72 jam pada suhu kamar. Lalu dimasukkan
pada metakaolin sangat reaktif sehingga dapat dalam autoklaf stainless steel dan dilakukan proses
digunakan sebagai sumber alumina dan silika [16]. hidrotermal pada variasi suhu 150, 175 dan 200°C
Berdasarkan latar belakang tersebut dalam masing – masing variasi waktu kristalisasi 6, 12, 18
penelitian ini dilakukan studi mengenai sintesis dan 24 jam. Padatan hasil hidrotermal dicuci
analsim dari kaolin secara langsung dengan variasi dengan aquademineralisasi sampai pH netral.
suhu sintesis sebesar 150, 175 dan 200°C dan Selanjutnya padatan dikeringkan dalam oven
waktu kristalisasi sebesar 6, 12, 18 dan 24 jam. bersuhu 120°C selama 8 jam.
selanjutnya padatan hasil sintesis dikarakterisasi
menggunakan difraksi sinar-X (XRD), B.2 Karakterisasi
spektroskopi inframerah dan Scanning Electron Karakterisasi dengan spektroskopi inframerah
Microscopy (SEM) digunakan untuk mengidentifikasi vibrasi ikatan;
difraksi sinar-X (XRD) digunakan untuk
II.URAIAN PENELITIAN mengetahui struktur, komposisi dan kristalinitas
sampel serta SEM digunakan untuk mengetahui
A. Alat dan Bahan morfologi sampel.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah peralatan gelas, neraca analitik, pengaduk III. HASIL DAN PEMBAHASAN
magnet, peralatan autoklaf, oven, setrifuge, kertas
pH universal dan kurs porselen. Selain itu untuk A. Sintesis Analsim
karakterisasi digunakan instrumentasi diantaranya Pada penelitian ini telah berhasil disintesis
XRD Phillips Expert, FTIR Shimadzu 84000S, analsim dari kaolin secara langsung tanpa templat
SEM ZEISS EVO MA 10. Sedangkan bahan yang organik. Sintesis zeolit analsim dilakukan dengan
digunakan diantaranya Kaolin Bangka Belitung perbandingan komposisi molar
(45,86% SiO 2 dan 22% Al 2 O 3 ), NaOH (Merck, 2,6Na 2 O:Al 2 O 3 :7SiO 2 :132H 2 O. Prekursor yang
99%), LUDOX (Aldrich, 30% Si dalam air) dan digunakan adalah kaolin Bangka sebagai sumber
aquademineralisasi. alumina dan silika, LUDOX (Silika sol) sebagai
sumber silika tambahan; NaOH sebagai sumber
Na+ dan alkalinitas dalam analsim dan
aquademineralisasi sebagai sumber H 2 O. Tahapan
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 1-8

sintesis adalah hidrolisis, gelasi, pemeraman dan


kristalisasi.
Sintesis diawali menimbang
aquademineralisasi sesuai perbandingan dan
membagi menjadi dua bagian, bagian pertama dari
aquademineralisasi dicampurkan dengan NaOH
sampai larut sempurna berwarna bening. Dalam
larutan NaOH yang sudah larut ditambahkan kaolin
secara perlahan sambil diaduk menggunakan
pengaduk magnet. Kemudian LUDOX
ditambahkan perlahan pada campuran tersebut dan
sambil diaduk, kecepatan pengadukan ditingkatkan.
Setelah penambahan LUDOX campuran menjadi
sangat kental dan berwarna putih susu, lalu Gambar 3.1 Pola difraktogram Kaolin Bangka
ditambahkan aquademineralisasi yang bagian
kedua sambil diaduk. Pengadukan dilanjutkan B.1.a Pengaruh Waktu pada Sintesis Analsim
dengan kecepatan stabil selama 8 jam pada suhu Sintesis analsim telah dilakukan pada suhu
ruang, berfungsi untuk menghomogenkan
150, 175 dan 200°C dengan waktu kristalinitas 6,
campuran sehingga komposisi setiap bagian
12, 18 dan 24 jam. Hasil difraksi sinar-X sampel
campuran menjadi rata tercampur. Pada proses ini
dengan suhu 150°C ditunjukkan pada Gambar 3.2.
terjadi tahap hidrolisis dan gelasi yang
Berdasarkan Treacy dan Higgins analsim memiliki
menghasilkan gel putih susu kental. Selanjutnya
puncak spesifik pada 2θ 25.96, 15.81, 30.54, 47.7
proses pemeraman (aging) dilakukan selama 72
jam, pada proses pemeraman terjadi penataan ulang dan 33.27° ditunjukkan pada Gambar 3.2 (a).
ikatan dan struktur kimia dari fasa padat dan Kaolin telah mengalami perubahan setelah proses
struktur kimia dari fasa padat dan cair. Setelah hidrotermal selama 6 jam dengan suhu 150°C hal
selesai semua bahan dicampur, campuran tersebut ini ditunjukkan Gambar 3.2 (b) dan (c), puncak
dimasukkan autoklaf stainless steel untuk spesifik kaolin pada 2θ 12.3 dan 24.85° tidak
dilakukan proses kristalisasi melalui metode muncul melainkan muncul puncak zeolit P pada 2θ
hidrotermal. Hidrotermal dilakukan dalam oven 12.45 dan 17.89. Puncak spesifik zeolit P pada 2θ
dengan variasi suhu 150, 175 dan 200°C dan 12.5, 17.9, 22.4, 29.1 dan 34.1° [5, 8, 21-23].
variasi waktu kristalisasi 6, 12, 18 dan 24 jam. Analsim mulai terbentuk pada Gambar 3.2 (c) dan
Pada proses hidrotermal dilakukan dalam (d) namun masih terdapat puncak zeolit P. Puncak
keadaan tertutup. Terjadi fase kesetimbangan, yang spesifik pada zeolit P menurun pada waktu 18
sehingga terjadi reaksi pemutusan ikatan Si-O/Al-O jam dengan suhu 150°C dan puncak analsim mulai
setelah pemanasan dengan terbentuk ikatan Si-O- tajam, ditunjukkan pada Gambar 3.2 (e). Analsim
Al [17]. Padatan dan cairan hasil hidrotermal terbentuk secara sempurna pada waktu 24 jam dan
diambil dan diukur pHnya yaitu 13, setelah itu puncak zeolit P hilang.
dicuci dengan aquademineralisasi sampai pH Berdasarkan difraktogram XRD sampel
netral. Setelah pH nya netral, endapan putih analsim pada suhu 175°C ditunjukkan pada
(padatan putih) dikeringkan dalam oven 120°C Gambar 3.3. Dari keempat sampel pada Gambar
selama 8 jam fungsinya untuk menghilangkan sisa 3.3 (a-d) memiliki pola 2θ sama yaitu 15.84, 25.95,
air. Hasil padatan yang setelah dikeringkan 30.54, 33.2 dan 47.7°. Puncak spesifik pada sampel
berbentuk serbuk dan berwarna putih. menunjukkan fase yang sama, merupakan tipe
struktur analsim. Namun pada waktu 6 jam, sampel
B. Karakterisasi Analsim masih terdapat puncak kecil zeolit P pada 2θ 12.47,
B.1 Karakterisasi XRD 17.7, 21.7 dan 28.12°.
Analsim berhasil disintesis dari kaolin secara Gambar 3.4 (a-d) merupakan hasil
langsung dengan metode hidrotermal. Karakterisasi difraktogram XRD sampel analsim pada suhu
XRD digunakan untuk mengidentifikasi material 200°C pada waktu kristalisasi 6, 12, 18 dan 24 jam.
kristalin, analisis fasa kristalin secara Dari keempat sampel memiliki pola 2θ sama yaitu
kualitatif/kuantitatif, dan ukuran kristalin. Pada 15.84, 25.95, 30.54, 33.2 dan 47.7°. Puncak
Gambar 3.1 menunjukkan pola difraktogram XRD spesifik pada sampel menunjukkan fase yang sama,
kaolin Bangka dengan puncak tertinggi pada 2θ merupakan tipe struktur analsim. Namun pada
12.3 dan 24.85°, yang merupakan puncak spesifik waktu 6 jam, sampel masih terdapat puncak
kaolinit [18-21]. spesifik dan puncak yang tinggi zeolit P pada 2θ
12.64, 12.59, 17.59, 21.68, 28.00, 28.64 dan 33.2°.
Berdasarkan variasi waktu kristalisasi 6, 12,
18 dan 24 jam dengan proses hidrotermal suhu 150,
175 dan 200°C dapat disimpulkan bahwa semakin
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 1-8

bertambahnya waktu kristalisasi, maka analsim Tabel 3.1 Fase pembentukan analsim berdasarkan
mudah terbentuk. Menurut Azizi dan Yousefpour suhu dan waktu kristalisasi.
(2009) pada suhu rendah dan waktu kristalinitas Waktu
yang singkat terbentuk analsim namun terdapat No Kristalisasi Suhu
campuran zeolit P didalamnya. Hal yang sama ini (jam) 150°C 175°C 200°C
juga dijelaskan oleh Kohoutkova dkk. (2006) dan
Zeolit P Zeolit P
Tatlier dkk. (2007) semakin bertambahnya waktu
dan dan
kristalisasi maka akan mudah terbentuk analsim, 1 6 Zeolit P Analsim Analsim
seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Zeolit P
dan
2 12 Analsim Analsim Analsim
Zeolit P
dan
3 18 Analsim Analsim Analsim
4 24 Analsim Analsim Analsim

Gambar 3.2 Pola difraktogram sinar-X (a) Analsim


(Treacy dan Higgins, 2001) (b) kaolin dan padatan
hasil sintesis pada suhu 150°C dengan waktu
kristalisasi (c)6, (d)12, (e)18 dan (f) 24 jam

Gambar 3.4 Pola difraktogram sinar-X (a) Analsim


(Treacy dan Higgins, 2001) dan padatan hasil
sintesis pada suhu 200°C dengan waktu kristalisasi
(b)6, (c)12, (d)18 dan (e)24 jam

B.1.b Pengaruh Suhu pada Sintesis Analsim


Sintesis analsim telah dilakukan, dengan
variasi suhu 150, 175 dan 200°C dilakukan pada
waktu 6, 12, 18 dan 24 jam. Berdasarkan
karakterisasi difraksi sinar-X menunjukkan hasil
sampel pada waktu 6 jam dengan variasi suhu
hidrotermal 150, 175 dan 200°C, dari hasilnya
masih terbentuknya zeolit P. Namun puncak-
puncak kaolin yang merupakan sumber silika dan
alumina sudah tak terlihat menyatakan bahwa
kaolin telah larut dan membentuk zeolit meskipun
belum terbentuk analsim melainkan terbentuk
Gambar 3.3 Pola difraktogram sinar-X (a) Analsim zeolit P. Puncak spesifik zeolit P berdasarkan
(Treacy dan Higgins, 2001) dan padatan hasil Covarrubias dkk. (2005), Azizi dan Yousefpour
sintesis pada suhu 175°C dengan waktu kristalisasi (2009) dan Azizi dkk. (2013) pada 2θ 12.5, 17.9,
(b)6, (c)12, (d)18 dan (e)24 jam 22.4, 29.1 dan 34.1°.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 1-8

Berdasarkan pola difraktogram sinar-X Berdasarakan hasil spektra inframerah sampel


sampel analsim pada waktu 12 jam dengan variasi dengan suhu 150°C waktu 6 jam masih terdapat
suhu 150, 175 dan 200°C, pada suhu 150°C puncak-puncak kaolin yaitu pada bilangan
analsim mulai terbentuk muncul puncak krtistal gelombang 433, 468, 536, 700 dan 914 cm-1 dan
analsim pada 2θ 15.84, 25.99 dan 30.54°, namun memiliki 2 puncak pada bilangan gelombang antara
masih terdapatnya zeolit lain didalam sampel 1007-1030 cm-1 seperti halnya puncak kaolin yang
tersebut karena muncul puncak-puncak lain selain ditunjukkan pada Gambar 3.5 (b). Pada Gambar 3.5
puncak analsim yang intensitasnya cukup tinggi. (c) terlihat adanya puncak spesifik analsim pada
Puncak tersebut merupakan puncak zeolit P yang bilangan gelombang 613 dan 1016 cm-1. Pada
merupakan zeolit lain dari sintesis analsim. Sampel bilangan gelombang 613 cm-1merupakan vibrasi
analsim yang dilakukan pada variasi suhu 175 dan ulur simetri ikatan T-O-T dan pada 1016 cm-1
200°C, analsim terbentuk sempurna dan puncak- merupakan vibrasi asimetri [24]. Adanya puncak
puncak zeolit P yang intensitasnya tinggi sudah lain selain analsim yaitu puncak zeolit P pada
hilang, menandakan bahwa analsim terbentuk bilangan gelombang 738 cm-1 merupakan vibrasi
secara baik pada suhu tersebut. ulur T-O dimana T adalah Si atau Al [23].
Berdasarkan pola difraktogram sinar-X Berdasarkan Gambar 3.5 (d) terdapat puncak
sampel analsim pada waktu 18 jam dengan variasi spesifik analsim pada bilangan gelombang 617, 905
suhu 150, 175 dan 200°C. Pada suhu 150°C dapat dan 1010 cm-1 , sedangkan pada puncak spektra
dilihat pola difraktogram XRD masih adanya inframerah tersebut masih terdapat puncak zeolit P
puncak selain analsim yaitu puncak zeolit P, namun yaitu pada bilangan gelombang 740 cm-1, hal ini
intensitas puncak zeolit P tidak terlalu tinggi. menunjukkan bahwa ikatan zeolit P telah
Sintesis analsim dengan variasi suhu 175 dan mengalami pemutusan dan akan hilang jika waktu
200°C pola difraktogram XRD memiliki puncak proses hidrotermal ditambah. Pernyataan ini
yang sama yaitu pada 2θ 15.89, 18.36, 26.01 dan didukung oleh data XRD dimana semakin lama
30.58° itu merupakan puncak analsim dan tanpa proses kristalisasi maka zeolit analsim mudah
ada puncak-puncak lain. terbentuk [23]. Berdasarkan puncak spektra
Berdasarkan pola difraktogram sinar-X inframerah pada Gambar 3.5 (e) menunjukkan
sampel analsim waktu kristalisasi 24 jam dengan puncak spesifik analsim dan tidak ada lagi spektra
variasi suhu 150,175 dan 200°C, dengan pola inframerah puncak zeolit P. Berdasarkan spektra
puncak-puncak pada 2θ sekitar 15.8, 18.27, 24.24, inframerah sampel analsim pada suhu 175°C
25.94 dan 30.51°, ketiga sampel tersebut memiliki dengan variasi waktu 6, 12, 18 dan 24 jam,
puncak pada 2θ, hal ini menunjukkan bahwa ketiga ditunjukkan pada Gambar 3.6. Pada Gambar 3.6 (b)
sampel ini memiliki fasa yang sama merupakan muncul puncak spesifik analsim pada bilangan
tipe struktur analsim. Jadi, dapat disimpulkan gelombang 619 dan 1010 cm-1 menandakan tidak
bahwa semakin bertambahnya suhu pada proses munculnya puncak kaolin, hal ini menunjukkan
hidrotermal dengan waktu yang sama dalam ikatan-ikatan kaolin mengalami pemutusan dan
sintesis analsim, analsim akan terbentuk dengan mulai membentuk ikatan baru pada waktu
kristalinitas yang baik tanpa adanya pengotor zeolit kristalisasi 6 jam. Pada Gambar 3.6 (c-e) muncul
P. Pernyataan ini sesuai dalam penelitian Novotna lagi puncak spesifik analsim pada bilangan
dkk. (2003), Kohoutkova dkk. (2006), Azizi dan gelombang 881 cm-1 merupakan vibrasi internal
Yousefpour (2009) dan Azizi dkk. (2010). ikatan (Si, Al)O 4 [23].
Berdasarkan hasil spektra inframerah suhu 200°C
B.2 Spektroskopi Inframerah sama dengan hasil spektra inframerah suhu 175°C,
Analsim berhasil disintesis dari kaolin secara melainkan pada waktu 6 jam suhu 200°C masih
langsung dan dikarakterisasi menggunakan terdapatnya puncak-puncak zeolit P pada bilangan
spektroskopi inframerah. Fungsi spektroskopi gelombang 742 cm-1 yang merupakan vibrasi ulur
inframerah berfungsi untuk mengetahui vibrasi simetri T-O ditunjukkan Gambar 3.7 (b) [23].
gugus fungsi. Berdasrkan hasil spektra inframerah pada suhu
Berdasarkan Gambar 3.5 (a) menunjukkan 200°C dengan waktu 12, 18 dan 24 jam
spektra inframerah sampel kaolin dengan puncak mempunyai puncak-puncak spesifik analsim
pada bilangan gelombang 408, 430, 470, 538, 700, ditunjukkan pada Gambar 3.7 (c-e).
754, 912, 1009, 1029 dan 1110 cm-1. Menurut
Alkan dkk. (2005) puncak spektra kaolin muncul
pada bilangan gelombang 430 dan 469 cm-1
menunjukkan vibrasi ikatan Si-O; puncak 697 dan
755 cm-1 menunjukkan vibrasi ikatan AlO-H;
puncak pada 755 dan 795 cm-1 dari vibrasi ikatan
Si-O-Si, sedangkan puncak terakhir 1008 dan 1115
cm-1 merupakan vibrasi ulur ikatan Si-O.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 1-8

Gambar 3.5 Spektra inframerah sampel


(a)kaolin,padatan hasil sintesis pada suhu 150°C Gambar 3.7 Spektra inframerah sampel
pada waktu (b) 6, (c) 12, (d) 18 dan (e) 24 jam
(a)kaolin,padatan hasil sintesis pada suhu 200°C
pada waktu (b) 6, (c) 12, (d) 18 dan (e) 24 jam

B.3 Scanning Electron Microscopy (SEM)


Padatan hasil sintesis dilanjutkan karakterisasi
menggunakan Scanning Electron Microscopy
(SEM). Fungsi SEM untuk mengetahui morfologi
padatan. Berdasarkan hasil karakterisasi SEM
sampel pada suhu 175°C dengan waktu kristalisasi
24 jam. Memiliki morfologi bundar-bundar seperti
bola ditunjukkan pada Gambar 3.8. Dilakukan
pembesaran lain fungsinya untuk mengetahui
morfologi padatan hasil sintesis lebih jelas dan
besar Gambar 3.8 (b-d). Untuk pembesaran
selanjutnya morfologi bentuk bola tersebut
memiliki permukaan yang tidak rata seperti bola
takraw dan memiliki ukuran partikel sekitar
13,2µm. Bentuk morfologi analsim ini sesuai
dengan penelitian Kohoutkova dkk. (2006); Hegazy
dkk. (2010) dan Azizi dkk. (2013) yaitu berbentuk
bola dengan permukaan yang tidak rata. Hasil ini
sesuai dengan data difraksi sinar-X, menunjukkan
bahwa padatan hasil sintesis pada suhu 175°C
dengan waktu kristalisasi 24 jam memiliki puncak
Gambar 3.6 Spektra inframerah sampel spesifik analsim. Puncak spesifik difraksi sinar-X
(a)kaolin,padatan hasil sintesis pada suhu 175°C sesuai dengan jurnal Treacy dan Higgins (2001).
pada waktu (b) 6, (c) 12, (d) 18 dan (e) 24 jam Berdasarkan karakteriasi SEM sampel pada
suhu 200°C dengan waktu kristalisasi 6 jam.
Bentuk morfologi pada Gambar 3.9 (a) adalah bola,
namun sedikit sekali yang bentuk bola dikarenakan
analsim pada proses hidrotermal ini belum
terbentuk sempurna masih banyaknya zeolit lain
selain analsim yaitu zeolit P. Bentuk morfologi
zeolit P memiliki bentuk persegi tidak rata hampir
menyerupai bola [23]. Hasil ini sesuai dengan data
difraksi sinar-X, bahwa padatan hasil sintesis pada
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 1-8

suhu 200°C dengan waktu kristalisasi 6 jam puncak zeolit P. Analsim terbentuk sempurna pada
memiliki puncak-puncak zeolit P yang suhu 150°C dengan waktu 24 jam, suhu 175 dan
intensitasnya tinggi. Puncak zeolit P difraksi sinar- 200°C pada waktu 12, 18 dan 24 jam. Analsim
x sesuai dengan jurnal Atta dkk. (2012) dan Azizi akan terbentuk sempurna seiring bertambahnya
dkk. (2013). Untuk morfologi bentuk bundar suhu dan waktu kristalisasi. Selain itu berdasarkan
seperti bola yaitu bentuk morfologi analsim yaitu hasil SEM morfologi analsim dengan kristalinitas
sama memiliki bentuk bola dan permukaan tidak tinggi berbentuk bundar seperti bola dengan
rata seperti bola takraw dan memiliki ukuran permukaan yang tidak rata dan memiliki ukuran
partikel sekitar 14µm. Bentuk morfologi sama partikel sekitar 13,2 µm, kecuali analsim yang
seperti sampel sebelumnya yaitu berbentuk bola bercampur dengan zeolit P memiliki bentuk bola
memiliki permukaan yang tidak rata, ditunjukkan dan persegi agak bundar yang tidak terartur.
pada Gambar 3.9 (c) dan (d).

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Djoko Hartanto dan Bapak Didik Prasetyoko
selaku dosen pembimbing penulis.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Breck, D.W. 1974. Zeolite Molecular Sieves.


John Wiley and Sons. New York

[2] Barrer, R.M. 1982. Hydrotermal Chemistry of


Zeolites. London Academic Press.
Gambar 3.8 Morfologi padatan hasil sintesis suhu
[3] Smart, L., Moore, E. 1993. Solid State
175°C dengan waktu 24 jam (a)1000, (b)5.000, Chemistry: An Introduction. Chapman &
(c)10.000 dan (d)20.000 kali Hall University and Professional Division.
London

[4] Chester, W.A. dan Derouane, G.E. 2001.


Zeolite Characterization and Catalysis.
Springer Dordrecht Heidelberg London New
York.

[5] Atta, Y.A., Jibril, Y.B., Aderemi, O.B., Adefila,


S.S. 2012. “Preparation of Analicime from
Local Kaolin and Rice Husk Ash”. Applied
Clay Science 61, 8-13.

[6] Barrer, R.M. 1950. “Ion Exchange and Ion


Sieve Processes in Crystalline Zeolit”. Journal
Gambar 3.9 Morfologi padatan hasil sintesis suhu of the Chemical, 2342.
200°C dengan waktu 6 jam (a)1000, (b)5.000,
[7] Mallah. M.H. 1999. “Determination Structure
(c)10.000 dan (d)20.000 kali
and Evaluation of Ion Exchange Zeolite”
Thesis, Dept. of Chemistry Faculty of
IV. KESIMPULAN Science. Tehran University, Tehran, Iran.

[8] Azizi, S.N. dan Yousefpour M. 2009.


Analsim telah berhasil disintesis dari kaolin
“Synthesis of Aluminum-Rich Analcime Using
secara langsung, NaOH sebagai agen mineralisasi
an Ethylene Diamine Derivative as Template”.
dan LUDOX (silika sol) sebagai sumber silika
tambahan. Dari hasil karakterisasi XRD dan FTIR Journal Inorganic and General Chemistry
635, 1654-1658.
menunjukkan bahwa analsim mulai terbentuk pada
suhu 150°C dengan waktu kristalisasi 12 jam,
[9] Azizi, S.N. dan Tilami, S.E. 2012. “Framework-
namun puncak analsim tidak terlalu tinggi masih
Incorporated Mn and Co Analcime Zeolites:
adanya puncak zeolit lain yang lebih tinggi yaitu
Synthesis and Characterization”. Journal of
puncak zeolit P, begitu pula pada suhu 175 dan
Solid State Chemistry 198, 138-142.
200°C pada waktu 6 jam juga sama masih adanya
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 1-8

[10] Chareonpanich, M., Namto, T., [21] Covarubias, C., Garcia, R., Arriagada R.,
Kongkachuichay, P., Limtrakul, J. 2004. Yanez J., Garland, M.T. 2006. “Cr(III)
“Synthesis of ZSM-5 Zeolite from Lignite Fly exchange on zeolites obtained from kaolin
Ash and Rice Husk Ash”. Fuel Processing and natural mordenite”. Microporous and
Technology 85, 1623–1634. Mesoporous Materials 88, 220-231.

[11] Vempati, R.K., Borade, Hedge., R.S., [22] Tatlier, M., Cigizoglu, K.B., Tokay, B.,
Komarneni, S. 2006. “Template Free ZSM-5 Senather A.E. 2007. “Microwave vs.
from Siliceous Rice Husk Ash with Varying C Conventional Synthesis of Analcime from
Contents”. Microporous and Mesoporous Clear Solutions”. Journal of Crystal Growth
Materials 93,134-140. 306, 146–151.

[12] Wang, P., Shen, B., Shen, D., Peng, T., Gao, J. [23] Azizi, S.N., Daghigh, A.A., Abrishamkar, M.
2007. “Synthesis of ZSM-5 Zeolite from 2013. “Phase Transformation of Zeolite P to
Expanded Perlite/Kaolin and its Catalytic Y and Analcime Zeolites due to Changing the
Performance for FCC Naphtha Time and Temperature”. Journal of
Aromatization”. Catalysis Communications Spectroscopy 2013, 5.
8, 1452-1456.
[24] Azizi, S.N. dan Yousefpour M. 2010.
[13] Murray, H.H.2000.“Tradition and New “Synthesis of Zeolites NaA and Analcime
Applications for Kaolin, Smetic, and using Rice Husk Ash as Silica Source
Palygorskite: A General Overview”. Applied without using Organic Template”. Journal
Clay Science 17, 207-221. Material Scientist 45, 5692–5697.
[14] Cheng, H., Liu, Q., Yang, J., Ma, S., Frost,
L.R. 2012. “The Thermal Behavior of
Kaolinite Intercalation Complexes-A
Review”. Thermochimica Acta 545, 1-13.

[15] Hegazy, E.Z., Maksod, I.H., Enin, R.M.M.


2010. “Preparation and Characterization of Ti
and V Modified Analcime from Local
Kaolin”. Applied Clay Science 49, 149–155.

[16] Chandrasekhar, S., Pramada, P.N. 2004.


“Kaolin-based Zeolite Y, a Precursor for
Cordierite Ceramics”. Applied Clay Science
27, 187-198.

[17] Cundy, S.C., Cox, A.P.2005. “The


Hydrothermal Synthesis of Zeolites:
Precursors, Intermediates and Reaction
Mechanism”. Microporous and Mesoporous
Materials 82, 1-78.

[18] Santos, P.S., 1975. Tecnologia de Argilas


aplicadas a Argilas Brasileiras, vol. 1.
Editora Edgard Blücher Ltda., São Paulo.

[19] Nisaa, S. 2011. “Adsorpsi Biru Metilena pada


Kaolin dan Nanokomposit Kaolin/TiO2 serta
Uji Sifat Fotokatalisis”. Skripsi Departemen
Kimia FMIPA ITB: Bandung.

[20] Alkan, M., Hopa, C., Yilmaz, Z., Guler, H.


2005. “The Effect of Alkali Concentration and
Solid/Liquid Ratio on The Hydrothermal
Synthesis of Zeolites NaA from Natural
Kaolinite”. Microporous and Mesoporous
Materials 86, 176-184.

Anda mungkin juga menyukai