Anda di halaman 1dari 15

CHEMISTRY PROJECT

TERMOKIMIA
Kelompok:
Aiya sofia
Mughni putri
Nayla faisal
Syifa nurqalby
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang memperhatikan aspek


suhu dalam reaksi. Termokimia menerapkan hukum pertama
termodinamika yaitu mengenai hukum universal dari kekelan energi
dan perpindahan kalor. Adapun bunyi hukum kekelan energi 'energi
tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat
berubah dari satu bentuk ke bentuk energi lainnya.' Dalam konsep
termokimia dalam reaksi, terdapat istilah sistem dan lingkungan.
Sistem adalah segala bentuk proses yang menjadi pusat perhatian,
pengamat, contoh: keadaan zat, reaksi, perubahan zat. sistem terdiri
dari:
1. Sistem terbuka, yaitu sistem dapat mengalami pertukaran energei
dan materi dengan lingkungan.
2. Sistem tertutup, yaitu sistem dapat mengalami pertukaran energi
dengan lingkungan, tidak dengan pertukaran materi.
3. Sistem terisolasi, yaitu sistem tidak dapat mengalami pertukaran
energi dan materi dengan lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem dan
membantu kerja sistem, contohnya: alat-alat, wadah, tabung reaksi,
udara.
B. REAKSI EKSOTERM DAN ENDOTERM

Dalam konsep termokimia, reaksi terbagi menjadi dua, yaitu reaksi


Eksoterm dan reaksi Endoterm.
1. Reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang sistemnya
membebaskan/melepaskan energi, sehingga lingkungan menjadi
naik temperaturnya. Contoh reaksi eksoterm yang terjadi secara
alami adalah air yang mengalir, besi yang berkarat, atau proses
pembakaran kayu. Sementara reaksi eksoterm yang terjadi karena
disengaja misalnya proses percobaan di laboratorium, seperti
mencampur air dengan asam pekat, air dengan netrium peroksida,
dan lainnya.
Energi Energi

Sistem

Energi
Energi

Ciri-ciri reaksi eksoterm:


Lingkungan akan menyerap kalor dari sistem
Baik sistem maupun lingkungan memiliki besar kalor yang sama
Saat kalor sistem dan lingkungan dijumlahkan, hasilnya adalah
nol
Ketika akhir reaksi, kalor pada lingkungan angkanya selalu lebih
rendah daripada kalor pada sistem
Jumlah entalpi pada produk umumnya lebih rendah daripada
entalpi reaksi
Perubahan entalpi akan menunjukkan nilai negatif
Ketika sistem melepas energi, peningkatan suhu bisa dilihat dari
api. Apabila kalor berhenti, rekasi akan terus berjalan.
2. Reaksi Endoterm, reaksi endoterm bisa diartikan sebagai reaksi
ketika kalor dari lingkungan masuk pada sistem atau lebih mudahnya
adalah bentuk reaksi penyerapan kalor. Pada reaksi ini, terjadi
perpindahan panas dari lingkungan ke sistem yang berakibat
penurunan suhu dari lingkungan menjadi lebih rendah. Oleh karena
menyerap energi, reaksi ini bisa menyebabkan meningkatnya energi
pada sistem. Jadi, besar entalpi juga tentu meningkat dan terjadi
perubahan ke arah positif.

Energi Energi

Sistem

Energi Energi

Ciri-ciri reaksi endoterm:


Produk mempunyai jumlah energi yang lebih besar dibandingkan
dengan reaktan
Ikatan kimia yang terbentuk bisa melepas energi
Dibandingkan dengan reaktan, energi ikatan pada produk
memiliki jumlah yang lebih besar
Perubahan entalpi akan menunjukkan nilai positif
Reaksi eksoterm dan reaksi endoterm masuk dalam reaksi
kesetimbangan kimia. Pada reaksi tersebut, ada 4 faktor yang
memengaruhi pergeseran kesetimbangan, antara lain:
Volume
Tekanan
Suhu
Konsentrasi

Dari keempat faktor tersebut, suhu menjadi faktor yang paling


memengaruhi reaksi eksoterm dan endoterm. Mudahnya, apabila
terjadi kenaikan suhu, maka kesetimbangan akan bergeser menuju ke
arah senyawa yang menyerap suhu atau berlangsung reaksi endoterm.
Sebaliknya, apabila suhu mengalami penurunan, maka terjadi
pergeseran kesetimbangan menuju ke arah terbentuknya senyawa
yang melepas panas atau berlangsung reaksi eksoterm. Pada reaksi ini,
nilai entalpinya adalah negatif.

Dalam kedua reaksi, terjadi perubahan tingkat energi yang disebut


perubahan entalpi reaksi, dapat dihitung:
ΔH = perubahan entalpi reaksi (J)
H2 = energi produk (J)
H1 = energi reaktan (J)
Perbedaan reaksi eksoterm dan reaksi endoterm

Eksoterm Endoterm

Nilai perubahan entalpi Nilai perubahan entalpi


negatif positif
Terjadi pembebasan kalor Membutuhkan
Suhu sistem lebih tinggi penyerapan kalor
dibanding lingkungan Suhu sistem lebih rendah
Kalor berpindah ke sistem dibanding lingkungan
lingkungan Kalor berpindah dari
Terjadi kenaikan suhu lingkungan sistem
Terjadi penurunah suhu
C. ENTALPI

Entalpi adalah hukum termodinamika yang menyatakan jumlah


energi internal, volume, dan tekanan termal suatu zat. Satuan SI
untuk entalpi adalah joule, tetapi satuan Inggris untuk panas dan
kalori juga digunakan. Tidak mungkin mengukur entalpi total (H)
secara langsung. Seperti dalam mekanika klasik, hanya perubahan
yang dapat dievaluasi. Entalpi merupakan potensial termodinamika,
sehingga untuk mengukur entalpi suatu sistem terlebih dahulu kita
harus menentukan titik acuan, kemudian kita dapat mengukur
perubahan entalpi ΔH. . Perubahan ΔH positif untuk reaksi endoterm
dan negatif untuk reaksi eksoterm.

Untuk proses pada tekanan konstan, ΔH sama dengan perubahan


energi dalam sistem ditambah kerja yang dilakukan oleh sistem ke
lingkungan. Jadi perubahan entalpi dalam kondisi ini adalah panas
yang diserap atau dilepaskan oleh reaksi kimia atau perpindahan
panas eksternal. Entalpi gas ideal, padatan dan cairan tidak
bergantung pada tekanan. Benda nyata pada suhu dan tekanan
ruangan seringkali kurang lebih mematuhi sifat ini, yang
menyederhanakan perhitungan entalpi.

Cara menghitung Entalpi

Gunakan rumus ∆H = m x s x ∆T untuk menyelesaikannya. Jika kamu


sudah memiliki m, massa reaktan, s, kalor jenis produk, dan ∆T,
perubahan suhu reaksi, maka kamu sudah siap untuk mencari entalpi
reaksi. Masukkan nilaimu ke dalam rumus ∆H = m x s x ∆T dan
kalikan untuk menyelesaikannya
D. HUKUM HESS

Entalpi merupakan suatu fungsi keadaan, yang hanya bergantung


dengan keadaan awal dan akhir dari tiap reaksi serta hasil reaksi
dengan tanpa memperhatikan jalan dari perubahan zat tiap reaksi
menjadi hasil reaksi. Dalam perhitungan entalpi yang sudah
dilakukan sebelumnya, entalpi bisa ditentukan dengan cara
menghitung kalor reaksi pada tekanan yang tetap.

E. BUNYI HUKUM HESS

"Entalpi reaksi tak tergantung pada jalannya sebuah reaksi, tetapi


tergantung pada hasil akhir dari reaksi tersebut”.

Dari Hukum Hess yang telah disebutkan sebelumnya, perubahan


entalpi pada suatu reaksi memungkinkan untuk dihitung berdasarkan
pada perubahan entalpi dari reaksi lain yang nilainya telah diketahui.
Hal ini bisa dilakukan supaya peneliti tak usah melakukan eksperimen
setiap waktu

Hukum Hess bisa digambarkan melalui skematis sebagai berikut ;

Diketahui diagram Hess reaksi A →C


Perubahan dari A menjadi C bisa berlangsung melalui 2 tahap yakni:.

Tahap I (secara Iangsung)


→ →
A C ∆H1

Tahap II (secara tidak langsung)


Berdasarkan Hukum Hess maka harga ∆H1 = ∆H2 + ∆H3

Banyak reaksi yang dapat berlangsung berdasarkan pada dua atau


lebih tahapan.

Contoh :

Reaksi karbon serta oksigen yang diperlukan untuk membentuk


CO2 bisa berlangsung melalui satu tahap (cara langsung) atau pun
dapat berlangsung juga melalui dua tahap (cara tidak langsung).
G. DIAGRAM HUKUM HESS

Untuk mencari ΔH pada suatu reaksi, bisa menggunakan


diagram bertingkat hukum Hess. Misalnya, untuk mencari
ΔH pada pembentukan 2 mol N2O, maka diagramnya akan
terlihat seperti berikut ini.

Perlu diingat, pada diagram bertingkat, tanda panah ke


bawah diberi tanda negatif, sedangkan tanda panah ke atas
diberi tanda positif.

Dari diagram di atas, maka besaran ΔH untuk pembentukan


2 mol N2O adalah:

½ N2(g) + O2(g) → NO2(g)


-ΔH3 = -57,05 kJ – (-90,25 kJ)

= +33,2 kJ

N2(g) + 2O2(g) → 2NO2(g)


Pada pembentukan NO2 menggunakan 2 mol, maka ΔH harus
dikalikan 2 sehingga menjadi:

ΔH = (-ΔH3) x 2

= (+33,2 kJ) x 2

= +66,4 kJ

Jadi besaran ΔH untuk pembentukan 2 mol N2O adalah


+66,4 kJ.

Selain menggunakan diagram bertingkat, reaksi pembentukan


2 mol N2O juga dapat digambarkan menggunakan siklus.
Berikut gambarnya.
Penetapan Hukum Hess

Berikut adalah beberapa penerapan hukum Hess.

1. Perubahan entalpi pada perubahan fisika


Karbon dan intan adalah alotrop dari unsur karbon. Namun,
proses pengubahan grafit menjadi intan tidak dapat
dilakukan, maka perubahan energi yang terjadi selama
konversi tidak dapat diukur.

Meskipun demikian, dengan menggunakan hukum Hess,


perubahan panas dari grafit menjadi intan ini dapat dihitung.

2. Perubahan entalpi pada reaksi kimia


Hukum Hess juga dapat diterapkan pada perubahan entalpi
reaksi kimia. Contohnya, pada reaksi pembentukan hidrogen
iodida dari hidrogen dan iodium.

Untuk mengetahui reaksi tersebut bersifat eksoterm atau


endoterm, maka dapat dilakukan perhitungan terhadap
perubahan panas yang terjadi ketika satu atom hidrogen
bereaksi dengan satu atom iodium dalam kondisi normal
untuk menghasilkan satu mol hidrogen iodida dalam bentuk
gas.

Dari perhitungan yang menerapkan hukum Hess tersebut,


dapat diketahui bahwa reaksi pembentukan hidrogen iodida
dari hidrogen dan iodium adalah reaksi eksoterm.
3. Entalpi pembentukan
Ketika karbon dan hidrogen bercampur, ada berbagai
macam hidrokarbon yang dapat terbentuk sehingga panas
pembentukan benzena tidak dapat ditentukan secara
eksperimental. Oleh karena itu, hukum Hess dapat digunakan
untuk menghitung perubahan jumlah panas.
G. LATIHAN SOAL

1. Suatu sistem mengalami perubahan energi dalam 650 J. Jika


sistem tersebut melakukan kerja sebesar 120 J, dapat disimpulkan
bahwa ….

a. Sistem menyerap kalor sebesar 530 J.


b. Sistem melepaskan kalor sebesar 530 J.
c. Sistem menyerap kalor sebesar 770 J.
d. Sistem melepaskan kalor sebesar 770 J
e. Sistem menyerap kalor sebesar 520 J

Pembahasan :

Diketahui :
∆E = 650 J
W = – 120 J (melakukan kerja)
Ditanya: keadaan sistem =…?

Pembahasan:

Tentukan besarnya kalor pada sistem dengan persamaan berikut.

Oleh karena Q bernilai positif, maka sistem menyerap kalor.


Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem menyerap
kalor sebesar 770 J.
DAFTAR PUSTAKA

https://materi78.files.wordpress.com/2013/06/termo_kim2_3.pdf

https://www.gramedia.com/literasi/hukum-hess/

Anda mungkin juga menyukai