Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima. (Kisah Para Rasul 20:35)
Melalui social media, TV, billboard, dan media lainnya, kita disajikan dengan begitu banyak iklan
yang mengingatkan kita akan barang dan jasa yang belum kita miliki atau nikmati. Seringkali,
pesan dari social media adalah: Agar kita bahagia, kita harus mengikuti trend yang terkini dan
mengeluarkan uang yang tidak seharusnya untuk ‘bertemu’ dengan standard tersebut.
Akhirnya, kita tidak memiliki sisa uang untuk melakukan amal kasih.
Banyak orang bukannya tidak ingin memberi, tetapi merasa belum sanggup untuk memberi
sekarang. Tetapi, kemurahan hati seseorang tidak ditentukan oleh besarnya jumlah yang kita
miliki sekarang. Kemurahan hati adalah sebuah sikap hati, kapan pun, di mana pun, dalam
situasi apa pun. Tanpa dilatih, kita akan memiliki kecenderungan untuk menyimpan dan
membelanjakan uang demi kepentingan diri sendiri. Sehingga, dibutuhkan suatu “pre-decision”
atau komitmen untuk melatih diri menjadi murah hati. Karena jika kita tidak murah hati
sekarang, kita tidak akan murah hati ketika kita memiliki lebih. More money doesn’t make you
generous. More money just makes more of you already are. If you want to be generous when
you have more, learn to be generous when you have less.
Pada umumnya, ketika kita menerima berkat Tuhan, kita akan menghabiskan terlebih
dahulu untuk keperluan dan kenikmatan diri sendiri, yang terkadang tidak menyisakan
apa pun untuk diberikan kepada orang lain. Orang yang murah hati, ketika menerima
berkat Tuhan, ia menyisihkan terlebih dahulu bagian untuk memberkati orang lain. Dalam
Malaekhi 3:10, persembahkanlah kepada Tuhan dan ujilah Dia. Tuhan tidak menjanjikan
kekayaan karena kita murah hati, tetapi Tuhan akan menunjukkan kesetiaanNya. We give
God our first and our best and trust Him to bless the rest.
2. Generous people always round up. Orang yang murah hati akan memberikan tanpa batas
dan tanpa menahan diri (Amsal 21:26). Contohnya: orang Samaria yang baik hati yang
menolong tanpa perhitungan atau Zakheus yang mengembalikan 4x lipat. Tidak ada
aturan yang mengharuskan mereka melakukan itu. Berikanlah yang terbaik yang bisa kita
beri (sesuai kemampuan kita) dan jangan berharap kembali (ikhlas).
Pertanyaan Sharing:
Kepada siapakah kamu terpanggil untuk beramal? Apa dampak positif dari kegiatan amal
tersebut? Sudahkah kita memberi yang terbaik dengan hati yang ikhlas?