Anda di halaman 1dari 12

STUDI KORELASI ANTARA JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN

ANTIMIKROBA TERHADAP KUALITAS EDIBLE FILM

CORRELATION STUDY BETWEEN TYPE AND CONCENTRATION OF


ANTIMICROBIAL MATERIALS ON THE QUALITY OF EDIBLE FILM

Iga Pangestika1, Ulyarti1, Dian Wulansari1


Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Kampus Pondok Meja Jl. Tribrata Km. 11, Jambi, Indonesia
E-mail: igapangestika7@gmail.com

ABSTRAK − Berbagai penelitian mengenai kemasan edible film antimikroba menunjukkan bahwa senyawa antimikroba
tidak hanya berpengaruh pada aktivitas penghambatan mikroorganisme perusak produk pangan saja, tetapi juga berpengaruh
pada karakteristik edible film, sehingga mempengaruhi kualitas film yang dihasilkan. Beragamnya hasil penelitian yang telah
dipublikasikan, diperlukan suatu studi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis dan konsentrasi bahan
antimikroba terhadap karakteristik edible film. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang
diperoleh dari penelusuran publikasi ilmiah. Data yang dianalisis korelasinya yaitu data jenis dan konsentrasi bahan
antimikroba terhadap karakteristik edible film yaitu wvtr, ketebalan, kelarutan, elongasi, kuat tarik, kadar air, dan aktivitas
antimikroba pada bakteri E.coli dan S.aureus. Analisis data pada penelitian ini menggunakan korelasi Pearson, dengan
bantuan aplikasi software statistika SPSS 25. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa antara jenis dan konsentrasi
bahan antimikroba terhadap karakteristik wvtr, ketebalan, dan kelarutan memiliki korelasi yang sedang, antara jenis dan
konsentrasi bahan antimikroba terhadap karakteristik elongasi memiliki korelasi yang rendah, serta antara jenis dan
konsentrasi bahan antimikroba terhadap karakteristik kuat tarik, kadar air, dan aktivitas antimikoba pada bakteri E.coli dan
S.aureus memiliki korelasi yang sangat rendah.

Kata kunci: edible film, pati, gliserol, bahan antimikroba, karakteristik edible.

ABSTRACT − Various studies on antimicrobial edible film packaging have shown that antimicrobial compounds not only
affect the activity of inhibiting microorganisms destroying food products, but also affect the characteristics of edible films,
thereby affecting the quality of the films produced. The variety of research results that have been published requires a study
that aims to determine the relationship between the type and concentration of antimicrobial materials on the characteristics of
edible films. The data used in this study is secondary data obtained from searching scientific publications. The data that were
analyzed for correlation were data on the type and concentration of antimicrobial materials on the characteristics of edible
films, namely wvtr, thickness, solubility, elongation, tensile strength, moisture content, and antimicrobial activity on E.coli
and S.aureus bacteria. Data analysis in this study used Pearson's correlation, with the help of the SPSS 25 statistical software
application. Based on the results of the study it was found that the type and concentration of the antimicrobial substance on
the characteristics of wvtr, thickness, and solubility had a moderate correlation, between the type and concentration of the
antimicrobial substance on the elongation characteristics has a low correlation, and between the type and concentration of
antimicrobial materials on the characteristics of tensile strength, moisture content, and antimicrobial activity in E.coli and
S.aureus bacteria has a very low correlation.

Keywords: edible film, starch, glycerol, antimicrobial materials, characteristic edible.

al., 2016). Kemasan plastik sintetis baru dapat


I. PENDAHULUAN terurai dalam rentang waktu 200-400 tahun, namun
untuk dapat terurai secara sempurna membutuhkan
Kemasan merupakan salah satu hal yang waktu hingga 1.000 tahun (Muin et al, 2017).
banyak digunakan dalam segala aspek kehidupan, Kemasan plastik yang sulit terurai secara alami
terutama dalam bidang pangan. Sebesar 80% dapat menyebabkan terjadinya penumpukan limbah
kemasan plastik mendominasi di industri pangan plastik yang berdampak terhadap kerusakan dan
Indonesia (Nasution, 2015). pencemaran lingkungan.
Tingginya tingkat penggunaan kemasan plastik Kemasan aktif merupakan salah satu inovasi
dikarenakan plastik memiliki sifat yang fleksibel, dalam teknologi kemasan yang memiliki konsep
transparan, tahan terhadap uap air, mudah menggabungkan bahan aktif tertentu ke dalam
ditemukan, ringan, serta harga yang relatif murah sistem kemasan agar dapat bereaksi dengan produk
(Muin et al., 2017). Akan tetapi, kemasan plastik yang dikemas dan lingkungannya sehingga dapat
yang pada umumnya terbuat dari bahan-bahan memperpanjang umur simpan produk pangan dan
kimia juga memiliki beberapa kelemahan dapat terurai secara alami oleh lingkungan (Anwar,
diantaranya sulit untuk diuraikan secara biologis, 2019). Kemasan aktif yang dapat dijadikan sebagai
dapat bereaksi dengan bahan pangan apabila inovasi dalam teknologi kemasan karena memiliki
dikemas dalam keadaan panas sehingga dapat sifat yang ramah lingkungan serta dapat langsung
berdampak negatif terhadap kesehatan (Sholehah et
dimakan bersama produk yang dikemas adalah penyusun edible film dapat mempengaruhi
edible packaging (Utami et al., 2013). Edible karakteristik film sehingga berpengaruh terhadap
packaging dibagi menjadi 2 jenis yaitu edible kualitas edible film yang dihasilkan. Beragam hasil
coating (berbentuk lapisan) dan edible film penelitian telah dipublikasikan, namun diperlukan
(berbentuk lembaran). suatu studi yang dapat memberikan informasi
Pati sering digunakan sebagai bahan tentang hubungan antara jenis dan konsentrasi
pembuatan edible film dikarenakan pati bersifat bahan antimikroba terhadap karakteristik edible
dapat diperbaharui, mudah didapatkan, mempunyai film, sehingga dapat diketahui korelasi yang paling
kelebihan dalam melindungi produk dari oksigen, kuat pengaruhnya terhadap kualitas edible film.
karbondioksida, lemak, serta menambah kesatuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
struktur film (Anandito et al., 2012). Pati yang korelasi antara jenis dan bahan antimikroba
digunakan dalam pembuatan edible film juga terhadap kualitas edible film sebagai kemasan aktif
memiliki kekurangan yaitu kekuatan terhadap air produk pangan berdasarkan nilai korelasi pada
rendah dan transmisi uap air juga tinggi karakteristik edible film.
dikarenakan pati bersifat hidrofilik (Supeni et al.,
2015). II. METODE PENELITIAN
Sifat hidrofilik pati menyebabkan tegangan
antar molekul pada matriks edible film menurun a. Waktu dan Tempat Penelitian
yang mengakibatkan ruang antar molekul semakin Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
besar sehingga uap air dan mikroba dapat masuk ke 2021 sampai dengan bulan Juni 2021, di Jurusan
dalam edible film (Fatnasari, 2018). Penambahan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
plasticizer dalam pembuatan edible film dilakukan Universitas Jambi.
untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat pada
edible film berbasis pati (Amaliya dan Putri, 2014). b. Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Penambahan zat antimikroba dalam pembuatan Data yang digunakan dalam penelitian ini
edible film juga merupakan bentuk dari sifat merupakan data sekunder yang diperoleh melalui
kemasan aktif untuk memperpanjang umur simpan penelusuran publikasi ilmiah. Data penelitian ini
produk dan menghambat pertumbuhan berasal dari hasil-hasil penelitian yang sudah
mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan dilakukan dan diterbitkan dalam publikasi ilmiah
pada produk (Iriani et al., 2014). baik pada level nasional maupun internasional,
Terdapat beberapa jenis bahan antimikroba dapat berupa jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan
yang dapat dicampurkan ke dalam pembuatan berbagai artikel ilmiah yang sumber isinya relevan
edible film yaitu diantaranya minyak atsiri, rempah- dengan penelitian atau kajian yang dilakukan.
rempah atau tanaman dalam bentuk bubuk atau Penelurusan ilmiah dilakukan pada database
oleoresin, kitosan, dan bakteriosin (Muin et al., sebagai berikut:
2017). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 1. ScienceDirect
jenis bahan antimikroba yang ditambahkan ke 2. Researchgate
dalam edible film memiliki aktivitas dalam 3. Google Scholar
menghambat pertumbuhan mikroorganisme Pencarian artikel dalam penelitian ini
patogen atau perusak produk pangan. Penelitian menggunakan operasi Boolean, yaitu “AND”,
Putra., et al (2017), penambahan minyak atsiri “NOT”, dan “OR” (Knoll et al., 2018). Kata kunci
daun jeruk purut dengan konsentrasi 2% dalam yang digunakan dalam pencarian artikel penelitian
pembuatan edible film pati tapioka menghasilkan yaitu “edible film”, “pati”, “gliserol”, “bahan
zona bening penghambatan mikroba E.coli sebesar antimikroba”, dan “karakteristik edible”.
30,45 mm dan mikroba S.aureus sebesar 20,16 Proses pengumpulan data penelitian dilakukan
mm. dengan penyaringan berdasarkan kriteria yang telah
Penambahan bahan antimikroba ke dalam ditentukan. Adapun kriteria pengumpulan data
edible film pada beberapa penelitian tidak hanya artikel dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
berperan dalam mencegah pertumbuhan
mikroorganisme saja, tetapi juga memberikan
pengaruh terhadap karakteristik film yang
dihasilkan (Wu et al., 2017). Menurut penelitian
Syaichurrozi., et al (2012), penambahan bubuk
kunyit dan bawang putih berpengaruh terhadap
karakteristik edible film pati ganyong yaitu
menyebabkan penurunan kadar air, kuat tarik, dan
persen pemanjangan film tetapi tidak
mempengaruhi ketebalan film.
Interaksi yang terjadi antara senyawa aktif yang
terdapat pada bahan antimikroba dengan polimer
Tabel 1. Kriteria inklusi pengumpulan c. Analisis Data
artikel ilmiah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
Kriteria Inklusi menggunakan korelasi Pearson (Pearson’s
Jangka waktu 10 tahun terakhir mulai dari Correlation). Analisis korelasi Pearson digunakan
tahun 2011 sampai dengan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua
tahun 2021 variabel atau lebih. Analisis ini dilakukan untuk
Bahasa Bahasa Indonesia dan menemukan ada tidaknya hubungan antara jenis
Bahasa Inggris dan konsentrasi bahan antimikroba terhadap
Subjek Bahan antimikroba dan karakteristik edible film dan untuk mengetahui
karakteristik edible film seberapa kuat hubungan tersebut. Analisis data
pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi
Jenis artikel - Artikel original, seperti
software statistika yaitu SPSS 25 (Statistical
junal, prosiding, thesis,
Package for the Social Science versi 25).
maupun skripsi.
Pendekatan analisis dalam penelitian ini
- Tidak dalam bentuk
menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.
abstrak.
Keeratan hubungan atau korelasi antarvariabel
- Artikel dalam bentuk
fulltext. tersebut ditentukan berdasarkan nilai-nilai dari KK
sebagai acuan. KK atau koefisien korelasi
Tema isi Adanya keterkaitan artikel
merupakan indeks atau bilangan yang digunakan
artikel mengenai jenis dan
untuk mengukur derajat hubungan, meliputi
konsentrasi bahan
kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan.
antimikroba terhadap
Kekuatan hubungan dari nilai koefisien korelasi
karakteristik edible film
berada di antara +1 dan -1. Bentuk/arah hubungan
Metode Metode penelitian yang
dari nilai koefisien korelasi dinyatakan dengan
penelitian terdapat dalam artikel
positif (+) dan negatif (-), atau (-1 ≤ KK ≤ +1)
lengkap dan dapat (Misbahudin dan Hasan, 2013).
dipahami dengan jelas
Data Data hasil penelitian dalam Tabel 3. Interval nilai koefisien korelasi
penelitian artikel lengkap dan jelas dan kekuatan hubungan.
No. Interval Nilai Kekuatan Hubungan
Tabel 2. Kriteria eksklusi pengumpulan 1. KK= 0,00 Tidak ada korelasi
artikel ilmiah. Korelasi sangat rendah
Kriteria Eksklusi 2. 0,00 < KK ≤ 0,20
atau lemah sekali
Identitas - Artikel tidak dapat di Korelasi lemah atau
artikel akses 3. 0,20 < KK ≤ 0,40
rendah
- Ketidaksesuaian judul Korelasi sedang atau
artikel dengan topik 4. 0,40 < KK ≤ 0,70
cukup
penelitian. Korelasi tinggi atau
- Tahun artikel dibawah 5. 0,70 < KK ≤ 0,90
kuat
10 tahun terakhir. Korelasi sangat tinggi
- Artikel tidak dalam 6. 0,90 < KK < 1,00
atau kuat sekali
bentuk fulltext. 7. KK = 1,00 Korelasi sempurna
Metode - Metode penelitian yang Sumber: Misbahudin dan Hasan (2013).
penelitian terdapat dalam artikel
tidak lengkap dan tidak Nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari
dapat dipahami dengan hasil analisis selanjutnya dilakukan pengujian
jelas. hipotesis signifikansi pada taraf 5%.
- Terdapat bahan
tambahan lain atau III. HASIL DAN PEMBAHASAN
komponen utama yang
digunakan dalam a. Water Vapor Transmission Rate (WVTR)
penelitian lebih dari Water vapor transmission rate atau laju
satu. transmisi uap air adalah kecepatan perpindahan uap
Data Data hasil penelitian yang air melalui suatu unit area dari material dengan
penelitian tertera tidak lengkap dan ketebalan tertentu, pada kondisi yang spesifik.
tidak dapat dipahami Nilai laju transmisi uap air dapat digunakan untuk
dengan jelas. menentukan umur simpan produk (Apriani, 2020).
Menurut Japanesse Industrial Standard (JIS),
edible film yang baik untuk kemasan makanan
adalah yang mempunyai nilai laju transmisi uap air yang bersifat hidrofobik dapat menurunkan laju
maksimal 10 g/m2/jam. transmisi uap air edible film. Hal tersebut
Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Tabel dikarenakan migrasi uap air umumnya terjadi pada
4 dari 5 artikel penelitian, menunjukkan bahwa bagian hidrofilik dan tergantung pada perbandingan
antara jenis bahan antimikroba dan laju transmisi komponen hidrofilik dan hidrofobik. Pendapat
uap air memiliki kekuatan hubungan yang sedang tersebut sejalan dengan salah satu hasil penelitian
dengan nilai korelasi -0,598. Hasil korelasi antara yang dilakukan Tomara (2019), dimana
konsentrasi bahan antimikroba dengan karakteristik penambahan minyak cengkeh pada pembuatan
wvtr memiliki kekuatan hubungan yang rendah edible film dari pati uwi menghasilkan nilai laju
dengan nilai korelasi -0,362. Hasil analisis korelasi transmisi uap air yang rendah.
Pearson diperoleh nilai p-value yaitu 0,000 dan Menurut Katili., et al (2013), transmisi uap air
0,045 lebih kecil dari taraf 5%, artinya terdapat sangat dipengaruhi oleh suhu, RH (Relative
hubungan yang signifikan antara jenis dan Humidity), ketebalan film, jenis dan konsentrasi
konsentrasi bahan antimikroba dengan karakteristik plasticizer, serta sifat bahan dasar pembentuk
laju transmisi uap air edible film. Jenis dan edible film. Santoso (2012) juga berpendapat
konsentrasi bahan antimikroba terhadap laju bahwa laju transmisi uap air dipengaruhi oleh
transmisi uap air memiliki hubungan yang beberapa faktor, yaitu struktur edible film
berlawanan, ditunjukkan dengan nilai korelasi yang (homogenitas, emulsi, multilayers), tipe kristal,
bernilai negatif. Artinya, penggunaan bahan dan bentuk, ukuran, dan distribusi lipida.
semakin tinggi konsentrasi dari bahan antimikroba Laju perpindahan uap air akan meningkat
maka akan menurunkan nilai dari laju transmisi uap dengan ketebalan film yang semakin rendah.
air. Konsentrasi bahan antimikroba yang ditambahkan
Jenis bahan antimikroba yang digunakan dalam akan menyebabkan terbentuknya matriks edible
beberapa artikel penelitian tersebut antara lain yaitu film yang lebih rapat dan padat. Struktur yang
minyak atsiri daun jeruk purut, oleoresin daun kayu kompak dapat menghambat difusi uap air melewati
manis, filtrat gambir, filtrat daun papaya, serta edible film. Sejalan dengan pendapat Mulia &
ekstrak kenikir. Bahan-bahan tersebut mengandung Ardiansyah (2016), penambahan konsentrasi bahan
bahan aktif berupa a-sitronelal, linalool (Putra et antimikroba yang semakin banyak dapat
al., 2017), eugenol, oleic acid amide, benzyl meningkatkan ketebalan edible film yang
benzoat (Utami et al., 2017), katekin, alkaloid, dihasilkan dikarenakan molekul minyak atsiri
tannin (Santoso et al., 2018), serta zat fenolase mampu mengisi rongga-rongga rantai polimer
(Fahlevi et al., 2019) dimana kandungan bahan- sehingga mampu menahan laju transmisi uap air.
bahan aktif tersebut memiliki persamaan yaitu Senyawa hidrofobik yang terdapat pada minyak
bersifat hidrofobik. Menurut Apriani (2020), atsiri mampu membatasi interaksi antara polimer
penambahan bahan yang memiliki senyawa aktif

Tabel 4. Hasil korelasi antara jenis dan konsentrasi bahan antimikroba


terhadap karakteristik edible film.
Karakteristik Edible Film
Variable Korelasi Kuat Kadar
WVTR Ketebalan Kelarutan Elongasi E.coli S.aureus
tarik air
Nilai
-0,598 0,410 -0,556 -0,358 -0,151 -0,112 0,180 0,016
korelasi
Jenis Bahan Nilai
0,000 0,000 0,002 0,004 0,417 0,569 0,222 0,922
Antimikroba signifikansi
Kekuatan Sangat Sangat Sangat Sangat
Sedang Sedang Sedang Rendah
hubungan Rendah Rendah Rendah Rendah
Nilai
-0,362 0,332 -0,435 -0,162 -0,048 -0,091 0,335 0,219
korelasi
Konsentrasi
Nilai
Bahan 0,045 0,005 0,021 0,209 0,799 0,646 0,020 0,164
signifikansi
Antimikroba
Kekuatan Sangat Sangat Sangat
Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah
hubungan Rendah Rendah Rendah

film dan air yang berikatan. Peningkatan gaya ikat terbentuk. Penyempitan rongga antar sel inilah
antar polimer akan menurunkan transmisi edible yang menyebabkan menurunnya laju transmisi uap
film terhadap gas, uap, dan porositasnya. air (Ilah, 2015).
Peningkatan granula padatan dalam suatu polimer
akan memperkecil rongga antar sel dari gel yang
b. Ketebalan c. Kelarutan
Ketebalan film merupakan karakteristik yang Kelarutan edible film merupakan salah satu
penting dalam menentukan kelayakan edible film faktor yang menentukan kemampuan biodegradasi
sebagai kemasan produk pangan karena ketebalan dari suatu film yang akan digunakan sebagai bahan
sangat mempengaruhi sifat fisik dan mekanik pengemas. Kelarutan edible film dalam air
edible film lainnya. Ketebalan film biasanya merupakan persen berat kering edible film yang
dipengaruhi oleh luas permukaan cetakan dan telah dilarutkan dalam air selama 24 jam (Warkoyo
jumlah total padatan di dalam larutan. Viskositas et al., 2014).
edible film setelah pemanasan juga merupakan Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Tabel
faktor yang mempengaruhi ketebalan film selain 4 dari 7 artikel penelitian, menunjukkan bahwa
plat pencetaknya (Supeni et al., 2015). antara jenis dan konsentrasi bahan antimikroba
Hasil analisis korelasi pada Tabel 4 dari 16 terhadap karakteristik kelarutan memiliki kekuatan
artikel penelitian, menunjukkan bahwa antara jenis hubungan yang sedang dengan nilai korelasi -0,556
bahan antimikroba dan karakteristik ketebalan dan –0,435. Hasil analisis korelasi Pearson
memiliki kekuatan hubungan yang sedang atau diperoleh nilai p-value yaitu 0,002 dan 0,021 lebih
cukup dengan nilai korelasi 0,410. Hasil korelasi kecil dari taraf 5%, artinya terdapat hubungan yang
antara konsentrasi bahan antimikroba dengan signifikan antara jenis dan konsentrasi bahan
karakteristik ketebalan memiliki kekuatan antimikroba dengan karakteristik kelarutan edible
hubungan yang rendah dengan nilai korelasi 0,332. film. Jenis dan konsentrasi bahan antimikroba
Hasil analisis korelasi Pearson diperoleh nilai p- terhadap kelarutan memiliki hubungan yang
value yaitu 0,000 dan 0,005 lebih kecil dari taraf berlawanan, ditunjukkan dengan nilai korelasi yang
5%, artinya terdapat hubungan yang signifikan bernilai negatif. Artinya, pengggunaan bahan dan
antara jenis dan konsentrasi bahan antimikroba semakin tinggi konsentrasi bahan antimikroba
dengan karakteristik ketebalan edible film. Jenis maka akan menurunkan nilai dari kelarutan edible
dan konsentrasi bahan antimikroba dengan film.
karakteristik ketebalan memiliki hubungan yang Jenis bahan antimikroba yang digunakan dalam
searah, ditunjukkan dengan nilai korelasi yang artikel tersebut antara lain yaitu minyak atsiri daun
bernilai positif. Artinya, penggunaan bahan dan jeruk purut, clove essential oil, lemongrass
semakin tinggi konsentrasi bahan antimikroba essential oil nanoemulsions, rosemary essential oil
maka nilai ketebalan edible film akan meningkat. nanoemulsions, lavender essential oil, ekstrak
Korelasi positif yang dihasilkan dari analisis etanol kunyit, dan zanthoxylum bungeanum
menunjukkan bahwa bahan-bahan antimikroba essential oil. Bahan antimikroba tersebut
yang digunakan serta semakin meningkatnya mengandung senyawa aktif seperti a-sitronelal,
konsentrasi bahan antimikroba yang ditambahkan linalool (Putra et al., 2017), eugenol, geraniol,
maka semakin meningkat pula ketebalan edible sitronelal, kariofilen (Nurcholis et al., 2019),
film yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan cineol dan α-pinena (Muzdalifah et al., 2021),
bertambahnya jumlah total padatan di dalam kurkumin, senyawa fenolik, dan lainnya. Senyawa
larutan edible film. Peningkatan jumlah total aktif tersebut umumnya larut dalam pelarut polar
padatan di dalam larutan menyebabkan polimer- termasuk air namun memiliki kelarutan yang kecil
polimer penyusun matriks pada edible film juga dalam air (Robinson, 1991).
semakin meningkat akibat terisinya rongga-rongga Kelarutan dipengaruhi oleh sifat hidrofilik dan
matriks oleh molekul bahan antimikroba dan bahan hidrofobik bahan. Sebagian besar minyak atsiri
penyusun film lainnya (Muin et al., 2017). termasuk dalam golongan senyawa organik terpena
Ketebalan merupakan sifat fisik edible film dan terpenoid yang bersifat sukar larut dalam air
yang menentukan sifat - sifat lainnya seperti kuat atau non polar. Kelarutan akan semakin tinggi jika
tarik, elongasi dan kemampuan menahan transmisi nilai hidrofiliknya tinggi, dan akan semakin rendah
uap air. Semakin tebal edible film maka sifat jika nilai hidrofobiknya tinggi (Muin et al., 2017).
barrier atau kemampuan menahan migrasi uap air Nilai kelarutan yang rendah dikarenakan
lebih kuat karena strukturnya lebih rapat. kemampuan hidrofobik bahan antimikroba dapat
Sedangkan kuat tariknya semakin kecil karena menurunkan gugus hidroksil pada edible film.
ketebalan berposisi sebagai pembagi dari tegangan Minyak atsiri mengandung senyawa yang tersusun
maksimum pada rumus untuk mencari kuat tarik. dari rantai karbon yang bersifat hidrofobik
Elongasinya justru meningkat karena elongasi sehingga semakin banyak rantai karbon pada edible
selalu berkebalikan dengan kuat tarik (Hasdar et film maka akan semakin sulit untuk larut dalam air
al., 2011). Namun, jika terlalu tebal akan (Putra et al., 2017). Nilai kelarutan yang rendah
memengaruhi penampilan dan rasa serta tekstur menunjukkan bahwa edible film tersebut paling
produk pangan saat dikonsumsi (Yulianti dan bagus karena sangat berperan ketika film tersebut
Ginting, 2012). dikemas untuk produk yang dapat dimakan.
d. Elongasi mempengaruhi ikatan kohesi antar polimer yang
Persen pemanjangan atau persen elongasi semakin kecil dan film yang terbentuk akan
adalah salah satu sifat mekanik dari edible film menjadi lebih lunak sehingga edible film yang
dengan mengukur perubahan panjang maksimum dibentuk akan mudah terputus dan nilainya menjadi
yang dialami edible film hingga sobek atau suatu menurun (Jacoeb et al., 2014).
keadaan dimana edible film patah setelah
mengalami peregangan. Kriteria edible film yang e. Kuat Tarik
baik adalah memiliki persen pemanjangan yang Kuat tarik merupakan tarikan maksimal yang
tinggi, karena hal ini akan mempengaruhi kekuatan dapat ditahan oleh film selama pengukuran
edible film terhadap kontak fisik dengan benda lain berlangsung sampai film mulai terputus (Diova et
sehingga tidak mudah sobek dan bahan yang al., 2013). Film dengan nilai kuat tarik paling
dilapisi menjadi tahan lama. tinggi diharapkan dapat menahan kerusakan fisik
Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Tabel maksimal, sehingga kerusakan yang akan diterima
4 dari 13 artikel penelitian, menunjukkan bahwa produk menjadi minimal.
antara jenis bahan antimikroba dan karakteristik Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Tabel
elongasi memiliki kekuatan hubungan yang rendah 4 dari 8 artikel penelitian, menunjukkan bahwa
dengan nilai korelasi – 0,358. Hasil analisis antara jenis dan konsentrasi bahan antimikroba
korelasi Pearson diperoleh nilai p-value = 0,004 terhadap karakteristik kuat tarik memiliki kekuatan
lebih kecil dari taraf 5%, artinya terdapat hubungan hubungan yang sangat rendah dengan nilai korelasi
yang signifikan antara jenis bahan antimikroba – 0,151 dan – 0,048. Hasil analisis korelasi
dengan karakteristik elongasi edible film. Hasil Pearson diperoleh nilai p-value = 0,417 dan 0,799
korelasi antara konsentrasi bahan antimikroba dan lebih besar dari taraf 5%, artinya terdapat
karakteristik elongasi memiliki kekuatan hubungan hubungan antara jenis dan konsentrasi bahan
yang sangat rendah dengan nilai korelasi – 0,162. antimikroba dengan karakteristik kuat tarik edible
Hasil analisis korelasi diperoleh nilai p-value 0,209 film namun hubungan yang dihasilkan tidak
lebih besar dari taraf 5%, artinya terdapat signifikan. Jenis dan konsentrasi bahan antimikroba
hubungan antara konsentrasi bahan antimikroba terhadap kuat tarik memiliki hubungan yang
terhadap karakteristik elongasi namun hubungan berlawanan, ditunjukkan dengan nilai korelasi yang
yang dihasilkan tidak signifikan. Jenis dan bernilai negatif. Artinya, penggunaan bahan dan
konsentrasi bahan antimikroba terhadap elongasi semakin tinggi konsentrasi bahan antimikroba
memiliki hubungan yang berlawanan, ditunjukkan maka akan menurunkan nilai dari kuat tarik edible
dengan nilai korelasi yang bernilai negatif. Artinya, film.
penggunaan bahan dan semakin tinggi konsentrasi Penurunan nilai kuat tarik seiring dengan
bahan antimikroba maka akan menurunkan nilai peningkatan konsentrasi bahan antimikroba
dari elongasi edible film. disebabkan oleh reduksi interaksi intermolekuler
Hasil analisis korelasi menunjukkan penurunan rantai polimer yang dapat menurunkan kemantapan
nilai elongasi film akibat penggunaan bahan dan sistem dispersi padatan sehingga matriks film yang
peningkatan konsentrasi bahan antimikroba. Hal ini terbentuk semakin sedikit (Rodriguez et al., 2006).
dapat disebabkan karena senyawa antimikroba Selain itu, semakin banyaknya konsentrasi bahan
dapat meningkatkan total padatan terlarut yang antimikroba yang ditambahkan sementara jumlah
dapat memperkokoh matriks film. Matriks film padatan dalam larutan tetap, maka semakin kecil
yang rapat dapat menurunkan elastisitas film. Hal persentase pati dalam larutan. Kadar amilosa yang
ini juga sesuai dengan penelitian Kusumawati dan tinggi pada pati memiliki kemampuan membentuk
Putri (2013), dimana penambahan ekstrak temu gel yang kokoh, pembentukan gel merupakan hasil
hitam menurunkan nilai elongasi dikarenakan penggabungan polimer-polimer pati setelah
perasan temu hitam masih mengandung total terjadinya proses pemanasan atau retrogradasi
padatan terlarut yang memperkokoh matriks film. (Putra, 2014).
Jacoeb et al., (2014) juga berpendapat bahwa Menurunnya nilai kuat tarik seiring dengan
peningkatan total padatan terlarut dapat peningkatan konsentrasi bahan antimikroba
mengakibatkan ruang antar polimer akan semakin menunjukkan bahwa bahan antimikroba dapat
terisi sehingga mengurangi gerakan molekul menyebabkan melemahnya ikatan hidrogen pada
polimer yang akhirnya menaikkan suhu transisi matriks intermolekuler dan terputusnya ikatan
gelas (perubahan dari liquid menjadi bentuk solid). amilosa (Sari et al., 2013). Putusnya ikatan amilosa
Apabila suhu transisi gelas meningkat polimer menyebabkan kerusakan pada jaringan gel edible
yang terbentuk akan semakin kaku, hal ini akan film sehingga kekuatan tarik film menurun. Hal ini
menyebabkan film tidak fleksibel dan mudah patah didukung oleh Moghimi., et al (2017) yang
saat mengalami peregangan. menyatakan bahwa penambahan minyak atsiri
Minyak atsiri merupakan salah satu bentuk menyebabkan terbentuknya jarak antara ikatan
plasticizer (Paramawati, 2001). Penambahan rantai polimer. Ikatan antara polimer-minyak atsiri
plasticizer yang semakin banyak akan lebih lemah dibandingkan dengan ikatan polimer-
polimer, sehingga penambahan minyak atsiri akan yang semakin tinggi akan meningkatkan sifat
menyebabkan kekuatan tarik menjadi menurun. adhesive antara molekul dari minyak atsiri
sehingga jumlah air yang terikat dengan senyawa
f. Kadar Air polisakarida akan mengalami penurunan yang
Kadar air edible film sangat mempengaruhi menyebabkan kadar airnya semakin rendah
kualitas edible film yang dihasilkan. Kadar air yang (Wiramukti, 2012).
tinggi dapat membuat edible film menjadi lebih
mudah rusak, menjadi sarana berkembangnya g. Aktivitas Antimikroba
mikroorganisme, selain itu juga dapat Analisis aktivitas antimikroba edible film
menyebabkan sifat elastisitas dan plastisitasnya merupakan salah satu faktor yang penting untuk
berkurang. Kadar air suatu edible film merupakan dilakukan karena untuk mengetahui seberapa besar
standar mutu yang penting untuk menentukan senyawa yang terdapat pada bahan antimikroba
kualitas edible film yang dihasilkan (Diova et al., dalam menghambat pertumbuhan mikroba perusak
2013). pada produk pangan. Aktivitas antimikroba
Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Tabel tersebut dapat diketahui dengan adanya atau
4 dari 7 artikel penelitian, menunjukkan bahwa terbentuknya zona bening atau zona hambat pada
antara jenis dan konsentrasi bahan antimikroba edible film.
terhadap karakteristik kadar air memiliki kekuatan Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Tabel
hubungan yang sangat rendah dengan nilai korelasi 4 dari 10 artikel penelitian untuk antimikroba
– 0,112 dan – 0,091. Hasil analisis korelasi E.coli dan 8 artikel penelitian untuk antimikroba
Pearson diperoleh nilai p-value = 0,569 dan 0,646 S.aureus, menunjukkan bahwa antara jenis dan
lebih besar dari taraf 5%, artinya terdapat konsentrasi bahan antimikroba terhadap aktivitas
hubungan antara jenis dan konsentrasi bahan antimikroba pada bakteri E. coli memiliki kekuatan
antimikroba dengan karakteristik kadar air edible hubungan yang rendah dengan nilai korelasi jenis
film namun hubungan yang dihasilkan tidak bahan antimikroba yaitu 0,180 dan 0,016 serta nilai
signifikan. Jenis dan konsentrasi bahan antimikroba korelasi konsentrasi bahan antimikroba yaitu 0,335
terhadap kadar air memiliki hubungan yang dan 0,219. Hasil analisis korelasi Pearson
berlawanan, ditunjukkan dengan nilai korelasi yang diperoleh nilai p-value pada konsentrasi bahan
bernilai negatif. Artinya, penggunaan bahan dan antimikroba terhadap e.coli yaitu 0,020 lebih kecil
semakin tinggi konsentrasi bahan antimikroba dari taraf 5%, artinya terdapat hubungan yang
maka akan menurunkan nilai dari kadar air edible signifikan, sedangkan nilai p-value untuk jenis
film. bahan antimikroba terhadap e.coli serta jenis dan
Kadar air berpengaruh terhadap sifat mekanik konsentrasi bahan antimikroba terhadap bakteri
dan aktivitas antimikroba dari edible film. Semakin s.aureus yaitu 0,222; 0,922; dan 0,164 lebih besar
besar kadar air ketebalan semakin besar, persen dari taraf 5%, artinya terdapat hubungan namun
elongasi semakin besar, dan nilai kuat tarik hubungan yang dihasilkan tidak signifikan. Jenis
semakin rendah. Gontard., et al (1993) melaporkan bahan antimikroba dan aktivitas antimikroba pada
bahwa air merupakan plasticizer yang paling bakteri E.coli dan S.aureus memiliki hubungan
efektif untuk hydrokoloid, akan tetapi tidak stabil yang searah, ditunjukkan dengan nilai korelasi
karena sangat tergantung pada kondisi RH ruangan. yang bernilai positif. Artinya, penggunaan bahan
Hasil analisis korelasi yang menyatakan bahwa dan semakin tinggi konsentrasi bahan antimikroba
semakin meningkatnya konsentrasi bahan maka akan meningkatkan nilai dari aktivitas
antimikroba maka kadar air edible film akan antimikroba pada bakteri E. coli dan S. aureus.
menurun menunjukkan hasil yang sesuai dengan Bahan antimikroba yang digunakan dalam
salah satu penelitian yang dilakukan oleh artikel penelitian tersebut antara lain yaitu minyak
Karyantina., et al (2021), dimana peningkatan atsiri daun jeruk purut, clove essential oil, olive
konsentrasi ekstrak kayu manis yang ditambahkan extract, lavender essential oil, ekstrak daun
dalam larutan edible film pati sukun menyebabkan belunta, ginger essential oil, Zataria multiflora
menurunnya kadar air film walaupun secara essential oil, Bonium persicum essential oil,
statistik tidak berbeda nyata. ekstrak kenikir serta cinnamon oil dan sodium
Edible film yang telah ditambahkan bahan bentonite nanoclay. Masing-masing bahan tersebut
antimikroba baik berupa minyak atsiri akan mengandung senyawa antimikroba berupa a-
memiliki gugus hidroksil lebih sedikit karena telah sitronelal, linalool (Putra et al., 2017), eugenol
tergantikan oleh gugus hidrofobik dari bahan (Lestari, 2017), oleuropein (Bisignano et al., 1999),
antimikroba tersebut. Menurut Guenther (1996), linalool dan linalil (Sokovic et al., 2007), fenol
minyak atsiri bersifat hidrofobik karena minyak hidrokuinon, tannin, dan alkaloid (Ardiansyah,
atsiri mengandung senyawa terpen berantai karbon 2003), gingerol, shogaol, dan zingeron (Winarti
panjang sehingga kemampuan mengikat airnya dan Nurdjanah, 2005), Thymol, carvacrol,
kecil dan menyebabkan nilai kadar airnya menurun. cuminaldehyde, gamma terpinene, dan paracymene
Konsentrasi minyak atsiri atau bahan antimikroba (Aminzare et al., 2017), fenol, flavonoid, tannin,
dan saponin (Lutpiatina et al., 2017), serta negatif. Dinding sel bakteri gram negatif terdiri
sinamaldehid (Daud et al., 2013). Menurut atas satu atau lebih lapisan peptidoglikan yang tipis
Harborne (1987), sebagian besar senyawa dan membran di bagian luar lapisan peptidoglikan,
antibakteri yang berasal dari tumbuhan diketahui sedangkan Staphylococcus aureus merupakan
merupakan metabolit sekunder yang teridentifikasi golongan bakteri gram positif yang dinding selnya
sebagai golongan fenolik dan terpenoid dalam terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang
fraksi minyak atsiri. membentuk struktur yang tebal dan kaku serta
Ukuran zona hambatan dipengaruhi oleh mengandung substansi dinding sel yang disebut
kepadatan atau viskositas dari media biakan, asam teikoat (Radji, 2011). Karena hanya
kecepatan difusi antimikroba, konsentrasi mengandung sedikit lapisan peptidoglikan dan
antimikroba, sensitifitas organism antimikroba, dan tidak mengandung asam teikoat, maka dinding sel
interaksi antimikroba dengan media (Putri, 2018). bakteri gram negative lebih rentan terhadap
Senyawa antimikroba yang terdapat pada bahan- perlakuan fisik seperti pemberian antibiotik atau
bahan tersebut menyebabkan kerusakan sel bakteri bahan antibakteri lainnya (Mpila et al., 2012).
dengan beberapa cara. Secara umum mekanisme
kerja antimikroba dalam menghambat mikroba IV. KESIMPULAN DAN SARAN
adalah: (1) bereaksi dengan membran sel, (2)
inaktivasi enzim esensial, dan (3) mendekstruksi a. Kesimpulan
atau menginaktivasi fungsi dari materi genetik Berdasarkan hasil penelitian yang telah
(Davidson & Naidu, 2000). Menurut Pelczar dan dilakukan dapat disimpulkan bahwa antara jenis
Chan (1986), senyawa antimikroba dapat dan konsentrasi bahan antimikroba terhadap
digunakan untuk menghambat pertumbuhan karakteristik wvtr, ketebalan dan kelarutan
mikroba atau membunuh mikroba dengan memiliki korelasi yang sedang atau cukup, antara
mekanisme berupa perusakan dinding sel dengan jenis dan konsentrasi bahan antimikroba terhadap
cara menghambat proses pembentukannya atau karakteristik elongasi memiliki korelasi yang
menyebabkan lisis pada dinding sel yang sudah rendah, serta antara jenis dan konsentrasi bahan
terbentuk, dan perubahan permeabilitas membran antimikroba terhadap karakteristik kuat tarik, kadar
sitoplasma sehingga terjadi kebocoran nutrisi dari air, dan aktivitas antimikroba pada bakteri E.coli
dalam sel. Dengan rusaknya membran sitoplasma dan S.aureus memiliki korelasi yang sangat rendah.
akan menyebabakan terhambatnya pertumbuhan Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan
atau matinya sel. bahwa kualitas edible film yang telah dilakukan
Daya hambat yang tidak signifikan atau pada beberapa penelitian masih tergolong kecil
korelasi yang masih lemah/rendah pada bakteri untuk dapat digunakan sebagai kemasan aktif pada
E.coli dan S. aureus dapat disebabkan oleh produk pangan berdasarkan nilai korelasi pada
beberapa kemungkinan yang terjadi, seperti masing-masing karakteristik film.
kurangnya daya difusi ekstrak ke dalam media.
Proses difusi ekstrak dapat dipengaruhi oleh faktor b. Saran
pengenceran. Semakin tingginya konsentrasi Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan
ekstrak maka semakin rendah kelarutan (mengental literatur yang lebih banyak dan bervariasi dengan
seperti gel), sehingga hal ini dapat memperlambat teknik analisis korelasi yang berbeda, sehingga
difusi bahan aktif ekstrak ke dalam media dan didapatkan lebih banyak referensi mengenai
akhirnya dapat mengurangi kemampuan ekstrak hubungan antara jenis bahan antimikroba dan
dengan konsentrasi tinggi dalam menghambat karakteristik film serta pengaruhnya pada kualitas
pertumbuhan bakteri (Handajani & Purwoko, edible film sebagai kemasan aktif.
2008). Dinding bakteri terdiri dari lipoprotein yang
mengandung molekul protein yaitu porin dan V. DAFTAR PUSTAKA
lipopolisakarida. Porin inilah yang bersifat
hidrofilik, sedangkan ekstrak bersifat hidrofobik. Amaliya, Riza Rizki., dan Widya Dwi Rukmi Putri.
Karena perbedaan sifat inilah, molekul komponen 2014. Karakteristik Edible Film dari Pati
ekstrak menjadi lebih sulit masuk ke dalam bakteri Jagung dengan Penambahan Filtrat Kunyit
(Widyasanti et al., 2015). Putih sebagai Antibakteri. Jurnal Pangan dan
Aktivitas bahan antimikroba lebih efektif Agroindustri. Jurusan Teknologi Hasil
menghambat pertumbuhan E.coli dibandingkan S. Pertanian, FTP, Universitas Brawijaya.
aureus, hal tersebut berarti bahwa E.coli memiliki
sensitivitas lebih tinggi terhadap senyawa Aminzare, Majid., Mohammad Hashemi., Hassan
antimikroba pada bahan-bahan tersebut Hassanzadazar., Elham Amiri., and Zahra
dibandingkan S. aureus. Perbedaan sensitivitas Abbasi. 2017. Antibacterial Activity of Corn
tersebut tergantung dari ketebalan dan komposisi Starch Films Incorporated with Zataria
dinding sel dari kedua jenis bakteri tersebut. Multiflora and Bonium persicum Essential
Escherichia coli merupakan golongan bakteri gram
Oils. Annual Reasearch and Review in Pati Ganyong dengan Penambahan Filtrat
Biology. Iran : University of Medical Science. Gambir (Uncaria gambir Roxb) dan Ekstrak
Kenikir (Cosmos caudatus) Prosiding
Anandito, R. Baskara Katri., Edhi Nurhartadi., dan Seminas Nasional Lahan Suboptimal. Prodi
Akhmad Bukhori. 2012. Pengaruh Gliserol Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Terhadap Karakteristik Edible Film Berbahan Pertanian, Universitas Sriwijaya.
Dasar Tepung Jali (Coix lacryma-jobi L.).
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. Program Fatnasari, Anjani., Komang Ayu Nocianitri., dan I
Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Putu Suparthana. 2018. Pengaruh Konsentrasi
Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Gliserol terhadap Karakteristik Edible Film
Pati Ubi Jalar (Ipomea Batatas L.). Scientific
Anwar, Reskiati Wiradhika. 2019. Pengaruh Journal of Food Technology. Bali: Program
Perbedaan Penerapan Metode Inkorporasi Studi Ilmu dan Teknolgi Pangan, Fakultas
Bahan Aktif Terhadap Stabilitas dan Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.
Efektivitas Film Antimikroba. Agroindustrial
Technology Journal. Jurusan Teknologi Hasil Gontard, N., Guilbert, S., and Cuq, J.L. 1993.
Pertanian, Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Water and Glyserol as Plasticizer Affect
Peternakan, Universitas Sembilan Belas Mechanical and Water Barrier Properties at
November. an Edible Wheat Gluten Film. J. Food
Science. 58 (1): 206-211.
Apriani, Y. 2020. Pengaruh Penambahan Asam
Palmitat Pada Karakteristik Edible Film Dari Guenther, E. 1996. Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta:
Tepung Pati Biji Melinjo (Gnetum gnemon L.) Universitas Indonesia.
sebagai Penghambat Laju Transmisi Uap Air.
Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta. Handajani, N.S., dan Purwoko, T. 2008. Aktivitas
Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga)
Ardiansyah., Nuraida, L., dan Andarwulan, N. terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus spp.
2003. Aktivitas Antimikroba Daun Beluntas Penghasil Aflatoksin dan Fusarium
(Pluchea indica Less) dan Stabilitas moniliforme. BIODEVERSITAS. 9(3):161-
Aktivitasnya pada berbagai Konsentrasi 164.
Garam dan Tingkat pH. Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan, XIV(2): 90-97. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun
Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Bisignano, G., Tomaino A., Lo Cascio R., Crisafi Bandung: Penerbit ITB.
G., Ucella N., and Saija A. 1999. On the In-
Vitro Antimicrobial Activity of Oleuropein Hasdar, M., Erwanto, Y., dan Triatmojo, S. 2011.
and Hydroxytyrosol. Journal of Pharmacy Karakteristik Edible Film yang Diproduksi
and Pharmacology, 51(8): 971-974. dari Kombinasi Gelatin Kulit Kaki Ayam dan
Soy Protein Isolate. Buletin Peternakan. 35(3)
Daud, F., et al. 2013. A Study of Antibacterial : 188-196.
Effect of Some Selected Essential Oils and
Medicinal Herbs Against Acne Causing Ilah, Fina Mahabbatul. 2015. Pengaruh
Bacteria. International Journal of Penambahan Ekstrak Etanol Daun Salam
Pharmaceutical Science Invention, 27-34. (Eugenia polyantha) dan Daun Beluntas
(Pluchea indicaLess) Terhadap Sifat Fisik,
Davidson, P. M., dan A. S. Naidu. 2000. Aktivitas Antibakteri dan Aktivitas
Antimicrobials in Food: Phyto-phenols. Antioksidan pada Edible Film Berbasis Pati
Marcel Dekker. Jagung. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Diova, Delya Arsi., YS. Darmanto., dan Laras Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Rianingsih. 2013. Karakteristik Edible Film
Komposit Semirefined Karaginan dari Iriani, E.S., S.M. Widayanti., Miskiyah., dan
Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Juniawati. 2014. Pengaruh Ekstrak Bawang
Beeswax. Jurnal Pengolahan dan Putih Terenkapsulasi terhadap Karakteristik
Bioteknologi Hasil Perikanan. Jurusan Kemasan Antimikroba. Jurnal Kimia dan
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kemasan. Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Kelautan, Universitas Diponegoro. Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Fahlevi, Reza., Budi Santoso., dan Gatot Priyanto. Jacoeb AM., Nugraha R., dan Utari SPSD. 2014.
2019. Karakteristik Edible Film Fungsional Pembuatan Edible Film dari Pati Buah Lindur
dengan Penambahan Gliserol dan Karaginan. Mpila, Deby A., Fatimawali., dan Weny I. Wiyono.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan 2012. Antibacterial Activity Test of Ethanol
Indonesia. 17(1):14–21. Extract of Mayana Leaf (Coleus
Atropurpureus [L] Benth) on Staphylococcus
Karyantina, Merkuria., Nanik Suhartatik., dan Fajar Aureus, Escherichia Coli and Pseudomonas
Eko Prastomo. 2021. Potensi Ekstrak Kayu Aeruginosa In In-Vitro. Pharmacon. 1(1): 15-
Manis (Cinnamomum burmannii) sebagai 20.
Senyawa Antimikrobia pada Edible Film Pati
Sukun (Artocarpus communis). Jurnal Muin, Roosdiana., Diah Anggraini., dan Folita
Teknologi Hasil Pertanian. Prodi Teknologi Malau. 2017. Karakteristik Fisik dan
Hasil Pertanian, Universitas Slamet Riyadi. Antimikroba Edible Film dari Tepung
Tapioka dengan Penambahan Gliserol dan
Katili, S., B. T. Harsunu., dan S. Irawan. 2013. Kunyit Putih. Jurnal Teknik Kimia. Jurusan
Pengaruh Konsentrasi Plasticizer Gliserol dan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Komposisi Khitosan dalam Zat Pelarut Sriwijaya.
Terhadap Sifat Fisik Edible Film dari
Khitosan. Jurnal Teknologi 6 (1): 29–38. Mulia, W. Apriliyanti., dan Ardiansyah. 2016.
Pabrikasi Edible Film dari Carboxy Methil
Knoll, T., Omar MI., Maclennan S., Hernandez V., Cellulose (CMC) dan Minyak Jahe sebagai
Canfield S., Yuan Y., Bruins Marconi., Upaya Peningkatan Umur Simpan Roti.
Poppel HV., N’Dow J., and Sylvester R. Jurnal Ilmiah INOVASI. Program Studi
2018. Key steps in conducting systematic Teknologi Industri Pangan, Teknologi
reviews for underpinning clinical practice Pertanian, Politeknik Negeri Jember.
guideline: methodology of the European
association of urology. European Urology. Muzdalifah., Aulia Fikri Hidayat., dan Ratih
290–300. Aryani. 2021. Studi Literatur Pembuatan dan
Karakteristik Nanoemulsi yang Mengandung
Kusumawati, Dyah Hayu., dan Widya Dwi Rukmi Minyak Atsiri dan Potensinya sebagai
Putri. 2013. Karakteristik Fisik dan Kimia Antibakteri. Prosiding Farmasi. Prodi
Edible Film Pati Jagung yang Diinkorporasi Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Islam
dengan Perasan Temu Hitam. Jurnal Pangan Bandung.
dan Agroindustri. Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Universitas Brawijaya. Nasution, Reni Silvia. 2015. Berbagai Cara
Penanggulangan Limbah Plastik. Journal of
Lestari, Widya Citra. 2017. Efek Antibakteri Uap Islamic Science and Technology. Prodi Kimia,
Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Syzygium UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia.
aromaticum L.) terhadap Pertumbuhan
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Nurcholis, Waras., Mira Takene., Ratna Puspita.,
dengan Metode Gaseous Contact. Skripsi. Lisnawati Tumanggor., Eka Nurul
Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Qomaliyah., dan Muhammad Maftuchin
Islam Indonesia. Sholeh. 2019. Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Sereh Wangi (Cymbopogon nardus)
Lutpiatina, Leka., Nur Rizqi Amaliah., dan Ratih Terhadap Escherichia coli dan
Dewi Dwiyanti. 2017. Daya Hambat Ekstrak Staphylococcus aureus. Journal Curr.
Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) Biochem. Departemen Biokimia, IPB.
terhadap Staphylococcus aureus. jurusan
Analisis Kesehatan, Poltekes Kemenkes, Paramawati R. 2001. Kajian Fisik dan Mekanik
Banjarmasin. Terhadap Karakteristik Film Kemasan
Organik Dari Zein Jagung [disertasi].
Misbahuddin., dan Iqbal Hasan. 2013. Analisis Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT. Bogor.
Bumi Aksara.
Pelczar, Michael J., dan Chan, E. C. S. 1986.
Moghimi, R., A. Aliahmadi., and H. Rafati. 2017. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.
Antibacterial Hydroxypropyl Methyl Cellulose
Edible Film Containing Nanoemulsions of Putra, Agung Suryadi Pratama., Akhyar Ali., dan
Thymus daenensis Essential Oil for Food Raswen Efendi. 2017. Karakteristik Edible
Packaging. Vol 175. Elsevier Ltd. Film Pati Tapioka dengan Penambahan
Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut sebagai
Antibakteri. Jurnal Sagu. Pekanbaru: Program
Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Carageenan dengan Penambahan Minyak
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Atsiri Lengkuas Merah (Alpinia purpurata).
Universitas Riau. J. Peng & Biotek. Program Studi Teknologi
Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas
Putra, I Nengah Kencana. 2014. Potensi Ekstrak Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Tumbuhan sebagai Pengawet Produk Pangan. Diponegoro.
Jurnal Media Ilmiah Teknologi Pangan.
Program Magister Ilmu dan Teknologi Sokovic, M., Marin, P.D., Brkic, D., & van
Pangan, Program Pascasarjana, Universitas Griensven, L.J.L.D. 2007. Chemical
Udayana. Composition and Antibacterial Activity of
Essential Oils of Ten Aromatic Plants Against
Putri, Sumaya Yulia. 2018. Pengaruh Konsentrasi Human Pathogenic Bacteria. Global Science
Plasticizer Sorbitol terhadap Sifat Fisik dan Books.
Mekanik Edible Film Berbasis Protein
Sorgum Manis. Skripsi. Fakultas MIPA, ITB. Supeni, Guntarti., Agustina Arianita
Cahyaningtyas., dan Anna Fitrins. 2015.
Radji, M. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Karakteristik Sifat Fisik dan Mekanik
Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran. Jakarta: Penambahan Kitosan pada Edible Film
Buku Kedokteran EGC. Karagenan dan Tapioka Termodifikasi. Jurnal
Kimia Kemasan. jakarta Timur: Balai Besar
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Kimia dan Kemasan, Kementerian
Obat Tinggi. Bandung: ITB. Perindustrian.

Rodriguez, M., O. Javier., Z. Khalid., dan M. Juan. Syaichurrozi, Iqbal., Netty Handayani., dan Dyah
2006. Combined Effect of Plastizer and Hesti Wardhani. 2012. Karakteristik Edible
Surfactants on the Physical Properties of Film dari Pati Ganyong (Canna edulis Kerr.)
Starch Based Edible Film. Journal of Food Berantimikroba. Jurnal Teknologi Kimia dan
Research International, 39: 840-846. Industri. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro.
Santoso, Budi., Filli Pratam., Basuni Hamzah., dan
Rindit Pambayun. 2012. Perbaikan Sifat Tomara, A. 2019. Pengaruh Konsentrasi Minyak
Mekanik dan Laju Transmisi Uap Air Edible Cengkeh Terhadap Karakteristik Edible Film
Film dari Pati Ganyong Termodifikasi dengan Dari Pati Uwi (Dioscorea Alata). Fakultas
Menggunakan Lilin Lebah dan Surfaktan. Teknologi Pertanian, Universitas Jambi.
Jurnal AGRITECH. Program Doktor Bidang
Ilmu-Ilmu Pertanian, Program Pascasarjana, Utami, Rohula., Edhi Nurhathadi., dan Andre
Universitas Sriwijaya. Yusuf Trisna Putra. 2013. Pengaruh
Penambahan Minyak Atsiri Kunyit Putih
Santoso, Budi., Herawati., dan Gatot Priyanto. (Kaempferia rotunda) pada Edible Film Pati
2018. Karakteristik Edible Film dengan Tapioka Terhadap Aktivitas Antimikroba dan
Penambahan Filtrat Gambir (Uncaria gambir Sensoris. Jurnal Teknosains Pangan. Jurusan
Roxb) dan Filtrat Daun Pepaya (Carica Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
papaya L.). Jurnal Prosiding Seminar Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
Nasional Lahan Suboptimal 2018,
Palembang. Program Studi Teknologi Hasil Utami, Rohula., Lia Umi Khasanah., Katut Kompi
Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Yuniter., dan Godras Jati Manuhara. 2017.
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Pengaruh Oleoresin Daun Kayu Manis
(Cinnamomun burmanii) Dua Tahap terhadap
Sari, Ratna Paramitha., Septia Tri Wulandari., dan Karakteristik Edible Film Tapioka. Journal of
Dyah Hesti Wardhani, ST, MT, Ph.D. 2013. Suistainable Agriculture. Program Studi Ilmu
Pengaruh Penambahan Ekstrak Bawang Putih dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian,
(Allium sativum) terhadap Karakteristik Universitas Sebelas Maret.
Edible Film Pati Ganyong (Canna edulis
Kerr.). Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Warkoyo., Budi Rahardjo., Djagal Wiseso
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Marseno., dan Joko Nugroho Wahyu Karyadi.
Universitas Diponegoro. 2014. Sifat Fisik, Mekanik, dan Barrier
Edible Film Berbasis Pati Umbi Kimpul
Sholehah, Meivi Mar’atus., Widodo Farid Ma’ruf., (Xanthosoma sagittifolium) yang
dan Romadhon. 2016. Karakteristik dan Diinkorporasi dengan Kalium Sorbat. Journal
Aktivitas Antibakteri Edible Film dari Refined
Agritech. Jurusan Ilmu dan Teknologi
Pangan, Universitas Muhammadiyah Malang.

Widyasanti, A., Hajar, S., dan Rohdiana, D. 2015.


Aktivitas Antibakteri Ekstrak Teh Putih
(Camellia sinensis) terhadap Bakteri Gram
Positif dan Gram Negatif. Jurnal Penelitian
Teh dan Kina. Vol 18 (1), hal 55-60.

Winarti, C., dan Nurdjanah, N. 2005. Peluang


Tanaman Rempah dan Obat Sebagai Sumber
Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian,
24(2), 47- 55.

Wiramukti, A. 2012. Pemanfaatan Pigmen


Antosianin Ekstrak Murbei (Morus alba)
sebagai Agen Biosensor dalam Pembuatan
Pengemas Edible Film Pendeteksi Kerusakan
Sosis melalui Indikator pH. Skripsi. Malang:
Universitas Brawijaya.

Wu, Jiulin., Xinyu Sun., Xiaoban Guo., Shangying


Ge., and Qiqing Zhang. 2017.
Physicochemical properties, antimicrobial
activity and oil release of fish gelatins film
incorporated with cinnamon essential oil.
Aquaculture and Fisheries Journal. China:
Institute of Biomedical and Pharmaceutical
Technology, Fuzhou University.

Yulianti, R., dan E. Ginting. 2012. Perbedaan


Karakteristik Fisik Edible Film dari Umbi-
Umbian yang Dibuat dengan Penambahan
Plasticizer. Balai Penelitian Tanaman
Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian.
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 31(2):
131-136.

Anda mungkin juga menyukai