Anda di halaman 1dari 8

Memilih sekolah terbaik untuk anak, tidak cukup hanya melihat fasilitas dan kurikulum

pendidikan yang digunakan. Kantin sekolah kini juga menjadi salah satu perhatian banyak
Superparents di Indonesia. Maklum saja, banyak orangtua yang nggak sempat menyiapkan bekal
sarapan maupun makan siang untuk Superkids. Solusinya adalah dengan memberi uang saku
untuk membeli makanan yang tersedia di kantin sekolah.

Masalahnya, nggak semua kantin sekolah menyediakan makanan sehat. Badan Pengelola Obat
dan Makanan (BPOM) pun melakukan pengawasan ketat untuk memantau jajanan yang
dikonsumsi anak di sekolah. Beberapa sekolah yang terbukti menerapkan kriteria kantin sehat itu
mendapat penghargaan Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah. Apa saja kriteria
kantin sekolah sehat versi BPOM?

1. Tidak menjual makanan yang mengandung cemaran mikroba. Makanan-makanan ini


tidak sehat dikonsumsi karena bisa menyebabkan infeksi dan keracunan pada anak-anak
maupun orang dewasa.
2. Tidak menyediakan makanan maupun minuman berwarna cerah mencolok. Makanan dan
minuman seperti ini dikhawatirkan menggunakan bahan pewarna kimia yang berbahaya
untuk kesehatan.
3. Tidak menyediakan makanan yang keras atau gosong. Makanan seperti ini juga tidak
tergolong makanan sehat karena berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal dan kanker.
4. Melatih siswa untuk selalu mengecek label kemasan sebelum membeli. Perhatikan
tanggal kadaluarsa makanan dan minuman. Bila expired, jangan dikonsumsi karena dapat
mengakibatkan keracunan.
5. Memiliki tempat cuci tangan. Idealnya, di depan setiap kelas harus ada wastafel. Kantin
pun perlu menyediakan tempat cuci tangan agar siswa bisa membersihkan tangan dari
kuman-kuman yang menempel, sebelum mengonsumsi makanan.

Selain lima kriteria di atas, masih ada ciri kantin sehat lain yang harus diperhatikan. Ciri-ciri ini
meliputi sarana dan prasarana kantin, serta pola hidup sehat yang dijalankan pengelolanya. Yaitu
sumber air bersih, tempat penyimpanan, tempat pengolahan, tempat penyajian dan ruang makan,
fasilitas sanitasi, perlengkapan kerja dan tempat pembuangan limbah.

Dalam pembinaan dan sosialisasi yang dilakukan BPOM ke sekolah-sekolah di seluruh


Indonesia, bahkan cara penyimpanan uang di kasir pun ikut menjadi perhatian. Maklum saja
karena uang merupakan sumber kontaminasi mikroba yang sering tidak disadari. Tempat
penyimpanan uang harus berada jauh dari etalase atau display pangan siap saji. Selain itu, orang
yang menerima pembayaran tidak merangkap sebagai pengolah maupun penyaji makanan, agar
tidak terjadi pemindahan mikroba melalui uang.
Berikut beberapa syarat yang dituntut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelum
memberikan piagam bintang atau gelar kantin sehat, antara lain:

1. Tidak menjual jajan yang tidak memenuhi kualifikasi sehat, seperti yang mengandung zat
berbahaya atau mikroba.

2. Higienis dan sanitasi

Kantin harus bersih, bisa dilihat secara kasat mata. Bila si pemilik sudah batuk-batuk sebaiknya hati-hati.

Peralatanan juga diperhatikan. Makanan yang matang dan mentah harus dipisahkan. Pisau harus bersih,
setelah digunakan untuk makanan mentah dicuci terlebih dahalu. Lihat kondisi tempat sampah yang
cukup bersih.

3. Tidak memberi keleluasaan pada anak untuk mengambil jajanan sendiri

"Kalau anak boleh ambil sendiri, itu tangannya ada bermacam-macam yang pegang. Kalau es pun yang
ada bungkusnya, kan yang pegang ada banyak tangan, terus bungkusnya akhirnya digigit juga. Ada
banyak kumannya itu," lanjut Halim.

4. Ada wastafel atau tempat cuci tangan

Jangankan tempat khusus untuk cuci tangan si pembeli, kebanyakan kantin bahkan hanya menggunakan
1 ember air untuk mencuci piring seharian. "Ini jelas tidak sehat," tegas Halim.

5. Penjaga kantin harus tahu benar jajan dan produsen yang menitipkan barang dagangan di
kantinnya, baik kualitas dagangan dan cara pengolahannya.

6. Botol saus atau kecap yang ditutup rapat

"Kalau botol kecapnya tidak ditutup, kan jadi banyak lalat. Ya tidak bisa dapat piagam. Sangat sederhana
tapi sangat berisiko untuk anak-anak," papar Halim.
Makanan Jajanan Anak Sekolah merupakan contoh dimana sekolah memiliki peran penting
dalam pencapaian kesehatan masyarakat, terutama kesehatan siswa sekolah. Peran penting ini
telah diakui dan didorong oleh WHO pada tahun 2008 melalui pencanangan Konsep Sekolah
Sehat, atau sekolah yang mempromosikan kesehatan (health promoting school).

Hal serupa telah diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 79
tentang Kesehatan Sekolah. Sekolah merupakan institusi yang dapat menciptakan pembelajaran,
pertumbuhan, dan perkembangan harmonis peserta didik untuk menjadi sumber daya manusia
yang berkualitas. Oleh karenanya, kemampuan hidup sehat peserta didik, dan lingkungan
pendidikan yang sehat, perlu diwujudkan dan menjadi tujuan penyelenggaraan Kesehatan
Sekolah. Dalam konteks lingkungan pendidikan yang sehat, maka makanan jajanan anak sekolah
yang aman, bermutu dan bergizi menjadi suatu keharusan.

“Makanan jajanan anak sekolah mempunyai peran penting dalam memberikan asupan energi dan
gizi bagi peserta didik/siswa sekolah. Namun, keamanan makanan jajanan anak sekolah masih
perlu menjadi perhatian kita semua, masih sekitar 40 – 44% makanan jajanan anak sekolah tidak
memenuhi syarat kesehatan”. Demikian disampaikan oleh Kasubdit Produksi Kosmetika dan
Makanan Dra. Vita Picola Haloho, Apt ketika membacakan sambutan Direktur Bina Produksi
dan Distribusi Kefarmasian dalam acara Sosialisasi Makanan Jajanan Anak Sekolah (MJAS)
Aman, Bermutu dan Bergizi, yang berlangsung pada tanggal 18 s.d 20 September 2014 di
Swiss Belhotel Samarinda, Kalimantan Timur.

Guna mewujudkan makanan jajanan anak sekolah yang aman, bermutu dan bergizi diperlukan
upaya pembinaan kepada penyedia dan pedagang makanan jajanan. Upaya ini bersifat lintas
sektor dan program, melibatkan pihak swasta dan masyarakat mengingat luasnya cakupan. Untuk
itu, diperlukan kesamaan pemahaman, keterpaduan komitmen, dan kesatuan langkah agar
pembinaan makanan jajanan anak sekolah dapat memperoleh hasil yang optimal.

Kegiatan Sosialisasi Makanan Jajanan Anak


Sekolah (MJAS) dilaksanakan dengan tujuan untuk mensosialisasikan materi makanan jajanan
anak sekolah yang aman, bermutu dan bergizi dalam rangka pembinaan dengan melibatkan
pemangku kepentingan terkait.

Kegiatan ini dilaksanakan melalui pertemuan dengan diikuti oleh 110 peserta, yang terdiri dari
55 orang unsur pendidikan di wilayah Kota Samarinda, serta 55 orang dari petugas Puskesmas,
Dinkes Kota Samarinda, dan Dinkes Provinsi Kalimantan Timur.
Narasumber yang terlibat dalam kegiatan ini diantaranya dari Dit. Penyehatan Lingkungan, Dit.
Bina Gizi, Dit. Bina Kesehatan Anak, Pusat Promosi Kesehatan, dan Dit. Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian.

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk paparan dan diskusi dengan narasumber. Selain
penyampaian materi, pada acara ini juga diperkenalkan model permainan ular tangga MJAS
yang lebih komunikatif untuk digunakan di sekolah.

Pertemuan kali ini juga dilaksanakan sebagai bagian dari Gerakan Nasional Pangan Jajanan
Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi, yang telah dicanangkan oleh Wakil Presiden RI
tanggal 31 Januari 2011 lalu.

FacebookTwitterLineWhatsAppPrintShare0

MAKANAN/JAJANAN SEHAT

Suatu makanan terdiri dari sejumlah makanan padat dan cair yang dikonsumsi seseorang
atau sekelompok penduduk (Harper dkk, 1986). Sedangkan menurut Depkes RI
(2001) makanan mempunyai pengertian sebagai segala sesuatu yang dikonsumsi melalui mulut
untuk kebutuhan tubuh agar tubuh sehat. 
Definisi Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat
melangsungkan kehidupan selain kebutuhan sandang dan perumahan. Makanan selain
mengandung nilai gizi juga merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau
kuman terutama makanan yang mudah membusuk yang mengandung kadar air serta nilai protein
yang tinggi. Kemungkinan lain masuknya atau beradanya bahan-bahan berbahaya seperti bahan
kimia, residu pestisida serta bahan lainnya antara lain debu, tanah, rambut manusia dapat
berpengaruh buruk terhadap kesehatan manusia (Depkes RI, 2004).
Seperti kita ketahui, bahwa sesungguhnya manusia memang sering mengkonsumsi
makanan, baik itu makanan berat ataupun makanan ringan. Berbicara soal makanan, seringkali
perhatian kita terarah kepada persoalan kesehatan tentang makanan tersebut. Walaupun
sebenarnya kita yang sudah dewasa ini tahu mana makanan yang sehat dan tidak, terkadang
masih saja kita membeli dan mengkonsumsinya dengan di iming-iming bentuk menarik dan
murah meriah, padahal kesehatan makanan tersebut belum tentu terjamin.
Sudah kita ketahui bersama, bahwa mengkonsumsi makanan yang tidak sehat akan
menyebabkan kita mudah terserang penyakit, misalnya diare, bahkan resiko kanker dan
menurunnya fungsi otak. Kita harus menyadari betul akan persoalan dan resiko tersebut agar
kesehatan kita tetap terjaga.
Dengan demikian, sudah seharusnya kita yang sudah dewasa maupun orang tua sadar
mana makanan yang sehat dan tidak untuk dapat menerapkannya dan memberi pengawasan
kepada anak-anak kecil agar mengetahui dan dapat menghindari makanan yang tidak sehat. Jika
kita yang sudah dewasa saja masih menyepelekan hal ini, bagaimana nasib-nasib anak kecil yang
pemikirannya masih belum terlalu jauh faham mengenai makanan sehat dan tidak sehat? Untuk
itu, berikut ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan bahkan harus ditanamkan kepada anak-
anak mengenai cara memilih makanan yang sehat menurut BPOM.
Pertama, pilih makanan dengan kondisi yang baik. Maksudnya ketika kita hendak
membeli makanan, pilihlah makanan yang terlihat masih segar dan tidak basi. Penjual makanan
terkadang tetap menjual makanan dalam kondisi tidak baik atau makanan sisa hari kemaren
masih tetap dijual. Kedua, hindari makanan yang berlendir, berubah warna atau berubah bau.
Kita yang dewasa seharusnya menyadari bahwa makanan yang sudah berlendir, berubah bau
maupun berubah warna merupakan makanan yang tidak sehat. Untuk itu tanamkanlah kepada
anak-anak tentang hal tersebut. Ketiga, hindari makanan yang berwarna mencolok. Maksudnya
disini hindari makanan dengan berbagai warna yang macam-macam. Terkadang beberapa
pedagang menambahkan zat pewarna rhodamin agar menarik perhatian para pembeli. Padahal
rhodamin merupakan zat pewarna yang biasanya digunakan unntuk pewarna tekstil yang jelas
berbahaya jika digunakan untuk makanan.
Keempat, hindari makanan yang mengandung bahan berbahaya. Beberapa pedagang
terkadang suka nakal menambahkan formalin kedalam makanan dengan harapan agar bisa tahan
lama makanan tersebut, padahal formalin begitu berbahaya bagi tubuh kita. Kelima, belilah
makanan dengan keadaan tertutup. Makanan yang terbuka akan menbuat makanan tersebut
terkena debu dan dapat menyebabkan kuman, maka dari itu pesan penulis yang terakhir belilah
makanan dalam keadaan tertutup agar bebas dari kuman.
Melalui makanan jajanan anak bisa mengenal beragam makanan yang ada sehingga
membantu seorang anak untuk membentuk selera makan yang beragam, sehingga saat dewasa
dia dapat menikmati aneka ragam makanan (Khomsan, 2003). 
Sedangkan menurut Irianto, P (2007) pada umumnya anak-anak lebih menyukai jajanan
diwarung maupun kantin sekolah daripada makanan yang telah tersedia dirumah. Manfaat /
keuntungan dari kebiasaan jajan anak yakni : 

1. Sebagai memenuhi kebutuhan energi 


2. Mengenalkan diversifikasi (keanekaragaman) jenis makanan 
3. Meningkatkan gengsi diantara teman-teman 

Makanan jajanan beresiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak


higienis yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun maupun
penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak diizinkan (Mudjajanto, 2006). 
Makanan jajanan mengandung banyak resiko, debu-debu dan lalat yang hinggap pada
makanan yang tidak ditutupi dapat menyebabkan penyakit terutama pada sistem pencernaan kita.
Belum lagi bila persediaan air terbatas, maka alat-alat yang digunakan seperti sendok, garpu,
gelas dan piring tidak dicuci dengan bersih. Hal ini sering membuat orang yang
mengkonsumsinya dapat terserang berbagai penyakit seperti disentri, tifus ataupun penyakit
perut lainnya (Irianto, K, 2007) 
Menurut Irianto, P (2007) terlalu sering dan menjadikan mengkonsumsi makanan jajanan
menjadi kebiasaan akan berakibat negatif, antara lain: 

1. Nafsu makan menurun 


2. Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit 
3. Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak 
4. Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jajanan belum tentu terjamin
5. Pemborosan
6. Permen yang menjadi kesukaan anak-anak bukanlah sumber energi yang baik  sebab
hanya mengandung karbohidrat. Terlalu sering makan permen dapat  menyebabkan
gangguan pada kesehatan gigi.  

Menurut Depkes RI (1994), aspek penyehatan makanan adalah aspek pokok dari
penyehatan makanan yang mempengaruhi terhadap keamanan makanan, yang meliputi
kontaminasi/pengotoran makanan, dan keracunan makanan
a) Kontaminasi/Pengotoran Makanan 
Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing ke dalam makanan yang tidak
dikehendaki, yang dikelompokkan dalam 4 (empat) macam, yaitu: 

1. Pencemaran mikroba, seperti bakteri, jamur, cendawan dan virus 


2. Pencemaran fisik, seperti rambut, debu, tanah dan kotoran lainnya 
3. Pencemaran kimia, seperti pupuk, pestisida, Mercury, Cadmium, Arsen 
4. Pencemaran radioaktif, seperti radiasi, sinar alfa, sinar gamma, radioaktif.
Terjadinya pencemaran dapat dibagi dalam 2 (dua) cara, yaitu: 
o Pencemaran langsung, yaitu adanya bahan pencemar yang masuk ke dalam
makanan secara langsung, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Contoh: masuknya rambut ke dalam nasi, penggunaan zat pewarna makanan,  dan
sebagainya. 
o Pencemaran silang, yaitu pencemaran yang terjadi secara tidak langsung sebagai
akibat ketidaktahuan dalam pengolahan makanan.
Contoh: makanan bercampur dengan pakaian atau peralatan kotor, menggunakan
pisau pada pengolahan bahan mentah untuk bahan makanan jadi (makanan yang
sudah terolah) (Depkes RI, 1994). 

b) Keracunan Makanan 
Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau gangguan kesehatan
lainnya akibat mengkontaminasi makanan. Makanan yang menjadi penyebab keracunan biasanya
telah tercemar oleh unsur-unsur fisika, mikroba ataupun kimia dalam dosis yang membahayakan.
Kondisi tersebut dikarenakan pengelolaan makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan
dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah higiene sanitasi makanan (Depkes RI, 1994). 

Adapun yang menjadi penyebabnya adalah: 

1. Bahan makanan alami, yaitu makanan yang secara alami telah mengandung racun, seperti
jamur racun, ikan buntel, ketela hijau, gadung atau ubi racun. 
2. Infeksi mikroba, yaitu disebabkan bakteri pada saluran pencernaan makanan yang masuk
ke dalam tubuh atau tertelannya mikroba dalam jumlah besar, yang kemudian hidup dan
berkembang biak, seperti Salmonellosis, dan Streptoccocus 
3. Racun/toksin mikroba, yaitu racun atau toksin yang dihasilkan oleh mikroba dalam
makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan jumlah yang membahayakan 
4. Kimia, yaitu bahan berbahaya dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah
yang membahayakan, seperti Arsen, Antimon, Cadmium, Pestisida dengan gejala depresi
pernafasan sampai koma dan dapat meninggal 
5. Alergi, yaitu bahan allergen di dalam makanan yang menimbulkan reaksi sensitif kepada
orang-orang yang rentan, seperti histamine pada udang, tongkol, bumbu masak  dan
sebagainya (Depkes RI, 1994). 

Anda mungkin juga menyukai