Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kantin menjadi salah satu tempat yang biasanya ada di setiap sekolah. Kantin
menjajakan berbagai macam jenis makanan dari makanan ringan seperti aneka macam
kue sampai makanan berat seperti nasi. Tidak hanya makanan saja yang terdapat di
kantin, berbagai macam minuman juga tersedia di sana. Oleh karena itu,kantin menjadi
tempat pertama yang akan dituju para siswa setelah bel istirahat berbunyi. Pelajaran yang
begitu memusingkan kepala atau mungkin begitu membosankan dan bahkan membuat
mengantuk membuat perut menjadi begitu lapar dan tidak sabar untuk membelajakan
uang saku di kantin.
Kantin juga menjadi ibu kedua yang bertugas menyiapkan makanan. Kebanyakan
murid tidak sempat untuk sarapan di rumah sebelum berangkat ke sekolah dan juga tidak
sempat untuk membawa bekal sendiri, sehingga mereka mengandalkan kantin untuk
mengisi perut mereka, sehingga mereka bisa fokus untuk menerima pelajaran.
Biasanya para murid menyukai jajanan yang kenyal, yang gurih dan yang menarik
perhatian. Tetapi mereka tidak tahu bahan apa yang dipakai untuk itu semua. Kebanyakan
dari mereka hanya mempedulikan rasa yang enak tanpa memikirkan bahan apa sajakah
yang dipakai dalam makanan tersebut.
Para penjual yang kebanyakan dari masyarakat awam biasanya menggunakan
bahan-bahan yang murah dan mudah didapat tanpa tahu apakah itu aman atau tidak untuk
dikonsumsi. Seperti contohnya saus yang digunakan untuk bakso. Kebanyakan pembeli
gemar menggunakan saus, bahkan ada yang menggunakannya dalam jumlah yang sangat
banyak. Tetapi mereka tidak tahu dan tidak menaruh rasa waspada sedikit pun tentang
bahan apa yang digunakan dalam saus tersebut. Tidak masalah bila yang digunakan aman
untuk dikonsumsi, tetapi jika bahan yang digunakan ialah seperti saus busuk atau bahkan
pewarna tekstil, maka akan dapat membahayakan kesehatan. Mungkin awalnya pembeli
tidak akan merasakan efek apa pun, tetapi jika terus-menerus mengkonsumsinya dalam
jangka waktu lama apalagi dalam jumlah banyak, maka akan terjadi gangguan kesehatan
pada tubuh.
Untuk menghindari hal-hal tersebut maka diperlukan adanya kerja sama
penjual dan pembeli untuk menciptakan kantin yang sehat. Jadi karya tulis ini
untuk membahas hal-hal apa sajakah yang harus dipenuhi untuk menciptakan
sekolah yang higenis dan hal-hal apa sajakah yang harus diupayakan
mewujudkannya.

antara
ditulis
kantin
untuk

1.2

Rumusan Masalah
1.2.1
1.2.2
1.2.3

1.3

Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3

1.4

Kriteria apakah yang harus dipenuhi untuk membentuk kantin yang sehat?
Hal-hal apa sajakah yang harus dilakukan untuk mewujudkan kantin yang
sehat?
Apakah peranan kantin yang sehat itu?

Untuk mengetahui kriteria-kriteria kantin yang sehat.


Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk menciptakan kantin
yang sehat.
Untuk mengetahui peranan dari kantin yang sehat.

Manfaat
1.4.1 Penulis dapat membantu mewujudkan kantin sekolah yang sehat.
1.4.2 Pembaca mengerti akan arti pentingnya keamanan makanan terhadap
kesehatan tubuh.
1.4.3 Dengan adanya kantin yang higenis maka kesehatan para konsumen akan
terjamin.
1.4.4 Konsumen semakin bertambah karena kantin yang higenis akan menambah
kenyamanan saat berbelanja.
1.4.5 Pendapatan penjual meningkat seiring bertambahnya konsumen.
1.4.6 Lingkungan sekolah menjadi lebih baik, bila kantin sekolah menjadi
higenis.
1.4.7 Menjadi referensi untuk peneliti lain.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Kantin
Menurut Wikipedia kantin (dari bahasa Belanda: kantine) adalah sebuah ruangan
dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan pengunjungnya untuk makan, baik
makanan yang dibawa sendiri maupun yang dibeli di sana. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia kantin Depdiknas 2005:183, kantin adalah ruang atau tempat menjual makanan
dan minuman di sekolah, di kantor, di asrama dan sebagainya. Layanan kantin atau
kafetaria merupakan salah satu bentuk layanan khusus di sekolah yang berusaha
menyediakan makanan dan minuman yang dibutuhkan siswa sekolah. Good (1959) dalam
bukunya Dictionary of Education mengatakan bahwa: cafetaria a room or building in
which public school pupuils or college student select prepared food and serve
themselves. Kantin adalah suatu ruang atau bangunan dimana warga sekolah atau
mahasiswa memilih makanan yang telah disediakan dan juga mereka sendiri yang
mengambilnya.

Jadi menurut pengertian-pengertian di atas yang berasal dari berbagai sumber


kantin adalah tempat dalam suatu ruangan atau suatu gedung yang menyediakan berbagai
minuman dan makanan baik makanan berat maupun minuman ringan.
2.2 Definisi Sehat
Sehat menurut kamus besar bahasa indonesia adalah keadaan baik seluruh badan
serta bagian-bagiannya (bebas dari rasa sakit); waras. Pengertian sehat menurut UU
Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi
kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas
dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian
sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat
adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan
sosial. Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan
kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik,
mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan
mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi.
Jadi menurut definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sehat adalah
keadaan psikis dan psikologi seseorang yang bebas dari gangguan-gangguan penyakit.
2.3 Definisi Kantin Sehat
Kantin sehat adalah sarana dan prasarana pendukung serta pengelolaannya
mengedepankan pemenuhan gizi sesuai standar kesehatan. Kantin tersebut dapat
menyediakan makanan dan minuman sehat, bergizi, pengolahannya higienis, sanitasi
3

baik. Selain itu, bahan makanannya tidak mengandung bahan berbahaya seperti pewarna,
pengawet, dan penyedap yang berlebihan serta aman untuk dikonsumsi.
Kantin yang sehat secara fisik tentunya harus mempunyai sarana dan prasarana
yang memadai. Berdasarkan fisiknya tersebut, kantin sehat dapat dibedakan menjadi
kantin dengan ruangan tertutup dan kantin dengan ruangan terbuka seperti di koridor atau
di halaman sekolah. Meskipun kantin berada di ruang terbuka, namun ruang pengolahan
dan tempat penyajian makanan harus dalam keadaan tertutup. Kedua jenis kantin tersebut
harus memiliki sarana dan prasana sebagai berikut: (1) sumber air bersih, (2) tempat
penyimpanan, (3) tempat pengolahan, (4) tempat penyajian dan ruang makan, (5) fasilitas
sanitasi, (6) perlengkapan kerja dan (7) tempat pembuangan limbah.
Kantin dengan ruang tertutup harus mempunyai bangunan tetap dengan
persyaratan tertentu, sedangkan kantin dengan ruang terbuka (koridor atau halaman)
harus mempunyai tempat tertutup untuk persiapan dan pengolahan serta penyajian
makanan dan minuman.

BAB III
4

PEMBAHASAN
3.1 Kriteria Kantin Sehat
Pangan Jajaanan Anak Sekolah umumnya adalah pangan siap saji yang dijual di
lingkungan sekolah dan secara rutin dikonsumsi oleh anak-anak. Jajanan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu pertama, makanan utama, misalnya nasi
goreng, nasi soto, mie bakso, mie ayam, gado-gado, siomay, dan sejenisnya. Kedua,
panganan atau kue-kue, misalnya tahu goreng, cilok, martabak telur, apem, keripik, jelly,
dan sejenisnya. Ketiga, minuman, contohnya es campur, es sirup, es teh, es mambo, dan
lain-lain, serta buah-buahan, misalnya pepaya, melon, dan sebagainya.
Sebagai salah satu penyumbang sumber asupan gizi bagi anak-anak saat berada di
sekolah, sebaiknya jajanan anak sekolah ini hanya menyumbang 5-10% asupan
kebutuhan energi sehari-hari.

Maka dari itu, kehigenisan kantin sangatlah penting. Karena jika kehigenisan
kantin tidak dijaga, maka sekolah bisa menjadi sumber penyakit, bukannya menjadi
sumber ilmu, karena kantin juga merupakan bagian dari sekolah. Oleh karena itu kiranya
perlu diketahui kriteria apa yang harus dipenuhi oleh kantin untuk menyandang predikat
sebagai kantin yang sehat.
Kriteria kantin yang sehat itu ialah kantin yang menyediakan panganan jajanan
anak sekolah yang tidak berpotensi menimbulkan masalah, misalnya keseimbangan zat
gizi dan penambahan bahan yang berbahaya dalam jajanan. Bahan tambahan pangan yang
melebihi batas aman dan terkontaminasi kontaminan kimia dan patogen sangat perlu
diwaspadai. Yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah sanitasi dan higienis
yang tidak memenuhi syarat.
Potensi bahaya yang ditimbulkan oleh panganan jajanan anak sekolah, antara lain
adalah bahaya fisik, kimia, dan biologis. Bila panganan jajanan anak sekolah yang
mengandung zat-zat berbahaya tersebut dikonsumsi oleh manusia, kemungkinan akan
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan. Bahaya tersebut bisa terjadi karena berbagai
faktor, misalnya kebersihan pekerja, seperti kebersihan rambut, tangan, kuku dan pakaian.
Makanan yang diolah harus bersih dari serangga mati, batu, kerikil, potongan ranting atau
kayu, pecahan gelas, kaca, plastik, atau kaleng karena dapat membuat cidera fisik. Selain
itu, peralatan yang digunakan untuk mengolah makanan pun harus selalu dijaga
kebersihannya. Harus dipahami adalah bahwa benda asing yang terdapat dalam panganan
jajanan anak sekolah dapat menjadi pembawa mikroba berbahaya yang bisa menyebabkan
keracunan pangan.
Bahaya fisik dapat terjadi apabila jajanan dijual di tempat terbuka dan tidak
disimpan dalam wadah tertutup. Untuk menghindari bahaya fisik, sebaiknya penjual juga
tidak mengenakan perhiasan tangan atau menangani makanan dan bahan pangan dengan
ceroboh tanpa memperhatikan kebersihan.
Sementara bahaya kimia dapat terjadi karena penggunaan bahan berbahaya yang
tidak boleh digunakan pada makanan, namun sayangnya sampai sekarang masih kerap
terjadi. Misalnya penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet makanan,
5

penggunaan pewarna tekstil, rhodamin (merah) dan methanil yellow (kuning) agar
makanan menjadi lebih menarik.
Selain itu masih banyak ditemukan penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
yang melebihi batas yang diizinkan. Bahan-bahan tersebut masih sering digunakan oleh
pedagang-pedagang kecil karena memang belum tahu atau sebenarnya sudah tahu
bahayanya, tapi sengaja memilih bahan yang lebih murah. Bahaya kimia yang lain adalah
cairan pembersih, pestisida, cat, minyak dan komponen kimia dari peralatan atau kemasan
yang lepas dan masuk ke dalam pangan.
Logam berat bisa masuk ke dalam pangan melalui air yang tercemar, kertas koran
yang dipakai untuk membungkus pangan, dan asap kendaraan bermotor. Namun ada juga
beberapa bahan pangan yang secara alamiah sudah mengandung toksin atau bahan
beracun, misalnya jamur beracun, singkong beracun, ikan buntel, dan sebagainya.
Sebagian besar toksi penyebab penyakit ini tidak berasa dan tidak dapat dihancurkan
dalam proses pemasakan.

Sementara bahaya mikrobiologi dapat disebabkan oleh mikrobiologi dapat


disebabkan oleh mikroba dan binatang. Mikroba lebih sering menyebabkan keracunan
pangan dibandingkan bahan kimia (termasuk racun alami) dan bahan asing (cemaran
fisik). Pangan menjadi beracun karena tercemar oleh mikroba tertentu yang dapat
menghasilkan racun sehingga membahayakan bagi orang yang mengkonsumsi pangan
tersebut. Bahkan ada jenis mikroba yang dapat menyebabkan infeksi dan intoksikasi pada
manusia dan hewan. Jenis mikroba penyebab keracunan pangan adalah virus, parasit,
kapang dan bakteri. Namun, selain bisa menyebabkan keracunan pangan, ada juga
sebagian mikroba yang tidak berbahaya dan dapat dipergunakan untuk membuat produk
pangan, yaitu yoghurt dan tempe.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kantin sekolah yang ada di SMAN 1
Banyuwangi belum sepenuhnya memenuhi kriteria kantin sehat. Dari sisi kebersihan
tempat dan peralatan kantin, sudah memenuhi kriteria, tetapi dari sisi bahan tambahan
pangan, seperti saos, perlu diperhatikan lagi. Terutama pedagang yang ada di luar
lingkungan sekolah.
3.2 Upaya yang Dilakukan Untuk Mewujudkan Kantin Yang Sehat
Masyarakat sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, komite sekolah, guru, peserta
didik, penjaga sekolah, satpam, pengelola dan penjual kantin harus mendukung dan
terlibat dalam setiap kegiatan UKS, karena kantin merupakan bagian dari kegiatan Usaha
Kesehatan sekolah yang menjadi salah satu indikator promosi kesehatan di sekolah.
Tujuan pembuatan kantin sehat di sekolah ini adalah sebagai upaya pencegahan agar anak
tidak jajan sembarangan di luar pagar sekolah. Dalam pengadaan kantin sehat sekolah
sebaiknya dilakukan koordinasi antara pihak sekolah, dinas kesehatan setempat
(perizinan), dan komite sekolah, sesuai dengan persyaratan kantin sehat sekolah.
Makanan dan minuman yang dijual di kantin sehat sekolah harus diolah dengan
bersih, sehat dan memenuhi kandungan gizi sehingga aman dikonsumsi oleh anak. Selain
itu, makanan dan minuman tidak boleh mengandung zat pewarna yang dilarang, boraks,
formalin, penyedap rasa dan harus menggunakan garam beryodium. Inilah alasan yang
6

mendasari mengapa anak dilarang jajan sembarangan di luar pagar sekolah. Karena
biasanya, makanan dan minuman yang dijual di luar sekolah sangat berisiko terhadap
cemaran biologis atau kimiawi yang dapat mengganggu kesehatan.
Pencemaran jajanan tersebut disebabkan para penjual jajanan di luar pagar sekolah
tidak mengindahkan kebersihan dan keamanan makanan, misalnya mereka tidak mencuci
tangan lebih dahulu sebelum memulai aktivitas. Penjual juga jarang menggunakan
pelindung diri ketika menyajikan makanan, misalnya tidak memakai sarung tangan,
masker, tutup kepala, penjepit makanan, atau celemek. Selain itu, penjual juga kurang
memperhatikan pencemaran lingkungan, seperti tidak menggunakan etalase kaca untuk
meletakkan makanan yang dijual.
Secara umum, terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi pada saat membuat
kantin sehat sekolah. Syarat tersebut meliputi aspek fisik, pengelola, dan bangunan.
Dalam aspek fisik, faktor yang perlu diperhatikan adalah luas ruangan kantin disesuaikan
denan jumlah peserta didik (1:40). Kemudian, ventilasi dan pencahayaan dalam ruangan
harus cukup. Usahakan ada tempat cuci tangan dengan sabun di air mengalir. Tempat cuci
tangan itu sebaiknya diletakkan di depan kantin sehingga masyarakat sekolah selalu
mencuci tangan sebelum masuk kantin.
Perlu juga disediakan tempat pencucian peralatan dengan air mengalir, tempat
penyimpanan peralatan makanan, dan tempat sampah tertutup yang dipilah. Tidak kalah
penting adalah menyediakan tempat pembuangan limbah yang minimal berjarak 10 m
dari dapur. Terakhir, jangan lupa menempelkan stiker larangan merokok di lingkungan
kantin.

Dari aspek pengelola, yang harus dipenuhi adalah mendapatkan izin sertifikasi
dari dinas kesehatan setempat dan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD), misalnya
sarung tangan, masker, celemek dan tutup kepala dan selalu mencuci tangan pada saat
melayani pembeli. Makanan lokal, seperti gado-gado, lontong sayur, nasi uduk, tahu isi,
pisang goreng, arem-arem, dan lain-lain harus dimasak pada hari itu (fresh).
Minuman yang dijual pun harus menggunakan air bersih dan matang, tidak boleh
mengandung soda, pemanis buatan yang berlebih, dan pewarna bukan untuk makanan.
Penjual hanya diperbolehkan menjual air mineral, jus buah dan teh. Sebaiknya para
penjual tidak menjual permen, cokelat, dodol atau makanan yang manis-manis karena
dapat merusak gigi anak.
3.3 Peranan Kantin yang Sehat
Keberadaan kantin sehat di sekolah penting dalam menyediakan makanan,
minuman yang aman dan sehat untuk anak-anak, salah satu indikator sekolah sehat juga
sebagai media pendidikan mewujudkan pesan-pesan pendidikan dan dapat menentukan
perilaku makan siswa sehari-hari melalui penyediaan makanan jajanan di sekolah.
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang SNP, pasal 42 ayat 2 bahwa setiap
satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana antara lain ruang kantin.
Peraturan lainnya Permendiknas nomor 57 tahun 2009, tentang pemberian bantuan
pengembangan sekolah sehat.
7

Sementara itu William H. Roe dalam bukunya School Business Management


menyebutkan beberapa tujuan yang dapat dicapai melalui penyediaan layanan kantin di
sekolah:
1. Memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar memilih makanan yang baik
atau sehat.
2. Memberikan bantuan dalam mengajarkan ilmu gizi secara nyata.
3. Menganjurkan kebersihan dan kesehatan.
4. Menekankan kesopanan dalam masyarakat, dalam bekerja, dan kehidupan
bersama.
5. Menekankan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku
di masyarakat.
6. Memberikan gambaran tentang manajemen yang praktis dan baik.
7. Menunjukan adanya koordinasi antara bidang pertanian dengan bidang industri.
8. Menghindari terbelinya makanan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebersihannya dan kesehatannya.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Kantin yang sehat itu adalah kantin yang menyediakan jajanan yang sehat. Yakni
jajanan yang terbuat dari bahan-bahan yang aman dari bahan-bahan kimia yang
berbahaya, si pembuat, proses pembuatan dan tempat penjualan yang higenis pula.
Karena kantin yang ada di SMAN 1 Banyuwangi belum sepenuhnya memenuhi kriteria
kantin yang sehat, maka harus ada upaya untuk mewujudkannya.
Untuk mewujudkan kantin sehat yang bebas dari jajanan yang tidak sehat, perlu
adanya kerjasama dari seluruh warga sekolah baik murid-murid, para guru maupun kepala
sekolah untuk mengawasi dan mengontrol terhadap jajajnan apa yang dijual di kantin,
apakah aman untuk kesehatan atau tidak.
Kantin yang sehat memiliki peranan penting terhadap citra kebersihan sekolah
yang akan membuat lingkungan sekolah menjadi sehat. Secara tidak langsung kantin yang
sehat juga dapat mengajarkan murid-murid tentang ilmu gizi.
4.2 Saran
4.2.1 Untuk memaksimalkan kesehatan kantin dan sekolah, bagi para konsumen baik
siswa maupun guru bila selesai makan, pembungkus makanan dibuang di tempat
sampah.
4.2.2 Untuk menambahkan kenyamanan saat berbelanja di kantin, sebaiknya para
konsumen lebih memperhatikan ketertiban dan budaya antri, sehingga tidak ada
saling berebut dan saling mendahului.

Anda mungkin juga menyukai