Oleh:
Kelompok D
THP-C 2014
Ari Syahwati Puji L.
(141710101018)
(141710101096)
Nirmala Audria
(141710101123)
menguntungkan bagi tubuh tersebut diluar fungsinya sebagai sumber zat gizi
dasar (Silalahi, 2006).
Meskipun diharapkan memberikan efek meningkatkan kesehatan, makanan
fungsional
B. Suplemen Pangan
Suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi
kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin,
mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan
tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah
terkonsentrasi (BPOM, 2004). Menurut US Dietary Supplement Health and
Education Act (DSHEA) (1994), suplemen makanan yang di harapkan untuk
dapat melengkapi makanan yang mengandung satu atau lebih dari bahan-bahan
makanan; seperti vitamin, mineral, rempah, asam amino, mengandung unsur
makanan untuk meningkatkan kecukupan gizi, kosentrat, zat metabolit, ekstrak
atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut.
Suplemen pangan merupakan makanan yang memiliki komponen nutrisi
yang berfungsi sebagai pendamping makanan bukan untuk pengganti makanan.
Nutrisi yang terkandung dalam suplemen makanan biasanya tidak dapat di sintesis
oleh tubuh melainkan didapatkan dari berbagai sumber makanan baik dari sumber
hewani dan sumber nabati. Suplemen pangan harus menggunakan bahan yang
memenuhi standar mutu dan pesyaratan keamanan serta standar dan persyaratan
lain yang di tetapkan. Bahan yang harus terkandung dalam suplemen pangan
beruba vitamin, mineral, asam amino, dan bahan lain seperti bioflavonoid,
citosan, kafein dan lain sebagainya serta bahan tambahan berupa pemanis buatan
yang diijinkan (aspartam, sorbitol, sukralosa dan lain-lain) dan bahan lain berpa
pengawet, pewarna,penyedap rasa, aroma dan pengental yang diijinkan.
Menurut Geoffrey P. Webb (2006) definisi suplemen makanan secara
umum, yaitu: a) Sesuatu yang di konsumsi secara langsung dalam dosis tertentu
dalam bentuk pil, kapsul, bubuk atau cairan. b) Sesuatu yang dapat ditambahkan
ke dalam pola makan yang normal. c) Sesuatu yang dinyatakan dapat
memengaruhi kesehatan pada label kemasa maupun pada media promosi seperti
kandungan zat gizi, zat metabolit alami dan beberapa tambahan yang berasal dari
ekstrak tumbuhan maupun hewan yang mengandung unsur-unsur zat gizi.
C. Obat Herbal
Obat herbal atau herbal medicine didefinisikan sebagai bahan baku atau
sediaan yang berasal dari tumbuhan yang memiliki efek terapi atau efek lain yang
bermanfaat bagi kesehatan manusia; komposisinya dapat berupa bahan mentah
atau bahan yang telah mengalami proses lebih lanjut yang berasal dari satu jenis
tumbuhan atau lebih. (WHO, 2005; 2000). Sediaan herbal diproduksi melalui
proses ekstraksi, fraksinasi, purifikasi, pemekatan atau proses fisika lainnya; atau
diproduksi melalui proses biologi. Sediaan herbal dapat dikonsumsi secara
langsung atau digunakan sebagai bahan baku produk herbal. Produk herbal dapat
berisi eksipien atau bahan inert sebagai tambahan bahan aktif (WHO, 2001;
2000). Menurut WHO (2005), obat herbal merupakan obat yang bahan bakunya
berasal dari satu tanaman tau lebih yang mentah atau yang mengalami proses
terlebih dahulu yang memiliki efek bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Obat herbal terstandart adalah sediaan obat herbal berbahan baku alami,
bahan bakunya telah distandarisasi dan telah ada pembuktian keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik. Uji keamanan yang dilakukan
berupa uji toksisitas akut, uji toksisitak subkronis dan uji toksisitas kronis
(Remirez, 2006). Obat herbal adalah obat atau pengobatan yang mempergunakan
bahan yang berasal dari tanaman, bisa berupa daun, akar, tangkai, buah, biji-bijian
yang mengandung bahan kimia yang berkhasiat untuk pengobatan penyakit pada
manusia, tanaman dan hewan. Sedangkan definisi dari pengobatan herbal adalah
penggunaan
obat
untuk
mengurangi,
menghilangkan
penyakit
atau
untuk makanan pasien dan makanan untuk mereka yang memiliki penyakit yang
tidak biasa.
dukungan nutrisi untuk individu yang tidak mampu untuk menelan jumlah
makanan yang cukup dalam bentuk konvensional, atau dengan memberikan
dukungan nutrisi tertentu untuk pasien yang memiliki kebutuhan fisiologis dan
gizi tertentu. tergantung pada status gizi pasien, makanan medis mungkin baik
melengkapi makanan atau menjadi satu-satunya sumber nutrisi untuk waktu yang
lama.
E. Nutraceutical
Nutraceutical pertama kali didefinisikan pada tahun 1989 oleh Stephen De
Felico sebagai makanan, ingredient makanan atau suplemen makanan yang
memberikan keuntungan pada kesehatan termasuk diantaranya mencegah dan
memanage penyakit diluar fungsi nutrisi dasar. Nutraceutical adalah senyawa
bioaktif alami. Nutraceutical terdapat pada produk-produk alami dari (a) industry
makanan; (b) suplemen makanan dan herbal; (3) industry farmasi. Senyawasenyawa bioaktif misalkan terpenoid, karotenoid, saponin, terpen, tokoferol,
senyawa phenol, turuan karbohidrat, lemak dan asam amino, mikrobia dan
mineral termasuk dalam nutraceutical (Sharma, 2009). Istilah nutraceutical
merupakan gabungan dari nutrisi dan farmasi, mengacu pada adanya suatu
keyakinan bahwa makanan atau bagian dari makanan memberikan manfaat bagi
kesehatan dan dapat digunakan sebagai obat, termasuk sebagai pencegahan
terhadap penyakit.
menjadi: Produk yang dipisahkan atau dimurnikan dari makanan yang umumnya
dijual dalam bentuk obat yang tidak dimaksudkan sebagai makanan. Nutraceutical
dinyatakan memiliki manfaat fisiologis atau memberi perlindungan terhadap
penyakit kronis.
secara ilmiah dan dikonsumsi setiap hari. Suplemen pangan adalah produk yang
mengandung 1 jenis zat aktif yang terkonsentrasi yang berfungsi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh pada saat kondisi tertentu. Obat herbal adalah
obat yang berasal dari tumbuhan yang mengandung satu atau lebih zat aktif tetapi
tidak terkonsentrasi yang digunakan untuk penyembuhan yang diuji secara klinis.
Medical food adalah produk yang didesain khusus untuk pasien yang mempunyai
penyakit dimana dia tidak dapat mengkonsumsi makanan secara normal.
Nutraceutical adalah produk sediaan dari bahan pangan yang dapat memberikan
manfaat fisiologis pada tubuh.
Pangan
fungsional
Nutraceutica
l
Bahan
Berasal dari Berasal dari Berasal dari Berasal dari Berasal dari
bahan pangan bahan pangan bahan pangan bahan alami
bahan alami
alami
alami
alami
dan
sintetik
Cara
mengkonsums
i
Dikonsumsi
sehari-hari
Bentuk
Bahan segar Kapsul, pil, Kapsul, pil, Kapsul, pil, Kapsul, pil,
atau makanan tablet, ekstrak tablet, ekstrak tablet, ekstrak tablet,
olahan
ekstrak,
konsentrat
Pengujian
Dikonsumsi
bersama
dengan
pangan
fungsional
(sebagai
pendamping)
Medical
Food
Dikonsumsi
ketika tubuh
membutuhka
n
asupan
nutrisi khusus
Obat Herbal
Dikonsumsi
ketika tubuh
dalam kondisi
sakit
baik
secara
oral
maupun
topikal
Food
suplement
Dikonsumsi
saat kondisi
tertentu
(menjelang
sakit
dan
setelah sakit)
Khasiatnya
ilmiah
klinis
sifat klinis
efek fungsionalny
fungsionalny sehatnya
a perlu diuji
a sedangkan
efeknya tidak
tidak
perlu
diujikan
secara klinis
Bisa
mengandung
1 atau lebih
zat
aktif
tetapi tidak
terkonsentrasi
Fungsi
Menjaga dan
mendukung
fungsi
fisiologis
tubuh
Memberi efek
sehat
dan
mencegah
penyakit
Sebagai
pengobatan,
memenuhi
nutrisi khusus
Mengandung
zat
aktif
tetapi
terkonsentras
i
Daftar Pustaka
BPOM. 2004. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 2005. Pedoman cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik.
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI.
Nomor :HK.00.05.4.1380.
Goldberg, I. 1994. Functional Foods (Designer Foods, Pharmafoods,
Nutraceuticals). Maryland: Aspen Publisher.
Hariyani, E. 2013. Pangan vs Pangan Fungsional. Balai Besar Pelatihan
Pertanian Lembang.
Muchtadi, D. 2004. Komponen Bioaktif Dalam Pangan Fungsional. Majalah
Gizmindo vol 3:7.
Nostro A, Germano MP, Angelo V, Marino A Cannatelli MA.2000. Extraction
methods and Bioautography for evaluation of medicinal plant antimicrobial
activity. Letters in Applied Microbiology. 30:379-34
Remirez D. 2006. Update in pre-clinical regulatory requirements for
phytomedicines in Latin America. J Compl Int Med. 3 (1): Article 3).
Sharma R., 2009. Nutraceuticals And Nutraceutical Supplementation Criteria In
Cancer: A Literature Survey. The Open Nutraceuticals journal, 2: 92-106.
Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Jogjakarta: Kanisius.
Webb P, Geoffrey. 2006. Dietary Supplement and Functional Foods. Blackwell
Publishing Ltd.