mengenai kriteria standard kantin sehat. Hal ini ditunjukan melalui tidaka danya program
pelaksanaan kantin sehat dari sekolah, tidak adanya struktur organisasi yang bertanggung
jawab dalam mengembangkan program kantin sehat seperti pembina internal, dan tidak
adanya kebijakan dan peraturan mengenai keamanan PJAS.
Faktor kedua yaitu kurangnya dana untuk mewujudkan kantin sekolah sehat.
Meski beberapa sekolah sudah mengajukan permintaan pembangunan kantin sehat
kepada PEMDA, tetapi PEMDA selalu mengalokasikan dana untuk keperluan yang lain
seperti pembangunan WC atau kelas tambahan. Hal ini ditunjukan dari sarana dan
prasarana yang sangat jauh dari kata ideal untuk menjadikan sebuah kantin sekolah
dikategorikan sehat
Faktor ketiga adalah rendahnya kesadaran penjual akan pentingnya menjual
makanan sehat yang dapat memberikan gizi terbaik bagi anak-anak SD masa
pertumbuhan, dan rendahnya kesadaran penjual untuk menerapkan hidup sehat. Hal ini
digambarkan melalui prilaku penjual, dimana beberapa penjual tidak menggunakan air
matang dalam membuat es batu, menggunakan pewarna pakaian untuk bahan makanan,
tidak menutup makanan yang disediakan dengan benar, tidak menggunakan pakaian kerja
lengkap, dan tidak rutin mencuci tangan.
Pada tahun 2013, topik ini sudah pernah diangkat dan didapatkan dua masalah
utama yaitu: (1) 60% sekolah termasuk dalam kriteria kantin buruk, 20% sekolah
termasuk dalam kategori cukup dan 20% termasuk dalam kategori baik; dan (2) belum
tercapainya presentase sekolah yang mendapatkan pembinaan atau penyuluhan mengenai
kantin sekolah sehat. Dibandingkan dengan periode tahun 2015, maka dapat dilihat
bahwa satu masalah sudah terselesaikan, yaitu terjadi peningkatan hingga 100% dalam
jumlah sekolah yang mendapatkan pembinaan, yang berarti seluruh sekolah sudah
mendapatkan pembinaan oleh puskesmas mengenai kantin sehat. Namun, masalah
pertama belum dapat diseleaikan dimana masih banyak sekolah yang masuk dalam
kategori kantin buruk.
5.2 SARAN
Adapun saran-saran dari penulis untuk penyelesaian masalah yang ada, adalah:
1. Untuk Puskesmas
a. Memperdalam penyuluhan mengenai jajanan sehat di sekolah secara rutin
sehingga anak-anak menjadi lebih bijaksana dalam memilih jajanan di
sekolah.
b. Membinakan pembinaan yang lebih menyeluruh mengenai kantin sehat
untuk penjual jajanan, meliputi: pentingnya peran penjual bagi masa depan
murid-murid, komponen gizi seimbang, keamanan pangan, akibat yang
dialami oleh anak-anak akibat jajanan tidak sehat
c. Memberi pembinaan mengenai kantin sekolah sehat kepada pihak sekolah,
termasuk kepala sekolah, guru, dan orang tua murid. Topik meliputi
keamanan PJAS, ragam makanan yang boleh dijual, kebersihan sarana dan
prasarana.
d. Melakukan pemeriksaan makanan rutin untuk menilai keamanan biologis,
minimal 2x/tahun
e. Melakukan penyusunan program pelaksanaan kantin sehat, serta membuat
target yang akan dicapai dalam pelaksanaan program kantin sekolah sehat
setiap tahunnya, sehingga di tahun-tahun yang akan datang diharapkan
semakin banyak sekolah yang memiliki kantin sehat.
f. Puskesmas lebih meningkatkan pengawasan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kantin sekolah sehat.
g. Puskesmas melakukan pelatihan masak (1x/bulan) untuk para penjual
kantin. Dimana pada pelatihan ini, penjual kantin akan diajarkan membuat
makanan sepinggan dengan bahan yang murah, mudah didapatkan, tetapi
tetap menghasilkan makanan yang sehat dan bergizi untuk anak-anak
sekolah.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Wariyah, Chatarina. Dewi, Sri Hartati. Penggunaan Pengawet dan Pemanis
Buatan pada Pangan Jajanan Anak Sekolah. Mei 2013, Jogjakarta.
2. Suci, Eunike Sri Tyas. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta.
Psikobuana, Vol. 1. Hal 29-38. 2009. Jakarta
3. Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 23
tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, Jakarta. 2006.
4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan dasar.
Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Jakarta
2012.
5. Departemen Kesehatan. Pusat Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan Sekolah,
Jakarta 2008.
6. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. Menuju Kantin Sehat di Sekolah.
Kementerian Pendidikan Nasional, tahun 2011. Jakarta.
7. Badan POM RI dan 30 Balai Besar/Balai POM. FOOD WATCH, Sistem
Keamanan Pangan Terpadu: Pangan Jajanan Anak Sekolah. Vol. 1. Tahun 2009,
Jakarta.
8. International Food Safety Authorities Network (INFOS). Basic Steps to Improve
Safety of Street-Vended Food. World Health Organization, 30 Juni 2010.
9. World Health Organization. Five Keys to Safer Food Manual. Geneva, 2006.
10. W.H.O.
(1990).
Evaluasi
Program
Kesehatan,
Badan
Penelitian
dan