PENDAHULUAN
Secara teoritis, Pemilihan Umum (Pemilu) dianggap tahap paling awal dari
berbagai rangkaian kehidupan ketatanegaraan yang demokratris, sehingga pemilu
merupakan motor penggerak mekanisme sistem politik demokrasi. Pemilihan
umum merupakan suatu keharusan bagi suatu negara yang menamakan dirinya
sebagai negara demokrasi. Sampai sekarang Pemilihan Umum masih dianggap
sebagai suatu peristiwa ketatanegaraan yang penting, karena Pemilu melibatkan
rakyat secara keseluruhan. Demikian juga melalui Pemilihan Umum, rakyat dapat
menyatakan kehendaknya terhadap garis-garis politik.
Dalam sistem perwakilan proposional atau berimbang diadakan dalam
rangka menghilangkan atau sekurang-kurangnya mengurangi beberapa kelemahan
dalam sistem distrik. Dalam sistem berimbang jumlah kursi yang diperoleh oleh
suatu partai politik sesuai dengan jumlah yang mereka dapatkan. Untuk
mendapatkan jumlah kursi yang diperolehnya, ditentukan suatu perbandingan,
dimana secara umum mekanisme sistem pemilihan proposional diterapkan dengan
cara kerja menentukan alokasi jumlah kursi pada suatu daerah pemilihan
(provinsi), dan dengan menentukan besarnya kuota untuk menentukan berapa suara
yang dibutuhkan Partai Politik agar mendapat satu kursi di parlemen besarnya
kuota itu bergantung pada jumlah penduduk dan jumlah kursi yang diperebutkan.
Daerah Pemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota yang selanjutnya
disebut Dapil merupakan kecamatan atau gabungan kecamatan atau bagian
kecamatan yang dibentuk sebagai kesatuan wilayah/daerah berdasarkan jumlah
penduduk untuk menentukan alokasi kursi sebagai dasar pengajuan calon oleh
pimpinan Partai Politik dan penetapan calon terpilih Anggota DPRD
Kabupaten/Kota. Dalam Pemilihan Umum Tahun, tahapan penentuan Daerah
Pemilihan dan Alokasi Kursi dimulai sejak dua tahun sebelum Pemilu. Prosesnya
dimulai dengan rancangan usulan daerah pemilihan dan alokasi kursi untuk
1
Pemilihan Anggota DPRD Kabupatan yang diusulkan berdasarkan prinsip-prinsip
penetapan dapil dan sudah disosialisasikan.
Daerah Pemilihan (Dapil) untuk Anggota DPRD Kabupaten/ Kota ialah
kecamatan atau gabungan kecamatan administrasi pemerintahan sebagai suatu kesatuan
wilayah berdasarkan jumlah penduduk untuk menentukan alokasi kursi. Nantinya, alokasi
tersebut akan digunakan sebagai dasar pengajuan calon oleh pimpinan Partai Politik, serta
penetapan calon terpilih. KPU selaku penyelenggara pemilu, berwenang dalam menyusun
dan menetapkan Daerah pemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota, ketentuannya
terdapat di UU No.7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum dan PKPU No.16 Tahun 2017
Tentang Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi Anggota DPRD Kabupaten/Kota
dalam Pemilihan Umum,
Penyusunan Dapil memerlukan data kependudukan dan data wilayah yang akurat
dari Kementerian Dalam Negeri. Data kependudukan mencakup data perseorangan sebagai
hasil dari pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Sedangkan data wilayah mencakup
data mengenai kondisi geologis, demografis, dan geografis suatu wilayah.
Ada beberapa tujuan penelitian yang dapat penulis sajikan. Namun, satu
tujuan yang paling siginifikan adalah sebagai berikut;
1. Untuk menggambarkan rincian dan sebaran alokasi kursi dan daerah
pemilihan di DPRD Kabupaten Sumenep, Jawa Timur
2
BAB II
PEEMBAHASAN
1
kpud-sumenepkab.go.id
3
2.2 Sebaran Jumlah Penduduk dan Alokasi Kursi Per-kecamatan
= 1.124.436 = 22.488
50
BPPd = 22.488
Total Jumlah
Jumlah Kursi
No Kecamatan Penduduk/Jumlah Nilai
Penduduk
Alokasi Kursi
DAPIL I
13.210
1 Batuan 13.210 0.58
22.488
41.752
2 Kalianget 41.752 1.85
22.488
76.575
3 Kota Sumenep 76.575 3.40 9
22.488
29.244
4 Manding 29.244 1.30
22.488
37.696
5 Talango 37.696 1.67
22.488
4
DAPIL II
46.917
6 Bluto 46.917 2.08
22.488
24.074
7 Gili Genting 24.074 1.07
22.488 7
60.074
8 Lenteng 60.074 2.67
22.488
36.698
9 Saronggi 36.698 1.63
22.488
DAPIL III
36.377
10 Ganding 36.377 1.61
22.488
50.556
11 Guluk-guluk 50.556 2.24 7
22.488
65.648
12 Pragaan 65.648 2.91
22.488
DAPIL IV
41.170
13 Ambunten 41.170 1.83
22.488
30.205
14 Dasuk 30.205 1.34
22.488 7
51.482
15 Pasongsongan 51.482 2.28
22.488
39.395
16 Rubaru 39.395 1.75
22.488
DAPIL V
55.053
17 Batang-batang 55.053 2.44
22.488
43.660
18 Batu Putih 43.660 1.94
22.488 8
34.480
19 Dungkek 34.480 1.53
22.488
37.768
20 Gapura 37.768 1.67
22.488
DAPIL VI
21 85.790
Arjasa 85.790 3.81
22.488
22 25.188 7
Kangayan 25.188 1.12
22.488
23 51.052
Sapeken 51.052 2.27
22.488
5
DAPIL VII
32.700
24 Gayam 32.700 1.45
22.488
22.956
25 Masalembo 22.956 1.02
22.488 5
13.965
26 Nonggunong 13.965 0.62
22.488
40.039
27 Ra’as 40.039 1.78
22.488
Sumber: KPU Sumenep
6
timbul dalam Penetapan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
Dalam hal cakupan wilayah yang sama misalnya, pembagian dapil di
Kabupaten Sumenep juga sudah sesuai dengan prinsip yang ada dalam aturan
perundang-undangan. Kendati terdapat beberapa daerah yang cakupan wilayahnya
ada di kepulauan, tapi hal itu tetap bias dikatakan masih dalam batas satu daerah
yang saling berdekatan. Ulasan lebih detail tergambar dalam gambar berikut:
7
tersebut. Penataan dapil dan realokasi kursi DPRD kabupaten/kota adalah suatu
keniscayaan. Dari regulasi yang ada, penulis menyimpulkan setidaknya ada tiga
penyebab keniscayaan ini.
Pertama, adanya dinamika wilayah administrasi kabupaten/kota.
Contohnya: adanya kabupaten/kota hasil pemekaran pasca-Pemilu 2019, adanya
Kab/Kota Induk yang sebagian wilayannya telah mekar, atau hilang karena
bencana dan sebagainya, atau terjadinya penambahan atau pengurangan jumlah
kecamatan di kabupaten/kota. Kedua, adanya dinamika jumlah penduduk.
Contohnya, seperti pertumbuhan dan pengurangan jumlah penduduk yang
mengakibatkan alokasi kursi tiap dapil lebih dari 12 kursi atau kurang 3 kursi.
Ketiga, tidak terpenuhi lagi prinsip-prinsip penataan dapil itu sendiri. Ini bisa
terjadi karena pendataan dapil DPRD kabupaten/kota Pemilu 2019 tidak memenuhi
tujuh prinsip penataan dapil yang sudah kita kemukaan sebelumnya. Bisa jadi
sebagian dari prinsip-prinsip tersebut perlu diperhatikan lagi, sehingga dapil DPRD
kabupaten/kota wajib ditata ulang atau alokasi kursi tiap dapil DPRD
kabupaten/kota perlu ditinjau kembali.
Adanya pengurangan atau penambahan penduduk pada satu dapil misalnya.
Tentu prinsip kesetaraan nilai suara, ketaatan pada sisten pemilu proporsional, dan
prinsip proporsionalitas pada dapil DPRD kabupaten/kota tersebut perlu
diperhatikan ulang, meskipun prinsip-prinsip penataan dapil yang lainnya sudah
terpenuhi. Terjadinya pengurangan atau penambahan jumlah penduduk pada satu
dapil DPRD kabupaten/kota, dipastikan mempengaruhi bilangan pembagi
penduduk (BPPd) sebagai acuan penghitungan pembagian alokasi kursi dapil.
BPPd diperoleh dari jumlah penduduk kabupaten/kota dibagi dengan alokasi kursi
DPRD kabupaten/kota.
Di Kabupaten Sumenep sendiri, belum ada penambahan signifikan jumlah
penduduk dari tahun pemilu sebelumnya. Dengan begitu, belum bisa disebutkan
adanya penambahan atau pun pengurangan alokasi kursi di DPRD Kabupaten
Sumenep.
8
BAB III
KESIMPULAN