Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

T
DENGAN MASALAH DIABETES MELITUS
KP LIMUSNUNGGAL RT 002/003
KEC.CILEUNGSI - BOGOR

Disusun Oleh :

NAMA : AYI SUMIATI


NIM : 21015010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA
JAKARTA 2022
7

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Diabetes Melitus

Dalam konsep dasar Diabetes Melitus akan di bahas tentang beberapa

hal tentang Diabetes Melitus antara lain akan membahas mengenai

pengertian, patofisiologi, tanda dan gejala, penyebab, pencegahan dan

penatalaksanaan medis Diabetes Melitus.

1. Pengertian

Diabetes Melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh

gangguan metabolisme yang ditandai dengan peningkatan gula darah

yang disebut dengan kondisi hiperglikemia (ADA, 2018). Menurut

Restiana Noor (2015) Diabetes Melitus merupakan penyakit yang

ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme

kabohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan

absolut atau relative dari kerja dan atau sekresi insulin. Menurut

Isnaeni & Ratnasari (2018) Diabetes Melitus merupakan penyakit yang

tersembunyi sebelum muncul gejala yang tampak seperti mudah lapar,

sering haus dan sering buang air kecil. Gejala tersebut sering kali

didasari ketika penderita sudah merasakan keluhan, sehingga disebut

the silent killer.

Menurut Sugianto (2016) Diabetes Melitus merupakan gangguan

metabolism yang secara genetic dan klinis termasuk heterogen dengan

manifestasi berupa hilangnya toleransi terhadap karbohidrat. Tubuh

7
8

tidak dapat mengubah kerbohidrat atau glukosa menjdai energy

disebabkan tubuh tidak mampu memproduksi atau produksi insulin

kurang bahkan tidak mampu menggunakan insulin yang dihasilkan,

sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel untuk diubah

menjadi energi dan menyebabkan kadar glukosa didalam darah

meningka. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kerusakan diberbagai

jaringan dalam tubuh mulai dari pembuluh darah, mata, ginjal, jantung,

dan syaraf yang disebut dengan komplikasi dari Diabetes Melitus.

Kadar glukosa darah normalnya dipertahankan dalam kisaran yang

sangat sempit, biasanya 70 sampai 120 mg/dl. Diagnosis

DM dipastikan oleh peningkatan glukosa darah yang memenuhi salah

satu dari tiga kriteria berikut ini.

a. Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, dengan gejala dan

tanda klasik.

b. Glukosa darah puasa >126 mg/dl pada lebih dari satu

pemeriksaan.

c. Uji toleransi glukosa oral (OGTT) yang abnormal jika glukosa

>200 mg/dl 2 jam setelah pemberian karbohidrat standar (Kumar,

Abbas, & Fusto, 2010

2. Patofisiologi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus yang merupakan penyakit dengan gangguan pada

metabolism karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat


9

bekerja secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi

kebutuhan atau keduanya. Gangguan metabolism tersebut dapat terjadi

karena 3 hal yaitu pertama karena kerusakan pada sel-sel pancreas

karena pengaruhdari luar seperti zat kimia, virus dan bakteri. Penyebab

yang kedua adalah penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pancreas

dan yang ketiga karena kerusakan reseptor insulin dijaringan perifer

(Fatimah, 2015).

Insulin yang disekresikan oleh sel beta panckreas berfungsi untuk

mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa yang tinggi

akan menstimulasi sel beta pankreas untuk mansekresi insulin

(Hanum, 2013). Sel beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal

sehingga berakibat pada kurangnya sekresi insulin menjadipenyebab

kadar glukosa darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas

sangat banyak seperti contoh penyakit autoimun dan idiopatik (NIIDK,

2014)

Gangguan respons metabolik terhadap kerja insulin disebut dengan

restensi insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor,

prereseptor dan post reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih

banyak dari biasanya untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar

tetap normal. Sensitivitas insulin untuk menurunkan glukosa darah

dengan cara menstimulasi pemakaian glukosa dijaringan otot dan

lemak serta menekan produksi glukosa oleh hati menurun. Penurunan


10

sensitivitas tersebut juga menyebabkan restensi insulin sehingga kadar

glukosa dalam darah tinggi (Prabawati, 2012).

Kadar glukosa tinggi selanjutnya berakibat pada proses filtrasi

yang melebihi transport maksimum. Keadaan ini megakibatkan

glukosa dalam darah masuk ke dalam urin (glukosuria) sehingga

menjadi diuresis osmotic yang ditandai dengan pengeluaran urin

berlebihan (poliuria). Banyaknya cairan yag keluar menimbulkan

sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang melalui urin dan

restensi insulin yang menyebabkan kurangnya glukosa yang akan

diubah menjadi energy sehingga menimbulkan rasa lapar yang

meningkat (polifagia) sebagai kompensasi terhadap kebutuhan energi.

Penderita akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada

kompensasi teradap kebutuhan energi tersebut (Hanum, 2013)

3. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

Penyakit Diabetes Melitus dapat menimbulkan berbagai gejala-

gejala pada penderita. Gejala-gejala yang muncul pada penderita

Diabetes Melitus sangat bervariasi antara satu penderita dengan

penderita lainnya bahkan, ada penderita Diabetes Melitus yang tidak

menunjukan gejala yang khas penyakit Diabetes Melitus sampai saat

tertentu, gejala-gejala Diabetes Melitus tersebut telah dikatagorikan

menjadi gejala akut dan gejala kronis (Fitriani, 2015).

Beberapa tanda-tanda dan gejala-gejala klinis Diabetes Mellitus

antara lain (Bustan, 2007) :


11

a. Poliuria
Adalah kondisi dimana terjadi kelainan pada produksi urin di

dalam tubuh yang abnormal yang menyebabkan sering berkemih.

Biasanya berkemih normalnya 4-8 kali sehari, karena kelebihan

produksi urin dalm tubh maka berkemih lebih dari normal sehari

b. Polifagia
Adalah kondisi dimana sering merasa lapar. Hal ini disebabkan

karena glukosa darah pada penderita DM tidak semuanya dapat

diserap oleh tubuh yan berkibat tubuh kekurangan energi

c. Polidipsia
Adalah kondisi akibat dari poliuria menyebabkan rasa haus

berlebihan.

d. Mudah lelah
Adalah kondisi yang terjadi akibat poliuria dan polydipsia

(sugiato, 2016).

e. Berat badan menurun


Adalah kondisi dimana kemampuan metabolisme glukosa

terganggu sehingga tubuh tidak dapat menyimpan glukosa dan

membuangnya melalui urin, sehingga tubuh mengambil glukosa

cadangan di jaringan tubuh sebagai energi (Sugianto, 2016)


12

f. Luka infeksi yang sukar sembuh


Adalah kondisi yang disebabkan efek dari hiperglikemia, sehingga

terjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik yang merusak

jaringan tubuh (Sugianto, 2016).

4. Penyebab Diabetes Melitus

Beberapa faktor yang menjadi penyebab Diabetes Melitus meliputi :

a. Genetika
Diabetes Melitus dapat diturunkan dari keluarga atau orang tua

yang mempuyai riwayat Diabetes Melitus. Faktor genetik

memegang peranan penting dalam terjadinya Diabetes Melitus

(Bustan,2007).

b. Obesitas
Peningkatan berat badan dapat menyebabkan resiko terjadinya

Diabetes Melitus. Timbunan lemak yang ada didalam tubuh

menghalangi kerja insulin, sehingga glukosa tidak dapat diangkut

kedalam sel dan menumpuk di pembuluh darah yang

menyebabkan peningkatan kadar gula darah dalam pembuluh

darah (ADA, 2018)

c. Kurang Aktivitas
Berkurangnya aktivitas tubuh dapat meningkatkan berat badan,

sehingga dapat menyebabkan obesitas (Bustan, 2007)


13

d. Usia
Menurut penelitian usia rentan terhadap Diabetes Melitus adalah

>45 tahun. Adanya pross penuaan menyebabkan berkurangnya

produksi insulin didalam pankreas (Trisnawati & Setyorogo,

2013)

e. Dislipidemia

kadar kolestrol tinggi dapat menyebabkan meningkatnya asam

lemak bebas sehingga terjadi lipotoksisiti yang dapat menyebakan

restensi insulin (Trisnawati & Setyorogo, 2013).

f. Hipertensi
Pengaruh hipertensi terhadap Diabetes Melitus disebabkan karena

penebalan pembuluh darah arteri, sehingga proses penganggkutan

glukosa dalam darah terganggu (ADA, 2018).

g. Riwayat Diabetes Gestasional


Kadar gula darah yang tidak terkontrol pada kehamilan dapat

menimbulkan banyak resiko dikemudian hari, diantaranya bayi

lahir berukuran besar, bayi lahir prematur, keguguran janin, bayi

lahir mati, tekanan darah tinggi dan kematian ibu (ADA, 2018)

5. Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi kronik terjadi karena keadaan hiperglikemia yang

menyebabkan peningkatan pembentukan protein glikasi non enzim

serta penigkatan proses glikosilasi. Komplikasi kronik terdiri dari

(Perkeni, 2015) :
14

a. Komplikasi Mikrovaskuler
Terjadinya komplikasi mikrovaskuler akibat dari penyumbatan

pada pembuluh darah kecil khususnya kapiler, komplikasi tersebut

meliputi

1) Retinopati Diabetik

Adalah suatu keadaan dimana ketajaman penglihatan pada mata

terganggu akibat dari hiperglikemia yang dapat menyebabkan

kebutaan apabila tidak dikendalikan. Gejala-gejala retinopati

adalah :

a) Penglihatan menurun

b) Tampak bercak hitam pada penglihatan

c) Nyeri pada mata

2) Nefropati Diabetik

Adalah penyakit yang menyerang ginjial akibat dari diabetes

yang ditandai dengan adanya proteinuria persisten dan

hipertensi. Gejala-gejala nefropati adalah :

a) Frekuensi buang air kecil menigkat

b) Gatal-gatal

c) Hilangnya nafsu makan

d) Insomnia

e) Lemas

f) Mual dan muntah

g) Urin berbusa
15

3) Neuropati Diabetik

Adalah suatu gangguan pada syaaraf akibat diabetes yang

ditandai dengan kesemutan, nyeri dan mati rasa. Gejala-gejala

neuropati adalah :

a) Gangguan keseimbangan

b) Keringat berlebihan

c) Disfungsi ereksi

d) Penurunan libido

e) Sembelit

b. Komplikasi Makrovaskuler

Terjadinya komplikasi makrovaskuler ditimbulkan akibat

aterosklerosis dan pembuluh-pembuluh darah besar mengalami

plak ateroma. Akibat dari komplikasi tersebut meliputi :

1) Penyakit Jantung Koroner

Adalah kelainan pada jantung yang terjadi karena penurunan

kerja jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh akibat

dari penumpukan lemak yang mengeras pada pembuluh darah

pada penderita Diabetes Melitus

2) Penyakit Pembuluh Darah Tepi

Adalah gangguan pada pembuluh darah, dimana terjadi

penyumbatan pada arteri pada kaki. Gangguan tersebut dapat

menyebabkan nyeri pada saat beraktifitas

3) Penyakit Pembuluh Darah Otak


16

Adalah penyakit yang disebabkan karena aliran darah ke otak

mengalami gangguan, sehingga menyebabkan kerusakan pada

jaringan otak. Penyakit ini lebih dikenal dengan stroke.

6. Pencegahan Diabetes Melitus

a. Pencegahan Primer Terhadap Diabetes Melitus

1) Sasaran pencegahan primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada

kelompok yang memiliki faktor resiko, yakni merka yang

belum terkena, tetapi berpotensi untuk mendapat Diabetes

Melitus dan kelompok intoleransi glukosa. Faktor resiko

intoleransi glukosa yaitu :

a) Faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi

(1) Ras dan etnik

(2) Riwayat keluarga dengan Diabetes Melitus

(3) Umur : Resiko untuk menderita intoleransi glukosa

menigkat seiring dengan meningkatnya usia. Usia >45

tahun harus dilakukan pemerikasaan Diabetes Melitus

(4) Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000

gram atau riwayat pernah menderita Diabetes

Gestasional (DMG).

(5) Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan rendah

mempunyai resiko yang lebih tinggi dibanding dengan

BB normal.
17

b) Faktor resiko yang bisa dimodifikasi

(1) Berat badan lebih (IMT≥23 kg/m²).

(2) Kurangnya aktivitas fisik

(3) Hipertensi (>140/90 mmHg)

(4) Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida

>250 mg/dl)

(5) Diet tidak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi

glukosa dan rendah serat akan meningkatkan resiko

menderita prediabetes/intoleransi glukosa

c) Faktor lain yang terkait dengan resiko Diabetes Melitus

(1) Menderita Polycytic Ovary Syndrome (PCOS) atau

keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi

insulin

(2) Penderita sindrom metabolic yang memiliki riwayat

toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah

puasa terganggu (GDPT) sebelumnya.

(3) Penderita yang memiliki riwayat penyakit

kardiovaskular, seperti stroke, penyakit jantung

coroner, atau PAD (Peripheral Arterial Diseases)

2) Materi Pencegahan Primer Diabetes Melitus

Pencegahan primer dilakukan dengan tindakan penyuluhan

dan pengelolaan yang ditunjukan untuk kelompok masyarakat


18

yang mempunyai resiko tinggi dan intoleransi glukosa. Materi

penyuluhan antara lain

a) Progam penurunan berat badan

(1) Diet sehat

(2) Jumlah asupan kalori ditunjukan untuk mencapai

berat badan ideal

(3) Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan

diberikan secara terbagi dan seimbang sehinga tidak

menimbulkan puncak (peak) glukosa darah yang

tinggi setelah makan

(4) Komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak

jenuh dan tinggi serat larut

b) Latihan jasmani

c) Menghetikan kebiasaan merokok

d) Pada kelompok dengan resiko tinggi diperlukan

intervensi farmakologis

b. Pencegahan sekunder terhadap Diabetes Melitus

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau

menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah

terdiagnosis Diabetes Melitus. Tindakan pencegahan sekunder

dilakukan dengan pengendalian kadar glukosa sesuai target terapi

serta pengendalian faktor resiko penyulit yang lain dengan

pemberian pengobatan yang optimal. Melakukan deteksi dini


19

adanya penyulit merupakan bagian dari pencegahan sekunder.

Tindakan ini dilakukan sejak awal pengelolaan penyakit Diabetes

Melitus. Progam penyuluhan memegang peran penting untuk

meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani progam

pengobatan sehingga mencapai target terapi yang diharapkan.

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier ditunjukan pada kelompok penyandang

diabetes yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah

terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas

hidup. Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin,

sebelum kecacatan menetap, pada upaya pencegahan tetap

dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi

penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan

untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.

Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan komperhensif

dan terintegrasi antar disiplin yang terkait terutama dirumah sakit

rujukan. Kerjasama yang baik antara para ahli diberbagai disiplin

(jantung, ginjal, mata, saraf, bedah ortopedi, bedah vascular,

radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatris, dan lain-lain sangat

diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier.

7. Perawatan Diabetes Melitus

Pasien Diabetes Melitus sebaiknya menerima palayanan medis dari

tim yang dikoordinatori oleh dokter. Tim tersebut dapat terdiri dari
20

dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, dan psikolog dengan keahlian dan

minat khusus pada diabetes (ADA, 2010). Penanganan secara tim ini

diharapkan dapat memberikan pelayanan yang holistic dan menyeluruh

terhadap pasien diabetes.

PERKENI (2006) memberikan rekomendasi dalam

penatalaksanaan pasien Diabetes Melitus. Secara umum,

penatalaksanaan non farmakologis dan penatalaksanaan farmakologis.

Penatalaksanaan non farmakologis yang direkomendasikan adalah diet

dan olah raga.

Pengaturan diet yang baik merupakan kunci keberhasilan terapi

diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi

seimbang terkait dengan karbohidrat, protein, dan lemak. Jumlah kalori

disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress, dan

kegiatan fisik yang pada dasarnya ditunjukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan telah

dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki

respon sel beta terhadap stimulus glukosa.

Melakukan olahraga secara teratur akan menurunkan dan menjaga

kadar gula darah tetap normal. Olahraga yang disarankan yang bersifat

Continuous, Rhytmical, Interval, progressive, Endurance Training dan

disesuaikan dengan kemampuan serta kondisi penderita. Beberapa

olahraga yang disarankan antara lain jalan, lari, bersepeda dan

berenang. Dengan latihan ringan dan teratur setiap hari, dapat


21

memperbaiki metabolism glukosa, asam lemak, ketone bodie.dan

merangsang sintesis glikogen.

Untuk penatalaksanaan farmakologis, ada beberapa golongan obat

anti diabetes oral (ADO), diantaranya :

a. Golongan sulfonylurea

Mekanisme kerja ADO golongan sulfonylurea dengan cara

menngikat reseptor pada sel ß pankreas, membentuk membrane

depolarisasi dengan stimulasi sekresi insulin.

b. Golongan meglitinid

Repaglinid dan nateglini merupakan golongan meglitinid.

Mekanisme kerjanya sama dengan sulfonylurea yaitu

meningkatkan sekresi insulin dari pankreas tetapi dengan onset

lebih cepat dan waktu kerja lebih lama.

Dosis pemakaian repaglinid adalah 0,1 – 1 mg 15 menit

sebelum makan dan dosis maksimum per hari adalah 16 mg.

Sedangkan dosis pemakaian nateglinid adalah 120 mg

sebelum makan. Dosis nateglinid diberikan 60 mg jika nilai

A1C mendekati tujuan yang diharapkan.

c. Golongan biguanid

Cara kerja obat golongan biguanid dengan mereduksi

glukoneogenesis hati dan meningkatkan sensitivitas insulin.

Dosis pemakaian golongan biguanid (metformin) adalah 500


22

mg 1 atau 2x sehari dan dosis maksimal per hari adalah 2250

mg.

d. Golongan thiazolidinedione

Terdapat 2 cara kerja obat golongan thiazolidinedione. Cara

pertama adalah proliferator peroksisom yang mengaktifkan

reseptor gamma antagonis. Sedangkan cara kedua adalah

meningkatkan sensitivitas insulin dan produksi metabolisme

glukosa.

Dosis pemakaian pioglitazon adalah 15 mg 1x sehari dan

dosis maksimal perhari adalah 45 mg. Sedangkan dosis

pemakaian rosiglitazon adalah 1-2 mg 1x sehari dan dosis

maksimal per hari adalah 8 mg.

e. Penghambat enzim α-glikosidase.

Obat ini dapat memperlambat absorpsi polisakarida,

dekstrin, dan disakarida di intestin. Dengan menghambat kerja

enzim α-glikosidase di brush border intestin, dapat mencegah

peningkatan glukosa plasma pada orang normal dan pasien

DM. Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi insulin,

maka tidak akan menyebabkan efek samping hipoglikemia.

Contoh obat penghambat enzim α-glikosidase adalah

acarbose. Acarbose dapat digunakan sebagai monoterapi pada

DM usia lanjut atau DM yang glukosa postprandialnya sangat


23

tinggi. Dosis pemakaian acarbose adalah 25 mg 3x sehari,

diberikan bersamaan dengan makanan dan dosis maksimal per

hari adalah 300 mg.

f. Inhibitor dipeptidyl peptidase-4.

Cara kerja obat golongan inhibitor ipeptidyl eptidase-4

adalah dengan menghambat kerusakan glukagon-like-peptide-1

(GLP 1) dan dapat meningkatkan sekresi insulin. Contoh dari

obat golongan ini adalah sitagliptin. Dosis pemakaian

sitagliptin 100 mg 1x sehari. Sedangkan dosis pemakaian

saxagliptin adalah 5 mg 1x sehari.

g. Insulin.

Berdasarkan waktu kerja obat setelah injeksi, insulin dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Insulin kerja cepat/short acting : insulin regular

2) Insulin kerja sangat cepat/rapid acting : insulin aspart,

lispro, dan glulisin

3) Insulin kerja menengah /intermediate acting : Neutral

Protamine Hagedone (NPH)

4) Insulin kerja panjang/long acting : insulin glargine dan

detemir, tidak dapat dikombinasikan dengan insulin lain.

untuk kebutuhan insulin pada pasien DM umumnya

berkisar antara 5-150 U sehari, tergantung keadaan pasien.

Selain faktor tersebut, untuk penetapan dosis perlu diketahui


24

kadar glukosa darah puasa dan dua jam sesudah makan. Insulin

dengan dosis terbagi digunakan pada pasien DM sebagai

berikut :

1) Kadar glukosa darah tidak stabil dan sukar dikontrol

2) Hiperglikemi berat sebelum makan pagi yang tidak dapat

dikoreksi dengan insulin dosis tunggal per hari

3) Membutuhkan insulin lebih dari 100 U per hari. Pada

pasien ini diet karbohidrat sebaiknya dibagi menjadi 6-7

kali pemberian.

B. Konsep Dasar keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga

didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam

suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas

anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal

dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan

yang disebabkan oleh kelahiran,adopsi,maupun perkawinan (Stuart,2014).

Menurut Duval keluarga merupakan sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan,adopsi,kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan upaya yang

umum,meningkatkan perkembangan fisik mental,emosional dan

social dari tiap anggota keluarga (Harnilawati,2013).

Menurut Helvie keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal


25

dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan

yang erat. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena

hubungan darah,hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan

didalam perannya masing- masing menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan (Friedman,2010) Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan melalui ikatan

perkawinan, darah, adopsi serta tinggal dalam satu rumah.

2. Jenis/tipe keluarga

Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

a. Tipe keluarga tradisional

1) Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang

terdiri atas suami,istri dan anak.

2) Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri

namun tidak memilikianak.

3) Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua dengan

anak yang terjadi akibat peceraian atau kematian.

4) Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya

terdiri dari satu orang dewasa yang tidak menikah.

5) Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga

inti ditambah dengan anggota keluarga lainnya.

6) Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal sendiri

dirumah dikarenakan anak-anaknya telah memiliki rumah tangga


26

sendiri.

7) Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersamaan

dan menggunakan pelayanan Bersama.

b. Tipe keluarga nontradisional

1) Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri dari

orang tua dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.

2) Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal

bersama tanpa adanya ikatan perkawinan.

3) Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki

persamaan jenis kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-

istri.

4) Nonmarital Hetesexual Cohabiting family,keluarga yang

hidup Bersama tanpa adanyanya pernikahan dan sering berganti

pasangan.

5) Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki

hubungan darah dalam waktu sementara. (Widagdo, 2016).

3. Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam, di antaranya

adalah: (Mubarok, 2010, hal. 68).

a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal adalah keluarga sederah yang terdiri atas sanak saudara


27

dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusn melalui jalur

garis ibu.

c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan suami istri.

4. Fungsi keluarga

Macam-macam Fungsi KeluargaTerdapat 5 fungsi keluarga dan

berikut penjelasannya antara lain (Wirdhana et al., 2013) :

a. Fungsi Keagamaan
b. Fungsi Sosial Budaya
c. Fungsi Cintadan Kasih Sayang
d. Fungsi Perlindungan
e. Fungsi Pendidikan

5. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga dan Tugas

Perkembangan Keluarga

Tahapan perkembangan keluarga berdasarkan pada siklus kehidupan yang

terdiri 8 tahapan menurut duvall (Komang Ayu, 2016) Yaitu :

a. Keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai

bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal

atau status lajang kehubungan baru yang intim.


28

b. Keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak

pertama hingga bayi berusia 30 bulan.

c. Tugas perkembangan :

1) Perubahan peran menjadi orang tua, Perubahan hidup yang

sulit, masatransisi, tugas kritis.Suami merasa diabaikan,

peningkatan perselisihan dan argumentasi suami dan isteri,

interupsi dalam jadwal yang continue, kehidupan seksualdan

sosial terganggu.

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : Peran,

interaksi, kebutuhan-kebutuhan, keselamatan, keterbatasan, toilet

training, komunikasi bayi.

3) Keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak

pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak

berusia 5tahun.

4) Keluarga dengan usia sekolah dimulai ketika anak pertama

berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada

usia 13 tahun,awal dari masa remaja.

5) Keluarga dengan anak remaja yang dimualai ketika anak

pertamamelewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7

tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan

keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di

rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.

6) Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai

oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir

dengan “rumah kosong”, ketika anak terakhir.


29

7) Meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atauagak

panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum

menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh

tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk

kehidupan dewasa yang mandiri

8) Orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak

terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun

atau kematian salah satu pasangan.

9) Keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimali dengan salah

satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun,

hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan

pasangan lainnya meninggal.

C. Konsep Proses KeperawatanKeluarga

1. Pengkajian

Pengkajian Menurut (zaidin ali, 2010, hal.42) Pengumpulan data

meliputi : Faktor social- budaya-ekonomi, factor lingkungan, riwayat

kesehatan/riwayat medis.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga di rumuskan berdasarkan data yang

di dapatkan pada pengkajian, Diagnosa yang dapat muncul pada

keluarga terkait pungsi keperawatan keluarga seperti ketidak efektifan

manajemen kesehatan diri, ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan diri.

Ketidak efektifan penatalaksanaan regimen terapeutik, dll (NANDA, 2015).


30

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif

dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakan

diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berpikir

kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam

medic, dan pemberi pelayanan kesehatan lain (Ambarwati & Wulandari,

2010). Diagnosis keperawatan dapat dibedakan menjadi lima kategori,

antara lain :

a. Aktual

Menjelaskan masalah yang sedang terjadi saat ini dan harus sesuai

dengan data-data klinik yang diperoleh.

b. Resiko

Menjelaskan masalah kesehatan yang akan terjadi jika tidak

dilakukan intervensi keperawatan.

c. Potensial

Data tambahan diperlukan untuk memastikan masalah

keperawatan yang potensial. Pada data ini data penunjang dan

masalah belum ditemukan tetapi sudah ada faktor yang

menimbulkan masalah.

d. Wellness

Diagnosis keprawatan sejahtera (wellness) adalah kemampuan

klinik tentang kemampuan individu, keluarga dan atau masyarakat

dalam transisi dari tingkat sejahtera ketingkat sejahtera yang lebih

tinggi.
31

e. Sindrom

Diagnosis keperawatan sindrom adalah diagnosis yang terdiri dari

kelompok diagnosis actual dan resiko tinggi yang dipekirakan

akan muncul karena sesuatu kejadian atau situasi tertentu

Diagnosis keperawatan yang muncul pada penderita

Diabetes Melitus menurut (SDKI, Edisi 1. 2016) sesuai dengan

perioritas masalah antara lain :

1) Kurangnya pengetahuan b.d. kurangnya informasi tentang

perjalanan penyakit diabetes mellitus

2) Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga b.d.

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang menderita Diabetes Melitus

3) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d. ketidakmampuan

mengatasi masalah individu keluarga

3. Intervensi keperawatan

Setelah diagnosa keperawatan teridentifikasi dilanjutkan dengan

perencanaan. Langkah pertama pada perencanaan adalah prioritas masalah

dengan menggunakan kriteria penapisan masalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 skoring dalam menentukan diagnosa

No. Kriteria Skor Bobot

1. Sifat Masalah :
Skala : Aktual 3
Risiko 2 1
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
32

Skala : Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat diubah 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi 3
Sedang 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1 1
Ada masalah tetapi tidak perlu 0
ditangani
Masalah tidak dirasakan

Cara perhitungan skor :

Pertama tentukan skor untuk setiap prioritas yang telah dibuat.

Selanjutnya skordibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan

bobot. Jumlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5.

a. Tujuan Perencanaan

1) Tujuan umum

Merupakan tujuan yang lebih menekankan pada pencapaian

akhir sebuah masalah, dimana perubahan perilaku yang

merugikan kesehatan ke arah perilaku yang menguntungkan

kesehatan. Tujuan umum ini lebih mengarah pada kemandirian

klien dan keluarga sebagai asuhan keperawatan keluarga. Sebagi

acuan dalam penyusunan tujuan umum disesuaikan dengan

masalah pada diagnosa yang ditemukan.

2) Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam rencana keperawatan lebih


33

menekankan pada pencapaian hasil dari masing-masing kegiatan

dan diselesaikan dengan tugas keluarga. Setelah ditentukan tujuan

dari rencana keperawatan tahapan selanjutnya menentukan ktiteria

hasil dan standar. Dalam kriteria hasil memberikan gambaran

tentang faktor-faktor yang memberikan petunjuk bahwa tujuan

telah dicapai. Sedangkan standar menunjukkan tingkat

pelaksanaan yang sebenarnya. Kriteriadalam

intervensikeperawatan meliputi kriteria kognitif, afektif, dan

psikomotor.

b. Klasifikasi Perencanaan

Menurut Friedman dalam Agus Citra (2015), dalam memberikan

gambaran yang berkaitan dengan klasifikasi intervensi antara lain:

1) Supplemental

2) Fasilitatif

3) Developmental

c. Perencanaan

Ada tiga dominan yang bisa kita gunakan dalam menyusun

intervensi (Calgary) yaitu:

1) Kognitif

2) Afektif

3) Psikomotor

4. Implementasi / pelaksanaan

Implementasi KeperawatanImplementasi merupakan tindakan yang

sudah direncanakan dalam rencanakeperawatan. Tindakan yang mencakup


34

tindakan mandiri dan tindakan kaloborasi.

a. Tindakan mandiri (Independen) Adalah aktivitas perawat yang

didasarkan pada kesimpulan dankeputusan sendiri bukan merupakan

petunjuk atau perintah kesehatan lain.

b. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan atas dasar hasil

keputusan bersama, seperti dokter atau petugas kesehatan

lain. Berdasarakan referensi diatas, impelementasi merupakan

tindakan nyata yang dilakukan terhaadap klien sesuai dengan

intervensi yang telah dibuat baik itu secara mandiri atau kolaborasi.

(Maslikah, 2018).

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahapanterakhir dari proses keperawatan

keluarga. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemampuankeluarga

dalam mencapaitujuan. Dalam evaluasi terdapat 2 jenispelaksanaan

asuhan keperawatan keluarga sebagai berikut :

a. Evaluasi Formatif

Evaluasi yang dilakukan sesaatsetelah pelaksanaan tindakan

keperawatan. penulisannya lebihdikenal dengan menggunakan format

SOAP.

b. Evaluasi Sumatif

Evaluasi akhir apabila waktu perawatan sudah sesuai dengan

perencanaan. Bila terdapatketidaksesuaian dalam hasil yang

dicapai, keseluruhan proses mulai dari pengkajian sampai dengan

tindakan perlu ditinjau kembali.Ada beberapa metode yang perlu

dilaksanakan dalam melakukan evaluasi diantaranya adalah

observasi
35

langsung,wawancara, memeriksa laporan dan

latihanstimulasi (Dion & Betan, 2015).


45

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Hasil

1. Pengkajian

Penjajakan Tahap

Pada tanggal 10 oktober 2022 pukul 17.00 WIB penulis

mendatangi keluarga Ny.T untuk melakukan pengkajian dan

pengumpulan data- data dasar yang meliputi komposisi keluarga,

genogram keluarga, tipe keluarga, kebiasaan sehari-hari, kegiatan

sosial, penghasilan keluarga, sistem nilai yang dianut keluarga dan

lingkungan. Selain itu penulis juga mengkaji tentang data status

kesehatan anggota keluarga. Adapaun hasil yang diperoleh penulis

sebagai berikut:

a. Struktur Dan Sifat Keluarga

1) Kepala Keluarga

Nama kepala keluarga Ny.T berjenis kelamin perempuan

,berusia 70 tahun, berpendidikan terkahir SD, beragama Islam,

saat ini bekerja sebagai seorang asisten rumah , tempat tinggal

keluarga Ny.T di RT 002 / RW 003 desa

limusnunggal,Cileungsi Bogor

2) Susunan Keluarga

Data yang di proses dari pengkajian didapatkan dari keluarga

Ny.T mempunyai 4 orang anak, anak pertama bernama Tn. S

berusia 36 thn berjenis kelamin laki-laki,


45
46

bekerja sebagai buruh dan sudah menikah sekarang ikut

dengan isterinya. anak kedua Tn. M berusia 30 thn berjenis

kelamin laki-laki, bekerja sebagai buruh harian lepas, sekarang

ikut tinggal bersama dengan sodaranya yang ada dipemalang.

Anak ketiga bernama Ny.M berusia 25 thn, pekerjaannya

sebagai ibu rumah tangga, sekarang ikut tinggal bersama

suaminya dan anak keempat Tn. C berusia 21 thn berjenis

kelamin laki-laki, dan bekerja sebagai buruh harian lepas.

3) Genogram

Ny.T merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara, Ny. W

mempunyai seorang kakak perempuan, seorang adik

perempuan dan dua adik laki-laki masing masing sudah

memiliki keuarga, ayah, ibu dan kakak permpuan Ny.T sudah

meninggal dunia. Tn.A merupakan suami Ny.T yang sudah

meninggal, Tn.A adalah anak kedua dari empat saudara.

Masing-masing adik Tn.A sudah menikah, ayah, ibu dan kakak

Tn.A sudah meninggal. Ny.T dan Tn.A Menikah dan memiliki

4 orang anak berjenis kelamin satu Perempuan dan tiga laki-

laki,Tn. S anak pertama sudah menikah dan ikut tinggal

bersama istrinya,Tn. M anak kedua ikut dengan saudaranya

yang ada di pemalang,Ny. M anak ketiga sudah menikah dan

ikut tinggal bersama suaminya, dan Tn. C anak keempat tinggal

bersama dengan Ny.T


47

Gambar 4.1 Genogram Keluarga Ny. T

Keterangan :

: Laki – laki : Klien

: Perempuan :Tinggal Serumah

: Garis Keturunan : Meninggal

4) Tipe Keluarga

Tipe keluarga Ny.T adalah single parent, dimana keluarga

terdiri dari ibu, dan 1 orang anak. Tahap perkembangan

keluarga Ny.T adalah keluarga yang melepas anak dengan anak

pertama dan kedua sudah menikah, anak kedua usia 30 tahun,

dan anak ke empat 21 tahun.

5) Pengambilan Keputusan

Pola pengambil keputusan di dalam keluarga Ny.T dilakukan

secara musyawarah. Pengambil keputusan dalam


48

keluarga adalah ibu. Dalam menghadapi masalah kesehatan

keluarga bisanya keluarga mengatasinya sendiri tanpa meminta

bantuan dari tetangga atau orang lain.

6) Hubungan Dalam Keluarga

Ny.T tinggal bersama dengan 1 cucunya, interaksi dengan

keluarga komunikasi dalam anggota keluarga baik. Anggota

keluarga yang paling dipercaya adalah kepala keluarga,

sedangkan untuk membantu masalah kesehatan yang dihadapi

oleh keluarga adalah anak ke empat. Harapan keluarga terhadap

anak-anak adalah agar anak-anaknya sukses dan

membahagiakan keluarga.

b. Kebutuhan dalam Hidup Sehari-Hari

1) Kebutuhan Nutrisi

Kebutuhan nutrisi keluarga Ny.T berusaha untuk memenuhi

gizi seimbang, komposisi makanan yang selalu ada antara lain

adalah makanan pokok, lauk pauk baik protein hewani maupun

nabati serta sayuran. Kebutuhan susu dan buah-buahan kadang-

kadang. Cara menyajikan makanan dalam keluarga terbuka,

pantangan makanan dalam keluarga tidak ada. Kebiasaan

keluarga dalam mengelola air minum adalah isi ulang.

Kebiasaan keluarga dalam mengolah makanan adalah

dipotong-potong baru dicuci. Kebiasaan makan di keluarga

adalah sendiri-sendiri.
49

2) Kebutuhan Eliminasi

Pola eliminasi buang air besar keluarga adalah sehari sekali

untuk anggota keluarga. Pola eliminasi buang air kecil keluarga

biasanya adalah empat sampai lima kali perhari untuk setiap

keluarga, menurut keluarga jika banyak minum, maka

kencingnya atau buang air kecilnya juga banyak dan sering.

3) Istirahat dan Tidur

Dari hasil pengkajian menurut keluarga Ny.T kebiasaan tidur di

siang hari adalah kurang lebih 2 jam untuk Ny.T dan Ny

A ,tetapi untuk Ny.T jarang tidur siang, Setiap anggota

keluarga sudah memiliki kamar tidur masing- masing.

4) Aktivitas Olahraga

Keluarga Ny.T suka olahraga misalnya jalan pagi, tetapi tidak

setiap hari dilakukan hanya pada saat ingin olahraga saja.

5) Kebersihan Diri

Anggota keluarga biasanya mandi dua kali sehari

menggunakan sabun, sikat gigi dua kali sehari menggunakan

pasta gigi. Mencuci rambut dengan shampo dilakukan dua hari

sekali oleh anggota keluarga.

6) Rekreasi / Waktu senggang

Keluarga Ny.T tidak mempunyai kebiasaan rekreasi yang

teratur, dalam setahun cuma satu dua kali, lokasi yang


50

dikunjungi kampung halaman, anggota keluarga dalam waktu

senggang khususnya Ny.T memanfaatkan kegiatan bermanfaat

dengan berbincang santai , kegiatan tersebut tidak berpengaruh

terhadap kehidupan keluarganya.

7) Pola Asuh Anak

Kebiasaan Ibu dalam mengasuh anak-anaknya adalah sangat

melindungi. Harapan orang tua terhadap anak-anaknya agar

anak-anaknya menjadi sukses dan sehat selalu, tahapan saat ini

adalah keluarga yang melepas anak usia dewasa muda.

c. Faktor Sosial Budaya


Ekonomi

1) Penghasilan dan Pengeluaran

keluarga Ny.T mempunyai penghasilan sendiri dari berjualan

warung, penghasilan tersebut digunakan untuk kepentingan

keluarga , bila digabungkan pendapatan keluarga sebulan tidak

tetap di bawah 4.500,000/bulan. Menurut keluarga penghasilan

mereka cukup untuk biaya sehari-hari.

2) Pendidikan

Menurut keluarga Ny.T semua anggota keluarga bisa membaca,

anggota keluarga tidak ada yang memiliki keterampilan khusus.

Pandangan keluarga terhadap anak- anaknya penting, namun

anak-anaknya tidak mau melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi.
51

3) Sistem Nilai

Suku ibu adalah suku batak.tidak ada nilai-nilai yang

bertentangan dengan kesehatan, nilai agama menurut keluarga

tidak bertentangan dengan kesehatan, menurut persepsi

keluarga terhadap kesehatan itu sangat penting.

4) Hubungan dengan Masyarakat

Menurut Ny.T tidak seluruh anggota keluarga yang mengikuti

kegiatan kemasyarakatan di bidang kesehatan karena bekerja,

belum ada penghargaan yang diterima dari masyarakat karena

keikutsertaan dalam kegiatan kesehatan masyarakat. Keluarga

tidak pernah memiliki konflik di masyarakat. Keluarga

menggunakan faktor-faktor penunjang yang ada dilingkungan

untuk memecahkan masalah kesehatan seperti klinik dan

pelayanan kesehatan.

d. Faktor Lingkungan

1) Perumahan

Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa rumah yang

ditempati Ny.T adalah rumah kontrakan di rusunawa, jenis

bangunannya adalah permanen, luas bangunan 3x9 m². Atap

rumah terbuat dari genteng, ventilasi rumah ada, luas ventilasi

kurang dari 10% luas lantai. Cahaya dapat masuk pada siang

hari, penerangan listrik, lantai ubin, kondisi rumah secara

keseluruhan bersih, ruang tamu, kamar tidur, dapur , kamar


52

mandi bersama dan WC dalam keadaan bersih, Tetapi terlihat

beberapa barang tidak tertata.

Gambar 4.2 Denah Rumah Keluarga Ny.T

3m²

III IV

9m² II

Keterangan : I : Ruang tamu

II : Kamar Ny.T

III : Dapur

IV : Kamar Mandi

2) Pengelolaan Sampah

Dari hasil pengkajian, keluarga Ny.T mempunyai tempat

pembuangan sampah, sampah biasanya di ambil oleh petugas

setiap hari.

3) Sumber Air

Keluarga Ny.T mempunyai sumber air adalah PAM, air

tersebut digunakan untuk mandi .Keadaan fisik air baik, tidak

berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak ada endapan


53

4) Jamban Keluarga

Keluarga Ny.T BAB di WC bersama, jenis jamban keluarga

adalah wc jongkok,terlihat bersih. Jarak tempat pembuangan

dengan sumber air adalah >10 meter.

5) Pembuangan Air Limbah

Keluarga Ny.T mempunyai saluran pembuangan air kotor,

kondisinya tertutup, pembuangannya malalui pipa dan di

alirkan kesaluran pembuangan air kotor atau selokan.

6) Fasilitas Sosial dan Fasilitas Kesehatan

Menurut keluarga Ny.T ada perkumpulan kegiatan . Fasilitas

kesehatan ada seperti puskesmas, klinik dan rumah sakit.

Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut

dengan dijangkau menggunakan kendaraan umum atau angkot.

e. Psikologis

1) Status Emosi

Respon keluarga Ny.T jika ada salah satu anggota yang

berhasil adalah bangga, respon keluarga terhadap kehilangan

adalah keluarga merasa sedih dan merasa kehilangan dan butuh

waktu untuk menghilangkan rasa sedih.

2) Konsep Diri

Keluarga Ny.T menerima dirinya sebagai kepala keluarga

menggantikan suaminya yang sudah meninggal, klien dengan


54

keluarga baik-baik saja, Ny.T menerima dirinya sebagai

sesuatu yang berharga.

3) Pola Interaksi

Menurut keluarga Ny.T paling sering terjadi interaksi dalam

keluarga adalah pada malam hari dan hari libur . Dalam situasi

makan malam interaksi itu terjadi. Interaksi yang terjalin antara

keluarga terjalin dengan baik antara anak dan Ny, W. Tidak ada

masalah dalam berinteraksi dengan keluarga, tidak ada konflik

keluarga tentang pola interaksi.

4) Pola Komunikasi

Cara komunikasi keluarga Ny.T yang sering diterapkan dalam

keluarga adalah komunikasi langsung, sifat komunikasi terbuka

yang sering diterapkan dalam keluarga, di dalam keluarga yang

paling dominan berbicara adalah Ny.T, bahasa yang digunakan

oleh anggota keluarga adalah bahasa melayu .

5) Pola Pertahanan

Mekanisme penanggulangan masalah kesehatan dalam

keluarga Ny.T di atasi secara mandiri, respon keluarga jika

salah satu anggota keluarga bermasalah dengan pola

pertahanannya yaitu dengan mencari jalan keluar, jika masalah

tidak teratasi, maka keluarga membantu mencari jalan keluar.


55
f. Derajat Kesehatan

1) Kejadian Kesakitan
56

Saat ini ada anggota keluarga Ny.T yang sedang menderita

sakit. Ada anggota keluarga yang menderita penyakit yaitu

Ny.T dengan Diabetes Mellitus dan cara menaggulanginya

yaitu dengan cara mengatur pola makan nya kembali.

2) Perilaku Keluarga dalam Penanggulangan Sakit

Kebiasaan keluarga Ny.T jika ada anggota yang sakit adalah

pergi ke tenaga kesehatan. Apabila keluarga ada yang sakit

biasanya mencari pertolongan pergi ke klinik atau dokter

praktek.

3) Kejadian Cacat

Anggota keluarga Ny. T tidak ada yang cacat, semuanya

normal seperti orang lain pada umumnya, dalam pengkajian

juga tidak ditemukan riwayat keturunan cacat.

4) Kejadian Kematian dalam 1 Tahun Terkahir

Dalam keluarga Ny. W tidak ada yang meninggal dalam satu

tahun terakhir.

Dari hasil pemeriksaan fisik seluruh anggota keluarga Ny.T

didapatkan data sebagai berikut:

Ny.T dengan berat badan 58 kg, tinggi badan 165 cm, nadi 90

kali per menit, suhu badan 36°C, pernafasan 20 kali per menit,

tekanan darah 140/90 mmHg , Gula darah terakhir 222 mg/dl.

Ny.T mengatakan kadang penglihatan kabur , sering haus ,

sering lapar,badan terasa pegal-pegal dan gatal-gatal.


57

lapar , dan ujung jari-jari sering terasa kesemutan, Ny.T terlihat

mempunyai rambut pendek , mata simetris, hidung bersih, dada

simetris, kojungtiva ananemis, kulit bersih dan turgor elastis,

mukosa mulut lembab, sedangkan untuk pengembangan dada

simetris dan abdomen tidak ada kembung.

Kesimpulan: Ny.T ada masalah kesehatan Diabetes Mellitus

Tn. C umur 21 thn, BB 70 kg , TB 165 cm , TD 120/90 mmHg , N

89x/menit , S 36,5 ºC , RR 20 x/menit kulit kepala bersih tidak ada

nyeri , mata simetris , konjungtiva anemis , hidung tidak ada

sekret , mukosa mulut agak kering.

Kesimpulannya: Ny A tidak ada masalah kesehatan

Dari hasil pengkajian seluruh anggota keluarga Ny.T masalah

kesehatan yang ditemukan ada pada Ny.T adalah Diabetes Mellitus

dan faktor keturunan dan pola hidup yang tidak sehat.

Penjajakan tahap II

Masalah Kesehatan Penyakit Diabetes

a. Kemampuan Mengenal Masalah Kesehatan

Ketika ditanya tentang Diabetes keluarga Ny.T menjawab belum

tahu dan menggelengkan kepalanya. Ketika ditanya penyebab

Diabetes keluarga Ny.T mengatakan belum tahu.


58

Kemudian ketika ditanya tanda-tanda dari penyakit Diabetes

keluarga Ny.T menjawab gula darah tinggi.

b. Kemampuan Mengambil Keputusan

Ketika ditanya Diabetes itu berbahaya atau tidak keluarga Ny.T

mengatakan berbahaya . Ketika ditanya apa bahaya penyakit

Diabetes keluarga Ny.T mengatakan bisa sampai diamputasi kalau

sudah parah . Ketika ditanya bagaimana perasaannya sekarang,

keluarga Ny.T mengatakan takut jika gulanya tinggi. tindakan

keluarga untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus yaitu dengan

berobat ke klinik setempat. Ny.T keluraga percaya terhadap

petugas tenaga kesehatan yang ada dilingkungan masyarakat

c. Kemampuan Merawat Anggota Keluarga yang Sakit Diabetes

Ketika ditanya bagaimana pengobatan terhadap penyakit

Diabetes, keluarga Ny.T mengatakan berobat ke puskesmas.

Ketika ditanya tentang pencegahan Diabetes, keluarga Ny.T

mengatakan tidak tahu.

d. Kemampuan Memodifikasi Lingkungan

Ketika ditanya keuntungan kebersihan lingkungan yang baik,

keluarga Ny.T mengatakan membuat hidup sehat. Ketika ditanya

kriteria rumah sehat, keluarga Ny.T mengatakan rumah yang

bersih. Ketika ditanya bagaimana cara memodifikasi


59

lingkungan yang berhubungan dengan masalah Diabetes, keluarga

Ny.T mengatakan jangan sampai lantai licin. Ketika ditanya

apakah rumahnya sudah aman, nyaman, dan penerangan cukup,

keluarga Ny.T mengatakan rumahnya belum nyaman karena

masih banyak barang berantakan. Dan ketika ditanya akibat

lingkungan yang tidak aman, nyaman, dan penerangan tidak

cukup, keluarga Ny.T mengatakan tidak tahu.

e. Menggunakan Fasilitas Umum dan Fasilitas Kesehatan

Ketika ditanya apakah ada pelayanan kesehatan terdekat, keluarga

Ny.T mengatakan ada puskesmas, klinik, dan rumah sakit. Ketika

ditanya apa keuntungan adanya pelayanan kesehatan, keluarga

Ny.T mengatakan bisa berobat dekat. Ketika ditanya apakah sudah

membawa atau pergi ke pelayanan kesehatan, keluarga Ny.T

mengatakan membawa anggota keluarga ke fasilitas kesehatan jika

ada yang sakit

Hasil Penjajakan Pertama :

Diabetes Melitus

Hasil Penjajakan Kedua :

KMK DM :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah


60

b. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit

c. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko terjadinya komplikasi DM pada Ny.T berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah

Diabetes.

Skoring

Resiko terjadinya komplikasi DM pada Ny.T berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah

Diabetes.

Tabel 4.1 skoring dalam menentukan diagnosa

No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


.
1. Sifat masalah 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sudah terjadi ,
(Aktual) ditandai dengan Ny.T
3 mengeluh kadang penglihatan
kabur , sering haus , sering
lapar , dan ujung jari-jari
sering terasa kesemutan. Bila
tidak ditangani akan
mengalami kompilikasi seperti
gagal , dan stroke
2. Kemungkina 2 2/2 x 2= 2 Ny.T mempunyai keinginan
n masalah untuk sembuh, pengetahuan
61

untuk diubah keluarga tentang DM dapat


(mudah) ditingkatkan dan pelayanan
2 kesehatan tersedia mudah
dijangkau. Tetapi beberapa
bulan terakhir tidak pernah
kontrol gula darah dan tidak
pernah minum obat.
3. Potensial 1 2/3 x 1= 2/3 Ny.T mempunyai keinginan
masalah untuk mengurangi resiko
untuk kompilkasi dengan berobat ke
dicegah dokter praktek Dan masih
(tinggi) dalam keadaan sehat, tidak
2 perlu dirawat di RS. Ny.T
sudah menghindari makanan
manis tetapi tidak tahu
takarannya dan aktivitas yang
memicu timbulnya komplikasi.
4. Menonjolnya 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan ada
masalah masalah, karena tidak tahu
(tidak segera) tentang pengertian, tanda dan
2 gejala, penyebab, serta
pencegahannya, maka Ny.T
jika merasa sakitnya berat baru
berobat puskesmas.
Jumlah 4 2/3

Hasil Skoring Resiko terjadinya komplikasi DM pada Ny.T

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga dengan masalah Diabetes adalah 4 2/3.


62

3. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi

a. Diagnosa

Resiko terjadinya komplikasi DM pada Ny.T berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

dengan masalah Diabetes.

b. Tujuan Umum

Setelah dilakukan kunjungan keluarga selama 3 x pada Ny.T

diharapkan resiko terjadinya komplikasi DM dapat teratasi

1) Tujuam Khusus 1
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit
keluarga Ny.T mampu mengenal masalah DM dengan
menyebutkan pengertian DM , penyebab DM , tanda – tanda
DM , identifikasi penyebab dan tanda gejala DM.
Kriteria : Respon verbal dan psikomotor keluarga.
Standar : Keluarga mampu menyebutkan pengertian DM yaitu
: DM adalah suatu kelainan dimana terjadi peningkatan kadar
gula dalam darah melebihi normal >140 mg/dl. Tanda dan
penyebab DM : tanda : banyak minum , sering lapar , banyak
buang air kecil dan penyebabnya keluarga Ny.T menyebut
keturunan , obesitas , infeksi , dan kurang olahraga.
Intervensi Tujuan Khusus I
a) Diskusikan bersama keluarga arti DM dengan
menggunakan lembar balik
b) Motivasi keluarga untuk mengulang kembali.
c) Diskusikan bersama keluarga tanda- tanda DM dengan
menggunakan lembar balik
d) Motivasi keluarga untuk mengulang kembali.
e) Berikan reinforcement atas usaha positif keluarga.
63

Implementasi hari selasa, 10-10-2022 Pukul 17. 00 WIB


a) Mendiskusikan bersama tentang pengertian DM dengan
cara penyuluhan kesehatan menggunakan leaflet.
Respon : Keluarga tampak mendengarkan dengn serius.
b) Mendiskusikan bersama keluarga tentang penyebab DM
dengan cara penyuluhan kesehatan dengan menggunakan
leaflet
Respon : keluarga tampak mendengarkan.
c) Mendiskusikan bersama keluarga tentang tanda – tanda DM
dengan cara penyuluhan kesehatan dengan menggunakan
leaflet.
Respon : keluarga tampak mendengarkan
d) Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali penjelasan
yang telah diberikan.
Respon : keluarga mengatakana DM adalah suatu kelainan
kadar gula dalam darah melebihi normal >140 mg/dl.
Keluarga mengatakan tanda-tanda DM : banyak minum ,
sering lapar , banyak buang air kecil, keluarga menyebutkan
penyebab DM adalah keturunan , obesitas, dan kurang
olahraga.
e) Memberikan reinforcement atas usaha positif keluarga.
Respon : Keluarga tampak senyum
Evaluasi hari kamis, 12-10-2022 Pukul 17.30 WIB
S : keluarga mengatakana DM adalah suatu kelainan kadar
gula dalam darah melebihi normal >140 mg/dl. Keluarga
mengatakan Tand DM: banyak minum , sering lapar , banyak
buang air kecil, keluarga menyebutkan penyebab DM adalah
keturunan , obesitas, dan kurang olahraga
O : Keluarga dapat menyebutkan 3 penyebab DM dengan
benar
A : Tujuan I tercapai , masalah teratasi.
64

P : lanjutkan tujuan khusus II


2) Tujuan Khusus II

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit

pada Ny.T keluarga mampu merawat anggota yang sakit DM.

Kriteria : Respon verbal keluarga dan psikomotor.

Standar : Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 pencegahan

komplikasi DM, yaitu diet sehat DM, olah raga teratur,

perbanyak konsumsi buah dan sayur, hindari banyak pikiran,

periksa kadar gula darah secara teratur, menghindari terjadinya

luka. Menyebutkan 3 dari 7 perawatan DM dirumah, yaitu atur

berat badan, atur pola makan, kurangi banyak fikiran atau

hindari stress, olahraga teratur, sering mengikuti penyuluhan

dan kontrol gula darah, dan gunakan kaos kaki untuk mencegah

luka.

Intervensi Tujuan Khusus II

a) Evaluasi tujuan khusus 1

b) Jelaskan pencegahan dan perawatan penyakit DM

c) Diskusikan cara perawatan DM di rumah

d) Motivasi kembali kepada keluarga untuk menyebutkan cara

perawatan dan pencegahan penyakit komplikasi DM

e) Demonstrasikan kepada keluarga tentang obat tradisional

untuk pencegahan komplikasi DM

f) Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan oleh

keluarga.
65

Implementasi hari Sabtu, 29-10-2022 Pukul 17.30 WIB

a) Mengevaluasi tujuan khusus 1

Respon : keluarga mengatakan akibat lanjut dari DM adalah

Gangren, stoke, kerusakan ginjal, serta kematian. Keluarga

mengatakan akan membawa Ny.T ke dokter atau pelayanan

kesehatan untuk mengobati DM nya.

b) Menjelaskan pencegahan dan perawatan penyakit DM

Respon : Ny.T mendengarkan apa yang dijelaskan oleh

perawat.

c) Mendiskusikan cara perawatan DM di rumah

Respon : Ny.T mengatakan membawa ke dokter untuk

mencegah komplikasi DM .

d) Memotivasi kembali kepada keluarga untuk menyebutkan

cara perawatan dan pencegahan komplikasi DM

Respon : Keluarga Ny.T mengatakan cara pencegahan

penyakit DM adalah yaitu atur berat badan, atur pola

makan, kurangi banyak fikiran atau hindari stress, olahraga

teratur, sering mengikuti penyuluhan dan kontrol gula darah,

dan gunakan kaos kaki untuk mencegah luka

e) Demonstrasikan kepada keluarga tentang obat tradisional

untuk pencegahan komplikasi DM ( cara mengkonsumsi

buah mengkudu )
66

Respon : Keluarga Ny.T memperhatikan apa yang

diperagakan oleh perawat kemudian berpartisipasi dalam

demonstrasi dan mempraktekkan kembali

f) Memberikan reinforcement atas usaha yang dilakukan oleh

keluarga

Respon : Keluarga tersenyum.

Evaluasi hari jumat, 29-10- 2022 Pukul 17.30 WIB

S : Keluarga Ny.T mengatakan cara pencegahan penyakit DM

adalah yaitu atur berat badan, atur pola makan, kurangi banyak

fikiran atau hindari stress, olahraga teratur, sering mengikuti

penyuluhan dan kontrol gula darah, dan gunakan kaos kaki

untuk mencegah luka. Keluarga Ny.T mengatakan meminum

obat dari dokter untuk menstabilkan gula darah dan mencoba

makan obat-obat tradisional seperti makan sayur pare secara

teratur.

O : Keluarga Ny.T mendengarkan apa yang disampaikan oleh

perawat, keluarga memperhatikan demonstrasi cara

mengkonsumsi buah mengkudu kemudian mempraktekkan

kembali. Keluarga juga tersenyum saat perawat menjelaskan.

A : Tujuan khusus II tercapai

P : Lanjutkan intervensi untuk tujuan khusus III

3) Tujuan Khusus III


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan 1 x 30 menit pada
keluarga Ny.T keluarga mampu memodifikasi lingkungan
67

yang dapat mencegah terjadinya penyakit diabetes dengan cara


menyebutkan modifikasi lingkungan yang tepat untuk penyakit
diabetes.
Kriteria : Respon verbal keluarga dan psikomotor
Standar : keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 kentungan
lingkungan yang sehat yaitu rumah menjadi bersih dan indah,
bebas dari debu, dan bisa mencegah penyakit yang
berhubungan dengan lingkungan, keluarga dapat menjelaskan
kerugian lingkungan yang kurang sehat yaitu dapat berisiko
menyebabkan penyakit yang lebih lanjut, mampu menyebutkan
2 dari 3 cara memodifikasi lingkungan yang berhubungan
dengan masalah penyakit diabetes, yaitu : 1) ciptakan
lingkungan yang tenang dan nyaman 2) jangan biarkan lantai
kamar mandi licin 3) penerangan listrik di kamar mandi dan di
ruangan lain harus cukup.
Intervensi Tujuan Khusus III
a) Diskusikan kembali cara perawatan dan pencegahan
penyakit diabetes di rumah.
b) Jelaskan kepada keluarga tentang keuntungan lingkungan
yang bersih dan kerugian lingkungan kotor, serta cara
memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah penyakit
diabetes.
c) Motivasi keluarga untuk mengulangi penjelasan yang
sudah diberikan.
d) Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan
oleh keluarga
Implementasi hari kamis, 29-10 2022 Pukul 17.00 WIB
a) Mendiskusikan kembali cara perawatan dan pencegahan
penyakit diabetes di rumah.
68

Respon : Keluarga meyimak dan kooperatif kepada


perawat.
b) Menjelaskan kepada keluarga tentang keuntungan
lingkungan yang bersih dan kerugian lingkungan kotor,
serta cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah
penyakit diabetes.
Respon : Keluarga tampak mendengarkan.
c) Memotivasi keluarga untuk mengulangi penjelasan yang
sudah diberikan.
Respon : Keluarga mengatakan keuntungan lingkungan
yang bersih adalah membuat lingkungan indah, nyaman,
dan baik untuk kesehatan, keluarga mengatakan kerugian
lingkungan yang kotor adalah dapat menimbulkan penyakit
dan tidak baik untuk kesehatan. Keluarga mengatakan cara
memodifikasi lingkungan yang berhubungan dengan
penyakit diabetes adalah penerangan yang cukup di kamar
mandi dan ruangan, jangan biarkan lantai kamar mandi
licin.
d) Memberikan reinforcement positif atas usaha yang
dilakukan keluarga.
Respon : Keluarga tampak tersenyum.
Evaluasi hari kamis, 29-10-2022 Pukul 17.30 WIB
S : Keluarga mengatakan keuntungan lingkungan yang bersih
adalah membuat lingkungan indah, nyaman, dan baik untuk
kesehatan, keluarga mengatakan kerugian lingkungan yang
kotor adalah dapat menimbulakn penyakit, dan tidak baik
untuk kesehatan. Keluarga mengatakan cara memodifikasi
lingkungan yang berhubungan dengan penyakit diabetes adalah
penerangan yang cukup di kamar mandi dan ruangan, jangan
biarkan lantai kamar mandi licin.
69

O : Keluarga tampak menyimak dan mendengarkan, keluarga


juga tersenyum kepada perawat.
A : Tujuan khusus III tercapai
P : Lanjutkan diagnosa prioritas kedua : resiko cidera

B. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan yang

diberikan pada Ny.T dengan masalah diabetes melitus. Adapun ruang

lingkup pembahasan yang akan diuraikan sesuai pendekatan proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan secara sistematis

dan berkesinambungan. Dalam setiap tahap proses keperawatan tersebut,

penulis berperan sebagai pelaksana asuahan keperawatan yang

bekerjasama dengan keluarga.

1. Pengkajian

Proses keperawatan diawali dari pengkajian dan pengkajian

merupakan tahap awal dari proses keperawatan, selanjutnya adalah

menentukan prioritas masalah dengan cara skoring sehingga

didapatkan masalah utama yang terjadi pada keluarga Ny.T setelah

didapatkan masalah kesehatan maka timbul diagnosa keperawatan

yang mengacu kepada masalah kesehatan dari lima tugas pokok

keluarga. Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 25 Maret 2020

kemudian dilanjutkan proses asuhan keperawatan sampai dengan

tanggal 29 Maret 2020.


70

Data yang diperlukan dalam asuhan keperawatan keluarga terdiri

dari masalah kesehatan dan masalah keperawatan. Berdasarkan teori

pengkajian terdiri dari dua tahap yaitu penjajakan pertama dan

penjajakan kedua. Penjajakan pertama merupakan pengumpulan data

mulai data umum, riwayat dan tahap perkembangan keluarga,

lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping

keluarga, faktor sosial budaya ekonomi, pemeriksaan fisik dan harapan

keluarga. Sedangkan penjajakan kedua adalah pengumpulan data yang

berkaitan dengan kemampuan keluarga dalam melakukan tugas dalam

bidang kesehatan.

Pada penjajakan pertama diperoleh data diantaranya komposisi

keluarga Ny.T adalah keluarga single parent, yaitu dalam keluarga

terdiri dari ibu dan anak, suku Jawa dan Bahasa Indonesia sebagai

bahasa sehari-harinya. Tahap perkembangan keluarga Ny.T adalah

keluarga yang melepas anak dengan anak pertama Tn. S dan anak ke

tiga Ny. M sudah menikah, anak ke dua Tn. M berusia 30 tahun sudah

bekerja dan anak ke empat Tn. C berusia 21 tahun sudah bekerja. Cara

berpakaian keluarga sederhana, kebiasaan keluarga apabila ada yang

sakit maka langsung berobat ke klinik atau dokter terdekat. Keluarga

Ny. W menganut agama Islam dan menjalankan sholat lima waktu

dalam sehari semalam, semua aktivitas yang dilakukan tidak

bertentangan dengan ajaran agama Islam. Dan tidak ada aktivitas

ataupun kebiasaan apapun yang bertentangan dengan kesehatan. Dari


71

data tentang suku agama, dan budaya pada keluarga Ny.T tidak

ditemukan masalah yang bermakna.

Penghasilan keluarga Ny.T perbulan adalah di bawah Rp.

4.500.000,- keluarga merasa bersyukur penghasilannya bisa

mencukupi kebutuhan sehari-hari,Dari hasil data tentang ekonomi

keluarga mengatakan bahwa keluarga tersebut termasuk dalam

kategori berpenghasilan menengah dan selama ini dapat memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

Rumah yang ditempati keluarga Ny.T adalah rumah kontrakan dan

permanen dengan luas bangunan 27 m²,Atap rumah terbuat dari

genteng, ventilasi rumah ada, luas ventilasi kurang dari 10 % luas

lantai. Cahaya dapat masuk pada siang hari, penerangan listrik, lantai

keramik, kondisi rumah secara keseluruhan bersih, ruang tamu, kamar

tidur, ruang makan, dapur, tapi terlihat ada beberapa barang yang

berantakan, kamar mandi dan WC bersih, dan lantai kamar mandi licin,

ada faktor bahaya fisik. Keluarga mempunyai tempat pembuangan

sampah,diambil oleh petugas setiap dua kali sehari,. Sumber air yang

digunakan keluarga adalah air tanah dengan menggunakan pompa

listrik, sumber air tersebut digunakan untuk mandi, mencuci,

memasak, dan minum. Jenis jamban keluarga Ny. W adalah jenis WC

jongkok, jarak antara sumber air dengan tempat pembuangan lebih

dari 10 meter. Keluarga mempunyai tempat pembuangan air limbah


72

kondisi tertutup, pembuangan air limbah melalui pipa dan dialirkan

langsung ke selokan.

Data tersebut menunjukan bahwa lingkungan keluarga Ny.T belum

memenuhi standar kesehatan. Dimana keadaan rumah bersih, sumber

air, pembuangan limbah tertutup, namun keadaan kamar mandi dan

WC lantai kamar mandi licin dan terlihat beberapa barang berantakan.,

Dari data tersebut ditemukan masalah ketidakmampuan keluarga

memodifikasi lingkungan.

Fasilitas sosial yang ada diantaranya masjid, sekolah. Sedangkan

untuk fasilitas kesehatan dimasyarakat yaitu, puskesmas, posyandu,

klinik, dan rumah sakit. Keluarga memanfaatkan puskesmas dan

klinik, dalam pemeriksaan kesehatan keluarga.Ny.T yang bekerja

sebagai asisten rumah tangga tidak pernah mengikuti kegiatan

kemasysrkatan.Keluarga Ny.T mendapat dukungan keluarga dari

kerabat dan anaknya, jika Ny.T sakit adanya motivasi dari kerabat dan

anak untuk segera ke tempat pelayanan kesehatan, dan Ny.H jika sakit

akan pergi ke klinik atau puskesmas. Data tentang fasilitas sosial dan

fasilitas kesehatan tidak ditemukan masalah yang berarti.

Dalam keluarga Ny.T komunikasi yang digunakan pola

komunikasi dua arah, dalam masalah keluarga Ny.T selalu di

diskusikan bersama dan anaknya, yang mengambil keputusan tetap

Ny.T selaku ibu dan kepala keluarga di keluarga itu. Tidak ditemukan

masalah berhubungan dengan peran dalam keluarga tersebut.


73

Keluarga Ny.T menerapkan aturan sesuai dengan ajaran agama dan

nilai budaya yang ada dilingkungan keluarga. Semua anggota keluarga

Ny.T saling menyayangi, perhatian, dan membutuhkan motivasi satu

sama lain.

Dari hasil pemeriksaan fisik seluruh anggota keluarga Ny.T

didapatkam data sebagai berikut :

Ny.T berusia 70 tahun, dengan berat badan 58 kg, tinggi badan

160 cm, nadi 90 kali per menit, suhu badan 36°C, pernafasan 20 kali

per menit, tekanan darah 110/90 mmHg , Gula darah 222 mg/dl.

Rambut pendek berwarna putih , mata simetris, hidung bersih,

dadasimetris, kojungtiva ananemis, kulit bersih dan turgor elastis,

mukosa mulut lembab, sedangkan untuk pengembangan dada

simetris dan abdomen tidak ada kembung. Kesimpulan : di temukan

masalah Diabetes Meiltus Pada penjajakan kedua ketika ditanya

tentang diabetes melitus keluarga Ny.T menjawab gula darah tinggi

ketika ditanya tandanya adalah sering lapar dan

penyebabnya karena terlalu banyak makan makana yang manis ketika

ditanya normal kadar guala darah tidak tahu. Dari data tersebut

menunjukan bahwa keluarga Ny.T belum

mampu mengenal masalah diabetes melitus.

Ny. F umur 21 thn, BB 70 kg , TB 165 cm , TD 120/90 mmHg , N

89x/menit , S 36,5 ºC , RR 20 x/menit kulit kepala bersih tidak ada

nyeri , mata simetris , konjungtiva anemis , hidung tidak ada sekret ,

mukosa mulut agak kering.


74

Kesimpulannya: Ny.F tidak ada masalah kesehatan

Tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang kedua yaitu

kemampuan keluarga dalam pengambilan keputusan, hal ini didukung

dengan data pada keluarga yaitu ketika ditanya diabetes melitus itu

berbahaya atau tidak keluarga Ny.T mengatakan berbahaya. Ketika

ditanya bagaimana perasaannya sekarang, Ny.T mengatakan takut jika

gula darahnya tinggi. tindakan keluarga untuk mengatasi penyaki

diabetes melitus yaitu dengan berobat ke klinik terdekat,. Ny.T

mengatakan apabila tidak dilakukan pengobatan maka sakitnya akan

tambah parah dan keluraga percaya terhadap petugas tenaga kesehatan

yang ada dilingkungan masyarakat. Dari data tersebut menunjukan

bahwa keluarga Ny.T sudah mampu mengambil keputusan dengan

baik.

Keluarga mengatakan tidak mampu merawat anggota keluarga

dengan masalah diabetes melitus, hal itu didukung dengan data yaitu

ketika ditanya bagaimana pengobatan terhadap penyakit diabetes

melitus, keluarga Ny.T mengatakan berobat ke klinik. Ketika ditanya

pengobatan tradisional, keluarga Ny.T mengatakan tidak tahu. Ketika

ditanya tentang pencegahan diabetes melitus, keluarga Ny.T

mengatakan tidak tahu. Dari data tersebut menunjukan bahwa keluarga

Ny.T belum mampu merawat anggota keluarga dengan baik.

Keluarga mengatakan belum mampu memodifikasi lingkungan, hal

ini didukung dengan data yaitu ketika ditanya keuntungan kebersihan


75

lingkungan yang baik, keluarga Ny.T mengatakan membuat hidup

sehat. Ketika ditanya kriteria rumah sehat, Ny.T mengatakan rumah

yang bersih. Ketika ditanya bagaimana cara memodifikasi lingkungan

yang berhubungan dengan masalah diabetes melitus, keluarga Ny.T

mengatakan jangan sampai lantai licin,. Ketika ditanya apakah

rumahnya sudah aman, nyaman, dan penerangan cukup, keluarga Ny.T

mengatakan rumahnya belum nyaman karena barang masih belum

tertata rapih. Dan ketika ditanya akibat lingkungan yang tidak aman

dan nyaman, keluarga Ny.T mengatakan tidak tahu. Dari data tersebut

menunjukkan bahwa keluarga Ny.T belum mampu memodifikasi

lingkungan yang aman.

Keluarga mengatakan sudah mampu menggunakan fasilitas

kesehatan secara optimal, hal ini didukung dengan data yaitu ketika

ditanya apakah ada pelayanan kesehatan terdekat, keluarga Ny.T

mengatakan ada puskesmas, klinik, dan rumah sakit. Ketika ditanya

apa keuntungan adanya pelayanan kesehatan, keluarga Ny.T

mengatakan bisa berobat dekat. Ketika ditanya apakah sudah

membawa atau pergi ke pelayanan kesehatan, keluarga Ny.T

mengatakan sudah membawa anggota keluarga ke fasilitas kesehatan.

Dari data tersebut menunjukan bahwa keluarga Ny.T mampu

menggunakan fasilitas kesehatan dengan baik.

Faktor pendukung selama pengkajian keluarga Ny.T antara lain

keluarga kooperatif, menerima penulis selama proses asuhan


76

keperawatan, tidak ditemukan penolakan, dan berjalan lancar. Namun

demikian ada penghambat dalam pengkajian yaitu waktu yang harus

disesuaikan dengan aktivitas keluarga dan alat yang terbatas.

2. Diagnosa Keperawatan

Bedasarkan pengkajian diperoleh data kesehatan dan data tersebut

dianalisa sehingga didapatkan diagnosa keperawatan. Secara teori

diagnosa yang muncul pada masalah diabetes melitus yaitu Kurangnya

pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

perjalanan penyakit diabetes mellitus, Manajemen kesehatan keluarga

tidak efektif pada keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita Diabetes

Melitus, Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan

ketidakmampuan mengatasi masalah individu keluarga, Sedangkan

pada kasus diagnosa keperawatan yang muncul adalah masalah actual

yaitu : Resiko terjadinya komplikasi DM pada Ny.T berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

masalah Diabetes.

Pada teori terdapat 3 tipe komponen dan diagnosa keperawatan

yaitu masalah keperawatan aktual, masalah keperawatan risiko, dan

masalah keperawatan potensial. Pada kasus diangkat dengan masalah

aktual dikarenakan ditemukannya data-data yang mendukung untuk

masalah tersebut, yaitu Gula darah Ny. W 222 mg/dl, Ny.T


77

mengatakan kadang penglihatan kabur , sering haus , sering lapar, dan

ujung jari-jari sering terasa kesemutan.

Dalam kasus ini penulis hanya mendapatkan satu diagnosa yaitu

Resiko terjadinya komplikasi DM pada Ny.T berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah

Diabetes. Untuk etiologi penulis mengangkat masalah

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

karena pada penjajakan 2 ditemukan bahwa keluarga tidak mampu

mengenal, merawat anggota keluarga, dan memodifikasi lingkungan.

Pada teoritis dijelaskan apabila ketidak mampuan keluarga lebih dari

satu maka etiologi yang digunakan adalah ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi atau perancanaan keperawatan adalah tindakan yang

ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan

masalah kesehatan dan masalah keperawatan. Sebelum membuat

rencana keperawatan penulis menentukan prioritas masalah dengan

cara skoring. Karena pada kasus ini penulis hanya mendapatkan satu

masalah jadi tidak ada perbandingan dengan diagnose lain tetapi

penulis tetap melakukan skoring untuk diagnosa tersebut yaitu Resiko

terjadinya komplikasi DM pada Ny.T berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah

Diabetes adalah 4 2/3.


78

Perencanaan itu sendiri terdiri dari tujuan umum, tujuan khusus,

standar, kriteria dan perencanaan. Menurut teori pada tujuan umum

lebih menekankan pada pencapaian akhir sebuah masalah dan pada

tujuan khusus dalam teori tidak ditekankan jangka waktu untuk dapat

mencapai hasil akhirnya, sedangkan pada kasus, penulis selalu

mencantumkan waktu, dimana waktu ini berguna untuk mengukur atau

mengevaluasi sejauh mana perkembangan dari tujuan keperawatan

yang di rencanakan.

Dalam teori ada lima tugas kesehatan dalam keluarga sedangkan pada

kasus ini penulis hanya menemukan 3 masalah kesehatan keluarga

yaitu ketidakmampuan keluarga mengenal masalah (kmk 1),

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit (kmk

3), dan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang

aman (kmk 4). Jadi dalam membuat perencanaan keperawatan yang

akan digunakan untuk tujuan khusus penulis hanya membuat

perencanaan sesuai dengan 3 kmk tersebut, yaitu : Perencanaan tujuan

khusus 1 dilakukan selama 30 menit antara lain adalah jelaskan kepada

keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala hipertensi,

tanyakan kembali kepada keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda

dan gejala Diabetes Melitus, Berikan reinforcement positif atas usaha

yang telah dilakukan keluarga.

Perencanaan tujuan khusus II dilakukan selama 30 menit antara lain

adalah jelaskan pencegahan dan perawatan Diabetes Melitus di rumah,


79

motivasi kembali kepada keluarga untuk menyebutkan cara perawatan

dan pencegahan Diabetes Melitus, demonstrasikan kepada keluarga

tentang obat tradisional pencegahan komplikasi Diabetes Melitus (cara

mengkonsumsi sayur pare), berikan reinforcement positif atas usaha

yang dilakukan keluarga. Perencanaan tujuan khusus III dilakukan

selama 30 menit antara lain adalah diskusikan kembali cara perawatan

dan pencegahan penyakit Diabetes Melitus dirumah, jelaskan kepada

keluarga tentang keuntungan lingkungan yang bersih dan kerugian

lingkungan yang kotor, serta cara memodifikasi lingkungan yang dapat

mencegah penyakit Diabetes, motivasi keluarga untuk mengulangi

penjelasan yang sudah diberikan, berikan reinforcement positif atas

usaha yang dilakukan keluarga.

Perencanaan dibuat sesuai dengan kaidah pendidikan

kesehatan yang dilakukan sebanyak tiga kali kunjungan dengan

metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan demonstrasi dengan

menggunakan media leaflet dan lembar balik, Media dan metode yang

digunakan adalah media yang sederhana. Faktor pendukung yang

penulis dapatkan adalah keluarga bersama dengan penulis menentukan

perencanaan sesuai dengan kebutuhan keluarga, dan penulis dapat

menggunakan segala pendukung disekitar keluarga seperti sarana dan

prasarana.

4. Implementasi Keperawatan
80

Pelaksanaan dilakukan selama 7 hari yaitu dari tanggal 10 oktober

2022 sampai dengan 29 oktober 2022. Penulis melaksanakan tujuan

khusus 1, pada hari ketiga selasa 10-10-2022, pelaksanaan tujuan

khusus 1 dilakukan selama 30 menit antara lain adalah menjelaskan

kepada keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala

diabetes melitus, menanyakan kembali kepada keluarga tentang

pengertian, penyebab, tanda dan gejala diabetes melitus, Memberikan

reinforcement positif atas usaha yang telah dilakukan keluarga. Hari ke

empat sabtu, 28 Maret 2020, melanjutkan tujuan khusus 2, pelaksanaan

tujuan khusus 2 dilakukan selama 30 menit antara lain adalah

menjelaskan pencegahan dan perawatan diabetes melitus di rumah,

memotivasi kembali kepada keluarga untuk menyebutkan cara

perawatan dan pencegahan diabestes melitus, mendemonstrasikan

kepada keluarga tentang obat tradisional untuk pencegahan komplikasi

diabetes melitus (cara mengkonsumsi sayur pare), memberikan

reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga.

Hari ke lima kamis, 29 oktober 2022, melanjutkan tujuan khusus 3.

Pelaksanaan tujuan khusus 3 dilakukan selama 20 menit antara lain

adalah mendiskusikan kembali cara perawatan dan pencegahan

penyakit diabetes melitus dirumah, menjelaskan kepada keluarga

tentang keuntungan lingkungan yang bersih dan kerugian lingkungan

yang kotor, serta cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah

penyakit diabetes melitu, memotivasi keluarga untuk mengulangi


81

penjelasan yang sudah diberikan, memberikan reinforcement positif

atas usaha yang dilakukan keluarga.

Media yang digunakan pada saat pendidikan kesehatan diabetes

adalah leaflet. Dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab,

dan diskusi. Setting tempat sudah ideal karena tempat yang cukup

untuk penulis dan 2 orang anggota keluarga. Sedangkan waktu yang

digunakan penyuluhan selama 20-30 menit dan sesuai dengan yang

direncanakan, tempat dan pelaksanaan dilakukan dikontrakan Ny.T,

Secara keseluruhan perencanaan dapat dilaksanakan, namun saat

pelaksanaan implementasi (pendidikan kesehatan) tidak dihadiri oleh

seluruh anggota keluarga karena ada 3 orang anggota keluarga yaitu

Tn. S dan Ny.T tidak tinggal bersama dan sudah menikah, dengan Tn.

M tidak tinggal bersama karena ikut saudaranya

5. Evaluasi

Pada tahap ini penulis melakukan penilaian terhadap asuhan

keperawatan yang telah dilakukan sejak tanggal 29 Oktober 2022

sampai dengan 29 Oktober 2022. Pada umumnya evaluasi dibedakan

menjadi dua, yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif.

Dimana evaluasi kuantitatif yang dinilai adalah jumlah kegiatan

keperawatan yang telah dilakukan, sedangkan evaluasi kualitatif

difokuskan pada sumber proses dan hasil tindakan yang dilakukan

untuk mengetahui tindakan keperawatan yang telah dilakukan maka


82

evaluasi yang digunakan adalah evaluasi struktur, evaluasi proses dan

evaluasi hasil. Evaluasi struktur, tenaga dan bahan-bahan yang

diperlukan untuk melakukan pendidikan kesehatan sudah tersedia

diantaranya, penulis sudah siap untuk melakukan pendidikan kesehatan

tentang diabetes melitus, keluarga sudah siap untuk menerima

pendidikan kesehatan tentang diabetes melitus. Media yang digunakan

seperti lembar balik dan leaflet. Begitupun dengan waktu dan tempat

pelaksanaan pendidikan kesehatan sudah disepakati oleh penulis dan

keluarga. Selanjutnya evaluasi proses, yaitu keluarga memperhatikan

jalannya pendidikan kesehatan, koopratif saat penyuluhan berlangsung,

yang terakhir evaluasi hasil yaitu keluarga mampu menyebutkan

kembali pengertian , penyebab, tanda dan gejala diabetes melitus, cara

perawatan dan pencegahan diabetes melitus. Keluarga mampu

mendemontrasikan pembuatan obat tradisional yaitu cara

mengkonsumsi buah mengkudu.

Selain melakukan evaluasi tersebut diatas, dilakukan pula evaluasi

dengan mengunakan metode subjektif, objektif, analisa dan planning

(SOAP) untuk mengetahui keberhasilan dalam pemberian asuhan

keperawatan komunitas. Setelah dilakukan evaluasi, adapun hasil yang

telah tercapai antara lain : Tujuan khusus 1 tercapai yaitu keluarga

mengenal masalah diabetes mellitus pada Ny.T dengan hasil keluarga

mengatakan DM adalah suatu kelainan kadar gula dalam darah

melebihi normal >140 mg/dl, tanda DM: banyak minum , sering lapar ,
83

banyak buang air kecil, penyebab DM adalah keturunan , obesitas, dan

kurang olahraga. Tujuan khusus II tercapai yaitu keluarga mampu

merawat dan melakukan cara pembuatan obat tradisional untuk

diabetes melitus. Keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan

penyakit DM adalah yaitu atur berat badan, atur pola makan, kurangi

banyak fikiran atau hindari stress, olahraga teratur, sering mengikuti

penyuluhan dan kontrol gula darah, dan gunakan kaos kaki untuk

mencegah luka. Keluarga Ny.T mengatakan meminum obat dari dokter

untuk menstabilkan gula darah dan mencoba makan obat-obat

tradisional seperti makan sayur pare secara teratur. Tujuan khusus III

tercapai yaitu keluarga mampu memodifikasi lingkungan dan

mengetahui keuntungan lingkungan yang bersih adalah membuat

lingkungan indah, nyaman, dan baik untuk kesehatan, keluarga

mengatakan kerugian lingkungan yang kotor adalah dapat

menimbulakn penyakit, dan tidak baik untuk kesehatan. Keluarga

mengatakan cara memodifikasi lingkungan yang berhubungan dengan

penyakit diabetes adalah penerangan yang cukup di kamar mandi dan

ruangan, jangan biarkan lantai kamar mandi licin.

Dari evaluasi tersebut menunjukan bahwa masalah teratasi dimana

TUK 1, TUK 2, dan TUK 3 telah tercapai. Evaluasi yang dilakukan

lebih banyak dengan cara lisan dan kemudian psikomotor belum dapat

dikembangkan evaluasi secara tertulis, karena keterbatasan waktu.


DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (2017). “Standars of Medical Care in Diabetes


2017”. Vol. 40. ADA. USA
Darmawan C (2016), Teori dan Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga,
Medika, Bandung
Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2013). Family nursing:
Research,theory & practice. New Jersey: Prentice Hall
Maglaya, A.S. (2015). Nursing practice in the community. 5th Ed. Marikina
City:Argonauta Corporation.
Departemen Kesehatan RI (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Indonesia-Tahun 2018.Depkes RI.Jakarta
Jakbar News (2019, Juli 11). Capai Puluhan Ribu Penderita, Warga Bekasi Rentan
Terserang Diabetes. Diakses pada 4 Aprl 2020, Dari
https:/m.jabarnews.com/read/73030/capai-puluhan-ribu-penderita-warga-
bekasi-rentan-terserang-diabetes
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). hari diabetes sedunia. jakarta.

Syamsiah. (2017). Berdamai Dengan Diabetes. Jakarta: Bumi Medika.


World Health Organization. (2016). Global Report On Diabetes.WHO.France
World Health Organization (2018). Definition and Diagnosis of Diabetes Melitus
and Intermediate Hyperglycaemia. Diakses pada 5 april 2020 dari
https://www.who.id

Anda mungkin juga menyukai